Senin, 31 Desember 2012

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR

Abstrak: Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Karakteristik pembelajaran tematik yaitu: berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung kepada siswa, pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., fleksibel, hasil pembelajaran berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Landasan pembelajaran tematik ada tiga, yaitu: filosofis, psychologis, dan yuridis. Prinsip pembelajaran tematik adalah terintegrasi dengan lingkungan, bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan efisiensi. Kelebihan pembelajaran tematik, yaitu: menyenangkan, memberikan pengalaman, hasil belajar dapat bertahan lama, berkesan, dan bermakna, mengembangkan keterampilan berfikir anak, menumbuhkan keterampilan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap, menyajikan kegiatan yang bersifat nyata. Implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: perencanaan meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis indikator, penetapan jaringan tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP, penerapan/pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah; kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir, evaluasi/penilaian. Sistem penilaian pembelajaran tematik adalah penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang digunakan berupa tes dan non tes, yang meliputi; tertulis, lisan, perbuatan, catatan perkembangan siswa, portofolio. Penilaian ini tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi terpisah sesuai kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata pelajaran, sehingga nilai akhir pada Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS) atau rapor dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran.clip_image001

Kata kunci: Tematik, karaktersitik, landasan, prinsip, kelebihan, implementasi, penilaian

PENDAHULUAN

Peserta didik sekolah dasar kelas awal, yaitu kelas I, II, dan III berada pada rentang usia dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang, karena pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Pada usia dini tersebut, berbagai kecerdasannya seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat pesat, dan tingkat perkembangannya masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), serta memahami hubungan antar konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek kongkret dan pengalaman langsung.

Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman terhadap objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Jika kedua proses tersebut berlangsung terus-menerus, akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang, sehingga secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi diri anak dengan lingkungannya.

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasional kongkret dan perilaku belajarnya, (1) mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek ke aspek lain secara reflektif dan serentak, (2) mulai berpikir secara operasional, (3) berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana dan mempergunakan hubungan sebab akibat, (5) memahami konsep substansi, volume, panjang, lebar, luas, dan berat. Ciri belajar anak usia sekolah dasar adalah, (1) kongkret (dapat dilihat, didengar, dibau, dikecap, diraba, dan diotak-atik), (2) integratif (segala sesuatu dipandang sebagai satu keutuhan), (3) hierarkis (urut, logis, keterkaitan antar materi, cakupan keluasan dan kedalaman materi).

Belajar adalah proses perubahan di dalam kepribadian berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan guru/pendidik.

Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses pengkaitan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Belajar akan lebih bermakna apabila anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera secara utuh, dari pada hanya mendengarkan penjelasan guru saja dan secara terpisah-pisah. Oleh karena itu, pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah pada kelas awal, akan menyebabkan kurang berkembangnya berpikir holistik dan membuat kesulitan dalam memahami konsep, sehingga berdampak pada tingginya angka mengulang kelas dan angka putus sekolah pada kelas awal tersebut.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak pada kelas awal adalah pembelajaran yang dikelola secara terpadu melalui pendekatan tematik.

PEMBAHASAN

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Poerwadarminta (1984: 1.040) Tema adalah pokok pikiran; dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengarang sajak, dsb).

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran IPA dan Matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, Bahasa Indonesia, Penjasorkes, dan SBK. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik, yaitu: (1) pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan utuh, (2) dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan alokasi waktu untuk setiap topik, banyak sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan, (3) pilihlah tema yang terdekat dengan siswa, (4) lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai dari tema tersebut.

Pemilihan tema dalam pembelajaran tematik dapat berasal dari guru dan siswa. Pada umumnya guru memilih tema dasar dan siswa menentukan unit temanya. Tema juga dapat dipilih berdasarkan pertimbangan konsensus antar siswa.

Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Di samping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa.

Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut: (1) berpusat pada siswa, (2) memberikan pengalaman langsung kepada siswa, (3) pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak, (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., (5) bersifat luwes (fleksibel), (6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

Yang dijadikan landasan dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar adalah: (1) aliran progresivisme yang memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa, (2) aliran konstruktivisme yang melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya, (3) aliran humanisme  yang melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya, (4) landasan psikologis, dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya, (5) landasan yuridis, yaitu UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9) dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).

Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu: (1) bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan, (2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan (3) efisiensi.

Menurut Kunandar (2007) pembelajaran tematik memiliki kelebihan yaitu: (1) menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik, (2) memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik, (3) hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna, (4) mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi, (5) menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama, (6) memiliki sikap toleransi komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain, (7) menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.

Dengan tema diharapkan akan memberikan keuntungan, di antaranya: (1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, (2) siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama, (3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, (4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, (5) siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, (6) siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk memgembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, (7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkan sekaligus diberikan dalam dua atau tiga kali pertemuan, sedangkan selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial dan pengayaan.

Selain memiliki kelebihan, pembelajaran tematik juga terdapat beberapa kelemahan yang ditimbulkannya. Adapun kelemahan pembelajaran tematik terjadi jika dilakukan oleh guru tunggal, misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga guru akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran dan tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi dan keterampilan dalam melakukan perencanaan dan pengelolaan pembelajaran tematik.

Pembelajaran tematik di sekolah dasar merupakan suatu hal yang dapat dianggap relatif baru dan pemahamannya oleh guru belum mendalam, sehingga dalam implementasinya belum sesuai dengan yang diharapkan. Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran tematik ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan secara intensif tentang pembelajaran tematik ini. Di samping itu juga guru masih sulit meninggalkan kebiasan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata pelajaran/bidang studi.

Pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar pada saat ini difokuskan pada kelas awal yautu kelas I, II, dan III atau kelas yang anak-anaknya masih tergolong pada anak usia dini, walaupun sebenarnya pendekatan pembelajaran tematik ini bisa dilakukan di semua kelas.

Implementasi pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) perencanaan, (2) penerapan pembelajaran, (3) evaluasi. Dalam tahap perencanaan pembelajaran tematik, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: (a) perencanaan meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis indikator, penetapan jaringan tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP. Sedangkan dalam tahap penerapan/pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui langkah-langkah kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir. Serta dalam tahap evaluasi atau penilaian pembelajaran tematik adalah penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang digunakan berupa tes dan non tes, yang meliputi; (1) tes tertulis, (2) tes lisan, (3) tes perbuatan, (4) catatan perkembangan siswa, (5) portofolio. Penilaian ini tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi terpisah sesuai kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata pelajaran, sehingga nilai akhir pada Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS) atau rapor dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pembahasan tentang pembelajaran tematik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa; (2) Karakteristik pembelajaran tematik yaitu: (a) berpusat pada siswa, (b) memberikan pengalaman langsung kepada siswa, (c) pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak, (d) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., (e) bersifat luwes (fleksibel), (f) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; (3) Landasan pembelajaran tematik ada tiga, yaitu: (a) filosofis, (b) psychologis, dan (c) yuridis; (4) Prinsip pembelajaran tematik adalah (a) terintegrasi dengan lingkungan, (b) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan (c) efisiensi; (5) Kelebihan pembelajaran tematik, yaitu: (a) menyenangkan, (b) memberikan pengalaman, (c) hasil belajar dapat bertahan lama, berkesan, dan bermakna, (d) mengembangkan keterampilan berfikir anak, (e) menumbuhkan keterampilan sosial, (f) menumbuhkan sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap, (g) menyajikan kegiatan yang bersifat nyata; (6) Implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: (a) perencanaan meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis indikator, penetapan jaringan tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP, (b) penerapan/pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah: kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir, (c) evaluasi/penilaian; (7) Sistem penilaian pembelajaran tematik adalah penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang digunakan berupa tes dan non tes, yang meliputi; (1) tes tertulis, (2) tes lisan, (3) tes perbuatan, (4) catatan perkembangan siswa, (5) portofolio. Penilaian ini tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi terpisah sesuai kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata pelajaran, sehingga nilai akhir pada Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS) atau rapor dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran.

Berdasarkan pembahasan dan simpulan tentang pembelajaran tematik, maka dapat disarankan bahwa: (1) Guru harus kreatif dalam merencanakan dan mengelola pembelajaran, sehingga pembelajaran tematik dapat berjalan sesuai yang diharapkan; (2) Siswa agar selalu siap dan aktif dalam mengikuti pembelajaran tematik, sehingga memperoleh hasil belajar yang bermakna; (3) Sekolah agar memfasilitasi dan menyediakan berbagai sarana, prasarana, dan sumber belajar untuk kelangsungan pembelajaran tematik.

Referensi :

Depdiknas. 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta: Puskur Balitbang.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/13/pembelajaran-tematik-di-kelas-awal-sekolah-dasar/

http://media-grafika.com/pembelajaran-tematik

Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004. Malang: Bayumedia Publishing.

Undang-Undang No.23 Tahun 2002. Perlindungan Anak. Jakarta: Pemerintah RI.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pemerintah RI.

www.pppg tertulis.or.id.PembelajaranTematik

www.p3gmatyo.go.id.PembelajaranTematik

IDENTITAS PENULIS

Judul Artikel : IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR

Nama Pengarang : SUTIYONO, S.Pd.SD

Nomor Identitas, NIP, NIY : 19640513 198608 1 001

Institusi Kerja : SD 2 Besito

Email : sutiyono459@yahoo.com

Alamat Blog : sutiyonokudus.wordpress.com

Facebook : Suti Yono

clip_image002

BACA SELENGKAPNYA »

Minggu, 23 Desember 2012

Keterampilan Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai keterampilan yaitu keterampilan mengajar dalam hal ini membelajarkan. Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan kompetensi pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.

Persepsi (Perception) yang berarti pengelihatan, keyakinan dapat dilihat atau dimengerti. Persepsi terjadi karena adanya stimulus atau rangsangan dari lingkungan sekitar, sehingga individu dapat memberikan makna atau menafsirkan sesuatu hal. Slameto menjelaskan bahwa “Persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya, hubungan ini dilakukan dengan indera yaitu, pendengaran, peraba dan penciuman”. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian makna yang dilakukan secara sadar berupa tanggapan atau pendapat individu terhadap suatu objek atau peristiwa yang diterima melalui alat indera.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan “kecakapan untuk menyelesaikan tugas”,  sedangkan mengajar adalah “melatih”. DeQueliy dan Gazali Slameto mendefinisikan mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Definisi yang modern di Negara-negara yang sudah maju bahwa “teaching is the guidance of learning”. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Alvin W.Howard Slameto berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge.

Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa tanggapan/pendapat  siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Pembinaan Keterampilan guru adalah tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik guna memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu.
Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien. Di samping itu, keterampilan dasar merupakan syarat mutlak agar guru bisa mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran. Dalam keterampilan dasar mengajar tersebut ada delapan keterampilan yang dapat digunakan guru selama proses belajar mengajar yaitu; keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengelola kelas, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.
BACA SELENGKAPNYA »

Jumat, 21 Desember 2012

Guru yang professional

Ada sebuah pendapat yang menyatakan, bahwa mengajar adalah proses penyampaian atau penerusan pengetahuan, sudah ditinggalkan banyak orang. Kini, mengajar lebih sering dimaknai sebagai perbuatan yang komplek, yaitu penggunaan secara integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan. Pengintegrasian keterampilan-keterampilan yang dimaksud dilandasi oleh seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu wawasan. Sedangkan aplikasinya secara unik dalam arti sebuah simultan dipengaruhi oleh semua komponen belajar mengajar. Komponen yang dimaksud yaitu: tujuan yang ingin dicapai, pesan yang ingin disampaikan, subjek didik, fasilitas dan lingkungan belajar, serta yang tidak kalah pentingnya keterampilan, kebiasaan serta wawasan guru tentang diri dan misinya sebagai pendidik. Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, maka pengajar hurus memberdayakan diri sendiri dan para siswanya. Siswa diharapkan mempunyai kompetensi yang diajarkan. Mereka diposisikan sebagai subjek belajar, sedangkan guru sebagai fasilitator.

Jika mengajar dirumuskan sebagai upaya menyampaiakn (transfer) bahan pelajaran kepada siswa, maka makna mengajar itu sendiri akan terbatas hanya pada penyampaian bahan pelajaran itu saja secara sederhana sekali, guru di satu pihak menyampaikan bahan pelajaran dan siswa di pihak lain akan menerima secara pasif.
Biasanya proses penyampaian seperti itu akan berlangsung secara imposisi (penuangan), guru menuangkan sejumlah informasi/pengetahuan kepada siswa, artinya guru mendominasi kelas melalui penyampaian lisan sehingga umumnya muncul gejala verbalistis.
Akan tetapi, jika pengertian mengajar ialah segala upaya yang dilakukan dengan sengaja guna menciptakan proses belajar pada siswa dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka jelas bahwa yang menjadi sasaran akhir dari proses pengajaran itu ialah siswa belajar.
Dalam hal ini upaya apapun dapat dilakukan asal dapat dipertanggungjawabkan mengantarkan siswa menuju pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditentukan, artinya siswa cenderung aktif. Pencapaian tujuan dilakukan melalui proses pengajaran guru tampil di depan kelas untuk mengajar secara langsung ataupun menggunakan perangkat proses pengajaran.
Sehingga pada hakekatnya mengajar itu merupakan upaya guru untuk menciptakan kemungkinan terjadinya proses belajar pada siswa. Jadi yang paling penting dalam mengajar itu bukanlah bahan yang disampaikan oleh guru akan tetapi proses siswa dalam mempelajari bahan tersebut. Dan peranan yang menonjol dalam kegiatan pengajaran ada pada siswa, ini tidak berarti bahwa peranan guru disishkan, hanya diubah saja, guru bukan berperan sebagai penyampai informasi akan tetapi hanya bertindak sebagai pengarah dan pemberi fasilitas untuk mewujudkan terciptanya proses belajar (director and facilitator of learning).

Jadi, guru yang professional itu adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik. Yang dalam proses belajar mengajarnya membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus demi terciptanya kelancaran proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien.
BACA SELENGKAPNYA »

Kamis, 20 Desember 2012

Faktor Yang Dipertimbangkan Sebelum Memanfaatkan E-Learning


Ahli-ahli pendidikan dan internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran, antara lain:
1. Analisis Kebutuhan (Need Analysis)
Kalau analisis ini telah dilaksanakan dan jawabannya adalah membutuhkan atau memerlukan e-learning, maka tahap berikutnya adalah membuat studi kelayakan (Soekartawi, 1995), yang komponen penilaiannya adalah:
Apakah secara teknis dapat dilaksanakan (technically feasible). Misalnya apakah jaringan Internet bisa dipasang, apakah infrastruktur pendukungnya, seperti telepon, listrik, komputer, tersedia, apakah ada tenaga teknis yang bisa mengoperasikannya tersedia Apakah secara ekonomis menguntungkan (economically profitable); misalnya apakah dengan e-learning kegiatan yang dilakukan menguntungkan atau apakah retrun on investment (ROI)-nya lebih besar dari satu. Apakah secara sosial penggunaan e-learning tersebut diterima oleh masyarakat (socially acceptable).
2. Rancangan Instruksional
Dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspekaspek (Soekartawi, et al, 1999; Yusup Hashim and Razmah, 2001): Course content and learning unit analysis, seperti isi pelajaran, cakupan, topik yang relevan dan satuan kredit semester. Learner analysis, seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, seks,
status pekerjaan, dsb-nya. Learning context analysis, seperti kompetisi pembelajaran apa yang diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam di bagian ini. Instructional analysis, seperti bahan ajar apa yang dikelompokan menurut kepentingannya, menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit, dsb-nya. State instructional objectives. Tujuan instruksional ini dapat disusun berdasarkan hasil dari analisis instruksional. Construct criterion test items. Penyusunan test ini dapat didasarkan dari tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Select instructional strategy. Strategi instruksional dapat ditetapkan berdasarkan fasilitas yang ada.
3 Tahap Pengembangan
Pengembangan e-learning bisa dilakukan dengan mengikuti perkembangan fasilitas ICT yang tersedia, karena kadang-kadang fasilitas ICT tidak dilengkapi dalam waktu yang bersamaan. Begitu pula halnya dengan prototype bahan ajar dan rancangan instruksional yang akan dipergunakan terus dikembangkan dan dievaluasi secara kontinue.

4. Pelaksanaan
Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan format tertentu misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus menerus dilakukan. Dalam tahapan ini seringkali ditemukan berbagai hambatan, misalnya bagaimana menggunakan management course tool secara baik, apakah bahan ajarnya benar-benar memenuhi standar bahan ajar mandiri (Jatmiko, 1997).
5. Evaluasi
Sebelum program dimulai, lebih baik dicobakan dengan mengambil beberapa sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi.
BACA SELENGKAPNYA »

Jumat, 14 Desember 2012

Metode Pembelajaran Bahasa Inggris


THE SILENT WAY

Ahli-ahli psikologi kognitif dan bahasa transformasi-generatif beranggapan bahwa belajar bahasa tidak perlu melalui pengulangan. Mereka percaya bahwa pebelajar dapat menciptakan ungkapan-ungkapan yang belum pernah didengar. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa pembelajaran bahasa tidak hanya menirukan tapi aturan-aturan berbahasa dapat membantu mereka menggunakan bahasa yang dipelajari.
Dalam proses pembelajarannya, guru hanya menunjuk ke suatu chart yang berisi dengan vocal konsonan. Guru menunjuk beberapa kali dengan diam. Setelah beberapa saat guru hanya memberi contoh cara pengucapannya. Kemudian menunjuk siswa untuk melafalkan sampai benar. Dalam proses pembelajaran guru banyak berdiam diri, dia hanya mengarahkan/menunjuk pada materi pembelajaran.


Teknik-teknik The Silent Way:
  1. Sound-Color Chart 6. Word Chart
  2. Teacher’s Silence 7. Fidel Chart
  3. Peer Correction 8. Structured Feedback
  4. Rods
  5. Self-Correction Gestures



SUGGESTOPEDIA

Georgi Losanov percaya bahwa dalam proses pembelajaran ada kendala psikologi. Suggestopedia merupakan aplikasi sugesti dalam pedagogi dimana perasaan pebelajar mengalami kegagalan dapat dihilangkan. Dalam model pembelajaran suggestopedia, kendala psikologi pebelajar dapat diatasi..
Dalam mengaplikasikan model pembelajaran ini, ruang kelas ditata sedemikian rupa sehingga berbeda dengan kelas biasa. Siswa duduk di sofa dalam bentuk setengah lingkaran dengan penerangan yang remang-remang. Beberapa poster yang berhubungan dengan materi pembelajaran dipasang di tembok. Guru menyapa dalam bahasa ibu kemudian meyakinkan siswa/pebelajar kalau nereka tidak perlu berusaha untuk belajar tapi pembelajaran akan berlangsung secara alami. Guru memutar musik klasik kemudian mengarahkan pebelajar untuk rileks dengan cara menarik nafas panjang. Selanjutnya guru mengajak pebelajar berimajinasi tentang materi yang sedang dipelajari. Ketika mereka membuka mata, mereka bermain peran. Setelah itu, guru membaca sambil memperdengarkan musik. Guru tidak memberi pekerjaan rumah.

Teknik-teknik dalam Suggestopedia:
  1. Classroom Set-up 6. Role-Play
  2. Peripheral Learning 7. First Concert
  3. Positive Suggestion 8. Second Concert
  4. Visualization 9. Primary Activation
  5. Choose a New Identity 10.Secondary Activation


COMMUNITY LANGUAGE LEARNING

Metode ini mempercayai prinsip ‘whole persons’ yang artinya guru tidak hanya memperhatikan perasaan dan kepandaian siswa tapi juga hubungan dengan sesama siswa. Menurut Curran (1986:89) siswa merasa tidak nyaman pada situasi yang baru. Dengan memahami prasaan ketakutan dan sensitif siswa guru dapat menghilangkan perasaan negatif siswa menjadi energi positif untuk belajar.
Kursi disusun melingkar dengan sebuah meja di tengah. Ada sebuah tape recorder di atas meja. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Guru mnyuruh siswa membuat dialog dalam bahasa Inggris. Jika siswa tidak mengetahui guru membantu. Percakapan siswa direkam. Kemudian, hasil rekaman di tulis dalam bentuk transkrip dalam bahasa Inggrisdan bahasa ibu. Setelah itu kaidah-kaidah kebahasaan didiskusikan.

Teknik-teknik Community Language Learning:
  1. Tape-recording Student Conversation 4. Reflective Listening
  2. Transcription 5. Human Computer
  3. Reflection on Experience 6. Small Group Tasks


THE TOTAL PHYSICAL RESPONSE METHOD

Metode ini juga disebut ‘the comprehension approach’ yang mendekatkan pada pentingnya ‘listening comprehension’. Pada tahap awal pembelajaran bahasa asing terfokus pada pemahaman mendengarkan. Hal ini berdasarkan pada hasil observasi bagaimana anak-anak belajar bahasa ibu. Seorang bayi mendengarkan suara disekelilingnya selama berbulan-bulan sebelum ia dapat menyebut satu kata. Tidak ada seorangpun yang menyuruh bayi untuk berbicara. Seorang anak berbicara ketika ia sudah siap melakukannya.
Pada Natural Approach (yang dikembangkan oleh Krashen & Terrel), siswa mendengarkan guru yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing mulai awal proses pembelajaran. Guru dapat membantu siswa untuk memahami materi dengan menggunakan gambar dan beberapa kata dalam bahasa ibu. Natural Approach hampir sama dengan Direct Method. Pada Total Physical Response (TPR), siswa mendengarkan dan merespon instruksi lisan guru. Bentuk instruksi yang diberikan seperti ‘Turn around’, ‘Sit down’, ‘Walk’, ‘Stop’, ‘Jump’, dsb.

Teknik-teknik dalam the Total Physical Response Method:
  1. Using Commands to Direct Method
  2. Role Reversal
  3. Action sequence

THE COMMUNICATIVE APPROACH (Communicative Language Teaching)
Mumbly (1978) menyebut Pendekatan Komunikatif sebagai ‘Communicative Syllabus’.
Widdowson menyebutnya sebagai ‘Communicative Approach’, sedangkan Richards & Rogers
menyebutnya ‘Communicative Language Teaching’ (CLT). Istilah-istilah seperti Notionol-
Functional Approach atau Functional Approach.

Communicative Aproach/ CA (Communicative Language Teaching) berasal dari perubahan
pada tradisi pengajaran bahasa di Inggris pada akhir tahun 1960 dan kemunculannya dipertegas
oleh:

  1. Kegagalan Audio Lingual Method yang menghasilkan penutur-penutur bahasa asing atau baha ysa kedua yang baik dan fasih tetapi tidak mampu menggunakan bahasa yang dipelajari dalam interaksi yang bermakna.
  2. Pandangan Chomsky tentang kreatifitas dan keunikan kalimat sebagai ciri dasar sebuah
bahasa.

CA bertujuan untuk menjadikan kompetensi komunikatif (communicative competence) sebagai tujuan pengajaran bahasa dan untuk mengembangkan teknik-teknik dan prosedur pengajaran ketrampilan bahasa yang didasarkan atas aspek saling bergantung antara bahasa dan komunikasi. Kompetensi Komunikatif mencakup kompetensi gramatika, sosiolinguistik, dan strategi. Kemampuan komunikatif berbahasa (communicative language ability) meliputi pengetahuan atau kompetensi dan kecakapan dalam penerapan kompetensi tersebut dalam penggunaan bahasa yang komunikatif, kontekstual, dan sesuai.

Beberapa pemerian mengenai kompetensi komunikatif secara umum berpandangan bahwa makna profisiensi dalam sebuah bahasa tidak hanya sekedar mengetahui sistem kaidah-kaidah gramatikal (fonologi, sintaksis, kosakata, dan semantik). Fokus metode ini pada dasarnya adalah elaborasi dan implementasi program dan metodologi yang menunjang kemampuan bahasa fungsional melalui pertisipasi pembelajaran dalam kegiatan-kegiatan komunikatif.
BACA SELENGKAPNYA »

Kamis, 13 Desember 2012

Kelebihan dan Kekurangan e-Learning


Kelebihan e-Learning
Dalam bentuk beragam, e-Learning menawarkan sejumlah besar keuntungan yang tidak ternilai untuk pengajar dan pelajar.
  • Pengalaman pribadi dalam belajar : pilihan untuk mandiri dalam belajar menjadikan siswa untuk berusaha melangkah maju, memilih sendiri peralatan yang digunakan untuk penyampaian belajar mengajar, mengumpulkan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan.
  • Mengurangi biaya : lembaga penyelenggara e-Learning dapat mengurangi bahkan menghilangkan biaya perjalanan untuk pelatihan, menghilangkan biaya pembangunan sebuah kelas dan mengurangi waktu yang dihabiskan oleh pelajar untuk pergi ke sekolah.
  • Mudah dicapai: pemakai dapat dengan mudah menggunakan aplikasi e-Learning dimanapun juga selama mereka terhubung ke internet. e-Learning dapat dicapai oleh para pemakai dan para pelajar tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. Kemampuan bertanggung jawab : Kenaikan tingkat, pengujian, penilaian, dan pengesahan dapat diikuti secara otomatis sehingga semua peserta (pelajar, pengembang dan pemilik) dapat bertanggung jawab terhadap kewajiban mereka masing- masing di dalam proses belajar mengajar.

Kekurangan e-Learning
Beberapa kekurangan yang dimiliki oleh pemanfaatan e-Learning:
  • Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar atau bahkan antar pelajar itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar mengajar.Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
  • Proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
  • Berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT (Information, Communication and Technology). Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet ( mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer).
  • Kurangnya mereka yang mengetahui dan memiliki keterampilan tentang internet.
  • Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
BACA SELENGKAPNYA »

Rabu, 12 Desember 2012

Makna Pembelajaran

Pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja, oleh   karena   itu,   pembelajaran   pasti   mempunyai   tujuan.   Adapun   tujuan pembelajaran  menurut  Darsono  dkk. (2000)  adalah  membantu  siswa  agar memperoleh berbagai pengalaman, sehingga tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas   maupun   kualitas.   Pengalaman   tersebut   meliputi   pengetahuan, ketrampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku. 

Pembelajaran dilakukan dengan pengaturan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar yang mencakup unsur-unsur belajar   efektif   yang   mempengaruhi   kesuksesan   siswa (DePorter, 2003).
Pembelajaran yang baik menurut aliran Gestalt, yaitu usaha untuk memberi materi pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikannya (mengaturnya)menjadi suatu pola bermakna (Gestalt) (Darsono dkk., 2000). Menurut Mursell & Nasution (2002), agar pembelajaran berlangsung dengan baik maka proses pembelajaran harus mengandung makna sebanyak-banyaknya bagi siswa, bukan dengan rutinitas pengumpulan fakta.

Sumber :
  • Darsono, dkk. 2000. ”Belajar dan Pembelajaran”. Semarang : CV. IKIP Semarang Press.
  • DePorter, B; M. Reardon & S. S. Nourie. 2003. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
  • Mursell, J. dan S. Nasution. 2002. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Bumi Aksara.
BACA SELENGKAPNYA »

PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

A. Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah

Langkah pertama dalam penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah yang berisi:

1. Menentukan latar belakang dari suatu masalah, kemudian melakukan identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

2. Pengajuan Hipotesis. Dalam hipotesis mengkaji mengenai teori-teori ilmiah yang dipergunakan dalam analisis, pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan, penyusunan kerangka berpikir dengan mempergunakan premis-premis dan menyatakan secara tersurat postulat, asumsi dan prinsip yang dipergunakan, lalu merumuskan hipotesis. image

3. Menguji hipotesis secara empiris melalui penelitian dan kemudian hasil penelitian dapat dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut:

a. menyatakan variabel-variabel yang diteliti.

b. menyatakan teknik analisa data.

c. mendeskripsikan hasil analisis data.

d. memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data.

e. menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima.

2. Ringkasan dan Kesimpulan. Kesimpulan pengujian hipotesis dikembangkan menjadi kesimpulan penelitian yang ditulis dalam bab tersendiri.

Kesimpulan penelitian ini merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian. Seluruh laporan penelitian disarikan dalam sebuah ringkasan yang disebut abstrak. Dalam laporan penelitian dilampirkan daftar pustaka dan riwayat hidup peneliti.

B. Teknik Penulisan Ilmiah

Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan serta teknik notasi. Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif artinya bahwa sipenerima pesan mendapatkan kopi yang benar-benar sama dengan prototipe yang disampaikan sipemberi pesan. Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal di mana berbeda dengan tokoh dalam sebuah novel yang bisa berupa aku dan dia atau doktor faust. Kata ganti perorangan hilang dan diganti universal yakni ilmuwan. Pembahasan secara ilmiah mengharuskan kita berpaling kepada pengetahuan-pengetahuan ilmiah sebagai premis dalam argumentasi kita. Pernyataan ilmiah yang kita gunakan harus mencatat beberapa hal yakni kita identifikasi orang membuat pernyataan tersebut, media komunikasi ilmiah dimana pernyataan tersebut di sampaikan, lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat domisili dan waktu penerbitan dilakukan.

C. Teknik Notasi Ilmiah

Kalimat yang kita kutip harus dituliskan sumbernya secara tersurat dalam catatan kaki. Catatan kaki mulai langsung dari pinggir atau dapat dimulai setelah beberapa ketukan tik dari pinggir asalkan dilakukan secara konsisten. Nama pengarang yang jumlahnya sampai tiga orang dituliskan lengkap sedangkan jumlah pengarang yang lebih dari tiga orang hanya ditulis nama pertama ditambah kata et al. Kutipan yang diambil dari halaman tertentu disebutkan halamanya dengan singkatan p (pagina) atau hlm. (halaman). Jika kutipan itu disarikan dari beberapa halaman maka dapat ditulis pp.1-5 atau hlm 1-5. jika nama pengaranganya tidak ada langsung dituliskan nama bukunya atau Anom (anoniymous) di depan nama buku tersebut. Sebuah buku yang ada diterjemahkan harus ditulis baik pengarang maupun penterjemah buku tersebut sedangkan kumpulan karangan cukup disebutkan nama editornya. Pengulangan kutipan dengan sumber yang sama dilakukan dengan memakai notasi op.cit (opere citato: dalam karya yang telah dikutip), loc. cit (loco citato: dalam tempat yang telah dikutip dan ibid (ibidem : dalam tempat yang sama).

Referensi :

Suriasumantri, S. Jujun, Filsafat Ilmu Suatu Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1990.

Kiriman dari

Sutiyono, S.Pd.SD
Alamat : Purwosari RT 02/05 Kudus Jawa Tengah
Email : sutiyono459@yahoo.com

BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 11 Desember 2012

ILMU DAN BAHASA

A. Terminologi: Ilmu, Ilmu Pengetahuan, dan Sains

Seluruh bentuk dapat digolongkan dalam kategori pengetahuan (knowledge) di mana masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh karakter obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologi masing-masing. Salah satu bentuk knowledge ditandai dengan:

1. Obyek Ontologis yaitu pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau lewat panca indra atau alat yang membantu kemampuan pancaindra;

2. Landasan epistemologis yaitu metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut logico-hyphotetico-verifikasi;

3. Landasan aksiologi: kemaslahatan manusia artinya segenap ujud pengetahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.image

B. Quo Vadis

Terminologi Ilmu untuk science dan pengetahuan untuk knowledge, secara defacto dalam kalangan dunia keilmuwan terminologi ilmu sudah sering dipergunakan seperti dalam metode ilmiah dan ilmu-ilmu sosial atau ilmu-ilmu alam. Adapun kelemahan dari pilihan ini ialah bahwa kita terpaksa meninggalkan kata ilmu pengetahuan dan hanya menggunakan kata ilmu saja untuk sinonim science dalam bahasa inggris. Alternatif pertama menggunakan ilmu pengetahuan untuk science dan pengetahuan untuk knowledge.

C. Politik Bahasa Nasional

Bahasa mempunyai dua fungsi yaitu; (1) sebagai sarana komunikasi dan (2) sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi pertama dapat disebut sebagai fungsi komunikatif dan fungsi kedua sebagai fungsi kohesif atau integratif.

Pada tanggal 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dengan alasan utama yaitu fungsi kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana yang mengintegrasikaan berbagai suku ke dalam satu bangsa yakni Indonesia.

 

Referensi :

Suriasumantri, S. Jujun, Filsafat Ilmu Suatu Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1990.

Kiriman dari

Sutiyono, S.Pd.SD
Alamat : Purwosari RT 02/05 Kudus Jawa Tengah
Email : sutiyono459@yahoo.com

BACA SELENGKAPNYA »

Minggu, 09 Desember 2012

Belajar mengajar dengan Metode Kerja Lapangan

Metode kerja lapangan merupakan metode mengajar dengan mengajak siswa kedalam suatu tempat diluar sekolah yang bertujuan tidak hanya sekedar observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif ke lapangan kerja agar siswa dapat menghayati sendiri serta bekerja sendiri didalam pekerjaan yang ada dalam masyarakat. 


Kelebihan metode kerja lapangan
  • Siswa mendapat kesemmpatan untuk langsung aktif bekerja dilapangan sehingga memperoleh pengalaman langsung dalam bekerja
  • Siswa menemukan pengertian pemahaman dari pekerjaan itu mengenai kebaikan maupun kekurangannya.
Kelemahaan metode kerja lapangan 

  • Waktu terbatas tidak memungkinkan memperoleh pengalaman yang mendalam dan penguasaan pengetahuan yang terbatas
  • Untuk kerja lapangan perlu biaya yang banyak. Tempat praktek yang jauh dari sekolah shingga guru perlu meninjau dan mepersiapkan terlebih dahulu
  • Tidak tersedianya trainer guru/pelatih yang ahli.
( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta )

BACA SELENGKAPNYA »

PROSEDUR PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ALM

Teknik-teknik pengajaran dalam ALM (Audio-Lingual Method):
  1. Dialog Memorization 7. Transformation Drill
  2. Backward Build-up (expansion) Drill 8. Question-and-Answer Drill
  3. Repetition Drill 9. Use of Minimal Pairs
  4. Chain Drill 10.Complete the Dialog
  5. Single-slot Substitution Drill 11.Grammar Game
  6. Multiple-slot Substitution Drill


Kegiatan Guru
  1. Menjadi model pada semua tahapan pembelajaran.
  2. Menggunakan bahasa Inggris sebanyak mungkin dan bahasa ibu sedikit mungkin.
  3. Melatih ketrampilan menyimak dan berbicara siswa tanpa bahasa tulis dulu.
  4. Mengajarkan struktur melalui latihan pola bunyi, urutan, bentuk-bentuk, dan bukan melalui penjelasan.
  5. Memberikan bentuk-bentuk tulis bahasa sasaran setelah bunyi-bunyi benar-benar dikuasai siswa.
  6. Meminimalkan pemberian kosakata kepada siswa sebelum semua struktur umum dikuasai.
  7. Mengajarkan kosakata dalam konteks. 


Kegiatan Siswa
  1. Mendengarkan sebuah percakapan sebagai model (guru atau kaset) yang berisi struktur kunci yang menjadi fokus pembelajaran, mereka mengulangi setiap baris percakapan tersebut secara individu maupun bersama-sama, menghafalkannya dan siswa tidak melihat buku.
  2. Mengganti dialog dengan setting tempat atau yang lainnya sesuai dengan selera siswa.
  3. Berlatih struktur kunci dari percakapan secara bersama-sama dan kemudian secara individual.
  4. Mengacu ke buku teks dan menindaklanjuti
  5. dengan kegiatan membaca, menulis atau kosakata yang berdasarkan percakapan yang ada, menulis dimulai dalam bentuk kegiatan menyalin dan kemudian dapat ditingkatkan.

BACA SELENGKAPNYA »

ILMU DAN KEBUDAYAAN

A. Manusia dan Kebudayaan

Kebudayaan didefenisikan pertama kali oleh EB. Taylor pada tahun 1871 di mana dalam bukunya Primitive Culture, kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Yang menjadi dasar dari kebudayaan adalah nilai. Di samping nilai ini kebudayaan diwujudkan dalam bentuk tata hidup yang merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang di kandungnya. Pada dasarnya tata hidup merupakan pencerminan yang konkret dari nilai budaya yang bersifat abstrak: kegiatan manusia ini dapat ditangkap oleh panca indera sedangkan nilai budaya hanya tertangguk oleh budi manusia. Di samping itu nilai budaya dan tata hidup manusia ditopang oleh sarana kebudayaan.

B. Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional

Ilmu merupakan pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Dalam rangka pengembangan kebudayaan ilmu mempunyai peranan ganda, yaitu:

1. ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terlenggaranya pengembangan kebudayaan nasional.

2. ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.image

Dua dasar moral bagi kaum ilmuwan adalah meninggikan kebenaran dan pengabdian secara universal. Tujuh nilai ilmiah yang terpancar dari hakikat keilmuwan yakni:

1. kritis,

2. rasional,

3. logis,

4. obyektif,

5. terbuka,

6. menjunjung kebenaran dan

7. pengabdian universal.

Peranan ketujuh nilai ini adalah dalam hal bangsa menghadapi permasalahan dalam bidang politik, ekonomi, dan kemasyarakatan membutuhkan pemecahan permasalahan secara kritis, rasional, logis dan terbuka. Sedangkan sifat menjunjung kebenaran dan pengabdian universal akan merupakan aktor yang penting dalam pembinaan bangsa di mana seseorang lebih menitikberatkan kebenaran untuk kepentingan golongan dibandingkan kepetingan golongan. Bukan saja seni namun ilmu dalam hakikatnya yang murni bersifat mempersatukan.

C. Dua Pola Kebudayaan

Ada dua pola kebudayaan yang terbagi ke dalam ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Raiso de’etre yang menjadi argumentasi pembagian jurusan ini adalah asumsi yang pertama mengemukakan bahwa manusia mempunyai bakat yang berbeda dalam pendidikan matematika yang mengharuskan kita mengembangakan pola pendidikan yang berbeda pula. Asumsi yang kedua adalah yang menganggap bahwa ilmu sosial kurang memerlukan pengetahuan matematika. Asumsi kedua ini sekarang tidak relevan lagi karena pengembangan ilmu sosial membutuhkan bakat-bakat matematika yang baik untuk menjadikannya pengetahuan yang bersifat kuantitatif.

Referensi :

Suriasumantri, S. Jujun, Filsafat Ilmu Suatu Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1990.

Kiriman dari

Sutiyono, S.Pd.SD
Alamat : Purwosari RT 02/05 Kudus Jawa Tengah
Email : sutiyono459@yahoo.com

BACA SELENGKAPNYA »

Sabtu, 08 Desember 2012

NILAI KEGUNAAN ILMU

A. Ilmu dan Moral

Sejak pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalah-masalah moral namun dalam perpektif yang berbeda. Sejak Copernikus (1473-1543) mengajukan teori tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa bumi yang berputar mengelilingi matahari dan bukan sebaliknya seperti apa yang diajarkan oleh ajaran agama maka di sinilah timbul interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber dari ajaran agama). Para ilmuan berusaha untuk menegakkan ilmu yang berdasarkan penafsiran alam sebagaimana semboyan : ilmu yang bebas nilai.image

B. Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan

Secara historis fungsi sosial dari kaum ilmuwan telah lama dikenal dan diakui. Raja Charles II dari Inggris mendirikan The Royal Society yang bertindak selaku penawar bagi fanatisme di masyarakat waktu itu. Para ilmuwan pada waktu itu bersuara mengenai toleransi beragama dan pembakaran tukang-tukan sihir. Sikap sosial seorang ilmuwan adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuwan yang dilakukan. Ilmu terbebas dari nilai. Ilmu itu sendiri netral dan para ilmuwanlah yang memberikan nilai. Dalam menghadapi masalah sosial, seorang ilmuwan yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup harus menempatkan masalah tersebut pada proporsi yang sebenarnya dan menjelaskanya kepada masyarakat dalam bahasa yang dapat dicerna. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh seorang ilmuwan maka harus dapat mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogyanya mereka safari. Di bidang etika, tanggungjawab seorang ilmuwan bukan lagi memberikan informasi tetapi memberikan contoh.

C. Nuklir dan Pilihan Moral

Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuanya untuk menindas bangsa lain meskipun yang menggunakan itu adalah bangsanya sendiri. Einstein waktu itu memihak sekutu karena anggapanya bahwa sekutu mewakili aspirasi kemanusiaan. Jika sekutu kalah maka yang akan muncul adalah rezim Nazi yang tidak berperikemanusiaan. Untuk itu seorang ilmuwan tidak boleh berpangku tangan. Dia harus memilih sikap: berpihak kepada kemanusiaan atau tetap bungkam?. Seorang ilmuwan tak boleh memutarbalikan penemuwannya bila hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian.

D. Revolusi Genetika

Revolusi genรฉtica merupakan babak baru dalam sejarah keilmuan manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai obyek penelaahan itu sendiri. Memperlakukan manusia sebagai kelinci pencobaan adalah sikap yang tidak bermoral dan bertentangan dengan hakikat ilmu.

Referensi :

Suriasumantri, S. Jujun, Filsafat Ilmu Suatu Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1990.

Kiriman dari

Sutiyono, S.Pd.SD
Alamat : Purwosari RT 02/05 Kudus Jawa Tengah
Email : sutiyono459@yahoo.com

BACA SELENGKAPNYA »

Jumat, 07 Desember 2012

BERPIKIR ILMIAH

A. Sarana Berpikir Ilmiah

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan melakukan penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, statistika.

B. Bahasa

Bahasa dapat dicirikan sebagai serangkaian bunyi, lambang di mana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Rangkaian bunyi ini yang kita kenal sebagai kata melambangkan suatu obyek tertentu. Bahasa mengalami perkembangan oleh karena disebabkan pengalaman dan pemikiran manusia yang juga berkembang. Dengan bahasa manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang ia pikirkan kepada orang lain. Tanpa bahasa maka mustahil bisa berpikir secara teratur dan dengan bahasa kita bisa melanjutkan nilai-nilai kepada generasi berikutnya. Berbahasa dengan jelas adalah makna yang terkandung dalam kata-kata harus diungkapkan secara tersurat untuk mencegah pemberian makna yang lain. Berbahasa dengan jelas artinya juga mengungkapkan pendapat atau pikiran secara jelas.
Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang mengemukakan informasi tentang pengetahuan maupun jalan pemikiran dalam mendapatkan pengetahuan tersebut. image

C. Matematika

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika hanya kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika mempunyai kelebihan dari bahasa verbal karena matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Dengan bahasa verbal hanya bisa mengemukakan peryataan yang bersifat kualitatif. Sifat kuantitatif dari matematika meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika berfungsi sebagai alat berpikir. Matematika secara garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif.
Ada beberapa aliran dalam Filsafat Matematika antara lain: Aliran Logistik (Immanuel Kant) Aliran Intusionis (Jan Brouwer) dan Aliran Formalis (David Hilbert).

D. Statistika

Yang menjadi dasar teori statistika adalah peluang. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik. Yang pada pokoknya didasarkan pada asas yang sederhana, yakni semakin besar contoh yang diambil maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalitas antara dua faktor atua lebih bersifat kebetulan atau benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka statistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan secara kebetulan.

Referensi :

Suriasumantri, S. Jujun, Filsafat Ilmu Suatu Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1990.

Kiriman dari

Sutiyono, S.Pd.SD
Alamat : Purwosari RT 02/05 Kudus Jawa Tengah
Email : sutiyono459@yahoo.com

BACA SELENGKAPNYA »

Kamis, 06 Desember 2012

Pembelajaran dengan Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran. Merka bekerja sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas.

 
Kelebihan metode kerja kelompok
  • Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka
  • Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan kemampuan para siswa
  • Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih menggunakan ketrampilan bertanya dalam membahas suatu masalah
  • Mengembangkan bakat kepemimpinan para siswa serta mengerjakan ketrampilan berdiskusi.
Kelemahan metode kerja kelompok
  • Kerja kelompok terkadang hanya melibatkan para siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang
  • Keberhasilan strategi ini tergantung kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri-sendiri
  • Kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan daya guna mengajar yang berbeda pula.
(Drs. Roestiyah NK. 1991.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta )
BACA SELENGKAPNYA »

CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

A. Jarum Sejarah Pengetahuan

Konsep dasar pengetahuan waktu dulu adalah kriteria kesamaan bukan perbedaan. Tetapi setelah berkembangnya abad penalaran pada pertengahan abad ke 17 konsep dasarnya berubah dari kesamaan kepada perbedaan berbagai pengetahuan yang mengakibatkan timbulnya spesialisasi pekerjaan dan konsekuensinya mengubah struktur kemasyarakatan. Pohon pengetahuan mulai dibeda-bedakan berdasarkan apa yang diketahuai, bagaimana cara mengetahui dan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan.

B. Pengetahuan

Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman kita. Usaha untuk mengetahui gejala ualam sudah dimulai sejak dulu kala melalui mitos. Tahap selanjutnya yaitu dengan mengembangkan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis dan berakar pada pengalaman berdasarkan akal sehat yang didukung oleh metode mencoba-coba. Perkembangan ini menyebabkan tumbuhnya pengetahan yang disebut seni terapan. Akal sehat dan coba-coba mempunyai peranan penting dalam usaha manusia untuk menemukan penjelasan mengenai berbagai gejala alam. Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya rasionalisme yang secara kritis mempertanyakan dasar-dasar pikiran yang bersifat mitos. Lalu berkembang lagi kearah empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar itu didasarkan kepada kenyataan pengalaman.image

C. Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah.

Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut yaitu:

1. Perumusan Masalah

2. Penyusunan kerangka berpikir

3. Perumusan hipotesis

4. Pengujian hipotesis

5. Penarikan kesimpulan.

D. Struktur Pengetahuan Ilmiah

Pengetahuan yang di proses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan dan dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu. Pada hakikatnya pengetahuan ilmiah mempunyai tiga fungsi yakni menjelaskan, merencanakan dan mengontrol. Sebuah teori pada umumnya terdiri dari hukum-hukum. Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Makin tinggi keumuman konsep maka makin tinggi teoritis konsep tersebut. Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi atau secara idealnya harus bersifat universal. Dalam ilmu sosial untuk meramalkan menggunakan metode proyeksi, pendekatan struktural, analisis kelembagaan atau tahap-tahap perkembangan. Penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui dinamakan penelitan murni atau penelitian dasar. Sedangkan penelitian yang bertujuan untuk mempergunakan pengetahuan ilmiah yang telah diketahui untuk memecahkan masalah kehidpan yang bersifat praktis dinamakan penelitian terapan.

Struktur Pengetahuan Ilmiah:

1. Teori yang merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.

2. Hukum yang merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.

3. Prinsip yang dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi.

4. Postulat yang merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya.

Referensi :

Suriasumantri, S. Jujun, Filsafat Ilmu Suatu Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1990.

Kiriman dari

Sutiyono, S.Pd.SD
Alamat : Purwosari RT 02/05 Kudus Jawa Tengah
Email : sutiyono459@yahoo.com

BACA SELENGKAPNYA »

Rabu, 05 Desember 2012

ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI DALAM FILSAFAT ILMU

A. Metafisika

Metafisika dapat diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki apa hakikat di balik alam nyata ini. Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.

B. Asumsi

Determinisme, probabilistik dan pilihan bebas merupakan permasalahan filsafati yang rumit namun menarik. Tanpa mengenal ketiga aspek ini akan sulit bagi kita untuk mengenal hakikat keilmuan dengan baik.image

Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin Thomas Hobbes (1588-1679) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat universal. Aliran ini merupakan lawan dari fatalisme yang menyatakn bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang ditetapkan lebih dahulu.

C. Peluang

Berdasarkan teori keilmuan tidak akan pernah mendapatkan hal yang pasti mengenai suatu kejadian. Yang ada adalah kesimpulan yang probabilistik.

D. Beberapa Asumsi dalam Ilmu

Suatu permasalahan kehidupan tidak bisa dianalisis secara cermat dan saksama hanya oleh satu disiplin keilmuan saja. Dalam mengembangkan asumsi kita harus perhatikan beberapa hal. Pertama, asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan. Asumsi harus operasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis. Kedua, asumsi ini harus disimpulkan dari keadaan sebagaimana adanya bukan bagaimana keaadaan yang seharusnya. Asumsi yang pertama adalah mendasari telaah ilmiah sedangkan asumsi yang kedua adalah asumsi yang mendasari telaah moral.

E. Batas-batas Penjelajahan Ilmu

Ilmu memulai penjelajahan pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu membatasi lingkup penjelajahanya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenaranya secara empiris.

Referensi :

Suriasumantri, S. Jujun, Filsafat Ilmu Suatu Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1990.

Kiriman dari

Sutiyono, S.Pd.SD
Alamat : Purwosari RT 02/05 Kudus Jawa Tengah
Email : sutiyono459@yahoo.com

BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 04 Desember 2012

Pengertian filsafat pendidikan

Pengertian filsafat pendidikan secara sederhana sudah dapat dimengerti dari namanya sendiri, yaitu filsafat yang dijadikan dasar pandangan bagi pelaksanaan pendidikan. Akan tetapi persoalan sesungguhnya tidaklah sesederhana itu. Pengertian filsafat sebagai ilmu yang paling komprehensif, dan pengertian pendidikan sebagai ilmu dan lembaga pembinaan manusia sedemikian luas lingkup dan permasalahannya.

Pandangan hidup yang telah diyakini kebenarannya oleh suatu bangsa biasanya diwariskan kepada generasi berikutnya. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga kelestarian kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sarana yang paling praktis dan efektif untuk mewariskan ide-ide filsafat kepada generasi penerus bangsa adalah melalui pendidikan. Dalam hal ini tiap filsafat negara berarti pula dasar filsafat pendidikan bangsa itu. Karena pendidikan adalah lembaga yang melaksanakan pembinaan manusia baik sebagai warga negaramaupun sebagai pribadi. Pendidikan harus mampu melaksanakan tugas mengamankan dan mewariskan secara konsekuen nilai-nilai filsafat bangsa dan negara demi kelangsungan hidup dan eksistensi bangsa itu . setiap bangsa yang melaksanakan aktivitas pendidikan secara prinsipal adalah untuk membina nilai-nilai filosofis bangsa itu , setelah itu barulah dimaksudkan untuk membina aspek-aspek pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang lain.
Bidang ilmu pendidikan dengan segala cabangnya merupakan landasan ilmiah bagi pelaksanaan pendidikan yang terus berkembang secara dinamis dan terus menerus. Filsafat pendidikan sesuai dengan peranannya merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan. Kedua hal tersebut harus menjadi pengetahuan dasar bagi setiap pelaksana pendidikan.
Aktivitas pendidikan pada hakekatnya adalah membantu manusia untuk mencapai kedewasaan dan kematangan. Potensi manusia yang paling alamiah adalah tumbuh dan berkembang untuk menuju kedua hal itu. Akan tetapi kita melihat kenyataan bahwa tidak semua manusia dapat  berkembang sebagaimana yang diharapkan. Timbulah berbagai pemikiran tentang adanya hal-hal yang mempengaruhi proses kedewasaan dan kematangan tersebut, seperti ada tokoh yang mengatakan bahwa perkembangan manusia mutlak ditentukan oleh faktor (Nativis), sebaliknya ada tokoh yang mengatakan bahwa pengaruh mutlak berasal dari lingkungan atau pendidikan (Empiris), dan ada pendapat yang mengabungkan antara bakat dan pendidikan (Konvergensi).
Dari pembicaraan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam filsafat pendidikan terkandung nilai-nilai, cita-cita, gambaran tentang tingkah laku individu atau masyarakat yang diharapkan. Hal itu mempunyai dampak bagi seorang pendidik sebagai pelaksana pendidikan. Seorang pendidik harus memiliki “Filsafat” yang sistematis-logis, dan menyakini betul nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup bangsa. Cara berpikir, berperasaan, bersikap, dan bertingkah laku harus dapat mencerminkan atau merupakan manifestasi gambaran tentang masyarakat yang diharapkan terwujud. Hal itu disebabkan tugas guru yang harus membantu mengarahkan anak-anak untuk membentuk filsafat hidupnya yang sehat yang mencerminkan isi filsafat pendidikan, yaitu Pancasila.
BACA SELENGKAPNYA »

DASAR-DASAR PENGETAHUAN

A. Penalaran

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan makhluk hidup lain (hewan dan tumbuhan), sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Manusia dalam kehidupannya memerlukan pengetahuan, karena manusia mempunyai sifat rasa ingin tahu tentang sesuatu, dan rasa ingin tahu itu selalu berkembang dari waktu ke waktu, juga untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang selalu berubah dan meningkat.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik
sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan, tetapi tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. image

Jadi penalaran adalah kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu :

1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika.

2. Proses berfikirnya bersifat analitik.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Perasaan adalah suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.
Intuisi adalah suatu kegiatan berpikir yang nonanalitik yang tidak mendasarkan diri pada pola pikir tertentu.

B. Logika

Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika. Secara lebih luas logika didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir sacara sahih”. Cara penarikan kesimpulan berdasarkan penalaran ilmiah, yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif merupakan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata (khusus) menjadi kesimpulan yang bersifat umum, sedangkan logika deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). Penarikan kesimpulan secara deduktif menggunakan pola berpikir silogisme. Disusun dari dua buah pertanyaan dan sebuah kesimpulan.\

C. Sumber Pengetahuan

Pengetahuan dapat diperoleh dari :

1. Pengalaman;

2. Wahyu;

3. Otoritas;

4. Berpikir deduktif;

5. Berpikir induktif;

6. Metode ilmiah.

Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut dengan empirisme.

Kaum rasionalis beranggapan bahwa pengetahuan didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak sedangkan kaum empirisme pengetahuan manusia didapatkan lewat bukti konkret. Selain rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuan yaitu intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Suatu masalah dalam pikiran namun menemui jalan buntu, tiba-tiba saja muncul di benak kita yang lengkap dengan jawabannya dan kita merasa yakin bahwa itulah jawabannya namun kita tidak bisa menjelaskan bagaimana caranya kita sampai ke sana. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan.
Wahyu pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada para nabi dan rasul-rasulnya.

D. Kriteria Kebenaran

1. Teori Koherensi

Menurut teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyatan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Ahli filsafat yang mengembangkan teori koherensi, diantaranya Plato (427- 347 SM) dan Aristoteles (384- 322 SM).

2. Teori Korespondensi

Menurut teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Ahli filsafat dalam aliran ini adalah Bertrand Russel (1872-1970).

3. Teori Pragmatis

Menurut teori ini, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Teori ini dicetuskan oleh Charles S. Piece (1839- 1914).

Referensi :

Suriasumantri,S.Jujun,FilsafatIlmuSuatuPengantarPopuler,Jakarta:Pustaka Sinar Harapan,1990.

Kiriman dari

Sutiyono, S.Pd.SD
Alamat : Purwosari RT 02/05 Kudus Jawa Tengah
Email : sutiyono459@yahoo.com

BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit