Tampilkan postingan dengan label PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 08 November 2014

PEMBELAJARAN CARA A.M.P.U.H UNTUK MEREBUT HATI MURID. Oleh Irmina titik Purwanti SMK Negeri 2 Sragen

PEMBELAJARAN CARA A.M.P.U.H UNTUK MEREBUT HATI MURID.
Oleh Irmina titik Purwanti
SMK Negeri 2 Sragen

BAB I .PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Keberhasilan  proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sang guru. Guru merupakan pelaku utama di sekolah formal maupun non-formal untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian yang baik, memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, sehat jasmani maupun rohani serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sosok sang guru adalah orang yang dapat dipercaya dan diteladani oleh seluruh siswanya serta lingkungannya.
Guru juga disebut sebagai pendidik. Menurut Poerwadarminta dalam kamus bahasa Indonesia, pendidikan berarti orang yang mendidik, dengan kata lain pendidik adalah orang yang meakukan kegiatan dalam bidang pendidikan.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak kalangan yang mulai meragukan kapabilitas dan kredibilitas guru. Perannya sebagai pengajar dan pendidik mulai dipertanyakan. Misinya sebagai pencetak generasi yang unggul, terampil, dan bermoral, belum sepenuhnya terwujud. Para pelajar kita justru semakin menjauh dari kondisi ideal seperti  yang diharapkan. Yang lebih memprihatinkan, para pelajar itu mulai kehilangan kepekaan moral, terbius dalam atmosfer zaman yang serba gemerlap, tersihir oleh kehidupan yang memburu selera dan kemanjaan nafsu, terjebak ke dalam sikap hidup instan. Tawuran antar pelajar merajalela, pesta ”pil setan” menyeruak, pergaulan bebas makin mencuat  ke permukaan.Melihat fennomena saat ini , sudah dapat dipastikan bahwa dimasa yang akan dating tidak ada jaminan Indonesia bisa lebih baik. Banyak sekolah meraih kesuksesan semu dan menanam potensi kegagalan bangsa.
Segala cara dilakukan untuk meraih kesuksesan sesaat. Contohnya pelaksanaan Ujian Nasional, banyak yang gagal karena sekolah tidak berhasil membangun karakter siswa untuk menjadi siswa yang disiplin, percaya diri, berbudi pekerti  serta berakhlak mulia. Kegagalan di masa yang akan datang adalah andil pendidikan pada saat ini dan rusaknya karakter bangsa saat ini adalah buah dari masa lalu.
 Departemen Pendidikan Indonesia dalam Renstra 2010-2014, memasukkan pembangunan karakter sebagai salah satu misinya. Memang tidak mudah untuk mengubah keadaan, tetapi paling tidak kita dudukkan pendidikan sebagai pilar pembentuk karakter bangsa.  (http://metronews.fajar.co.id/read/95036/19/pendidikan-membentuk-karakter-bangsa).
           Pembangunan karakter bangsa di sekolah dilakukan melalui kegiatan-kegiatan   eksrakurikuler yang salah satunya adalah kepramukaan, sejalan dengan rencana strategis tahun 2009-2014 lebih menekankan pada pelaksanaan fungsi pokok Gerakan Pramuka sebagai Lembaga  Pendidikan Kader Bangsa.
Tetapi dalam pelaksanaannya di sekolah terdapat beberapa kendala, antara lain karena sifat nya sukarela maka  kepramukaan hanya diikuti segelintir siswa saja, atau kalaupun ada sekolah yang mewajibkan kegiatan tersebut maka hasil nya tidak juga maksimal, artinya hanya kuantitas nya saja yang besar.
Keteladanan sudah menjadi semacam harga mati bagi semua profesi, terlebih profesi guru. Sementara itu, keteladanan identik dengan sifat seorang pemimpin yang baik. Kouszer &Pousner dalam the leadership challenge menjelaskan riset mengenai karakter pemimpin yang dikagumi oleh para pengikutnya ( orang yang dipimpinnya). Berikut ini lima karakteristik pemimpin yang paling dikagumi : 1) jujur, 2) berorientasi kemasa depan, 3) komitmen, 4) membangkitkan semangat, 5) cerdas.


B. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan adalah, pembelajaran dengan cara AMPUH merebut hati murid.
A : Asertif dalam bertindak
M : Menghargai Murid Anda
P  : Pandai Membina Hubungan Baik
U : Usaha Optimal
H : Hindari Kekerasan dan Rasa Takut.

C. TUJUAN
Dari permasalahan yang diuraikan  diatas cara AMPUH untuk menghadapi anak didik di sekolah ,
1. Mendiskripsikan  tentang karakter peserta didik
2. Mendiskripsikan  peranan guru sebagai pendidik dengan cara A M P U H dalam merebut hati murid.

D. MANFAAT
Untuk menambah khasanah pengetahuan tentang pembelajaran cara A.M.P.U.H mulai dikembangkan di dunia pendidikan, untuk mendapatkan pembetukan karakter murid yang  baik.

BAB II PEMBAHASAN.
1. CARA A : Asertif dalam Bertindak.
Di dalam praktiknya,sikap guru dalam merespons stimulus dari perilaku anak didiknya sangat beragam. Ada guru yang dapat menahan emosi dan mengarahkan anak untuk berperilaku sesuai yang diharapkan, namun ada juga yang apatis atau bersikap pasip. Guru seperti ini membiarkan kesalahan atau perilaku buruk yang dilihatnya. Ada juga guru agresif yang melihat suatu persoalan menggunakan kacamata kuda.tipe guruseperti ini ,oleh murid-muridnya dianggap sebagai guru killer.
TIPE GURU MENURUT SIKAP DAN PERILAKUNYA,
a. Tipe guru apatis (Pasip)
Guru tipe ini memiliki cirri-ciri ekspresi wajah datar, tidak berani menatap, sering meremasremas tangan sendiri, dan tekanan suara lemah.biasameremehkan diri sendiri, tetapi menghargai orang lain.Guru pasif cenderung menunggu orang lain menghampiri dirinya untuk menyodorkan bantuan.
b. Tipe guru sarkastis (pasif – Agresif)
Guru tipe ini memiliki cirri-ciri suka meremehkan orang lain dan tidak menghargai kemampuan dirinya. Bersikap pasip di depan orang banyak, tetapi agresif di belakangnya.
c. Tipe guru Killer (Agresif)
Cirri-ciri guru tipe ini adalah selalu bertindak spontan, ekspresi wajah dan mata melotot, suara meniggi, menganggap dirinya benar, dan orang lain
selalu salah. Perilaku agresif lebih menekankan pada sesuatu yang bertujuan untuk menyakiti orang lain dan secara social tidak dapat diterima.
d. Tipe guru asertif
Guru tipe ini adalah sesuatu menunjukkan ekspresi ketulusan dan selalu menghargai orang lain, menatap lawan bicara , tubuh tegap dan tekanan suara tepat. Sikap asertif ( ketegasan, keberanian menyatakan pendapat) meliputi tiga komponen dasar yaitu:
a) Kemampuan mengungkapkan perasaan ( misalnya mau menerima dan mengungkapkan perasaan tidak suka )
b) Kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka (mampu menyuarakan pendapat , menyatakan ketidaksetujuannya,dan sikap tegas, meskipun secara emosional sulit melakukan ini dan terkadang harus menghormati sesuatu).
c) Kemampuan mempertahankan hak-hak pribadi( tidak membiarkan orang lain mengganggu dan memanfaatkan dirinya)
Seorang guru akan dihadapkan pada berbagai karakter siswa. Bahkan kadang kala terjadi benturan antara karakter siswa yang satu dengan yang lainnya. Dalam menghadapi situasi seperti ini, guru dituntut manpu mengayomi semua siswanya, termasuk siswa-siswa yang dianggap “nakal” atau kerap membuat onar. Guru tidak boleh berpihak pada salah seorang atau sekelompok siswa tertentu saja. Guru harus mampu meluruskan, tetapi disisi lain juga melindungi sisi kemanusiaan mereka ( ingat, bukan perilaku buruk siswa yang dilindungi tetapi hak mereka sebagai manusia.

TINDAKAN TEGAS YANG AMPUH:
Menegakkan aturan dan konsisten menjaga aturan tersebut.
Mengarahkan perilaku anak dengan tetap menjaga harga diri
Memastikan anak-anak betanggungjawab atas pilihan yang mereka buat.
Menerapkan sanksi jika diperlukan, tapi bukan rasa marah.
Berusaha mengajarkan ketrampilan social untuk menghasilkan pilihan yang lebih baik.
10. Langkah asertif dalam menegakkan disiplin
 Langkah 1. Pergoki mereka ketika sedang berbuat baik.
Sebuah iklim yang mendukung dan menyemangati membutuhkan sorotan dan komentar-komentar positif.
Guru sebaiknya berfokus terlebih dahulu pada anak-anak yang memilih patuh dan bukan pada mereka yang memilih untuk berperilaku buruk.
Guru memuji anak-anak yang berperilaku baik di depan kelas sembari mengabaikan mereka yang tidak berperilaku baik.pujian yang diberikan sebaiknya spesifik. Misalnya: bagus, ibu / bapak senang melihat kalian duduk tenang dan memperhatikan apa yang ibu/bapak terangkan. Terima kasih.
Jika sejumlah anak tidak kembali berperilaku baik, guru bias mengarahkan mereka dengan cara yang lembut.
Langkah 2. Gunakan isarat positip
Guru bias memanfaatkan anak-anak yang berperilaku baik sebagai contoh / pengingat bagi mereka yang berperilaku tidak baik.
Guru memergoki anak-anak ketika berbuat baik dan memberikan pujian.
Guru mengarahkan kembali anak-anak ke perilaku yang pantas dan terpuji.
Langkah 3. Gunakan kedekatan fisik
Kemampuan seorang guru untuk mengatur kedekatan fisiknya dengan kelompok-kelompok dan individu-individu adalah bagian penting dalam pengelolaan kelas.
Langkah 4. Gunakan pertanyaan untuk membuat anak kembali terfokus.
Pertanyaan-pertanyaan yang terdengar santai dapat menjadi cara yang sangat kuat untuk membuat anak kembali terfokus tanpa menarik banyak perhatian.
Langkah 5. Ulangi arahan secara personal .
Memberikan seorang anak pengarahan singkat dan personal diikuti dengan pemberian waktu beberapa detik untuk membiarkan si anak memfokuskan kembali perilakunya sangatlah efektif, terutama bagi anak-anak yang memiliki respons buruk terhadap teguran dimuka public,
Langkah 6. Akui dan arahkan kembali.
Guru tidak boleh terjebak kedalam perilaku argumentasi atau sekunder. Guru-guru yang cerdas menggunakan pengakuan yang diikuti dengan pengarahan kembali.
Langkah 7. Berikan pengingat aturan yang jelas.
Pengingat aturan-aturan kelas yang personal dan tegas dapat menjadi strategi yang sangat efektif dan tidak konfrontasional dengan menyebutkan aturan-aturan tersebut sebagai “peraturan kita” bukan “peraturan ibu/bapak”
Langkah 8. Berikan pilihan yang jelas.
Menyatakan berbagai konsisten atas pilihan-pilihan tidak baik yangberkelanjutan, secara tegas mengembalikan pusat kendali dan tanggung jawab.
Langkah 9. Gunakan konsekuensi yang telah disetujui
Jika anak-anak terus membuat pilihan yang buruk , guru dapat menerapkan konsekuensi-konsekuensi yang telah dietujui bersama.
Langkah 10. Gunakan strategi “ keluar”
Jika sejumlah anak terus menerus menggunakan proses mengajarkan secara signifikan dan atau proses belajar anak-anaklain, merekabisa dikeluarkan dari ruang kelas dengan menggunakan prosedur-prosedur yang telah disetujui sekolah.namun perlu diketahui bahwa hukuman jenis iniadalah hukuman yang cukup serius.

2. CARA  M : MENGHARGAI MURID.
Setiap manusia apapun latar belakangnya, memiliki kesamaan yang mendasar, yaitu ingin dipuji, diakui, didengarkan, dan dihormati. Kebutuhan ini sering terlupakan begitu saja. Manusia bukan sekedar makluk fisik, tetapi juga makluk spiritual yang membutuhkan sesuatu yang jauh lebih bernilai.
Mengapa guru perlu memberI pujian? Ada beberapa manfaat yang bias didapat dengan memberikan pujian:
Menunjukkan pnghargaan atasupaya murid-murid
Memastikan bahwa perilaku yang baik terus berulang
Membangun hubungan yang lebih dekat dan komunikasi yang lebih positif
Memberikan contoh pada murid-murid lain agar mengikuti perilaku yang baik.
Ada tujuh hal yang telah dilakukan untuk menerapkan strategi mengatasi kelas bermasalah, yaitu:
Mendapatkan informasi tentang situasi kelas sebelum mulai mengajar.
Menggunakan prinsip memahami dulu, baru dipahami.
Menawarkan kerja sama untuk saling memahami
Melakukan pujian, dengan pengertian bahwa setiap anak memilki kelebihan.
Memberikan kepercayaan dan pengakuan
Menjalankan hubungan baik.
Memelihara hubungan baik.
Pujian menjadi tidak ampuh apabila:
Diberikan secara acak
Hanya memberikan gambaran positipyang umum.
Bersifat seragam, tidak menunjukkan perhatian khusus.
Hanya memberikan penghargaan atas partisipasi, bukan proses dan hasil.
Tidak memberikan informasi yang bermanfaat bagi penerima pujian dalam menganalisis dirinya.
Membandingkan kinerja diri dengan orang lain sehingga mendorong focus pada persaingan semata.
Mengkaitkan keberhasilan dengan kemampuan saja atau factor luar saja.
Bentuk –bentuk pujian bias diberikan melalui ucapan-ucapan seperti terima kasih; kamu hebat; luar biasa; atau gesture seperti acungan jempol, senyuman, anggukan setuju, tepukan di bahu, dan lain-lain.

3. CARA P : PANDAI MEMBINA HUBUNGAN BAIK
Kiat cerdas berkomunikasi.
Seorang guru harus menyadari betapa pentingnya ketrmpilan komunikasi dalam proses pembelajaran seperti halnya menyadari bahwa semua sisa memiliki berbagai tingkat kekuatan dan kelemahan.hanya melalui ketrampilan komunikasilah dia dapat memperkenalkan solusi kreatif dan efektif untuk masalah-masalh siswa.
Berikut ini adalah kiat-kiat cerdas berkomunikasi
a. Menggunakan bahasa motivasi
b. Menggunakan bahasa tubuh
c. Menggunakan humor

4. CARA U : USAHA OPTIMAL
Niat dan keyakinan
Manuasia wajib berusaha , tuhan yang menentukankeberhasilannya pernyataan tersebut sangat dipercaya oleh manusia beragama diseluruh dunia. Usaha yang baik harus dimulai dari niat yang baik pula, aspek niat itu ada 3 hal,
a. Diyakini dalam hati
b. Diucapkan dengan lisan (tidak perlu keras sehingga dapat mengganggu orang lain atau bahkan menjadi riya.)
c. Dilakukan dalam bentuk amal perbuatan.
Membiasakan diri dengan kebiasaan efektif
Tujuh  kebiasaan yang dipaparkan covey ternyata sangat baik jika diaplikasikan di dalam dunia pendidikan.
1). Kebiasaan 1 jadilah proaktif
Sikap proaktif untuk kebiasaan ini adalah :
a) Sikap bertanggung jawab
b) Mengambil inisiatif
c) Menentukan tindakan, sikap, dan suasana hati
d) Tidak menyalahkan orang lain bila melakukan kesalahan
e) Melakukan yang seharusnya dilakukan tanpa diminta meskipun tidak ada orang yang melihat.
2) kebiasan 2. Merujuk pada tujuan akhir
Kebiasaan yang merujuk pada tujuan akhir ini adalah:
a) Membuat rencana didepan dan menetapkan target
b) Melakukan hal-hal yang berarti dan membuat perbedaan
c) Menjadi bagian penting dari kelas dan memberikan kontribusi terhadap visi dan misi sekolah
d) Berusaha menjadi warga yang baik.
 3)Kebiasaan 3. Dahulukan yang utama.
Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting,entah mendesak atau tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama. Kebiasaan mendahulukan yang utama adalah:
a) Menghabiskan waktu untuk hal-hal terpenting, ini berarti mengatakan tidak untuk hal-hal yang tak bolah dilakukan
b) Menetapkan prioritas
c) Membuat jadwal dan melaksanakan rencana
d) Disiplin dan terorganisasi
4)Kebiasaan 4. Berpikir menang-menang.
Kebiasaan berpikir menang ini adalah:
a) Menyeimbangkan keberanian mendapatkan kemauan saya dan kemauan orang lain.
b) Selalu mempertimbangkan perasaan orang lain
c) Jika terjadi perselisihan, mencari alternative ketiga.
5) kebiasaan 5 : berusaha memahami terlebih dulu, baru pahami
Kebiasaan berusaha untuk memahami terlebih dahulu baru dipahami ini adalah:
a) Mendengarkan gagasan dan perasaan orang lain
b) Mencoba melihat dari sudut pandang mereka
c) Mendengarkan oranglain tanpa memotong pembicaraan
d) Menatap mata lawan bicara.
6.Kebiasaan 6. Wujudkan sinergi
Kebiasaan mewujudkan sinergi ini adalah:
a) Menghargai kekuatan orang lain dan belajar darinya.
b) Pandai bergaul bahkan dengan orang yang berbeda
c) Bekerja baik dalam kelompok
d) Meminta gagasan orang lain untuk memecahkan masalah. Sebab dengan bekerja sama dengan orang lain akan dihasilkan solusi yang lebih baik daripada jika seseorang bekerja secara individu
e) Bersikap rendahhati.
7. kebiasaan mengasah gergaji.
Kebiasaan mengasah gergaji ini adalah:
a) Menjaga tubuh dengan menjaga makanan, berolah raga, dan tidur secukupnya.
b) Menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman
c) Belajar dengan berbagai cara dan diberbagai tempat
d) Meluangkan waktu mencari cara yang berarti untuk membantuorang lain.
 
5. CARA H : HINDARI KEKERASAN DAN RASA TAKUT
Rasa takut dan akibat yang dditimbulkannya.
Perlakuan yang menimbulkan rasa takut yang dialami anak dapat memberikan dampak negative bagi tumbuh kembangnya.anak yang mengalami rasa cemas akan mengalami gangguan psikologis seperti kurang percaya diri, rendah diri, dan merasa tidak berarti dalam lingkungannya sehingga tidak termotivasi untuk mewujudkan potensi-potensi yang dimilikinya.
Cara ampuh mengatasi konflik kekerasan.
Berikut hal-hal yang biasa dilakukan guru dalam mengatasi konflik.
1. Mendengar aktif
2. Pastikan pesan guru efektif
Indicator bahwa pesan yang disampaikan guru efektif adalah sebagai berikut:
a) Murid dapat menangkap apa yang menyebabkan guru terganggu.
b) Pesan guru harus mengandung pengaruh yang konkret, yang dapat merangsang murid untuk mengubah tingkah laku.
c) Pesan guru disampaikan secara asertif. Dengan kata lain seorang guru mampu menyampaikan maksud dan perasaan-perasaannya kepada murid tanpa menyinggung atau melukai perasaan murid yang menerimanya.
3. Menyelesaikan konflik secara kontruktif.
Hal yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan konflik secara konstruktif adalah sebagai berikut:
a) Respek , sikap menerima dan menghargai pihak lain sebagaimana adanya.
b) Mencari titik temu, bukan memperlebar jurang perbedaan
c) Menghargai tindakan-tindakan yang menyakiti secara fisik.
d) Menghindari jangan sampai ada pihak yang merasa dipermalukan
4. Menerima dan memberikan feedback/ umpan balik yang bermanfaat.
Ada beberapa trik menyampaikan feedback yang positip yaitu,
a). diberikan secara jujur, tidak ada maksud tersembunyi atau siasatuntuk maksud lain.
b) .Diberikan secara deskripsi, terurai sehingga tergambar jelas,
c) hindari feedback yang berada penilaian
d) ditujukan pada tingkah laku yang ingin diubah, bukan pada individunya.
e) bersifat khusus, kata tidakdisiplin harus dipersempit menjadi misalnya terlambat dating, tidak mengerjakan PR dan lain-lain
f) disampaikan dengan segera.


BAB III.  HASIL YANG DICAPAI
Hasil dari pembelajaran cara  A.M.P.U.H adalah data harian pada kompetensi Mekanika Teknik dan data observasi kelas X TKK 2 berupa data perilaku siswa yang didapat dari guru, dan data dokumentasi foto. Hal yang dibahas berupa proses pembelajaran, peningkatan keaktifan belajar siswa pada kompetensi Mekanika Teknik dan terjadi perubahan akifitas belajar siswa .
Sedangkan kondisi keaktifan belajar peserta didik dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel   Pencapaian keaktifan belajar


Dilihat dari tabel  diatas tingkatan dalam keaktifan belajar  peserta : sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, Untuk  hasil tes analisa: di dalam siklus 2 ini belum ada yang mencapai sangat tinggi, tinggi terdapat di dalam indikator sangat tinggi: terdapat pada indikator 1)  Mendengarkan dan memperhatikan presentasi/ penjelasan, Tinggi  terdapat pada indikator 1) Mencatat kegiatan guru, 2) Merespons pertanyaan atau perintah guru, 3) Mengajukan pertanyaan kepada guru jika menemukan masalah, 4) Berpartisipasi dalam diskusi kelompok, 5) Mengemukaan pendapat dalam kelompok, 6) Mengerjakan soal dan lembar kegiatan, 7) Mempresentasikan hasil kerja kelompok, sedngkan untuk kualifikasi sedang dan  Rendah dalam siklus 2 tidak ada.
Mengaktifkan belajar siswa dapat melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal. Guru perlu memberikan kesempatan siswa untuk mengoptimalisasikan memori siswa bekarja secara maksimal dengan  memberikan waktu untuk mengungkapkan kreatifitas sendiri. Cara lain mengaktifkan siswa dengan memberikn berbagai pengalaman belajar bermakna yang bermanfaat bagi kehidupan siswa.pemberian rangsangan tugas, tantangan , memecahkan masalah atau mengembangkan pembiasaan agar dalam dirinyatumbuh kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya. Alasan lain mengaktifkan siswa yaitu dengan menganalisis cara belajar peserta didik yang berbeda-beda. Setiap peserta didik perlu memperoleh layanan bimbingan belajar yang berbeda-beda pula, sehingga seluruh siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Guru perlu menyadari bahwa peserta didik berlaar belakang sosial yang berbeda sehingga guru mempunyai tugas untuk menumbuhkan kesadaran agar setiap peserta  didik merasa membutuhkan belajar.
Implikasi prinsip keaktifan dalam proses belajar terlihat dari beberapa kegiatan yaitu, 1) memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreatifitas dalam proses belajarnya. 2) memberikan kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan , 3) memberikaan tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru, 4) memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap peserta didik yang memberikan respons terhadap pertanyaan yang diajukan, 5) menggunakan mukti metode dan mukti media di dalam pembelajaran ( Aunurrahman, 2009: 121 dalam ebookbrowse.com / teori-keaktifan siswa dalam pembelaajaran.pdf.2013.tgl 28-2-2013 jam 10.00 WIB.).  Dalam menganalisis tentang keaktifan terdapat beberapa indikator yang dapat menjadi pedoman dalam pengukuran keaktifan. Indikator keaktifan peserta didik dapat dilihat dari kriteria berikut ini, 1) perhatian siswa terhadap penjelasan guru, 2) kerjasama dalam kelompok, 3) kemampuan peserta didik mngemukakan pendapat dalam kelompok, 4) memberikan kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok, 5) mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat, 6) memberikan gagasan yang cemerlang, 7) membuat perencanaan dan pembegian kerja yang matang , 8) keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain, 9) memanfaatkan potensi anggota kelompok, 10) saling membantu dan menyelesaikan masalah ( Ardhana,2009:2 dalam ebookbrowse.com / teori-keaktifan siswa dalam pembelaajaran.pdf.2013.tgl 28-2-2014 jam 10.00 WIB.)  

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan mendapatkan cara       A M P U H didalam merebut hati murid di sekolah sekolah yang selama ini guru kurang memperhatikan itu semuanya. cara AMPUH merebut hati murid.
A : Asertif dalam bertindak
M : Menghargai Murid Anda
P : Pandai Membina Hubungan Baik
U : Usaha Optimal
H : Hindari Kekerasan dan Rasa Takut.
Manfaat bagi guru untuk cara A M P U H untuk merebut hati murid, dapat membuat,
a) Meningkatkan kompensi kepribadian dan kemampuan bersikap asertif untuk membangun dan memelihara pembelajaran yang menyenangkan.
b) Membangun budaya saling menghormati dan berpikir positif agar tercipta suasana pembelajaran unggul.
c) Memperoleh kiat jitu dalam berkomunikasi dan membangun hubungan baik dengan murid, orang tua murid, dan stakeholders.
d) Meningkatkan kebiasaan efektif dan berpikir maju
e) Mendalami motivasi hidupmulia dan mengkatkan rasa cinta terhadap profesi sebagai pendidik.

B. SARAN .
.1    Sekolah sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan formal diharapkan dapat     menerapkan guru cara A.M.P.U.H agar pelaksanaannya proses pembelajaran di kelas dapat  optimal.
2. Sekolah diharapkan mengikutsertakan semua guru dalam seminar  guru cara A.M.P.U.H merebut hati murid.
3. Sekolah mengadakan seminar dan pelatihan pada dasarnya dilakukan melalui tiga orientasi, yaitu:
a) Training of the head: bertujuan untuk membangun dimensi kognitif yaitu mindset, paradigm, konsep, teori dan prinsip.
b) Training of the hands: bertujuan untuk membangun dimensi psikomotorik, yaitu kompetensi, skill, kapabilitas, kebiasaan, kemahiran, dan keahlian.
c) Training of the heart: bertujuan untuk membangun dimensi afektif, yaitu emosional, semangat, spiritualitas, motivasi, sikap, dan karakter.


Daftar pustaka.
Poerwadarminta, W.J.S. 1999.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka
 Kouzes, jim dan barry pousner. 2004. The Leadership Challenge.jakarta: Erlangga.
(http://metronews.fajar.co.id/read/95036/19/pendidikan-membentuk-karakter-bangsa).
http://yufikselalu.blogspot.com/2011/10/menjalin-hubungan-baik-dengan-diswa.html.
Ardhana,2009:2 dalam ebookbrowse.com / teori-keaktifan siswa dalam pembelaajaran.pdf.2013.tgl 28-2-2014 jam 10.00 WIB.  
Aunurrahman, 2009: 121 dalam ebookbrowse.com / teori-keaktifan siswa dalam pembelaajaran.pdf.2013.tgl 28-2-2013 jam 10.00 WIB.
wahyono, joko.2010. cara A.M.P.U.H merebut Hati Murid. Jakarta. Erlagga.

BACA SELENGKAPNYA »

PELAKSANAAN MODEL OUANTUM TEACHING DENGAN GROUP INVESTIGASI UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN KOMPETENSI MEKANIKATEKNIK PADA PESERTA DIDIK KELAS X TKK 1 SMK NEGERI 2 SRAGEN SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

PELAKSANAAN MODEL OUANTUM TEACHING DENGAN GROUP INVESTIGASI UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN KOMPETENSI MEKANIKATEKNIK PADA  PESERTA DIDIK  KELAS X TKK 1
 SMK NEGERI 2 SRAGEN SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN  2014 / 2015

Irmina Titik Purwanti *)
irminatitik@yahoo.co.id

Abstrak: rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah rendahnya    keaktifan peserta didik dan sikap percaya diri dan prestasi belajar pada peserta didik  kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan pencapaian standart kompetensi Mekanika Teknik, pada peserta didik kelas X Teknik kontruksi Kayu 1 SMK Negeri 2 Sragen tahun ajaran 2014/2015 nilai KKM 2,66 dengan jumlah prosentase ketuntasan kopetensi 87,9%, pencapaian keaktifan belajar peserta didik 81,3%, Pencapaian sikap percaya diri pserta didik 86,2 %. Berdasarkan hasil penelitian , maka peneliti merekomendasikan bahwa model Quantum Teaching dengan Group Investigasi  dapat meningkatkan keaktifan peserta didik , sikap percaya diri  peserta didik dan meningkatkan kompetensi Mekanika Teknik  kelas X Teknik kontruksi kayu 1  SMK Negeri 2 Sragen.
 Kata kunci : Model Quantum Teaching dan  Group Investigasi.
*(  peneliti guru SMK Negeri 2 Sragen)

A. PENDAHULUAN
Dengan permasalahan rendahnya kemampuan belajar dan aktifitas belajar Mekanika Teknik pada peserta didik jika tidak diatas akan menyebabkan rendahnya kemampuan menyelesaikan soal, rendahnya penguasaan kompetensi mata pelajaran Mekanika Teknik, sehingga nilai ulangan harian rendah akibatnya hasil belajar Mekanika Teknik secara umum juga rendah. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut guru dapat melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hopkins dalam Zainal Agib (2009 : 44) menjelaskan:
 “ Actions research combines as substantive act with a research procedure, it is action disciplined  by enquiry a personal attempt at under standing while enyaged in a process of improvement and reform ”.

Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut, 1)Bagaimana proses pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran, 2)Bagaimana peningkatan keaktifan peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran quantum Teaching dengan Group Investihasi? 3)Bagaimana peningkatan sikap percaya diri peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 1 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran quantum Teaching dengan  Group Investigasi?
Tujuan Penelitian dalam penelitian ini, sebagaimana perumusan masalah yang disusun, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)Mendiskripsikan proses pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching dengan  Group  Investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran, 2)Mendiskripsikan peningkatan sikap percaya diri peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi. 3)Mendiskripsikan peningkatan sikap percaya diri peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan  Group Investigasi.

B. LANDASAN TEORTIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Penelitian  ini merujuk pada penelitian sebelumnya, beberapa penelitian yang berhubungan dengan topik ini, yaitu  tentang, (jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen / article /view /255/143),
Kusuma Wardani, 2008 ,Metode Quantum Teaching dengan study group untuk peningkatan prestasi belajar geografi siswa kelas VII SMP Negeri 1 mojolaban Kabupaten Sukoharjo, Teses Pasca sarjana UNS.
Kiranawati. 2007. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation). http: //gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/ metode-investigasi-kelompok-group-investigation/.
Kajian teoritis yang digunakan sebagai kerangka teoristis pada penelitian adalah :
1. Kerangka perencanaan Pembelajaran Quantum
Dalam (De Porter, Readon dan Singer Nourie, 2001 : 5) ,Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum dikenal dengan singkatan “ TANDUR” yaitu:1). Tumbuhkan: Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “ bawalah dunia mereka kedunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan ( persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial ( komunikasi belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada peserta didik, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu. Strategi untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menulis tujuan pembelajaran di papan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/ media yang menarik atau lucu, isu mutakhir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang. 2). Alami :Tahap ini jika tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun peserta didik sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Strategi konsep ALAMI dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi dengan memberikan tugas secara individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.3). Namai: Konsep ini berada pada kegiatan inti. Yang NAMAI mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak ( membuat peserta didik penasaran, penuh pertannyaan mengenahi pengalaman) untuk memberikan identita, menguatkan dan mendifinisikan..4). Demostrasikan:Tahap ini masih pada kegiatan ini, Inti pada tahap ini adalah memberikan kesempatan siswa untuk menunjukan bahwa peserta didik tahu. Hal ini sekaligus memberikan kesempatan peserta didik untuk menunjukan tingkat pemahamanan terhadap materi yang dipelajari.Panduan guru untuk memahami tahap ini yaitu dengan cara apa peserta didik dapat memperagakan tingkat kecakapan peserta didik dengan pengetahuan yang baru? 5. Ulangi:Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku ini “  kegiatan ini dilakukan secaa multi modalitas dan multi kecerdasan Panduan guru untuk memasukan tahap ini yaitu cara apa yang bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? 6). Rayakan: Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketentuan, dan kesuksesan yang  akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar  lebih lanjut.(http// Quantum teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1 juli  2014)
2. Mengkombinasikan dengan Group Investigasi
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atauknowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75).
Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigasi adalah:

1). Membutuhkan Kemampuan Kelompok.
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.

2). Rencana Kooperatif.
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
3). Peran Guru.
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.

Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang  telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
3.  Langkah-Langkah dalam Menggunakan Model Group Investigation
Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007), dapat dikemukakan sebagai berikut:
1). Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2). Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.
3). Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah  pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4). Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5). Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6). Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

4. Kerangka pikir
Pelaksanaan Quantum Teaching akan mampu memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta mewujudkan transformasi pengalaman dan penguatan yang efektif olek karena siswa melaksanakan pembelajaran tidak dalam kondisi terpaksa atau tidak dalam kondisi tidak senang, akan tetapi dalam suasana penuh motivasi dan tidak tegang.. Sementara itu, melalui Group Investigasi, siswa dilatih untuk memecahkan masalah secara mandiri sehingga akan terbentuk kemampuan problem solving. group investigasi juga dilakukan untuk memperdalam pengetahuan yang telah diperoleh dari guru, dan pendalaman tersebut dilakukan bersama-sama dengan rekan lainnya, sehingga akan terjadi proses transformasi pengetahuan  antar siswa.
5. Hipotesis tindakan
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: 1) Meningkatkan  proses pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran? 2) Meningkatan keaktifan peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi?

C. METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus 1 bertujuan mengetahui prestasi belajar kompetensi mekanika teknik dan sikap percaya diri peserta didik , dalam tindakan awal penelitian dan sekaligus digunakan sebagai refleksi untuk melakukan siklus 2. Siklus 2 bertujuan untuk mengetahui peningkatan perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus 1.
Siklus I
Pada siklus 1 perencanaan berupa kegiatan-kegiatan menentukan langkah yang akan dilakukan untuk memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran statika selama ini menggunakan model konvensional. Tahap ini bermanfaat agar pelaksanaan pada tahap tindakan lebih mudah, terarah dan sistematis. Tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan proses pembelajaran pada siklus 1 sesuai dengan perencanaan yang disusun. Tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan proses pembelajaran Mekanika Teknik menggunakan model Quantum Teaching dengan  Group Investigasi. Observasi dilakuan untuk mengetahui segala peristiwa yang berhubungan dengan pembelajaran maupun respons terhadap teknik model pembelajaran yang digunakan guru. Data observasi diperoleh dari lembar observasi, catatan harian guru, catatan harian siswa, lembar wawancara, dan dokumentasi foto. Refleksi bertujuan untuk mengetahui kendala apa yang ditemui dalam meningkatkan prestasi belajar mekanika teknik peserta didik .
 Siklus II
Pada siklus 2, perencanaan adalah penympurnaan dari perencanaan siklus . hasil refleksi siklus 1 dikoordinasikan dengan guru mata pelajaran Mekanika Teknik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen untuk melakukan perencanaakan ulang. Tindakan yang dilakuan adalah dengan perencanaan yang telah disusun berdasarkan perbaikan pada siklus 1.  Materi pembelajaran sama seperti materi pelajaran siklus 1, yaitu 1) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya,2) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan material pembentuknya 3) . Mengklasifikasikan struktur berdasarkan elemen utamanya.  Materi pembelajaran siklus II 1) Mengidentifikasi kriteria desain struktur, 2) Menjabarkan kriteria pembebanan struktur3) klasifikasi permodelan analisis gempa., Tahap tindakan dilaksanakan dalam tiga tahap iatu persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut. Observasi dilakuan untuk mengmpulkan data tentang sikap kemandirian dan respons siswa terhadap proses pembelajaraan dengan model Quantum teaching group investigasi. Pengambilan data dilakukan dengan teknik tes dan non tes . refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil non tes yang dilakukan pada siklus 2.
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah mata pelajaran mekanika teknik pada kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen.variabel penelitian ini adalah model Quantum Teaching dengan Group Investigasi , dan prestasi belajar Mekanika Teknik, keaktifan belajarsikap percaya diri peserta didik. Indikator kinerja dalam penelitian ini meliputi dua aspek yaitu kuantitatif dan kualitatif
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Tes dilakukan dengan menggunakan soal-soal. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tes a siklus 1 dan tes b siklus 2. Skor penilaian berdasarkan aspek-aspek yang sudah ada. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang sesuai dengan materi, yaitu menerapkan teori keseimbangan .dalam melakukan tes ini diperlukan instrumen atau alat bantu yang berupa kriteria atau pedoman penilaian. Penilaian tersebut harus menunjukan pencapaian indikator yang telah ditentukan. Sedangkan teknik nontes yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, lembar jurnal,lembar wawancara, lembar dokumemtasi foto yang digunakan untuk mengungkapkan perubahan tingkah laku peserta didik selama mengikuti pembelajaran mekanika tenik dengan model quantum teaching dengan group investigasi
Analisis data yang dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajran mekanika teknik dengan model Quantum Teaching dengan Group Investigasi adalah teknik kualitatif dan kuantitatif.
Indikator penelitian ini,  penilaian  dilakukan  berdasarkan  tes  unjuk  kerja. Indikator  data   kuantitatif  penelitian  ini  adalah  ketercapaian  target  kriteria ketuntasan minimal siswa  sebesar 2,66 dengan jumlah peserta didik minimal 87,9% dari jumlah peserta didik keseluruhan. Indikator data kualitatif Pencapaian peningkatan keaktifan peerta didik dengan frekuensi pengamatan nilai prosentase 81,3 % siswa aktif dalam pembelajaran model quantum teaching dengan group investigasi, Pencapaian peningkatan sikap percaya diri peserta didik dengan angket nilai prosentase 86,2 % siswa mandiri dalam pembelajaran model quantum teaching dengan group investigasi.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari tindakan prasiklus, siklus 1dan siklus 2. Hasil tes prasiklus berupa data nilai  ulangan harian kompetensi mekanika teknik.
Proses Pembelajaran  Prasiklus

 


Dilihat dari tabel 1, dapat diketahui nilai rata-rata peserta didik masih dalam kategori kurang yaitu sebesar 44,5%. Peserta didik yang memperoleh nilai dalam kategori kurang sebanyak 21 peserta didik  atau 33,9% dalam interval nilai < 60 sebanyak 8 peserta didik atau sebesar 13,45% memperoleh nilai berkategori  cukup dalam interval 60 – 75. Sementara itu  ada 4 peseta didik atau 21,5%  memperoleh nilai berkategori baik dan tak ada satupun peserta didik yang memperoleh kategori sangat baik atau sebesar 0%. Itu menunjukan bahwa nilai kompetensi mekanika teknik peserta didik masih rendah dan perlu untuk ada peningkatan dalam prestasi peserta didik pada kompetensi mekanika teknik.
Siklus I

Proses Pembelajaran Quantum Teacing dengan Group investigasi


Masih ada kelompok yang tidak
Perhatikan dalam diskusi
Dalam diskusi ada beberapa yang tidak aktif
Siklus II
Proses Pembelajaran Quantum Teacing dengan Group investigasi



 


 Pembahasan 
Dari data diatas nilai yang di capai pada hasil tes siklus I oleh peserta didik, materi.  Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya 44,6%, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik (>85) kategori sangat baik, 40 %, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik ( 76 – 85) katagori baik, 15 %, dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori cukup, 0% dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori kurang. Dari hasil tes Mekanika Teknik pada siklus I yang perlu di perbaiki pada siklus II pada materi Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya karena masih dibawah nilai KKM 2,66 sebanyak 15% di perdalam atau diulang karena sudah memiliki nilai tuntas KKM 75%.
Prestasi belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan  hasil belajar oleh seseorang dapat di lihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik.
Refleksi siklus 1
Refleksi Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya  , yang perlu kita lakukan tentang:1)Apa yang berhasil? a)Peningkatan kompetensi peserta didik, berupa:(1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan peserta didik memahami dan menyelesaikan soal diskusi, kemampuan memahami tentang (1) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya  75,7% 2) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan material pembentuknya 82%,3) . Mengklasifikasikan struktur berdasarkan elemen utamanya 85%, peserta didik  mencapai KKM 2,66 (2)  Ketrampilan (skill), yaitu kemampuan menghitung dengan benar dan cepat, peserta didik sudah    dapat melakukan penghitungan  dengan cepat dan tepat, biarpun belum semua .(3)  Sikap (attittude), yaitu keyakinan akan kemampuan diri, optimis,objektif,tanggung jawab,rasional da realistis, rasa aman,ambisi normal,mandiri,tidak mementingkan diri sendiri atau toleransi. Sebasar 61,9% b) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan keaktifan belajar 48,6%, pencapaian kompetensi Mekanika Teknik.,   c.) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan  pencapaian keaktifan belajar,48,6% peserta didik pada siklus 1. Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, memiliki keaktifan belajar , 2) Apa Yang belum berhasil?
Jumlah peserta didik yang mencapai KKM 2,66 dari sejumlah siswa 33 anak baru 27 peserta didik dengan prosentase ketuntasan kompetensi 78,8 % , perlu dicari  penyebabnya. Observasi dan wawancara dilakukan pada siklus I. Menurut pak Heri dikatakan bahwa peserta didik  saat melakukan diskusi menunjukan bahwa siswa belum sepenuhnya mampu mengikuti aturan main dalam diskusi tersebut. Dalam wawancara merupakan metode penelitian yang kurang efektif karena baik dalam soal waktu, tenaga. Dalam wawancara dibutuhkan waktu lama bila dibandingkan dengan



Dari data diatas nilai yang di capai pada hasil tes siklus II oleh peserta didik, materi. Mengklasifikasikan desain struktur, Menjabarkan kriteria pembebanan struktur, Mengklasifikasikan permodelan analisis gempa, 44,9%, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik (>85) kategori sangat baik, 44,1 %, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik ( 76 – 85) katagori baik, 10,9 %, dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori cukup, 0% dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori kurang. Nilai rata rata 83,3%, dan jumlah siswa yag tuntas 87,9%. Dari hasil tes Mekanika Teknik pada siklus II.
a) Komparasi nilai kompetensi Mekanika Teknik pada siklus I dan nilai kompetensi Mekanika Teknik pada siklus II dapat dilihat dalam grafik 1



grafik 1.  Komparasi Nilai kompetensi mekanika teknik pada prasiklus,  Siklus I dan Siklus II
Hasil penilaian prestasi belajar mata pelajaran mekanika teknik, ada kenaikan kompetensi mekanika teknik.
b) Komparasi nilai sikap percaya diri peserta didik pada siklus I dan nilai sikap percaya diri peserta didik  pada siklus II dapat dilihat dalam grafik 2 sebagai berikut:

Grafk 2  Komparasi  Pencapaian data presentase respons  skala sikap percaya diri pada siklus 1 dan  2
c) Komparasi pencapaian kretifitas belajar peserta didik pada siklus I dan siklus 2

Grafik 3. Pencapaian  sikap percaya diri  peserta didik pada siklus 1dan 2

Refleksi siklus 2
Refleksi siklus 2 mengidentifikasi criteria desain struktur , yang perlu kita lakukan tentang:a) Peningkatan kompetensi peserta didik, berupa:1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan peserta didik memahami dan menyelesaikan soal diskusi, kemampuan memahami tentang (1) . Mengidentifikasi kriteria desain struktur 82%. (2)  menjabarkan kriteria pembebenan struktu91%, mengklasifikasikan permodelan analisis gempa peserta didik  94%, dengan   mencapai KKM 2,66. 2)  Ketrampilan (skill), yaitu aktif berdiskusi, aktif mencari sumber belajar, efektifvitas pemanfaatan waktu, partiipasi setiap anggota kelompok yang baik, lancar pada saat presentasi, lancar pada saat menjawab pertanyaan antar kelompok, memahami tugas masing-masing dalam kelompok, dapat menyimpulkan masalah, mengajukan pertanyaan dan mengemukakan diri, rapi dan lengkap menyimpulkan hasil diskusi. Sebesar 83,8 % (3)  Sikap (attittude), yaitu keyakinan akan kemampuan diri, optimis,objektif,tanggung jawab,rasional da realistis, rasa aman,ambisi normal,mandiri,tidak mementingkan diri sendiri atau toleransi. Sebasar 86,2% ,b) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan  pencapaian kompetensi mekanika teknik. Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, sudah  mencapai nilai KKM secara klasikal 87,9% dari jumlah siswa sebanyak 33 siswa, tetapi sudah ada peningkatan dari hasil nilai rata rata kelas pada siklus 1: 80% dengan prosentase jumlah ketuntasan kopetensi 78.8% dan meningkat pada siklus ke II dengan nilai rata-rata kelas 83,3%, dan prosentase jumlah ketuntasan kompetensi 87,9% .c)  Dilihat dari hasil observasi selama proses pembelajaran sikap percaya diri  peserta didik mengalami peningkatan dilihat dari siklus I hasil rata-rata kelas 61,9% ( memiliki nilai sikap percaya diri dengan kualifikasi tinggi) dan rerata pada sikap percaya diri pada siklus II  sebesar 86,2% dengan kualifikasi sangat tinggi. Yang berarti mengalami peningkatan pada sikap percaya diri.    d) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan  pencapaian keaktifan belajar peserta didik. Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, memiliki keaktifan belajar pada siklus I memiliki rerata 48,6% dengan kualifikasi sedang, secara klasikal  dari jumlah siswa sebanyak 33 siswa, tetapi sudah ada peningkatan dari hasil nilai rata rata kelas pada siklus II: 83,8% dengan kualifikasi sangat tinggi, yang berarti sudah ada peningkatan keaktifan belajar dari siklus I dan Siklus II.Dari proses pembelajaran pada siklus II sudah mencapai KKM pada pelajaran mekanika teknik mencapai 87,9% dari peserta didik terpenuhi. a) Untuk meningkatkan perilaku belajar peserta didik supaya memiliki sikap mandiri dalam belajar. Lalu upaya apa yang dapat dilakukan orang tua untuk membiasakan anak agar tidak cenderung menggantungkan diri pada seseorang, serta mampu mengambil keputusan? (1) Beri kesempatan memilih. Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya, bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya.(2). Hargailah usahanya. Hargailah sekecil apa pun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi. Orang tua biasanya tidak sabar menghadapi anak yang membutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri kaleng permennya, terutama bila saat itu ibu sedang sibuk di dapur, misalnya. (3) Hindari banyak bertanya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tua, yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet. (4) Jangan langsung memberi jawaban. Meskipun salah satu tugas orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak, namun sebaiknya orang tua tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tugas Andalah untuk mengoreksinya apabila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar. (5) Dorong untuk melihat alternatif. Sebaiknya anak pun tahu bahwa untuk mengatasi suatu masalah, orang tua bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Untuk itu, cara yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan memberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong. (6) Jangan patahkan semangatnya. Tak jarang orang tua ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa dengan mengatakan “mustahil” terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Apabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus melakukanya. Jangan sekali-kali Anda membuatnya kehilangan motivasi atau harapannya yang ingin dicapainya. b) Untuk meningkatkan kopetensi peserta didik atau kemampuan peserta didik, ada tiga macam ranah yang merupakan penggolongan hasil belajar yang perlu diperhatikan dalam setiap proses belajar –mengajar. Tiga ranah yang dimaksud adalah ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut sangat berkaitan erat dengan tujuan instraksional. Untuk merumuskan suatu tujuan instruksional, seorang guru perlu menetapkan lebih dahulu hasil belajar atau ranah manakah yang diharapkan dicapai siswa. (1) Ranah kognitif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual. (2) Ranah afektif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan dan minat. (3) Ranah psikomotorik mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ketrampilan fisik/ gerak yang ditunjang oleh kemampuan psikis.c) Untuk meningkatkan sikap optimis siswa pada proses belajar mekanika teknik maka orang yang optimis secara tak sadar akan menggunakan kemampuan dan kekuatannya yang efektif. Optimis adalah bagian dari keinginan untuk mewujudkan Harapan, Sebuah temuan mengungkap bahwa orang yang memiliki harapan optimis, umumnya memiliki kualitas di dalam diri yang antara lain: (1) Fokus, selektif, dan memiliki sasaran yang jelas. (2) Bisa menerima kenyataan hidup dengan kesadaran, tanpa banyak mengeluh. (3) Memiliki keyakinan untuk bangkit.( 4) Punya perasaan diberkati rahmat Tuhan. (5) Punya kemampuan untuk menikmati kehidupan. (6) Punya kemampuan menggunakan akal sehat dalam menghadapi tantang hidup. (7) Punya kemampuan untuk memperbaiki diri secara terus menerus. (8) Punya penghayatan yang baik terhadap kehidupan yang dijalani sehingga bisa membedakan yang salah dan yang benar, yang tepat dan yang menyimpang. (9) Percaya pada kemampuannya. (10) Memiliki perasaan yang baik terhadap dirinya. d)  Membantu siswa untuk mengurangi dari rasa takut, tidak seorangpun dapat melepaskan diri dari pengaruh ketakutan. Tetapi tak seorangpun  yang ingin takut.

PENUTUP

Simpulan
Simpulan dalam penelitian ini 1) meningkatkan proses pelaksanaan model pembelajaran quantum teaching dengan  group investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran, 2) meningkatkan keaktifan peserta didik kelas X TKK I SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum  Teaching dengan  Group investigasi, 3) meningkatkan prestasi belajar peserta didik setelah penyelengarakan model pembelajaran quantu Teaching dengan teknik  Group investigasi untuk kompetensi mekanika teknik  pada peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen kabupaten  Sragen.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini selanjutnya peneliti merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: Bagi guru disarankan untuk memantau perilaku sikap kemandirian, keaktifan belajar dan kopetensi belajar peserta didik, guru diharapkan dapat menyusun, menerapkan dan mengevaluasi pembelajaran, dengan membuat proses pembelajaran itu dibuat yang menyenangkan dan dibuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran sehingga terbentuk adanya imbal balik komunikasi antara guru dan siswa. Sehingga peserta didik dapat meningkatkan pencapaian standar kopetensi mekanika teknik sekurang-kurangnya mencapai nilai Kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 2,66 .

DAFTAR PUSTAKA.
Jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen / article /view /255/143
De Porter , Bobbi , Mark Reardon, dan Sarah Singer – Nourie. 2001. Quantum  Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning di ruang-ruang Kelas. Bandung : KAIFA.
http// Quantum teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1 febuari 2013
Kiranawati. 2014. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation). http: //gurupkn.wordpress.com/ 2014/07/11/ metode-investigasi-kelompok-group-investigation/. (Diakses tgl 11 juli 2014).
 Kusuma Wardani . 2008. Metode Quantum Teaching Dengan Study Group Untuk Peningkatan Prestasi Belajar Geografi
Udin S. Winaputra. 2001. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. Ke-1.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Siti Maesaroh. 2005. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Zainal Aqib.2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya



BACA SELENGKAPNYA »

PELAKSANAAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN STUDY GROUP UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KOMPETENSI MEKANIKA TEKNIK SISWA KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI KAYU 2 SMK NEGERI 2 SRAGEN

PELAKSANAAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN STUDY GROUP
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KOMPETENSI MEKANIKA TEKNIK  SISWA  KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI KAYU 2
SMK NEGERI 2 SRAGEN
Irmina Titik Purwanti *)
irminatitik@yahoo.co.id

Abstrak: rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah rendahnya prestasi  belajar dan   keaktifan pada peserta didik  kelas X TKK 2 SMK Negeri 2 Sragen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan pencapaian standart kompetensi Mekanika Teknik, pada peserta didik kelas X Teknik kontruksi Kayu 2 SMK Negeri 2 Sragen tahun ajaran 2013/2014 nilai KKM 2,66 dengan jumlah prosentase ketuntasan kopetensi 94,3%, pencapaian keaktifan belajar peserta didik 70,8 %, Berdasarkan hasil penelitian , maka peneliti merekomendasikan bahwa model Quantum Teaching dengan Study Group dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan meningkatkan kompetensi Mekanika Teknik  kelas X Teknik kontruksi kayu 2  SMK Negeri 2 Sragen.
 Kata kunci : Model Quantum Teaching dan Study Group .
*(  peneliti guru SMK Negeri 2 Sragen)



PENDAHULUAN
Dari rendahnya kemampuan belajar dan aktifitas belajar Mekanika Teknik pada peserta didik, maka menyebabkan rendahnya kemampuan menyelesaikan soal, rendahnya penguasaan kompetensi mata pelajaran Mekanika Teknik, sehingga nilai ulangan harian rendah akibatnya hasil belajar Mekanika Teknik secara umum juga rendah. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut guru dapat melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hopkins dalam Zainal Agib (2009 : 44) menjelaskan:
 “ Actions research combines as substantive act with a research procedure, it is action disciplined  by enquiry a personal attempt at under standing while enyaged in a process of improvement and reform ”.

Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut, 1)Apakah model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Study Group dapat meningkatkan hasil prestasi belajar pada bidang study Mekanika Teknik siswa Teknik Konstruksi Kayu 2 SMK Negeri 2 sragen. 2) Apakah model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Study Group dapat meningkatkan aktifitas belajar  pada bidang study Mekanika Teknik siswa Teknik Konstruksi Kayu 2 SMK Negeri 2 sragen.
Tujuan Penelitian dalam penelitian ini, sebagaimana perumusan masalah yang disusun, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan prestasi belajar siswa setelah penyelenggaraan model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Study Group untuk kompetensi Mekanika Teknik  pada peserta didik kelas X TKK 2 SMK Negeri 2 Sragen. 2) Meningkatkan aktifitas belajar siswa setelah penyelenggaraan model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Study Group untuk kompetensi Mekanika Teknik  pada peserta didik kelas X TKK 2 SMK Negeri 2 Sragen.

LANDASAN TEORTIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Penelitian  ini merujuk pada penelitian sebelumnya, beberapa penelitian yang berhubungan dengan topik ini, yaitu  tentang dampak penerapan quantum teaching pada siswa semasa orientasi  siswa (MOS)2007, Iyan Humas, Jurnal pendekatan quantum teaching dalam pembelajaran IPA, (jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen / article /view /255/143), .  Irmina, 2010, Pelaksanaan Model Quantum Teaching dengan Study Group untuk Peningkatan Sikap Percaya Diri Siswa dan Prestasi Belajar Fisika, Kusumo Wardani . 2008. Metode Quantum Teaching Dengan Study Group Untuk Peningkatan Prestasi Belajar Geografi.

Kajian teoritis yang digunakan sebagai kerangka teoristis pada penelitian adalah :

1. Hakekat  belajar dan pembelajaran
Menurut Sri Rumini dkk, ( 2006 : 59 ), belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperolah perubahan tingkah laku, yang mana perilaku hasil belajar tersebut relative menetap, baik perilaku yang dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati secara langsung yang terjadi pada individu sebagai sebuah hasil latihan dan pengalaman sebagai dampak interaksi antarindividu dengan lingkungannya.  Dengan demikian, belajar merupakan proses internalisasi pengetahuan yang diperoleh dari luar diri dengan system indra yang membawa informasi ke otak.

Menurut Sumadi  Suryabrata ( 2011 : 232 ), difinisi belajar selalu mencakup beberapa poin penting sebagai berikut :
a). Proses belajar selalu membawa perubahan perilaku, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
b). Pada dasarnya yang dimaksud dalam perubahan tersebut pokoknya adalah pada proses mendapatkan kecakapan atau ketrampilan baru.
c).  Adanya perubahan tersebut karena dilakukakan secara sadar dan penuh usaha. Maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses internalisasi pengetahuan, penyimpanan informasi atau pengetahuan yang didukung factor-faktor psikomotor dan system indra yang berbeda antara satu individu atau siswa dengan individu atau siswa lain dalam berinteraksi dengan lingkungan sebagai sumber belajar.

2. Hakekat  perencanaan Pembelajaran Quantum
Dalam (De Porter, Readon dan Singer Nourie, 2001 : 5) ,Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum dikenal dengan singkatan “ TANDUR” yaitu:1). Tumbuhkan: Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “ bawalah dunia mereka kedunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan ( persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial ( komunikasi belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada peserta didik, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu. Strategi untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menulis tujuan pembelajaran di papan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/ media yang menarik atau lucu, isu mutakhir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang. 2). Alami :Tahap ini jika tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun peserta didik sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Strategi konsep ALAMI dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi dengan memberikan tugas secara individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.3). Namai: Konsep ini berada pada kegiatan inti. Yang NAMAI mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak ( membuat peserta didik penasaran, penuh pertannyaan mengenahi pengalaman) untuk memberikan identita, menguatkan dan mendifinisikan..4). Demostrasikan:Tahap ini masih pada kegiatan ini, Inti pada tahap ini adalah memberikan kesempatan siswa untuk menunjukan bahwa peserta didik tahu. Hal ini sekaligus memberikan kesempatan peserta didik untuk menunjukan tingkat pemahamanan terhadap materi yang dipelajari.Panduan guru untuk memahami tahap ini yaitu dengan cara apa peserta didik dapat memperagakan tingkat kecakapan peserta didik dengan pengetahuan yang baru? 5. Ulangi:Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku ini “  kegiatan ini dilakukan secaa multi modalitas dan multi kecerdasan Panduan guru untuk memasukan tahap ini yaitu cara apa yang bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? 6). Rayakan: Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketentuan, dan kesuksesan yang  akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar  lebih lanjut.(http// Quantum teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1 febuari 2013)

3. Mengkombinasikan dengan study group
Study group adalah kelompok belajar didalam kelas. Dalam pelaksanaan Quantum teaching di SMK Negeri 2 Sragen, study group dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan Quantum teaching . Adapun pelaksanaan model Quantum teaching dengan study group ini adalah sebagai berikut :
a).Pembentukan kelompok :Dalam pembentukan kelompok ini dilakukan dengan strategi yang dianggap baik dalam proses pembelajaran. Dalam setiap kelompok dimasukkan peserta didik yang memiliki prestasi baik, sehingga dapat mendukung perumusan konsep yang baik dalam kelompok..

Hal ini dilakukan dengan cara yang sama untuk siklus I dan siklus II.

b).Pemberian nama kelompok:
Pemberian nama kelompok ini, guru menganut konsep pemaksimalan memori belajar, dimana nama-nama kelompok adalah nama konsep yang harus difahami oleh peserta didik, seperti kelompok profsor, cindekiawan, insinyur, kontraktor, konsultan, pelaksana.

Fasilitasi study group
1) Menumbuhkan minat belajar dalam kelompok
Di dalam menumbuhkan minat belajar dalam kelompok perlu ditumbuhkan dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut:
a) Memberikan motivasi atau dorongan secara langsung.
Dorongan secara langsung dilakukan melalui penumbuhan keyakinan setiap kelompok pasti memiliki ciri khas keunggulan masing-masing. Guru menunggu keunggulan apa yang akan ditunjukkan oleh setiap kelompok.
b) Motivasi untuk meraih penghargaan.
Motivasi ini ditumbuhkan melalui perbandingan kelompok. Perbandingan dilakukan dengan mengadu setiap kelompok untuk meraih penghargaan setinggi-tingginya, hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa menempuh resiko keluar dari zona berfikir aktif dan berpikir positip.
2) Merangsang kegiatan berfikir produktif
Untuk kegiatan berfikir produktif kelompok ditumbuhkan melalui pemberian pertanyaan kelompok baik dalam bentuk pertanyaan kelompok ditumbuhkan melalui pemberian pertanyaan kelompok baik dalam bentuk pertanyaan langsung maupun pertanyaan cerita.
3) Menumbuhkan keriangan belajar
Untuk memberikan keriangan pada pserta didik lebih mudah dengan ditumbuhkan melalui study group . keriangan ditumbuhkan melalui adu pendapat antar kelompok, saling memberi semangat antar kelompok dengan tepuk tangan, saling memberikan komentar, dan dengan perdebatan kecil. Fasilitator menjembatani agar perdebatan bersifat terarah dan tidak mengarah pada perdebatan negatif. Dalam siklus II  guru menggunakan musik mozart saat proses diskusi dilakukan guna merangsang kecerdasan peserta didik dalam menemukan jawaban.
4) Memberi kesempatan berdemostrasi
Proses pembelajaran dilakukan seluruhnya secara individu, maka sangat sulit dilakukan pemberian kesempatan berdemostrasi secara merata melalui presentasi.
5) Perayaan kelompok
Untuk perayaan kelompok ini, merupakan pemberian penghargaan atas apa yang dipelajari kelompok.
6) Penutupan kegiatan study group
Yang dimaksudkan kegiatan penutupan pada study group ini adalah untuk memperjelas hasil kgiatan study gruop yang telah dilakukan secara bersama-sama. Guru menyimpulkan konsep-konsep yang dibuat peserta didik, dan melakukan pelurusan – pelurusan konsep yang kurang benar, sehingga disamping memahami konsep yang benar peserta didik juga menjadi faham dengan konsep yang salah dan menjebak.
4. Kerangka pikir
Pelaksanaan Quantum Teaching akan mampu memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta mewujudkan transformasi pengalaman dan penguatan yang efektif olek karena siswa melaksanakan pembelajaran tidak dalam kondisi terpaksa atau tidak dalam kondisi tidak senang, akan tetapi dalam suasana penuh motivasi dan tidak tegang. Sementara itu, melalui study group, siswa dilatih untuk memecahkan masalah secara mandiri sehingga akan terbentuk kemampuan problem solving. Study group juga dilakukan untuk memperdalam pengetahuan yang telah diperoleh dari guru, dan pendalaman tersebut dilakukan bersama-sama dengan rekan lainnya, sehingga akan terjadi proses transformasi pengetahuan  antar siswa.
5. Hipotesis tindakan
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: 1). Meningkatan prestasi belajar siswa setelah penyelenggaraan model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Study Group untuk bidang study Mekanika Teknik  siswa kelas X TKK2 SMK Negeri 2 Sragen Kabupaten Sragen ? 2). Meningkatkan  aktifitas belajar siswa kelas X TKK 2 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan pembelajaran Mekanika Teknik melalui metode Quantum Teaching dengan Study Group ?


METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus 1 bertujuan mengetahui prestasi belajar kompetensi mekanika teknik dan keaktifan belajar  peserta didik , dalam tindakan awal penelitian dan sekaligus digunakan sebagai refleksi untuk melakukan siklus 2. Siklus 2 bertujuan untuk mengetahui peningkatan perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus 1.

Siklus I
Pada siklus 1 perencanaan berupa kegiatan-kegiatan menentukan langkah yang akan dilakukan untuk memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran Mekanika Teknik selama ini menggunakan model konvensional. Tahap ini bermanfaat agar pelaksanaan pada tahap tindakan lebih mudah, terarah dan sistematis. Tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan proses pembelajaran pada siklus 1 sesuai dengan perencanaan yang disusun. Tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan proses pembelajaran Mekanika Teknik menggunakan model Quantum teaching dengan Study Group. Observasi dilakuan untuk mengetahui segala peristiwa yang berhubungan dengan pembelajaran maupun respons terhadap teknik model pembelajaran yang digunakan guru. Data observasi diperoleh dari lembar observasi, catatan harian guru, catatan harian siswa, lembar wawancara, dan dokumentasi foto. Refleksi bertujuan untuk mengetahui kendala apa yang ditemui dalam meningkatkan prestasi belajar Mekanika Teknik peserta didik .

Siklus II
Pada siklus 2, perencanaan adalah penyempurnaan dari perencanaan siklus. Hasil refleksi siklus 1 dikoordinasikan dengan guru mata pelajaran Mekanika Teknik kelas X TKK 2 SMK Negeri 2 Sragen untuk melakukan perencanaakan ulang. Tindakan yang dilakuan adalah dengan perencanaan yang telah disusun berdasarkan perbaikan pada siklus 1.  Materi pembelajaran sama seperti materi pelajaran siklus 1, yaitu 1) menganalisis konstruksi balok sederhana ,2) menghitung konstruksi balok sederhana.  Materi pembelajaran siklus II 1) balok sederhana dengan tumpuan sendi dan rol dengan beban secara analisis dan grafik, 2) balok sederhana dengan tumpuan sendi dan rol dengan beban secara analisis dan grafik,3) balok sederhana dengan tumpuan sendi dan rol dengan beban secara tidak merata. Tahap tindakan dilaksanakan dalam tiga tahap iatu persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut. Observasi dilakuan untuk mengmpulkan data tentang keaktifan belajar siswa dan respons siswa terhadap proses pembelajaraan dengan model Quantum teaching dengan study group. Pengambilan data dilakukan dengan teknik tes dan non tes . refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil non tes yang dilakukan pada siklus 2.

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah mata pelajaran Mekanika Teknik  pada kelas X TKK 2 SMK Negeri 2 Sragen. Variabel penelitian ini adalah model Quantum teaching dengan study group , dan prestasi belajar Mekanika Teknik, keaktifan belajar peserta didik. Indikator kinerja dalam penelitian ini meliputi dua aspek yaitu kuantitatif dan kualitatif
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Tes dilakukan dengan menggunakan soal-soal. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tes a. siklus 1 dan tes b. siklus 2. Skor penilaian berdasarkan aspek-aspek yang sudah ada. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang sesuai dengan materi, yaitu menganalisis konstruksi balok sesderhana, menghitung konstruksi balok sederhana.Dalam melakukan tes ini diperlukan instrumen atau alat bantu yang berupa kriteria atau pedoman penilaian. Penilaian tersebut harus menunjukan pencapaian indikator yang telah ditentukan. Sedangkan teknik nontes yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, lembar jurnal,lembar wawancara, lembar dokumemtasi foto yang digunakan untuk mengungkapkan perubahan tingkah laku peserta didik selama mengikuti pembelajaran Mekanika Teknik  dengan model quantum  teaching dengan stady group.
Analisis data yang dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajran mekanika teknik dengan model quantum teaching dengan study group adalah teknik kualitatif dan kuantitatif.
Indikator penelitian ini,  penilaian  dilakukan  berdasarkan  tes  unjuk  kerja. Indikator  data   kuantitatif  penelitian  ini  adalah  ketercapaian  target  kriteria ketuntasan minimal siswa  sebesar 2,66 dengan jumlah peserta didik minimal 94,3% dari jumlah peserta didik keseluruhan. Indikator data kualitatif Pencapaian peningkatan keaktifan peerta didik dengan frekuensi pengamatan nilai prosentase 70,8 % siswa aktif dalam pembelajaran model quantum teaching dengan study group,


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari tindakan prasiklus, siklus 1dan siklus 2. Hasil tes prasiklus berupa data nilai  ulangan harian kompetensi Mekanika Teknik.
Proses Pembelajaran  Prasiklus



Tabel .1 Hasil nilai ulangan harian pada Prasiklus.

 Dilihat dari tabel 1, dapat diketahui nilai rata-rata peserta didik masih dalam kategori kurang yaitu sebesar 82,56%. Peserta didik yang memperoleh nilai dalam kategori kurang sebanyak 29 peserta didik  atau 82,56% dalam interval nilai < 60 sebanyak 4 peserta didik atau sebesar 13,45% memperoleh nilai berkategori  cukup dalam interval 60 – 75. Sementara itu  ada 1 peseta didik atau 3,98%  memperoleh nilai berkategori baik dan tak ada satupun peserta didik yang memperoleh kategori sangat baik atau sebesar 0%. Itu menunjukan bahwa nilai kompetensi Statika peserta didik masih rendah dan perlu untuk ada peningkatan dalam prestasi peserta didik pada kompetensi
Mekanika Teknik.

Siklus I
Proses Pembelajaran Quantum Teacing dengan Study Group





Siklus II
Proses Pembelajaran Quantum Teacing dengan Study Group






Pembahasan
Tabel 2  Hasil nilai tes mata pelajaran mekanika teknik  pada siklus 1

Dari data diatas nilai yang di capai pada hasil tes siklus I oleh siswa, materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat 14,8 %,dengan parameter tingkat keberhasilan siswa (>85) kategori baik, materi sendi dan rol dengan beban terpusat  45,7 %, dengan parameter tingkat keberhasilan siswa ( 75 – 85) katagori baik, materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan bidang datar dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol 5,1%, dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori cukup, materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol akibat beban merata dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol akibat beban terbagi tidak merata 69% dengan parameter tingkat keberhasilan ( 2 – 2,66 ) kategori cukup, materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol 7,4% dengan parameter tingkat keberhasilan (– 60 ) kategori kurang. Dari hasil tes mekanika teknik  pada siklus I yang perlu di perbaiki pada siklus II pada materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban merata, menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol akibat beban tidak merata karena masih dibawah nilai KKM 2,66, sedangkan untuk materi menghitung gaya reaksi pada tumpuansendi dan rol  di perdalam atau diulang karena harus sudah memiliki nilai tuntas KKM 2,66.
Prestasi belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan  hasil belajar oleh seseorang dapat di lihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik.
Refleksi siklus 1
Dalam kompetensi dasar menganalisa balok konstruksi sederhana  pada Mekanika Teknik  dalam indikator 1) menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat, 2) menghitung gaya reaksi tumpuan sendi dan rol dengan beban merata, 3) menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol pada beban tidak merata/ segitiga, serta dapat memberikan contohnya dalam kehidupan sehari- hari. Pada awal pembelajaran mekanika teknik  kelas X Teknik kontruksi kayu 2 tahun pelajaran 2013/2014 hasil nilai diskusi .Materi tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat 54,3% nilai sudah tuntas. Materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol pada beban merata 60% nilai belum tuntas.Materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol pada beban tidak merata 68,6% nilai belum tuntas.    Data ini bisa dilihat pada tabel 5, yang memperoleh hasil KKM sebesar 60%, dan siswa  yang kurang dari KKM yang ditetapkan sebesar 40%, dan memiliki nilai rata-rata 60%  dapat dilihat pada tabel 5,  sedangkan untuk nilai hasil tes mekanika teknik pada siklus I bisa dilihat pada tabel 6, nilai ketuntasan 74,3% dengan nilai rata-rata kelas 73,3%. dan hasil rata rata skor keaktifan belajar siswa adalah 1) Mendengarkan dan memperhatikan presentasi/ penjelasan guru 58,3% masih dalam kualifikasi tinggi, 2). Mencatat kegiatan guru 47,2%, 3). Merespons pertanyaan atau perintah guru 38,9%, 4). Mengajukan pertanyaan kepada guru jika menemukan masalah 31,9%, 5). Berpartisipasi dalam diskusi kelompok 38,7, 6). Mengemukaan pendapat dalam kelompok 34,7% ,7). Mengerjakan soal dan lembar kegiatan36,1%, 8). Mempresentasikan hasil kerja kelompok 33,2%  Bisa di lihat pada tabel 9.
 Kompetensi yang harus dimiliki pada pembelajaran mekanika teknik dalam indikator 1) menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol pada beban terpusat , 2) menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol pada beban merata, 3) menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol pada beban tidak merata,  serta dapat memberikan contohnya dalam kehidupan sehari - hari,  sehingga penilaian yang paling baik adalah penilaian waktu diskusi dari pada penilaian secara  individu. Dikarenakan belum atau kurangnya keaktifan belajar siswa yang terbentuk dalam pembelajaran mekanika teknik . Penyebab utama siswa belum mencapai KKM diduga karena siswa belum memiliki, keaktifan belajar siswa kurang memahami dan mengikuti aturan dalam diskusi, kurang memahami metode penilaian yang dipakai, dan belum bisa merencanakan waktu yang tepat dalam pembelajaran secara sistematis.

Tabel 3  Hasil nilai tes mata pelajaran Mekanika Teknik pada siklus 2

Dari data diatas nilai yang di capai pada hasil tes siklus II oleh peserta didik , materi menghitung gaya reaksipada tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat secara analisis dan grafik 91,4 %, tuntas, , materi menghitung gaya reaksipada tumpuan sendi dan rol dengan beban merata secara analisis dan grafik 94,3 %, tuntas , materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban tidak merata secara analisis dan grafik  94,34 %, tuntas. Dari hasil diskusi mekanika teknik pada siklus 2 ini sudah mencapai dari KKM mekanika teknik 2,66 dengan indikator kinerja kualitatif ketercapaian  target kriteria ketuntasan minimal siswa 2,66 dengan jumlah rata-rata 80,1% dari jumlah keseluruhan siswa .
a) Komparasi nilai kompetensi mekanika teknik  pada siklus I dan nilai kompetensi mekanika teknik pada siklus II


 grafik 1.  Komparasi Nilai kompetensi mekanika teknik 
 pada Siklus I dan Siklus II


Hasil penilaian prestasi belajar mata pelajaran mekanika teknik, ada kenaikan kompetensi mekanika teknik
b) Komparasi pencapaian keaktifan belajar peserta didik pada siklus I dan siklus 2


Grafik 3. Pencapaian  keaktifan belajar peserta didik pada
 siklus 1dan siklus 2
Refleksi siklus 2
Refleksi Dalam kompetensi dasar menganalisa balok konstruksi sederhana  pada Mekanika Teknik  dalam indikator 1) menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat  , 2) menghitung gaya reaksi tumpuan sendi dan rol dengan beban merata  , 3) menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol pada beban tidak merata/ segitiga, serta dapat memberikan contohnya dalam kehidupan sehari- hari. Pada awal pembelajaran mekanika teknik  kelas X Teknik kontruksi kayu 2 tahun pelajaran 2013/2014 hasil nilai diskusi . Menghitung gaya reaksi pada bidang datar dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat dengan analisis dan grafik 91,4 % .  nilai sudah tuntas. Menghitung gaya reaksi pada bidang datar dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban merata dengan analisis dan grafik 94,3 % nilai tuntas.Materi Menghitung gaya reaksi pada bidang datar dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban tidak merata dengan analisis dan grafik 94,3 %  tuntas.    dan hasil rata rata skor keaktifan belajar siswa adalah 1) Mendengarkan dan memperhatikan presentasi/ penjelasan guru 80,6% masih dalam kualifikasi tinggi, 2). Mencatat kegiatan guru 72,23%, 3). Merespons pertanyaan atau perintah guru 68,1%, 4). Mengajukan pertanyaan kepada guru jika menemukan masalah 69,3%, 5). Berpartisipasi dalam diskusi kelompok 68%, 6). Mengemukaan pendapat dalam kelompok 69,4% ,7). Mengerjakan soal dan lembar kegiatan69,4%, 8). Mempresentasikan hasil kerja kelompok 69,4%  .
Peningkatan kompetensi peserta didik, berupa:1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan peserta didik memahami dan menyelesaikan soal diskusi, kemampuan memahami tentang (1) Menghitung gaya reaksi pada bidang datar dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat dengan analisis dan grafik (2)   Menghitung gaya reaksi pada bidang datar dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban merata dengan analisis dan grafik,3) Menghitung gaya reaksi pada bidang datar dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban tidak merata dengan analisis dan grafik  mencapai KKM 75, (2)  Ketrampilan (skill), yaitu kemampuan menghitung dengan benar dan cepat, peserta didik sudah %   dapat melakukan penghitungan  dengan cepat dan tepat.(3)  Sikap (attittude), yaitu disiplin,berani bertanya, diskusi dan mengerti apa yang menjadi tanggung jawabnya, peserta didik sudah dapat melakukan berani bertanya, diskusi dan mengerti apa yang menjadi tanggung jawabnya.,b) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Study Group berhasil diciptakan upaya peningkatan  pencapaian kompetensi mekanika teknik . Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, sudah  mencapai nilai KKM secara klasikal 91,2% dari jumlah siswa sebanyak 34 siswa, tetapi sudah ada peningkatan dari hasil nilai rata rata kelas pada siklus 1: 73,3 dengan prosentase jumlah ketuntasan kopetensi 74,3% dan meningkat pada siklus ke II dengan nilai rata-rata kelas 80,1%, dan prosentase jumlah ketuntasan kompetensi 94,3%  c) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Study Group berhasil diciptakan upaya peningkatan  pencapaian keaktifan belajar peserta didik. Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, memiliki keaktifan belajar pada siklus I memiliki rerata 39,9% dengan kualifikasi sedang, secara klasikal  dari jumlah siswa sebanyak 34 siswa, tetapi sudah ada peningkatan dari hasil nilai rata rata kelas pada siklus I1 sebesar 70,8% dengan kualifikasi tinggi, yang berarti sudah ada peningkatan keaktifan belajar dari siklus I dan Siklus II.Dari proses pembelajaran pada siklus II sudah mencapai KKM pada pelajaran mekanika teknik  mencapai 94,3% dari peserta didik terpenuhi


PENUTUP

Simpulan
Simpulan dalam penelitian ini 1) meningkatkan proses pelaksanaan model pembelajaran quantum teaching dengan study group dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran, 2) meningkatkan keaktifan peserta didik kelas X TKK I SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum  Teaching dengan Study Group, 3) meningkatkan prestasi belajar peserta didik setelah penyelengarakan model pembelajaran quantu Teaching dengan teknik Study Group untuk bidang study meanika teknik pada peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen kabupaten  Sragen.


Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini selanjutnya peneliti merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: Bagi guru disarankan untuk memantau keaktifan belajar dan kopetensi belajar peserta didik, guru diharapkan dapat menyusun, menerapkan dan mengevaluasi pembelajaran, dengan membuat proses pembelajaran itu dibuat yang menyenangkan dan dibuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran sehingga terbentuk adanya imbal balik komunikasi antara guru dan siswa. Sehingga peserta didik dapat meningkatkan pencapaian standar kopetensi menerapkan ilmu mekanika teknik  sekurang-kurangnya mencapai nilai Kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75 .

DAFTAR PUSTAKA.
jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen / article /view /255/143
De Porter , Bobbi , Mark Reardon, dan Sarah Singer – Nourie. 2001. Quantum  Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning di ruang-ruang Kelas. Bandung : KAIFA.

http// Quantum teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1 febuari 2013

Irmina Titik P. 2010. Pelaksanaan Model Quantum Teaching dengan Study Group untuk Peningkatan Sikap Percaya Diri Siswa dan Prestasi Belajar Fisika.

 Kusumo Wardani . 2008. Metode Quantum Teaching Dengan Study Group Untuk Peningkatan Prestasi Belajar Geografi

Zainal Aqib.2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya

Iyan Humas,2007, Dampak penerapan Quantum Teaching pada siswa semasa Orientasi siswa (MOS) di SMA negeri 6 Bogor . jurnal diunduh 1maret 2013.

Zainal Aqib.2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya



BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit