1. Pembuatan preparat segar tumbuhan
Letakan benang sari Rhoeo discolor di bawah mikroskop mikroskop. Cabutlah sehelai rambut tangkai benang sari Rhoeo discolor dengan menggunakan pinset . Letakan pada kaca obyek yang telah ditetesi air, kemudian tutup dengan kaca penutup
2. Preparat sel hewan
Sediakan kaca obyek dengan setetes air, koreklah bagian dalam dari pipi anda dengan satu jari atau tusuk gigi yang bersih , perlahan-lahan sentuhlah sedikit material diujung jari pada tetesan air di atas gelas bjek, lalu tutup dengan kaca penutup
3. Preparat sayatan melintang batang, akar dan daun tumbuhan monokotil dan dikotil
Sayatlah dengan silet tajam batang bunga matahari, batang muda jagung, dan batang bunga mawar serta akar kecambah kacang merah serta jagung setipis mungkin. Letakan pada kaca obyek yang sudah bersih serta ditetesi anilin sulfat
Daun karet dan Rhoeo discolor . Selipkan sepotong daun karet pada empulur batang pohon singkong atau gabus yang telah dibelah ujungnya. Kemudian buat irisan melintang setipis mungkin dari daun tersebut beserta empulurnya. Letakan irisan di atas gelas obyrek yang telah ditetesi anilin sulfat selanjutnya tutup dengan kaca penutup .
Buatlah sayatan sayatan permukaan bawah daun Rhoeo discolor . Cara pengerjaan nya seperti pada daun karet.
4. Preparat segar epitel berlapis tunggal pipih
Ambil seekor katak (Rana cancrivora) . masukkan ke dalam botol yang telah berisi kapas yang ditetesi eter. Diamkan sampai katak mati jepit dengan pinset bagian kulitnya dan gunting .
Rendamlah guntingan tersebut dalam air selama 5 menit. Selaput yang terapung diambil dan letakan di atas kaca objek yang telah ditetesi air.
5. Preparat tulang rawan
Ambil paha katak yang telah dimatikan pada percobaan diatas. Irislah bagian bonggol tulang paha tersebut setipis mungkin , kemudian letakan pada kaca objek yang telah ditetesi air, laluntutup dengan kaca penutup.
6. Cara mengawetkan specimen hewan
a. Hewan Invertebrata dimasukkan ke dalam botol koleksi yang telah diisi dengan spriritus 2,5%. Bila menginginkan tidak berwarna gunakan alcohol 70% atau formalin 2%
( 98 ml aguades + 2 ml formalin 4%) kemudian botol koleksi ditutup rapat
b. Hewan vertebrata bagian perutnya harus diiris dari anus ke mulut agar zat pengawet masuk meresap ke tubuh bagian dalam Kemudian celupkan dalam formalin 4% - 10%, agar tidak kaku untuk praktikum alcohol 70%
c. AweAwetan kering
Serangga dibunuh dengan obat pembunuh serangga . Serangga ditusuk dengan jarum pentul pada bagian toraks atau aabdomen, lalu ditancapkan pada gabus atau plasticbusa untuk diangin-angkinkan hingga kering , setelah kering disimpat dalam botol dan diberi kapur barus
d. Pengawetan basah
Masukkan tumbuhan pada botol koleksi yang berisi formalin 4%
Bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium dapat berupa bahan kimia, han alami (berupa benda dan makhluk hidup). Bahan kimia yang berbahaya dengan ciri mudah terbakar, mudah meledak, korosif dan beracun. Contoh bahan kimia berbahaya seperti asam khlorida, asam sulfat dan asam phosphat. Bahan kimia di laboratorium IPA berdasarkan sifat zat yang sesuai dengan simbolnya meliputi kelompok:
1. Bahan yang mudah terbakar, seperti alkohol (C2H5OH), eter, spiritus dan belerang.
2. Bahan yang mudah menguap, seperti eter, alkohol dan spiritus
3. Bahan yang tidak berbahaya, seperti amilum (tepung/pati), glukosa, sukrosa (gula
pasir), air dan minyak.
4. Bahan untuk reaksi kimia, seperti reagen biuret, reagen Fehling A dan Fehling B,
larutan lugol, larutan iodium dan reagen Bennedict.
Bahan dari makhluk hidup yang digunakan di laboratorium Biologi, digunakan untuk:
1. Bahan yang diuji, seperti bahan makanan, bagian tumbuhan (bunga, daun, buah, batang dan akar), bagian hewan (bulu, rambut, tulang, darah dsb), mikroorganisme (bakteri, ganggang, jamur, kultur Amoeba proteus dsb)
2. Bahan yang digunakan untuk menguji, seperti kunyit, bunga sepatu dan kulit anggur sebagai bahan indikator asam-basa.
Berdasarkan sifat kimianya bahan-bahan kimia digolongkan menjadi :
Bahan Mudah Terbakar
Bahan terbakar dapat berwujud gas, cair yang mudah menguap atau bahan padat yang dalam bentuk debu dapat meledak (terbakar) jika tercampur atau terdispersi dengan udara.
Cairan yang mudah terbakar memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Mudah menguap atau volatik
2. Uap cairan dapat terbakar (menimbulkan api) dalam kondisi normal
3. Uap cairan lebih mudah menimbulkan api atau ledakan jika dibandingkan dengan
cairannya.
Kecepatan penguapan bervariasi dari satu cairan ke cairan lainnya sebanding dengan naiknya suhu. Uap dari cairan yang mudah terbakar tidak dapat dilihat sehingga sulit untuk mendeteksinya kecuali digunakan indicator gas yang mudah terbakar. Sebahagian besar uap lebih berat daripada udara sehingga cenderung ada dipermukaan lantai. Uap cairan yang mudah terbakar mudah berdifusi sehingga seluruh mangan menjadi berbahaya.
Bahan- bahan kimia mudah terbakar dapat berupa :
1. Pelarut dan pereaksi Organik
Seperti Asetaldehid, Asam Asetat, Aseton, Benzen, Karbon difulfida, Etil Alkohol, Eter, Etil Asetat, Etil Alkohol, Petroleum Eter, Isopropil Alkohol, Taluen,Xylen.
2. Bahan Anorganik
Bila terjadi kebakaran logam Alumunium, magnesium dan Zinkum (seng) dalam keadaan murni jangan gunakan pemadam berisi api tetapi gunakanlah serbuk pemada
Fosfor kuning, akan terbakar bila berhubungan dengan udara. Simpan dalam air dan control selalu permukaan airnya karena permukaan air akan menurut akibat penguapan.
Logam K dan Na akan terbakar jika kontak dengan air, simpan didalam minyak paraffin. Kontrol permukaan minyak paraffin tersebut. Berikut ini adalah beberapa contoh bahan diantaranya Natrium Clorida (garam dapur), Asam klorida, asam sulfat, Natrium hidroksida, Kalium hidroksida,dll.
Bahan Pengoksidasi
Bahan –bahan ini dapat menimbulkan reaksi eksotermis yang sangat tinggi jika kontak langsung dengan bahan lain khususnya dengan bahan mudah terbakar.
Misalnya bahan-bahan pengoksidasi. Contoh : Chlorat,Perchlorat, Khlorin, Fluorin dan Iodin yang mudah bereaksi dengan Oksigen (dalam kondisi tertentu) dikelompokkan menjadi bahan pengoksisdasi.
Bahan Mudah Meledak
Peroksida dalam bentuk murni sehingga menimbulkan ledakan tapi karena bahan ini umumnya tak tersedia kecuali di campurkan dengan bahan inert/netral dalam persentase kecil maka sering dianggap mudah terbakar .
Asam perchlorat (HCL4) berbahaya karena menimbulkan ledakan jika kontak dengan bahan organic . Asam perchlorat tak boleh digunakan diatas meja kayu, botol yang digunakan harus dari gelas dan jika tercemar harus segera dibuang.
Bahan Beracun (toksik)
Bahan beracun yang terhisap dapat mengakibatkan :
1. Asfiksi (kesulitan bernafas) dan menyebabkan defisiensi O2.
Misalnya : Nitrogen, Hidrogen dan CO2
2. Iritasi, yang dapat melukai saluran pernapasan dan paru paru
Misalnya : Ammonia, Hidrogen Klorida, glas Klor, gas bromine dan Hidrogen Sulfida serta uap logam berat seprti Air Raksa dan Timbal
3. Bahan bahan yang beracun lainnya adalah yaitu Alinin, Benzen, Bromin, chlorine, Hidrogen peroksida, Iodium, Asam Nitrat, Phenol Sulfur dioksida, logam-logam , Mercury perak ,timah dan sebagainya.
Cara menyimpan bahan laboratorium
.Cara menyimpan bahan laboratorium IPA dengan memperhatikan kaidah penyimpanan, seperti halnya pada penyimpanan alat laboratorium. Sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti:
a. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
b. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
c. Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan
dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak
mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam disimpan dalam botol
berwarna bening
d. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
e. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat
pula menggunakan botol berkran.
Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya secukupnya saja sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa bahan praktikum disimpam dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan sisa praktikum mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi
f. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing bahan.
Untuk lebih jelasnya, silahkan baca juga, artikel yang berhubungan dengan Artikel Cara Penyediaan dan Penyiapan alat/bahan Praktek, antara lain :Dan kami sangat berterimakasih, kepada anda yang telah meninggalkan komentarnya dibawah ini.
1 komentar:
nitip tulisan ya pak..
http://satyawiyatama.blogspot.com/2013/02/paradigma-guru-pada-pembelajaran-abad.html
Posting Komentar