Senin, 30 April 2012

Selamat Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012

clip_image002

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SAMBUTAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PADA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2012
RABU, 2 MEI 2012

Assalamualaikum warahamtullahi wabarakatuh,

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Hadirin, peserta upacara yang berbahagia,

Alhamdulillah, marilah kita senantiasa bersyukur kehadirat Illahi Rabbi, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, kesehatan dan kecintaan sehingga kita dapat melaksanakan peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2012, dalam keadaan sehat dan penuh semangat.

Melalui peringatan ini, perkenankan saya, atas nama Pemerintah, ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh insan pendidikan, pemerintah daerah, organisasi yang bergerak di dunia pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya atas segala ikhtiar, kepedulian dan perhatian yang diberikan dalam menumbuhkembangkan dunia pendidikan.

Dalam kesempatan ini pula, saya ingin menyampaikan ‘’Selamat Hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei 2012”. Semoga segala ikhtiar kita untuk memajukan dunia pendidikan menjadi semakin berkualitas dan akses pendidikan bagi rakyat Indonesia secara keseluruhan semakin terbuka dan dapat segera terwujud.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Pada peringatan Hari Pendidkan Nasional tahun ini, kita patut bersyukur karena bidang kebudayaan telah kembali ke “rumah besar” pendidikan setelah terpisah lebih dari sepuluh tahun. Kementerian ini, terhitung sejak 20 Oktober 2011 lalu telah berubah menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011, tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.

Sejatinya, kebudayaan memang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan. Demikian pula sebaliknya, pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan. Ibarat dua keping mata uang. Yang satu dengan lainnya memiliki makna dan nilai yang sama; tidak bisa dipisahkan karena di dalam proses pendidikan ada penanaman nilai-nilai budaya menyertainya.

Sudah tentu tambahan amanah ini jangan diartikan sebagai beban, melainkan sebagai kesempatan untuk menyempurnakan dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Kita semua telah memahami bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan mobilitas fisik dan nonfisik (termasuk kebudayaan dan peradaban) semakin tinggi. Mobilitas yang tinggi tersebut memunculkan dominasi peradaban tertentu, benturan antarperadaban atau terbentuknya konvergensi peradaban. Dalam kaitan dengan inilah, peran dunia pendidikan menjadi penting dalam membangun peradaban bangsa yang didasarkan atas jati diri dan karakter bangsa.

Tema Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012 ini adalah Bangkitnya Generasi Emas Indonesia. Tema ini sejalan dengan hakikat pendidikan yang telah ditekankan oleh Bapak Pendidikan Nasional kita, yaitu Ki Hajar Dewantoro, yang pada hari ini kita peringati hari kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Kita semua harus bersyukur bahwa pada periode tahun 2010 sampai 2035, bangsa kita dikarunai oleh Tuhan Yang Maha Kuasa potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa. Jika kesempatan emas yang baru pertama kalinya terjadi sejak Indonesia merdeka tersebut dapat kita kelola dan manfaatkan dengan baik, populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa tersebut insya Allah akan menjadi bonus demografi (demographic dividend) yang sangat berharga .

Di sinilah peran strategis pembangunan bidang pendidikan untuk mewujudkan hal itu menjadi sangat penting. Akan tetapi, sebaliknya, bukan mustahil kesempatan emas tersebut menjadi bencana demografi (demographic disaster) bila kita tidak dapat mengelolanya dengan baik. Sudah tentu hal ini tidak kita inginkan.

Pada periode tahun 2010 sampai tahun 2035 kita harus melakukan investasi besar-besaran dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai upaya menyiapkan generasi 2045, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka. Oleh karena itu, kita harus menyiapkan akses seluas-luasnya kepada seluruh anak bangsa untuk memasuki dunia pendidikan; mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai ke perguruan tinggi. Tentu perluasan akses tersebut harus diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan, sekalipun kita semua memahami bahwa pendidikan itu adalah sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan, keharkatan dan kemartabatan.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Untuk mempersiapkan generasi emas tersebut, telah disiapkan kebijakan yang sistemiatis, yang memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal secara masif. Untuk itu, mulai tahun 2011 telah dilakukan gerakan pendidikan anak usia dini, penuntasan dan peningkatan kualitas pendidikan dasar, penyiapan pendidikan menengah universal (PMU) yang insya Allah akan dimulai tahun 2013.

Di samping itu, perluasan akses ke perguruan tinggi juga disiapkan melalui pendirian perguruan tinggi negeri di daerah perbatasan dan memberikan akses secara khusus kepada masyarakat yang memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi, tetapi berkemampuan akademik.

Hadirin, peserta upacara yang berbahagia,

Akhirnya, kami mengucapkan selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional kepada semua pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, penggiat dan pecinta dunia pendidikan di seluruh tanah air. Semoga apa yang kita tanam dan semai dalam dunia pendidikan selama ini, menjadi bagian dari amal kebajikan.

Kita semua ingat ungkapan bijak, ”Semai dan tanamlah biji dari tumbuhan yang kamu miliki meskipun kamu tahu esok akan mati.” dan “Siapa yang menanam, dia yang akan memetik”. Marilah kita berlomba-lomba menanam kebaikan. Insya Allah kita dan anak cucu kita akan memperoleh kebaikan itu. Amin. Terima kasih.

Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Jakarta, 2 Mei 2012

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Mohammad NUH

 

Untuk logo dan tema Hardiknas 2012 silahkan lihat disini

Dan bagaimana Blogger guru memperingati Hardiknas silahkan baca disini

Download juga software gratis bel sekolah untuk hardiknas.

BACA SELENGKAPNYA »

Pengertian Media Pembelajaran

Definisi Media Pembelajaran, Media berasal dari kata “Medium” yang berasal dari bahasa latin “Medius” yang berarti “tengah” atau “sedang”. Pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan (Latuheru, 1988:9).

Menurut McLuhan (dalam Sihkabuden, 1985:2) media merupakan suatu sarana atau channel sebagai perantara antara pemberi pesan kepada penerima pesan.

Blacks dan Horalsen (dalam Sihkabuden, 1999:1) juga mempunyai pendapat tentang media. Menurut mereka, media adalah saluran komunikasi atau medium yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan dimana medium itu merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunitor ke komunikan. image

Dengan berpedoman pada pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat atau sarana atau perangkat. Dalam hal ini bisa berupa software atau hardware. Perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras (hardware) sendiri merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung.

Definisi pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya untuk membelajarkan pebelajar. mssembelajarkan berarti usaha untuk membuat seseorang belajar. Dalam upaya pembelajaran terjadi komunikasi antara pebelajar dengan guru, pembelajar atau pengajar. Proses ini merupakan bagian proses komunikasi antar manusia (dalam hal ini adalah antara pebelajar dan pembelajar).

Dari kedua definisi tersebut maka dapat diartikan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat pebelajar yang menjurus kearah terjadinya proses belajar.

Referensi

  • Arief S Sadiman, dkk. 2002. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
  • Persada Latuheru, John D.1988.Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini.Jakarta:Depdikbud &P2 LPTK
  • Setyosari, Punaji, Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang : Elang Press
BACA SELENGKAPNYA »

karakteristik ptk Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk individual dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK individual dan PTK kaloboratif. Dalam PTK individual seorang guru melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan diantara anggota melakukan kunjungan antar kelas.image

Karakteristik PTK

PTK memeliki sejumlah karakteristik sebagai berikut :

  1. Bersifat siklis, artinya PTK terlihat siklis-siklis (perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan dan refleksi), sebagai prosedur baku penelitian.
  2. Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan "sekali tembak" selesai pelaksanaannya.
  3. Bersifat partikular-spesifik jadi tidak bermaksud melakukan generalisasi dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnyapun tidak untuk digenaralisasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan ditempat lain yang konteksnya mirip.
  4. Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekali gus pelaku perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekali gus yang diteliti pula.
  5. Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti; bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti.
  6. Bersifat kaloboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.
  7. Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru; menggarap masalah-masalah besar.
  8. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian.
  9. Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistik yang sederhana, bukan yang rumit.
  10. Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan menguji hipotesis.
BACA SELENGKAPNYA »

Minggu, 29 April 2012

Cara menggunakan Mesin Pencari google Dengan Efektif

Berikut ini adalah cara memaksimalkan penggunaan pencarian kata/ keyword anda menggunakan mesin pencari Google.com maupun Google.co.id cara mengunakan google  secara efektif

Bagi pengguna internet Google adalah mesin pencari yang paling umum dan mudah digunakan setiap hari untuk berbagai keperluan. Bahkan ada yang menyebut google adalah mesin pencari nomor 1 di dunia.

Secara umum,  bahwa jenis pencarian di Google ada dua: Basic Search dan Advanced Search. Basic Search adalah fitur pencarian yang sudah biasa kita gunakan yaitu ketika mengakses langsung google.com, namun fasilitas Advanced Search lebih menyediakan berbagai pilihan fitur pencarian baik untuk operator dasar, file format yang ingin kita cari, bahasa, region, dsb.

Sebenarnya Mencari informasi menggunakan google sudah dimudahkan oleh google itu sendiri. Hanya dengan mengetikkan beberapa kata (keyword) google langsung mengampilkan daftar website yang berhubungan dengan informasi yang kita cari.

Tapi terkadang hasil pencarian TIDAK SESUAI dengan yang kita inginkan, anda pernah mengalami?

Anda mungkin sudah terbiasa mengetikkan sebuah kata atau kalimat yang anda cari pada kolom pencari di google, lalu melihat hasil pencariannya satu per satu. Tetapi sebetulnya ada beberapa cara pencarian yang efisien dan mempercepat anda untuk mendapatkan apa yang anda cari.

Kenapa gagal dalam pencarian ? Barangkali kita yang kurang begitu mengenal Google lebih dalam. atau kita kurang begitu mengakrabi google karena hanya mengenal sebatas kulitnya saja.

Jujur saja walaupun Google sudah memudahkan kita namun terkadang kita sendiri yang mempersulit diri sendiri. Sebenarnya masih sangat banyak fitur pencarian yang bisa kita gunakan, tapi tidak terdapat di menu pilihan Advanced Search. Dengan kata lain kita harus memasukan query di form pencarian di Basic Search langsung, Mari kita mengenal lebih dekat mesin pencari google ini agar kita lebih akrab. dan dapat memaksimalkan fungsi penggunaan google :

 

 

Fitur Pencarian Dasar (Basic Search) Fitur Pencarian Dasar (Basic Search)

1. AND: Mencari informasi yang mengandung kedua kata yang dicari. Bisa menggunakan salah satu dari tiga alternatif berikut:
perangkingan google
perangkingan AND google
perangkingan+google

2. OR: Mencari informasi yang mengandung salah satu dari kedua kata. Bisa menggunakan salah satu dari dua alternatif berikut:
tahu OR tempe
tahu | tempe

3. FRASE: Mencari informasi yang mengandung frase yang dicari dengan menggunakan tanda “”. Contoh:
“perangkat lunak”

4. NOT: Hasil pencarian mengandung kata yang di depan, tapi tidak yang dibelakang minus (-). Contoh di bawah akan mencari informasi yang mengandung kata ikan tapi bukan bandeng.
ikan -bandeng

5. SINONIM (~): Mencari kata beserta sinonim-sinonimnya. Contoh di bawah akan membawa hasil pencarian: kendaraan (car) dan sinonim-sinonimnya.
~car

6. ASTERISK (*): Karakter pengganti kata. Dari contoh di bawah, hasil yang didapat bisa: ayam bakar pedas, ayam goreng pedas, ayam masak pedas, dsb
ayam * pedas

7. TANDA TITIK (.): Karakter pengganti huruf, angka dan karakter tunggal. Dari contoh di bawah, hasil yang didapat bisa: kopi, koki, kodi, dsb
ko.i

8. CASE INSENSITIVE: Pencarian di Google menganggap kapital dan bukan kapital sebagai sesuatu yang sama. Jadi, ariel soenarto , Ariel Soenarto, atau ArIeL SoEnArTo akan membawa hasil pencarian yang sama

9. PENGABAIAN KATA: Pencarian di Google akan mengabaikan keyword berupa karakter tunggal dan kata-kata berikut: a, about, an, and, are, as, at, b, by, from, how, i , in, is, it, of, on, or, that, the, this, to, we, what, when, where, which, with. Apabila kita masih tetap menginginkan pencarian kata tersebut, bisa dengan menggunakan karakter + di depan kata yang dicari (contoh: Star Wars Episode +I), atau bisa juga dengan menganggapnya sebagai frase (contoh: “Star Wars Episode I”)

10. I’M FEELING LUCKY: Akan membawa kita langsung menuju ke hasil pencarian pertama dari query kita

 

Catatan:

tanda “[ ]” bukan termasuk operator, hanya merupakan pembeda dari kalimat biasa.

 

Fitur Pencarian Lanjut (Advanced Search) Fitur Pencarian Lanjut (Advanced Search)

1. DEFINE: Mencari definisi dari sebuah terminologi. Dari contoh di bawah, hasil yang didapat adalah berbagai definisi tentang e-learning dari berbagai sumber
[ define:e-learning ]

2. CACHE: Menampilkan situs web yang telah diindeks oleh Google meskipun sudah tidak aktif lagi. Contoh di bawah akan menghasilkan pencarian kata php pada situs ininamasitus.com yang ada di indeks Google.
[ cache:ininamasitus.com php

3. LINK: Menampilkan daftar link yang mengarah ke sebuah situs. Contoh di bawah akan menampilkan daftar link yang mengarah ke situs ilmukomputer.com
[ link:ininamasitus.com

4. RELATED: Menampilkan daftar situs yang serupa, mirip atau memiliki hubungan dengan suatu situs
[ related:ininamasitus.com ]

5. INFO: Menampilkan informasi yang Google ketahui tentang sebuah situs
[ info:ininamasitus.com ]

6. SITE: Menampilkan pencarian khusus di suatu situs yang ditunjuk
[ java site:ininamasitus.com  ]

7. FILETYPE: Menampilkan hasil pencarian berupa suatu jenis (ekstensi) file tertentu. Jenis file yang bisa dicari adalah: doc, xls, rtf, swf, ps, lwp, wri, ppt, pdf, mdb, txt, dsb. Contoh di bawah akan menampilkan hasil pencarian berupa file PDF yang mengandung keyword software engineering
[ software engineering filetype:pdf ]

8. ALLINTITLE: Menampilkan seluruh kata yang dicari dalam TITLE halaman. Contoh di bawah akan menghasilkan halaman yang memiliki title java programming. allintitle ini tidak dapat digabungkan dengan operator (sintaks) lain. Gunakan intitle untuk keperluan itu.
[ allintitle:java programming ]

9. INTITLE: Menampilkan satu kata yang dicari dalam TITLE halaman. Contoh di bawah akan menghasilkan halaman yang memiliki title java dan isi halaman yang mengandung kata enterprise
[ intitle:java enterprise ]

10. ALLINURL: Menampilkan seluruh kata yang dicari di dalam URL. Contoh di bawah akan menghasilkan daftar URL yang mengandung kata java dan programming. allinurl ini tidak dapat digabungkan dengan operator (sintaks) lain. Gunakan inurl untuk keperluan itu.
[ allinurl:java programming ]

11. INURL: Menampilkan satu kata yang dicari di dalam URL. Contoh di bawah akan menghasilkan daftar URL yang mengandung kata java dan isi halaman yang mengandung kata enterprise
[ inurl:java enterprise ]

Pencarian yang kita lakukan akan semakin efektif apabila kita mencoba menggabungkan beberapa operator baik yang ada di fitur pencarian dasar maupun lanjut. Misalnya, kita ingin mencari file-file PDF yang ada di situs http ://www.ininamasitus.com
Maka kita gabungkan dua operator menjadi:
[ filetype:pdf site:www.ininamasitus.com ]

Rahasia Google Rahasia google

1. Banyak kata yang lain/atau

Google secara normal akan mencari halaman-halaman yang berisi beberapa kata yang anda ketik di dalam kotak pencarian, namun biasanya kata-kata itu dicari dalam satu halaman sekaligus. Tetapi jika anda menghendaki beberapa istilah muncul dalam halaman yang berbeda-beda, maka pergunakan operator “or” dengan simbol “|” (tombol shift + \ atau backslash).

Contoh: [ aku|kamu|dia ], maka ketiga kata akan ditemukan pada judul halaman yang berbeda-beda.

2. Kutipan

Jika anda ingin mencari sebuah frasa (gabungan kata) atau kalimat yang benar tepat apa adanya, pergunakan tanda kutip.

Contoh: [ “artis dunia terkenal” ] hanya menemukan frasa atau kalimat dengan tepat secara keseluruhan, sedangkan [ artis “dunia terkenal” ] akan menemukan halaman-halaman yang berisi kata “artis” dan frasa “orang kecil” secara terpisah.

3. Tanpa

Jika anda tidak menghendaki sebuah kata atau frasa, maka pergunakan tanda negatif atau “-“.

Contoh: [ -artis dunia terkenal ], maka hanya akan mendapatkan halaman yang berisi kata “dunia” dan “terkenal”, tetapi tidak memuat kata “artis”.

4. Istilah yang serupa

Pergunakan simbol “~” untuk mencari istilah yang serupa atau sinom atau mempunyai arti yang mirip.

Contoh: [ artis dunia ~popular -popular ], artinya sinonim kata popular namun kata popular tidak dicari, maka akan didapatkan halaman yang berisi frasa “artis dunia top”.

5. Menampilkan kata yang terlupa

Pergunakan simbol “*” Untuk mencari kata yang terlupa, misalkan lirik sebuah lagu yang terlupa pada kata tertentu.

Contoh:  [ yang * sebelum cahaya lirik ], maka akan menunjukkan lirik lagu yang memuat frasa itu dengan lengkap, yaitu “yang menemanimu sebelum cahaya”“lirik” lagu Letto.

Selain itu berguna juga untuk mencari unsur yang tidak diketahui dalam domain tertentu.

Contoh: [ wiki * .com ], maka akan ditemukan wiki.secondlife.com, wiki.zimbra.com, wiki.dennyhalim.com, dan lain-lain.

6. Pencarian lanjutan

Jika anda tidak bisa mengingat operator apa pun, anda dapat menggunakan Google’s advanced search di link http://www.google.com/advanced_search.

7. Definisi

Gunakan operator “define” untuk mendapatkan sebuah definisi dengan cepat. Namun karena tidak tersedia definisi dalam bahasa Indonesia, maka yang dicari definisinya adalah kata dalam bahasa Inggris.

Contoh: [ define:internet ], maka akan didapati beberapa definisi dari internet dalam bahasa Inggris.

8. Kalkulator

Salah satu kegunaan yang paling praktis dari Google adalah perhitungan sederhana dan cepat pada kotak pencarian, daripada kamu harus mencari kalkulator atau memanggil kalkulator pada komputer.  Gunakan simbol-simbol +, -, *, / dan ( ) atau tanda kurung untuk sebuah persamaan yang sederhana.

Contoh: (1+3)*(7-2)

9. Bidang angka

Untuk mencari beberapa angka dalam bidang angka.

Contoh: [ album ungu 2002..2009 ] atau [ “album ungu 2002..2009 ], maka kedua operator ini akan memberikan hasil pencarian dari tahun2002 hingga 2009 dengan bentuk berbeda, di mana yang pertama setiap kata terpisah-pisah, sedangkan yang kedua tidak.

10. Situs tertentu

Pergunakan operator “site:” untuk mencari kata yang khusus di dalam situs tertentu saja.

Contoh: [ site:wikimu.com politik ], maka akan dicari kata “politik” hanya di dalam situs wikimu.com saja.

11. Situs dengan link-link

Penggunaan operator “link:” dimaksudkan untuk menemukan suatu kata pada situs utama tertentu beserta dengan situs-situs lain yang berhubungan dengan situs utama.

Contoh: [ site:wikimu.com politik ], maka akan dicari kata “politik” pada situs wikimu.com dan situs-situs lain yang mempunyai hubungan, misalkan blog-blog yang mempunyai hubungan (link) atau memuat nama situs utama bersama kata “politik”.

12. Kelompok pencarian khusus

Apabila yang anda cari sudah termasuk di dalam kelompok-kelompok pencarian khusus, maka lebih baik anda menggunakannya. Kelompok-kelompok pencarian khusus pada google.co.id kurang lengkap, sedang yang terdapat di google.com adalah:

13. Musik

Operator “music:” mengarahkan kepada isi yang berhubungan dengan musik saja.

Contoh: [ music:cinta ]

14. Konversi

Pergunakan Google untuk melakukan konversi satuan dengan cepat, baik ukuran panjang, berat, suhu, mata uang, dan lain-lain.

Contoh: [ 100 fahrenheit in celsius ], maka akan muncul jawaban 100 degrees Fahrenheit = 37.7777778 degrees Celsius.

15. Jenis atau format file

Jika anda hanya ingin mencari file dengan format .PDF atau .doc atau Word document, atau format tertentu lainnya, maka pergunakan operator “filetype:”.

Contoh:  [ filetype:PDF ], maka akan ditampilkan semua file dengan format PDF

16. Kata pada lokasi tertentu

Pada dasarnya Google akan mencari kata yang dikehendaki di semua situs yang ada, tetapi jika anda hanya menghendaki pada lokasi tertentu saja, anda dapat menggunakan operator seperti “inurl:” (pada situs saja), “intitle:” (pada judul saja), “intext:” (pada teks saja), dan “inanchor:” (pada link saja).

Contoh: [ intitle:buku ], maka ditemukan kata “buku” pada judul saja.

17. Halaman disembunyikan

Mencari sebuah versi dari halaman yang disimpan Google pada servernya?  Hal ini bisa membantu dengan halaman-halaman yang sudah lama atau yang masih baru.  Pergunakan operator “cached:”.

Contoh: [ cached:sains ], maka akan ditemukan situs-situs atau laman situs yang terhubung dengan kata “sains”.

 

Sumber :

BACA SELENGKAPNYA »

Model pembelajaran Reasoning and Problem Solving

Di abad pengetahuan ini, isu mengenai perubahan paradigma pendidikan telah gencar didengungkan, baik yang menyangkut content maupun pedagogy. Perubahan tersebut meliputi kurikulum, pembelajaran, dan asesmen yang komprehensif (Krulik & Rudnick, 1996). Perubahan tersebut merekomendasikan model reasoning and problem solving sebagai alternatif pembelajaran yang konstruktif. Rasionalnya, bahwa kemampuan reasoning and problem solving merupakan keterampilan utama yang harus dimiliki siswa ketika mereka meninggalkan kelas untuk memasuki dan melakukan aktivitas di dunia nyata.

Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking, critical thinking, dan creative thinking. Termasuk basic thinking adalah kemampuan memahami konsep. Kemampuan-kemapuan critical thinking adalah menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya, menentukan jawaban yang rasional, melukiskan kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis dan refleksi. Kemampuan-kemampuan creative thinking adalah menghasilkan produk orisinil, efektif, dan kompleks, inventif, pensintesis, pembangkit, dan penerap ide. image

Problem adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut (Krulik & Rudnick, 1996). Jadi aktivitas problem solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah. Kemampuan pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui kemampuan reasoning.

Model reasoning and problem solving dalam pembelajaran memiliki lima langkah pembelajaran (Krulik & Rudnick, 1996), yaitu:

  1. Membaca dan berpikir (mengidentifikasi fakta dan masalah, memvisualisasikan situasi, mendeskripsikan seting pemecahan,
  2. Mengeksplorasi dan merencanakan (pengorganisasian informasi, melukiskan diagram pemecahan, membuat tabel, grafik, atau gambar),
  3. Menseleksi strategi (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau eksperimen, reduksi atau ekspansi, deduksi logis, menulis persamaan),
  4. Menemukan jawaban (mengestimasi, menggunakan keterampilan komputasi, aljabar, dan geometri),
  5. Refleksi dan perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan alternatif pemecahan lain, memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahan, memformulasikan masalah-masalah variatif yang orisinil).

Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya peran guru sebagai transmitter pengetahuan, demokratis, guru dan siswa memiliki status yang sama yaitu menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh kesepakatan.

Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif, fasilitator, pemikir tingkat tinggi. Peran tersebut ditampilkan utamanya dalam proses siswa melakukan aktivitas pemecahan masalah.

Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang mampu membangkitkan proses berpikir dasar, kritis, kreatif, berpikir tingkat tinggi, dan strategi pemecahan masalah non rutin, dan masalah-masalah non rutin yang menantang siswa untuk melakukan upaya reasoning dan problem solving.

Sebagai dampak pembelajaran dalam model ini adalah pemahaman, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, keterampilan mengunakan pengetahuan secara bermakna. Sedangkan dampak pengiringnya adalah hakikat tentatif krilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan siswa, toleransi terhadap ketidakpastian dan masalah-masalah non rutin.

 

Referensi

  • Krulik, S. and Rudnik, J. A. 1996. The New Source Book Teaching Reasioning and Problem Solving in Junior and Senior Hig School. Massachusets: Allyn & Bacon.
BACA SELENGKAPNYA »

Penelitian Kolaboratif mplemetasi Pembelajaran Cooperaive Learning

A. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah sarana dan alat yang tepat dalam membentuk masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan dapat menyelesaikan masalah kehidupan yang dihadapinya. Sebab hingga saat ini dunia pendidikan dipandang sebagai sarana yang efektif dalam berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai hidup. Salah satu pendidikan yang dapat dilakukan masyarakat adalah pendidikan di sekolah mulai SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA dengan segala aspeknya. Kurikulum, pendekatan, metode, strategi dan model yang sesuai, fasilitas yang memadai dan sumber daya manusia yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang direncanakan. clip_image002

Salah satu tujuan pengajaran matematika adalah agar siswa mempunyai kemampuan yang dapat digunakan. Dengan memiliki kemampuan matematika, siswa diharapkan dapat menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam menghadapi masalah-masalah dalam berbagai bidang kehidupan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas, guru hendaknya memilih tugas-tugas matematika, model, strategi dan pendekatan pembelajaran matematika sedemikian hingga dapat memotivasi minat siswa dan meningkatkan keterampilan siswa, menciptakan suasana kelas yang mendorong dicapainya penemuan dan pengembangan ide matematika, dan membimbing secara individual, secara kelompok serta secara klasikal.

Matematika sebagai Queen of Sciences mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun kenyataannya bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami siswa (Wahyudin, 1999). Sehingga tidak heran kalau banyak siswa yang tidak senang terhadap matematika yang kemungkinan disebabkan oleh sulitnya memahami mata pelajaran matematika.

Kemampuan berpikir matematik telah banyak mendapat perhatian para peneliti maupun pendidik. Banyak perhatian yang difokuskan pada batasan dalam pemahaman siswa terhadap konsep dan juga pada keterampilan berpikir, penalaran, dan penyelesaian masalah mereka dalam matematika (Henningsen dan Stein; 1997). Gagasan aktivitas matematika yang berfokus pada kemampuan tersebut memandang matematika sebagai proses aktif dinamik, generatif, dan eksploratif. Proses matematika itu dinamakan dengan istilah bernalar dan berpikir matematika tingkat tinggi (high-level mathematical thinking and reasoning). Beberapa aspek berpikir matematika tingkat tinggi adalah pemecahan masalah matematik, komunikasi matematik, penalaran matematik dan koneksi matematik (Romberg dalam NCTM, 1989; NCTM. 2000).

Kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi bersifat kompleks dan memerlukan prasyarat konsep dan proses dari yang lebih rendah baik dari segi materi maupun cara mempelajari/mengajarkannya, sehingga dalam pembelajarannya perlu dipertimbangkan tugas matematika serta suasana belajar yang mendukung untuk mendorong kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi tersebut. Hal ini menyangkut pengambilan keputusan pembelajaran yang digunakan di kelas.

Keterkaitan antara berpikir tingkat tinggi dengan pelajaran matematika dijelaskan oleh Romberg (dalam NCTM, 1989) dengan menyatakan bahwa beberapa aspek berpikir tingkat tinggi yaitu pemecahan masalah matematika, komunikasi matematik, penalaran matematik dan koneksi matematik.

Polya (1985) menyebutkan empat langkah dalam penyelesaian masalah, yaitu: 1) memahami masalah; 2) merencanakan pemecahan; 3) melakukan perhitungan; dan 4) memeriksa kembali. Setiap aspek dalam berpikir matematik tingkat tinggi mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga agar tidak terlalu melebar, dalam penelitian ini yang akan diukur hanya dua aspek, yaitu pemecahan masalah matematik dan koneksi matematik.

Salah satu metode pembelajaran yang kreatif, inovatif dan efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi adalah metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran yang siswanya dibentuk menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4 sampai 6 orang, bekerja secara kolaboratif dengan struktur kelompok heterogen (Slavin, 1995), dengan pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang, untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama berlangsungnya proses pembelajaran dan mencari sendiri dengan didasari pada pengetahuan yang telah dimilikinya (Sunal & Hans, dalam Haryanto, 2000).

Implementasi metode pembelajaran ini diupayakan agar meningkatkan penguasaan konsep matematika dan penumbuhan kreativitas siswa, serta penciptaan iklim yang kondusif bagi siswa dalam pengembangan daya nalar dan berpikir tingkat tingginya. Pengembangan pembelajaran ini hanya dimungkinkan jika hubungan kerjasama antar siswa terjalin dengan baik, komunikasi tercipta secara dialogis, Kolaborasi dan partisipasi dapat terbentuk dan terbina secara efektif serta hubungan persahabatan yang saling percaya dapat terjalin dengan baik. Pembelajaran yang berorientasi kepada penciptaan iklim yang kondusif dapat membangun hubungan kerjasama, berbagi informasi, pengetahuan dan pengalaman antar sesama siswa maupun guru dengan siswa. Penciptaan suasana kooperatif dapat membangun hubungan interaksi secara intensif dan saling menguntungkan. Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi maka pengaruh pembelajaran kooperatif secara umum hasilnya positif (Slavin, dalam Grouws; 1984). Peneliti langsung mengujicobakan pembelajaran kooperatif di kelas dan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (biasa) di kelas lain pada sekolah yang sama.

Belajar kontekstual akan terjadi ketika peserta didik menerapkan dan mengalami apa yang telah diajarkan yang berkaitan dengan masalah nyata, dengan peranan dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, warganegara,peserta didik dan pekerja. Pembelajaran kontekstual menekankan pada tingkat berfikir yang tinggi, transfer pengetahuan yang lintas disiplin akademik, pengumpulan, analisis, dan sintesis informasi atau data dari berbagai sumber dan sudut pandang. Blanchard (2001) memandang pembelajaran kontekstual sebagai suatu konsepsi yang membantu guru menghubungkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia nyata yang berguna untuk memotivasi peserta didik dalam membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan sebagai anggota keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja. Dengan demikian, inti dari pembelajaran kontekstual adalah melibatkan situasi dunia nyata sebagai sumber maupun terapan materi pelajaran.

Parnel dalam Owens (2001) menyatakan bahwa dalam pengajaran kontekstual, tugas utama guru adalah memperluas persepsi peserta didik sehingga makna atau pengertian itu menjadi mudah ditangkap dan tujuan pembelajaran segera mudah dimengerti. Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan kontekstual sangat diharapkan pada siswa di SMAN 1 Kempo sehingga output (keluaran) dari siswa terhadap mata pelajaran matematika dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian sangat diharapkan model pembelajaran kontekstual terutama pada mata pelajaran matematika oleh guru mata pelajaran dan termasuk kepala sekolah.

Dari uraian masalah tersebut, pemasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana motivasi belajar siswa di SMAN 1 Kempo melalui pembelajaran kontekstual Cooperative Learning?

  1. Bagaimana kemampuan matematik siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif?

3. Bagaimana tingkat prestasi belajar siswa di SMA 1 Kempo dengan bahan ajar yang digunakan oleh guru ?

  1. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperative dan soal-soal yang kontekstual .

Dari masalah di atas dibatasi hal-hal sebagai berikut :(1) Implementasi pembelajaran matematika di kelas melalui pendekatan kontekstual. (2) peningkatan penguasaan siswa terhadap standar kompetensi matematika, yang meliputi penguasaan kognitif, apektif, dan psikomotor.

Pada penelitian tindakan ini, peneliti secara kolaboratif melakukan tindakan-tindakan siklus sebanyak 3 siklus. Setiap siklus akan memiliki tahapan sebagai berikut: (1) mengidentifikasi permasalahan kualitas proses belajar mengajar yang mengakibatkan rendahnya prestasi belajar matematika siswa dan memberikan solusi pemecahan masalah pada proses belajar mengajar, (2) mengkaji seluruh komponen pembelajaran dan keterampilan menggunakan pendekatan pembelajaran sesuai dengan materi yang disajikan, (3) mengaplikasikan model pendekatan pembelajaran dengan kontekstual melalui kegiatan pelatihan, (4) mengaplikasikan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dalam kegiatan real teacing. Perubahan dari siklus pertama sampai dengan siklus berikutnya dilakukan secara simultan, artinya siklus awal merupakan dasar bagi perubahan pada siklus sebelumnya. Siklus terakhir dikatakan berhasil jika indikator kerja yang telah ditetapkan telah terpenuhi secara optimal.

Penelitian tindakan ini bertujuan : (a). untuk mengetahui minat atau motivasi belajar siswa SMAN 1 KEMPO dalam belajar matematika jika menggunakan pendekatan kontekstual. (b). Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa SMAN 1 KEMPO terhadap bahan ajar yang telah disiapkan oleh guru. (c).Mendeskripsikan keterampilan kooperatif siswa selama bekerja dalam kelompok. (d).mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif dan soal-soal koneksi dan pemecahan masalah matematik

Melalui kajian tindakan kelas oleh Pengawas dan guru secara kolaboratif ini akan memberikan kontribusi pada: (a).Proses pembelajan, dimana para rancangan, proses, maupun evaluasi dilakukan secara komprehensif dengan memperhatikan seluruh kompetensi siswa dan sumber belajar. (b).Inovasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, terlihat pada rancangan dan tindakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif pada kegiatan yang bervariasi dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada, di samping itu guru akan melakukan evaluasi terhadap kemampuan siswa baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.

Beberapa konsep dan istilah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.(a). Merencanakan Pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental ( developmentally appropriate) siswa. (b). Membentuk group belajar yang saling tergantung ( inredepwendent learning groups). (c).Mempertimbangkan keragaman siswa ( disversity of students). (d). Menyediakan lingkunag yang mendukung pembelajaran mandiri dengan 3 karakteristrik yaitu kesadaran berpikir, penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan. (e).memeperhatikan multi intelegensi. (f).menggunakan teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir timgkat tinggi, (g). mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika diberikan kesempatan untuk bekerja, menemukan, (h). Mengembagkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan ( questioning)menerapkan penilaian autentik. (i). Metode pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang menekankan aktivitas belajar siswa secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 siswa. Untuk mempelajari materi dan mengerjakan tugas, anggota kelompok bertanggung jawab atas kesuksesan kelompoknya. Selain itu menekankan pada aspek sosial, diantaranya nilai gotong royong, saling percaya, kesediaan menerima dan memberi, serta saling menghargai pendapat teman. (j).Keterampilan kooperatif siswa adalah tingkat penguasaan keterampilan kooperatif yang meliputi : berada dalam tugas, menghargai pendapat orang lain, mendengarkan dengan aktif, mengambil giliran dan berbagi tugas, bertanya serta memeriksa ketepatan.

Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah : (a).Dengan bahan ajar yang digunakan oleh guru maka dapat membuat motivasi atau minat belajar siswa SMA Negeri 1 Kempo menjadi meningkat. (b). Melalui pembelajaran dengan pendekatan Cooperative Learning maka dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMAN 1 Kempo

B. METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN

  1. Desaian Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Tanggart dengan tahapan perencanaan, tindakan dan pengamatan serta refleksi untuk setiap siklus. Penelitian ini bersifat kolaboratif karena melibatkan guru SMAN 1 KEMPO yang dipilih. Penelitian ini dirasa cocok untuk pemecahan masalah masalah karena memungkinkan peneliti untuk melakukan tindakan atau peningkatan terhadap suatu program Supervisi pembelajaran dengan melibatkan guru di sekolah lokasi binaan.

2. Setting Penelitian

Lokasi penelitian di pilih SMAN 1 KEMPO karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang tergolong rendah dalam hal peningkatan prestasi belajar matematika, hal ini peneliti peroleh dari data UAN tahun pelajaran 2007/2008 dengan nilai rata-rata 3,75. Untuk pemecahan masalah dilakukan sebanyak 3 (tiga) siklus atau sebanyak 3 (tiga) bulan efektif. Setiap siklus memiliki tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan, pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

· Tim mengidentifikasi permasalahan kualitas proses belajar mengajar, penguasaan siswa terhadap standar materi/prestasi belajar siswa sebagai acuan dalam memetakan permasalahan pokok pada penguasaan metode/pendekatan pembelajaran, serta hasil evaluasi

· Tim peneliti berdiskusi merumuskan kriteria yang tepat dalam implementasi pendekatan pembelajaran kontektual dan tingkat penguasaan siswa terhadap standar materi matematika;

· Tim peneliti bersama-sama menyusun model pembelajaran dengan pendekatan kontektual terhadap materi yang akan disampaikan;

· Tim peneliti bersama-sama menyusun alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada aspek kognitif, apektif dan psikomotor berdasarkan standar materi matematika;

· Tim peneliti menyusun instrumen yang digunakan untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran;

· Tim peneliti mengadakan micro teaching untuk mengetahui efektifitas implementasi pendekatan kontekstual;

· Tim peneliti menetapkan model yang tepat untuk kegiatan tindakan.

b. Tahap Tindakan,

pada tahap ini, Team (Pengawas bersama guru matematika) melaksanakan seluruh isi pesan dalam tahap perencanaan pada proses pembelajaran berdasarkan pendekatan yang digunakan dan diakhiri dengan kegiatan evaluasi.

c. Tahap Observasi,

pada tahap ini hakekatnya dimaksudkan untuk mengatahui:

· Apakah seluruh materi pembelajaran sesuai dengan metode/pendekatan yang digunakan;

· Apakah seluruh materi pembelajaran telah dilaksanakan oleh guru sesuai dengan pendekatan yang telah ditetapkan;

· Apakah alat evaluasi telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan;

· Adakah kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam menggunakan pendekatan kontektual seperti yang telah ditetapkan dalam KBK;

· Faktor-faktor apakah yang menyebabkan hal itu terjadi;

· Alternatif-alternatif apakah yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah yang ada;

· Apakah hasil yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut.

d. Tahap Refleksi dan Evaluasi,

Pada tahap ini seluruh anggota tim peneliti berkumpul dan berdiskusi untuk membahas temuannya selama kegiatan observasi. Hasil yang telah diperoleh dari sebelumnya dan sesudah dilakukannya tindakan, kemudian hasil keduanya dibandingkan. Kegiatan komparasi ini untuk mengetahui kualitas implementasi pendekatan kontekstual dan tingkat penguasaan siswa terhadap standar matematika.

Siklus pertama:

1) melaksanakan tahapan perencanaan,

2) tahapan tindakan,

3) tahapan Observasi, dan

4) tahapan Refleksi dan evaluasi.

Hasil akhir pada refleksi dan evaluasi siklus pertama digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pada siklus kedua dan seterusnya sampai dengan siklus ketiga (terakhir). Pada bagian siklus ketiga, peneliti memperoleh model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

Indikator keberhasilan tindakan ini, meliputi:

1) motivasi atau minat belajar siswa dengan pendekatan kontekstual pada pembelajaran matematika, ditandai dengan unsur kreativitas siswa, keaktifan siswa, dan pelibatan sumber belajar secara menyeluruh;

2) peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan konsep matematika dengan ditandai dengan unsur penggunaan evaluasi pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, dan apektif, dengan ukuran skor minimal KKM = 65 (ketuntasan belajar individual 65%) dan klsikal 85 %, berdasarkan standar materi yang telah ditetapkan.

Dengan mencermati seluruh uraian di atas, dapat ditetapkan bahwa sumber data penelitian ini berasal dari guru (tim peneliti) dan siswa. Dari guru, peneliti memperoleh data tentang implementasi pendekatan kontekstual pembelajaran matematika Dari siswa peneliti peroleh data prestasi belajar matematika. Data dari guru diperoleh dari lembar dokumentasi untuk memperoleh kesiapan proses pembelajaran di kelas, sedangkan dari siswa, lembar tes digunakan untuk mengetahui penguasan standar materi matematika, yaitu pemahaman (apektif) dan tindakan (psikomotor) siswa.

3. Analisa Data

Data yang diperoleh dari keseluruhan tindakan (siklus) selanjutnya dianalisis secara kualitatif dengan tahapan-tahapan meliputi:

1) Reduksi data, tim peneliti akan malakukan penyederhanaan data mentah dari keseluruhan tahapan siklus dengan jalan membuat fokus, klsifikasi, abstraksi data kasar menjadi data yang bermakna untuk dianalisis;

2) Hasil tahapan pertama disajikan secara deskriptif melalui visualisasi bentuk tabel sehingga memudahkan untuk membaca data;

3) Penyimpulan atas sajian data hasil analisis. Hasil merupakan dampak yang diperoleh dari keseluruhan siklus sehingga dapat diketahui tingkat keoptimalan tindakan tentang implementasi pendekatan kontekstual dalam standar materi matematika.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Penelitian yang berlangsung tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan, diagnosa/observasi dan tahap refleksi dan evaluasi. Hasil seluruh siklus disajikan sebagai berikut:

Siklus Pertama

Siklus ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2008, data yang diperoleh pada siklus ini dikelompokkan menjadi tiga bagian sekaligus menunjukkan tahapan kegiatan tiap satu siklus, yakni perencanaan, tindakan dan observasi, serta analisis dan refleksi. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut.

No.

Tahap Kegiatan

Hasil Tindakan

1

Perencanaan

· Dalam proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh guru selama ini masih didominasi oleh guru, sehingga siswa cendrung pasif dalam menerima materi pelajaran.

   

· Selanjutnya pada tahap perencanaan ini diperoleh kesepakatan dan hasil diskusi untuk pembenahan proses pembelajaran matematika sesuai dengan rencana penelitian yaitu: tersusunnya rencana pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

2

Tindakan dan Observasi

Guru menerapkan skenario pembelajaran yang telah ada dengan memanfaatkan media pembelajaran dan strategi pembelajaran kontekstual dengan pendekatan cooperative leraning pada Kompetensi Dasar perkalian, permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah, serta merumuskan dan menentukan peluang kejadian dari berbagai situasi serta tafsirannya.

· Siswa sangat antosias dalam proses pembelajaran karena materi pelajaran menjadi menarik.

· Siswa aktif dalam proses pembelajaran, sementara guru hanya sebagai mediator dan fasilitator (semua siswa memiliki buku paket matematika sebagai acuan dalam pembelajaran).

· Ada beberapa hal yang belum terlaksana dengan baik yaitu ada bagian materi yang telah direncanakan untuk dibahas tidak terlaksanakan

   

karena cakupan materi terlalu luas. Oleh karena itu perlu dibatasi ruang lingkup sesuai dengan metode yang digunakan.

· Evaluasi dalam proses pembelajaran belum dapat dilaksanakan karena kurangnya waktu yang tersedia.

3

Refleksi dan Rencana Selanjutnya

Peneliti dan guru mata pelajaran melakukan diskusi bersama untuk membenahi kekurangan yang ada yaitu dalam perencanaan pembelajaran, kedua belah pihak sepakat untuk meningkatkan proses pembelajaran sesuai dengan indikator yang telah disepakati.

2. Siklus Kedua

Siklus ini dilaksanakan pada bulan September 2008, dan hasilnya dapat terlihat pada tabel berikut:

No.

Tahap Kegiatan dan Siklus

Hasil Tindakan

1

Perencanaan

· Peneliti dan guru menyusun model skenario pembelajaran dengan cakupan materi yang sesuai dengan jumlah jam pelajaran (2 jam pelajaran) dengan pendekatan pembelajarn kontektual

   

· Merancang evaluasi pembelajaran untuk mengukur kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa dalam proses pembelajaran.

Ada kesepakatan antara peneliti dan guru bahwa guru sebagai pelaksana pembelajaran akan mempertahankan dan meningkatkan kemajuan yang telah diperolehnya.

2

Tindakan dan Observasi

Guru melaksanakan skenario pembelajaran yang hasilnya sebagai berikut:

· Guru tidak lagi merasa kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, sedangkan minat dan motivasi siswa sangat tinggi dalam proses pembelajaran.

· Media pembelajaran yang dirancang dapat dimamfaatkan/dilaksanakan meskipun belum optimal.

· Pada akhir pembelajaran, guru telah melakukan evaluasi pembelajaran dan siswa

   

dibimbing untuk membuat resume pembelajaran.

Siswa lebih mudah untuk memahami materi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL Cooperative Learning pada Kompetensi Dasar perkalian, permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah, serta merumuskan dan menentukan peluang kejadian dari berbagai situasi serta tafsirannya.

· .

· Siswa cukup aktif dalam proses pembelajaran baik dari segi bertanya, menanggapi maupun mengerjakan tugas dalam aktivitas pembelajaran.

· Guru masih tidak cukup waktu dalam penyampaian materi pembelajaran, terutama dalam proses pembimbingan siswa dalam membuat resume pembelajaran.

3

Refleksi dan Rencana Selanjutnya

· Guru sebagai pelaksana tindakan menyadari kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk itu disepakati untuk melakukan pembebahan skenario pembelajaran agar dapat mengakomodasi alokasi waktu yang tersedia, sehingga dapat dilakukan kegiatan pembelajaran inti, evaluasi dan resume pembelajaran.

   

· Guru sudah mampu menerapkan media dan dan strategi pembelajaran. Hal ini perlu ditingkatkan lagi dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya.

3. Siklus Ketiga

Siklus ini dilaksanakan selama bulan Oktober 2008. Hasilnya dapat terlihat pada tabel berikut:

No.

Tahap Kegiatan dan Siklus

Hasil Tindakan

1

Perencanaan

· Peneliti dan guru menyusun skenario pembelajaran untuk siklus ketiga (terakhir) dengan memperhatikan beberapa hal sebagai implementasi refleksi siklus sebelumnya, meliputi pentingnya sistem kerja sama (belajar kelompok) bagi siswa dan interaksi guru dengan siswa.

· Bagian penting yang tidak boleh diabaikan adalah dalam mengembangkan skenario pembelajaran, dengan memperhatikan tujuh kunci utama dalam pembelajaran kontekstual.

2

Tindakan dan Observasi

Guru melaksanakan skenario pembelajaran yang ada, dan hasil yang dicapai sebagai berikut:

· Terdapat peningkatan yang sangat berarti pada interaksi belajar guru-siswa. Aktivitas ini berlangsung dalam suasana menghargai potensi siswa pada seluruh aspek secara integrasi.

· Terdapat peningkatan jumlah siswa yang memberikan respon terhadap pembahasan materi faktorisasi bentuk aljabar sehingga semakin bertambah banyak yang telah tuntas dalam belajarnya.

Pola kerja kelompok dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap hasil perkembangan intelektual siswa dalam memahami materi Kompetensi Dasar perkalian, permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah, serta merumuskan dan menentukan peluang kejadian dari berbagai situasi serta tafsirannya.

· , sehingga hasil yang dicapai optimal.

· Siswa memberikan respon positif terhadap guru yang melakukan evaluasi secara komperehensif. Evaluasi yang hanya terfokus satu aspek dapat membosankan siswa.

3

Refleksi dan Rencana Selanjutnya

Seperti siklus sebelumnya, peneliti melakukan analisis terhadap perolehan data selama siklus, dan hasilnya adalah:

· Perolehan data pada siklus terakhir menunjukkan bahwa terdapat peningkatan perolehan hasil belajar siswa yaitu proses ketuntasan belajar siswa menjadi meningkat. Hal ini diperoleh dari hasil anlisa data yang telah dilakukan oleh peneliti.

· Intraksi guru-siswa dalam proses belajar mengajar semakin optimal, suasana belajar siswa sangat menyenangkan dan motivasi belajar siswa meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan kualitas siswa, kuantitas siwa yang memberikan respon, dan kuantitas siswa menurun tentang pemahaman konsep faktorisasi bentuk aljabar.

Pembahasan Hasil

1. Siklus Pertama

Pada tahap perencanaan, data menunjukkan bahwa pembelajaran matematika yang diterapkan oleh guru selama ini masih berorientasi pada penguasaan konsep secara kognitif. Anak lebih banyak belajar menghafal rumus-rumus atau cara memfaktorkan dari pada menentukan sendiri proses pemfaktoran, hal ini membuat anak menjadi bosan dan jenuh dalam belajar matematika. Pendekatan dan metode yang digunakan guru kurang bervariatif, masih terfokus pada guru, siswa kebanyakan pasif dalam menerima pelajaran. Dalam proses perencanaan ini diperoleh kesepakatan tentang model pembelajaran dan hasil diskusi untuk pembenahan proses pembelajaran kontekstual ,tersusunnya model evaluasi yang dapat mengukur pemehaman anak yang lebih dalam yaitu aspek afektif dan aspek psikomotor, dan guru telah memiliki kesiapan untuk menerapkan model pembelajaran yang ada.

Pada bagian tindakan dan observasi, nampak bahwa guru menerapkan skenario pembelajaran yang telah disusun dengan memanfaatkan media pembelajaran yang ada disekitar lingkungan sekolah dan implementasi pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Faktorisasi Bentuk Aljabar. Hasil pengamatan jalannya proses pembelajaran menunjukkan bahwa cukup antusias dalam pembelajaran karena dilihat dari angket responden yang telah disebarkan sebagian besar dari siswa menjawab senang dan gembira dalam belajar matematika, sehingga motivasi siswa makin tinggi.

Beberapa hal yang belum terlaksana dengan baik adalah terdapat beberapa bagian materi yang belum sempat disampaikan karena cakupan materi cukup luas dan kurangnya waktu yang disediakan. Untuk itu perlu direncanakan media dan strategi pembelajaran yang bervareasi, sehingga pembelajaran lebih menarik lagi. Pelaksanaan evaluasi dan proses bimbingan untuk membuat resume belum sempat dilaksanakan karena kekurangan waktu.

Dari hasil analisa data dan refleksi diperoleh bahwa dari 39 0rang siswa kelas II diperoleh nilai tertinggi 100 dan terendah 50, jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya 22 orang dengan prosesntase ketuntasan kelasikal 56, 4 %.

Dengan memperhatikan hasil pengolahan data, maka peneliti dan team sepakat untuk meningkatkan proses pembelajaran sesuai kriteria yang disepakati bersama, dan hal ini sangat penting untuk melaksanakan siklus kedua.

2. Siklus Kedua

Pada bagian perencanaan, setelah memperhatikan hasil analisis dan pengolahan data, maka pada siklus ini menunjukkan bahwa telah dilakukan penyusunan kembali skenario pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dengan cakupan materi sesuai yang telah ditetapkan team dan jangka waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Di samping itu telah dilaksanakan pula proses pembimbingan untuk membuat resume dari materi yang telah disampaikan, evaluasi berupa soal-soal latihan juga telah diterapkan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan. Bagian-bagian penting yang telah dicapai pada siklus pertama akan dipertahankan dan sekaligus ditingkatkan pada siklus ini.

Setelah dilakukan serangkaian tindakan, maka hasil observasi menunjukkan bahwa guru melaksanakan skenario pembelajaran yang telah disusun, guru nampak lebih santai dalam proses pembelajaran karena siswa aktif berdiskusi tentang materi yang dipelajarinya. Di samping utu guru dengan leluasa memberikan bimbingan kepada kelompok siswa yang membutuhkan penjelasan. Siswa lebih mudah dan cepat dalam memahami materi pembelajaran, siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pada akhir pembelajaran siswa sudah bisa membuat resum sendiri tanpa bimbingan dari guru dan dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan guru., namun waktu yang tersedia cuka tidak cukup untuk menyelesaikan soal.

Dari hasil analisa data dan refleksi pada siklus ini diperoleh bahwa dari 39 0rang siswa kelas II diperoleh nilai tertinggi 98 dan terendah 58, jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya 31 orang dengan prosesntase ketuntasan kelasikal 79,5 %.

Dengan memperhatikan hasil pengolahan data, maka peneliti dan team sepakat untuk meningkatkan proses pembelajaran sesuai kriteria yang disepakati bersama, dan hal ini sangat penting untuk melaksanakan siklus ketiga.

3. Siklus Ketiga

Peneliti bersama guru menyusun skenario pembelajaran untuk siklus terakhir (ketiga). Implementasi refleksi dari siklus sebelumnya adalah pentingnya masyarakat belajar (kelompok belajar) dalam memahami konsep-konsep matematika khususnya pada materi Faktorisasi Bentuk Aljabar. Bagian penting yang tidak boleh diabaikan adalah interaksi antara guru – siswa senantiasa harus dipertahankan dan dikembangkan. Dan yang tidak boleh diabaikan adalah penerapan ketujuh kunci utama dari pembelajaran kontekstual, sehingga sebagai dasar bagi implementasi refleksi siklus sebelumnya.

Berdasarkan implementasi dari semua siklus, diketaui bahwa pada siklus kelima (terakhir) data telah menunjukkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik dan optimal, hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data pada siklus ketiga (terakhir) yaitu dari jumlah siswa 39 orang, yang telah tuntas belajarnya adalah sejumlah 35 orang atau dengan prosentase ketuntasan belajar secara kelasikal 89,7 %.

Adapun hasil perolehan pengolahan data dari siklus pertama sampai dengan siklus terakhir (ketiga) dapat dilihat pada tabel berikut:

clip_image002[6]

 

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dari semua siklus, diketahui bahwa :

1. Pada siklus ketiga (terakhir) data telah menunjukkan adanya perubahan kearah lebih optimal sebagai bentuk telah terjadinya suatu peningkatan prestasi belajar siswa dengan sistem ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu 65 % untuk individual dan 85 % secara kelasikal telah menguasai indicator atau KD yang diujikan.

2. Keoptimalan implementasi skenario pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual ditandai dengan adanya penyusunan dan penerapan skenario pembelajaran yang telah memenuhi unsur keterlibatan aktif siswa, motivasi belajar siswa yang semakin tinggi (semangat belajar siswa menjadi bergairah) serta pelibatan sumber belajar secara menyeluruh.

3. Penerapan ini berdampak pada peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep matematika yang ditandai dengan unsur penguasaan evaluasi pembelajaran. Di samping itu peningkatan prestasi belajar yang diperoleh siswa sebagai wujud dari implementasi tindakan setiap siklus.

4. Bagian penting yang tidak boleh diabaikan dalam mengembangkan skenario pembelajaran adalah dengan memperhatikan ketujuh kunci utama dalam proses pembelajaran kontekstual sebagai dasar bagi penyelenggaraan pembelajaran.

5. Peningkatan kemampuan matematik siswa yang memperoleh pembelajaran cooperative menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional (biasa).karena pembelajaran kooperatif memunculkan sikap aktif dan kreatif siswa, terutama mencoba menyelesaikan soal-soal yang diberikan, berdiskusi dengan temannya sesama kelompok, dan siswa berani mengemukakan atau mengajukan pertanyaaan kepada guru.

6. Tanggapan atau respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif adalah positif. Pembelajaran ini juga membuat siswa merasa senang, tertarik, tertantang, terbantu dan dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dalam belajar oleh kegiatan kelompok. Selain itu, selama proses pembelajaran siswa juga terlihat tidak bosan belajar. Hal ini terlihat dari antusias dan semangat belajarnya meningkat, tumbuhnya sikap saling menghargai dan keberanian dalam menyampaikan suatu pertanyaan atau tanggapan.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. SMA Negeri 1 Kempo diharapkan dukungan dan berpartisipasi aktif dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika. mengatasi kekurangan-kekurangan yang dialami oleh guru dalam menyelenggarakan pembelajaran.

2. Guru mata pelajaran matematika hendaknya selalu memperhatikan implementasi skenario pembelajaran matematika sesuai dengan pendekatan kontekstual, yang ditandai dengan adanya penerapan ketujuh kunci utama pembelajaran CTL.

3. Kepada guru matematika SMA, disarankan sebaiknya menciptakan suasana belajar yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya dalam bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga dalam belajar siswa menjadi berani berargumentasi, lebih percaya diri, dan kreatif. Siswa dapat saling bekerja sama dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif, salah satu yang dapat memunculkan suasana tersebut adalah belajar kooperatif.

DAFTAR PUSTAKA

Bahri S. (2003). Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Pemberian Bahan Ajar Pada Topik Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan.

Berlin, D. F. dan Hillen, J.A. (1994). Making Connections in Math and Science: Identifying Student Outcomes. School Science and Mathematics Volume 94.

Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : Universitas Negeri Surabaya

Ibrahim, M dan Nur, M (2000) Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya : UNESA University P

Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conseptual Learning Gain in Physics. American Journal of Physics. Vol. 70. Page. 1259-1268.

Slavin, R.E. (1995). Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice. Second Edition. Massachusetts : Allyn and Bacon Publishers

Sudjana. (1992). Metode Statistika, Edisi ke-5. Bandung : Tarsito

Sugiono (2002) Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.

Suharsimi_Arikunto. (2002), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bumi Angkasa, Jakarta.

_________ (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jogjakarta, Kanisus

Turmudi (Ed). (2001) Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, JICA, FPMIFA-UPI

_________ (2000). Kecenderungan Pembelajaran Matematika pada Abad 21: Bandung: Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika FP MIPA

________ (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Seminar Tingkat Nasional FPMIPA UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

_________ (2001). Belajar Tuntas dalam Pembelajaran Matematika Perlu Dipertanyakan. Makalah pada Seminar Nasional JICA. FMIPA UPI Bandung.

 

IDENTITAS PENGIRIM

Judul Artikel : Implemetasi Pembelajaran Cooperaive Learning Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi belajar Matematika Pada SMA Negeri 1 Kempo(Penelitian Kolaboratif)

Suaidin Pengawas Sekolah Dinas Dikpora Dompu-NTB

Nama Pengarang :Suaidin

Nomor Identitas, NIP, NIY :196301081987031013

Institusi Kerja :Pengawas Sekolah Dinas Dikpora Dompu-NTB

Email :dinusmath63@gmail.com

Alamat Blog :http://suaidinmath.wordpress.com

Kirimkan artikel anda DISINI

BACA SELENGKAPNYA »

Sabtu, 28 April 2012

Model pembelajaran Group Investigation

Model Pembelajaran Group Investigation, Ide model pembelajaran geroup investigation bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku Democracy and Education (Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan adalah:

  1. siswa hendaknya aktif, learning by doing;
  2. Belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik;
  3. Pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap;
  4. Kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa;
  5. Pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting;
  6. Kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata. Model Pembelajaran Group Investigation

Gagasan-gagasan Dewey akhirnya diwujudkan dalam model group-investigation yang kemudian dikembangkan oleh Herbert Thelen. Thelen menyatakan bahwa kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi (Arends, 1998). Model group-investigation memiliki enam langkah pembelajaran (Slavin, 1995), yaitu:

  • Grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, memilih topik, merumuskan permasalahan),
  • Planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa melakukan apa, apa tujuannya),
  • Investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data, membuat inferensi),
  • Organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulis),
  • Presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan), dan
  • Evaluating (masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman.

Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya arahan guru, demokratis, guru dan siswa memiliki status yang sama yaitu menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh kesepakatan.

Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif. Peran tersebut ditampilkan dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan perseorangan. Peranan guru terkait dengan proses pemecahan masalah berkenaan dengan kemampuan meneliti apa hakikat dan fokus masalah. Pengelolaan ditampilkan berkenaan dengan kiat menentukan informasi yang diperlukan dan pengorganisasian kelompok untuk memperoleh informasi tersebut. Pemaknaan perseorangan berkenaan dengan inferensi yang diorganisasi oleh kelompok dan bagaimana membedakan kemampuan perseorangan.

Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, peralatan penelitian yang sesuai, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.

Sebagai dampak pembelajaran adalah pandangan konstruktivistik tentang pengetahuan, penelitian yang berdisiplin, proses pembelajaran yang efektif, pemahaman yang mendalam. Sebagai dampak pengiring pembelajaran adalah hormat terhadap HAM dan komitmen dalam bernegara, kebebasan sebagai siswa, penumbuhan aspek sosial, interpersonal, dan intrapersonal.

 

Referensi

  • Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw-Hill.
BACA SELENGKAPNYA »

Jumat, 27 April 2012

Arti Penelitian

Penelitian (riset, research) merupakan penyelidikan suatu masalah secara sistematis, kritis, ilmiah, dan lebih formal. Penelitian bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan yang memiliki kemampuan deskripsi dan/atau prediksi. image

Kerja penelitian umumnya terdiri dari beberapa langkah utama, yaitu :

  • melakukan kajian terhadap permasalahan,
  • melakukan kajian teoritik dari permasalahan untuk kemudian secara
    deduksi dirumuskan menjadi hipotesis dari masalah yang dihadapi,
  • mengumpukan data empirik guna pengujian hipotesis,
  • mengadakan uji hipotesis, dan
  • menarik kesimpulan.

Apapun jenis penelitiannya, kegiatan penelitian memiliki tahapan kerja sebagai berikut: (a) mendapatkan dan merumuskan masalah, (b) mengKaji teori untuk merumuskan hipotesis atau menetapkan kriteria variabel dalam pengembangan/perancangan/pendeskripsian, (c)mengumpulkan fakta empirik, baik dengan menggunakan berbagai instrumen, melakukan perlakuan, atau dengan membuat produk tertentu, (d) menganalisis temuan fakta atau produk dengan kriteria teoritik untuk pengambilan kesimpulan, dan (e) menyimpulkan hasil dan mempublikasi hasil penelitiannya.

Kegiatan penelitian timbul karena adanya sifat manusia yang selalu ingin tahu. Rasa ingin tahu tersebut membawa permasalahan. Penelitian dilakukan untuk memperoleh jawaban terhadap permasalahan yang membutuhkan jawaban ilmiah. Permasalahan penelitian dapat berupa pencarian teori, pengujian teori ataupun untuk menghasilkan suatu produk guna pemecahan masalah praktis yang berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.

BACA SELENGKAPNYA »

SHORTCUT PENTING ADOBE PHOTOSHOP

SHORTCUT YANG BEKERJA DENGAN ADOBE PHOTOSHOPpsh

MEMILIH ALAT

Ctrl + A : Memilih semua layer (select all).

Ctrl + D : Menghilangkan pilihan.

Ctrl + R : Penggaris.

L : Mengaktifkan Lasso Tool, Polygonal Lasso Tool, atau Magnetic Lasso Tool.

M : Mengaktifkan Rectangular Marquee Tool atau Elliptical Marquee Tool.

Memilih alat > Enter : Memilih Feather.

Memilih > Ctrl + J : Layer lewat copy.

Memilih > Ctrl + T : Memperbesar atau mengecilkan object.

Memilih > Shift + Ctrl + I : Membalik pilihan (Select Inverse).

Memilih > Shift + Ctrl + J : Layer lewat cut.

Shift + Ctrl + D : Mengulang pilihan yang terakhir dibuat (Reselect).

Shift + L : Berpindah antara Lasso Tool, Polygonal Lasso Tool, atau Magnetic Lasso Tool.

Shift + M : Berpindah antara Rectangular Marquee Tool atau Elliptical Marquee Tool.

Alt + memilih alat : Mengaktifkan cara pengoperasian substract from selection (mengurangi pilihan).

Shift + memilih alat : Mengaktifkan cara pengoperasian add to selection (menambah pilihan).

Shift + Alt + memilih alat : Mengaktifkan cara pengoperasian intersect with selection (memotong pilihan).

W : Mengaktifkan Magic Wand Tool.

Lasso Tool, Polygonal Lasso Tool, Magnetic Lasso Tool, Rectangular Marquee Tool, atau Elliptical Marque Tool > Seret > Shift : Memilih bujur sangkar atau elip.

 

MOVE TOOL

Alt + seret objek : Menggeser sekaligus menggandakan layer.

Ctrl + klik object : Mengaktifkan layer.

Klik kanan objek : Menampilkan menu konteks berisi pilihan layer.

Sembarang alat + Ctrl : Mengaktifkan Move Tool selama tombol Ctrl ditekan.

Shift + seret layer : Menggeser layer dengan kelipatan sudut 450.

Shift + Alt + seret objek : Menggeser dengan kelipatan sudut 450 sekaligus menggandakan layer.

V : Mengaktifkan Move Tool.

 

CROP TOOL

Alt + seret : Membuat kotak cropping dari pusat.

C : Mengaktifkan Crop Tool.

Shift + seret : Cropping dengan bentuk bujur sangkar.

BRUSH TOOL

Alt + klik objek : Mengambil contoh warna objek pada kotak Foreground color.

B : Mengaktifkan Brush Tool.

Klik kanan : Menampilkan kotak dialog pengaturan Brush Tool.

Shift + seret : Mewarnai dengan arah lurus horizontal atau vertikal.

Shift + ] : Menambah ketebalan kuas.

Shift + [ : Mengurangi ketebalan kuas.

] : Memperbesar ukuran Brush Tool.

[ : Memperkecil ukuran Brush Tool.

PAINT BUCKET TOOL AND GRADIENT TOOL

Alt + klik objek : Mengambil contoh warna objek pada kotak Foreground color.

G : Mengaktifkan Paint Bucket Tool atau Gradient Tool.

Gradient Tool + Enter : Membuka kotak dialog preset Gradient Tool.

Paint Bucket Tool + Enter : Mengaktifkan pengaturan opacity.

Shift + G : Berpindah antara Gradient Tool atau Paint Bucket Tool.

MENAMPILKAN KANVAS

Ctrl + + : Zoom in.

Shift + klik Zoom Tool : Zoom in.

Alt + klik Zoom Tool : Zoom out.

Ctrl + - : Zoom out.

Ctrl + Alt + 0 : Preview actual pixel.

H : Mengaktifkan Hand Tool.

Sembarang Tool + spasi : Mengaktifkan Hand Tool selama tombol spasi ditekan.

Z : Mengaktifkan tombol zoom.

LAYER

Alt + ] : Mengaktifkan layer satu tingkat di atas.

Alt + [ : Mengaktifkan layer satu tingkat di bawah.

Ctrl + E : Menggabungkan layer yang aktif dengan layer dibawahnya (Merge Down).

Ctrl + J : Layer palsu.

Shift + Alt + ] : Mengaktifkan layer paling atas.

Shift + Alt + [ : Mengaktifkan layer paling bawah.

Shift + Ctrl + E : Menggabungkan semua layer yang tampil.

Shift + Ctrl + N : Membuka new layer.

Crop untuk memotong foto.

Edit ® free transform ® memperbesar foto.

Merge down ® menggandakan foto.

Catatan : membuka gembok, klik kiri 2 x.

Masuk dari foto ke gambar :

- Klik kanan feather 5.

- Klik kanan select inverse ® delete.

- Klik kanan deselect.

Dari 4 foto menjadi 3 foto ® rectangular marque ® select inverse ® feather ® delete.

BACA SELENGKAPNYA »

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA

Dewasa ini dunia pendidikan kita sedang gencar menyoroti Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Berbagai media cetak dan elektronik kini banyak memuat pentingnya Budaya karakter bangsa. Berbagai seminar dan gelar wicarapun dilakukan para ahli dan pemuka masyarakat mengenai masalah korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan dan perkelahian yang dilakukan sebagian pemuda kita yang begitu anarkhi kian marak diperbincangkan. Alhasil dari perbincangan dan kupasan media oleh para ahli dan pemuka masyarakat menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu solusi sebagai tindak preventif. pramuka indonesia

Bicara Pendidikan Budaya dan Karakter bangsa Undang - undang No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas telah jelas-jelas mengamanatkan dalam pasal 3 yang menyebutkan bahwa "Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis, serta bertanggung jawab".

Dengan melihat pasal 3 UU Sisdiknas telah jelas bahwa tujuan dari pendidikan di Indonesia khususnya telah merumuskan kualitas manusia Indonesia yang mutlak harus dikembangkan disetiap satuan pendidikan.

Pendidikan Kepramukaan sebagai salah satu wadah pembinaan generasi muda yang nota bene Gudep yang berbasis satuan pendidikan sebagai salah satu lini terdepanya juga telah jelas dirumuskan dalam UU No 12 tahun 2010 pasal 1 ayat 4 bahwa "Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan".

Gerakan Pramuka dengan kode kehormatannya satya dan dharma pramuka merupakan mutiara, sumber lahirnya nilai nilai karakter positif yang mampu menempatkan pribadinya sebagai insan Indonesia yang seutuhnya. Satya dan dharma pramuka adalah mutiara, apabila mutiara tersebut telah bersemayam dalam hati maka akan menyinari setiap gerak dan langkahnya, karena apa yang bersemayam dalam hati kita itulah yang akan keluar sebagai tindakan dan perilaku. Jika mutiara ini telah tertanam kuat maka akan melahirkan dan membentuk suatu karakter dalam individu.

Pembina pramuka sebagai stakeholder pendidikan kepramukaan hendaknya memahami bahwa praktek penghayatan melalui kegiatan ulang janji merupakan satu hal yang paling inti dan sakral, karena inilah awal yang menentukan keberhasilan dalam rangka pembentukan karakter adik adik kita.

Apabila kita gali lebih dalam tentang metode pendidikan kepramukaan sebetulnya banyak cara yang kita tempuh dalam rangka pembentukan karakter yang sesuai dengan jati diri bangsa, namun ada hal lain yang juga sering kita lupakan bahwa kepiawaian,kesungguhan dan ketulusan hati seorang pembina juga memegang peranan penting. Karena ketulusan seorang pembina dapat menimbulkan aura tersendiri yang juga akan mewarnai adik-adik kita.

Dalam Pendidikan budaya dan karakter bangsa yang bersumber pada Agama, Pancasila, Budaya dan Tujuan Pendidikan Nasional teridentifikasi 18 Nilai karakter, dan ternyata bila kita cermati dari 18 nilai tersebut juga merupakan bentuk pengamalan satya dan dharma pramuka. Nilai tersebut antara lain :

  1. Religius, Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran  terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. ( merupakan bentuk pengamalan dharma ke 1. Takwa kepada Tuhan yang maha esa )
  2. Jujur, Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. ( Bentuk pengamalan dharma ke 10. Suci dalam fikiran perkataan dan perbuatan )
  3. Toleransi, Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. ( merupakan bentuk pengamalan dharma ke 1. Takwa kepada Tuhan yang maha esa )
  4. Disiplin, Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. ( Bentuk pengamalan darma ke 8. Disiplin Berani dan setia )
  5. Demokratis, Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. ( bentuk pengamalan darma ke 4. Patuh dan suka bermusyawarah )
  6. Semangat Kebangsaan, Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya ( bentuk pengamalan darma ke 3. Patriot yang sopan dan ksatria )
  7. Cinta Tanah Air, Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. ( bentuk pengamalan darma ke 3. Patriot yang sopan dan ksatria )
  8. Peduli Lingkungan, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. ( Bentuk pengamalan darma ke 2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia )
  9. Peduli Sosial, Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. ( Bentuk pengamalan darma ke 2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia )
  10. Tanggung-jawab, Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. ( Bentuk pengamalan darma ke 9. bertanggung jawab dan dapat dipercaya )

Pramuka sebagai salah satu organisasi yang tetap konsisten dengan karakter bangsa tentu memiliki pola pembinaan yang terstruktur dan berimbang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Gerakan pramuka sebagai suatu gerakan yang telah terbukti dengan konsistensinya akan karakter bangsa akan dapat berhasil mencapai tujuan sebagaimana tercantum dalam UU No.12 tahun 2010 apabila peserta didik diberi kesempatan untuk mengikuti seluruh jenjang dalam pendidikan kepramukaan. Dari uraian di atas jelaslah sudah, jika Kegiatan pramuka apabila kita laksanakan dengan sungguh-sungguh maka Budaya dan Karakter Bangsa akan tetap terpelihara.

Referensi :

  • UU No.20 Th 2003
  • UU No 12 tahun 2010
  • buku bahan pelatihan Pengembangan Budaya dan karakter bangsa- badan penelitian dan pengembangan kurikulum,kemendiknas
  • Buku panduan KML

 

Judul Artikel :

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN  KARAKTER BANGSA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA

Iman Hadi Purwono, S.Pd SMP Negeri 1 Dukuhturi Kab Tegal

Nama Pengarang : Iman Hadi Purwono, S.Pd

Nomor Identitas, NIP, NIY : 19720805 200801 1 009

Institusi Kerja : SMP Negeri 1 Dukuhturi Kab Tegal

Email : langkapadane@gmail.com

Alamat Blog : www.blognyamapeltik.blogspot.com

Facebook : Pramuka Sturi

Kirimkan artikel anda disini.

BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit