Tampilkan postingan dengan label filsafat pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label filsafat pendidikan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 05 Desember 2012

ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI DALAM FILSAFAT ILMU

A. Metafisika

Metafisika dapat diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki apa hakikat di balik alam nyata ini. Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.

B. Asumsi

Determinisme, probabilistik dan pilihan bebas merupakan permasalahan filsafati yang rumit namun menarik. Tanpa mengenal ketiga aspek ini akan sulit bagi kita untuk mengenal hakikat keilmuan dengan baik.image

Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin Thomas Hobbes (1588-1679) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat universal. Aliran ini merupakan lawan dari fatalisme yang menyatakn bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang ditetapkan lebih dahulu.

C. Peluang

Berdasarkan teori keilmuan tidak akan pernah mendapatkan hal yang pasti mengenai suatu kejadian. Yang ada adalah kesimpulan yang probabilistik.

D. Beberapa Asumsi dalam Ilmu

Suatu permasalahan kehidupan tidak bisa dianalisis secara cermat dan saksama hanya oleh satu disiplin keilmuan saja. Dalam mengembangkan asumsi kita harus perhatikan beberapa hal. Pertama, asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan. Asumsi harus operasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis. Kedua, asumsi ini harus disimpulkan dari keadaan sebagaimana adanya bukan bagaimana keaadaan yang seharusnya. Asumsi yang pertama adalah mendasari telaah ilmiah sedangkan asumsi yang kedua adalah asumsi yang mendasari telaah moral.

E. Batas-batas Penjelajahan Ilmu

Ilmu memulai penjelajahan pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu membatasi lingkup penjelajahanya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenaranya secara empiris.

Referensi :

Suriasumantri, S. Jujun, Filsafat Ilmu Suatu Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1990.

Kiriman dari

Sutiyono, S.Pd.SD
Alamat : Purwosari RT 02/05 Kudus Jawa Tengah
Email : sutiyono459@yahoo.com

BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 04 Desember 2012

Pengertian filsafat pendidikan

Pengertian filsafat pendidikan secara sederhana sudah dapat dimengerti dari namanya sendiri, yaitu filsafat yang dijadikan dasar pandangan bagi pelaksanaan pendidikan. Akan tetapi persoalan sesungguhnya tidaklah sesederhana itu. Pengertian filsafat sebagai ilmu yang paling komprehensif, dan pengertian pendidikan sebagai ilmu dan lembaga pembinaan manusia sedemikian luas lingkup dan permasalahannya.

Pandangan hidup yang telah diyakini kebenarannya oleh suatu bangsa biasanya diwariskan kepada generasi berikutnya. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga kelestarian kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sarana yang paling praktis dan efektif untuk mewariskan ide-ide filsafat kepada generasi penerus bangsa adalah melalui pendidikan. Dalam hal ini tiap filsafat negara berarti pula dasar filsafat pendidikan bangsa itu. Karena pendidikan adalah lembaga yang melaksanakan pembinaan manusia baik sebagai warga negaramaupun sebagai pribadi. Pendidikan harus mampu melaksanakan tugas mengamankan dan mewariskan secara konsekuen nilai-nilai filsafat bangsa dan negara demi kelangsungan hidup dan eksistensi bangsa itu . setiap bangsa yang melaksanakan aktivitas pendidikan secara prinsipal adalah untuk membina nilai-nilai filosofis bangsa itu , setelah itu barulah dimaksudkan untuk membina aspek-aspek pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang lain.
Bidang ilmu pendidikan dengan segala cabangnya merupakan landasan ilmiah bagi pelaksanaan pendidikan yang terus berkembang secara dinamis dan terus menerus. Filsafat pendidikan sesuai dengan peranannya merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan. Kedua hal tersebut harus menjadi pengetahuan dasar bagi setiap pelaksana pendidikan.
Aktivitas pendidikan pada hakekatnya adalah membantu manusia untuk mencapai kedewasaan dan kematangan. Potensi manusia yang paling alamiah adalah tumbuh dan berkembang untuk menuju kedua hal itu. Akan tetapi kita melihat kenyataan bahwa tidak semua manusia dapat  berkembang sebagaimana yang diharapkan. Timbulah berbagai pemikiran tentang adanya hal-hal yang mempengaruhi proses kedewasaan dan kematangan tersebut, seperti ada tokoh yang mengatakan bahwa perkembangan manusia mutlak ditentukan oleh faktor (Nativis), sebaliknya ada tokoh yang mengatakan bahwa pengaruh mutlak berasal dari lingkungan atau pendidikan (Empiris), dan ada pendapat yang mengabungkan antara bakat dan pendidikan (Konvergensi).
Dari pembicaraan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam filsafat pendidikan terkandung nilai-nilai, cita-cita, gambaran tentang tingkah laku individu atau masyarakat yang diharapkan. Hal itu mempunyai dampak bagi seorang pendidik sebagai pelaksana pendidikan. Seorang pendidik harus memiliki “Filsafat” yang sistematis-logis, dan menyakini betul nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup bangsa. Cara berpikir, berperasaan, bersikap, dan bertingkah laku harus dapat mencerminkan atau merupakan manifestasi gambaran tentang masyarakat yang diharapkan terwujud. Hal itu disebabkan tugas guru yang harus membantu mengarahkan anak-anak untuk membentuk filsafat hidupnya yang sehat yang mencerminkan isi filsafat pendidikan, yaitu Pancasila.
BACA SELENGKAPNYA »

Senin, 03 Desember 2012

Filsafat Ilmu

A. Ilmu dan Fisafat.

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini.

Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri: apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Kriteria apa yang kita pakai dalam menentukan kebenaran secara ilmiah? Mengapa kita mempelajari ilmu? Apakah kegunaannya sebenarnya?

Berfilsafat juga berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita ketahui: Apakah ilmu telah mencakup segenap pengetahuan yang seyogyanya saya ketahui dalam kehidupan ini? Di batas manakah ilmu mulai dan di batas manakah dia berhenti? Kemanakah saya harus berpaling di batas ketidaktahuan ini? Apakah kelebihan dan kegunaan ilmu?

B. Filsafat

Filsafat adalah pemikiran/penelaahan tentang sesuatu secara mendalam, menyeluruh dan berkesinambungan. Adapun karakteristik berpikir filsafat adalah menyeluruh, mendasar, dan spekulatif.

Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada tujuannya atau absurd? Adakah hukum yang mengatur alam dan segenap satwa kehidupan? Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka filsafat menelaah segala masalah yang dapat dipikirkan oleh manusia.image

Ada tiga karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Yang kedua adalah sifat mendasar. Yang ketiga adalah sifat spekulatif. Bidang Telaah Filsafat selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya menjawab sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok: terjawab masalah yang satu, diapun mulai merambah pertanyaan lain.

C. Cabang-cabang Filsafat

Cabang-cabang filsafat antara lain:

1. Epistemologi (Filsafat pengetahuan);

2. Etika (Fisalfat moral);

3. Estetika (Filsafat seni);

4. Metafisika;

5. Politik (Filsafat pemerintahan);

6. Filsafat Agama;

7. Filsafat ilmu;

8. Filsafat pendidikan;

9. Filsafat Hukum;

10. Filsafat sejarah;

11. Filsafat matematika.

Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi, yakni :

1. Logika (apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah).

2. Etika (mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk).

3. Estetika (apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek).

D. Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial.

Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti:

1. Ontologi

Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?

2. Epistemologi

Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?

3. Aksiologi

Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/professional?

Referensi :
Suriasumantri,S.Jujun,FilsafatIlmuSuatuPengantarPopuler,Jakarta:PustakaSinarHarapan,1990.

Kiriman dari :

Sutiyono, S.Pd.SD
Alamat : Purwosari RT 02/05 Kudus Jawa Tengah
Email : sutiyono459@yahoo.com

BACA SELENGKAPNYA »

Senin, 18 Juni 2012

Filsafat Negara Sebagai Dasar Dan Tujuan Pendidikan

Mengingat sangat urgentnya masalah pendidikan bagi bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani  secara langsung masalah – masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Terutama yang menyangkut masalah kebijakan atau policy. Dalam hal ini masing – masing negara mempunyai kebijakan sendiri – sendiri yang sesuai dengan keadaan.

A.     Hubungan Kurikulum Dengan Dasar Dan Tujuan Pedidikan

     Kurikulum adalah sebagai alat pembenmtukan. Alat pembentuk merid. Kita tahu dasar pendidikan akan menentukan corak dan isi pendidikan . dan isi pendidikan itu tidak lain adalah kurikulum. Denagn demikian maka dasar pendidikan menentukan corak dan isi kurikulum.filsafat pendidikan

     Disamping itu, kurikulum sebagai alat pembentuk haruslah disesuaikan dengantujuan pendidikan.

 

B.    Azasi Manusia Dalam Pendidikan

          Manusia pada hakekatnya mempunyai beberapa macam azasi, antara lain:

Ø  Bahwasanya manusia itu adalah makhluk dwi tunggal, manusia terdiri atas unsur rohaniah dan unsur jasmaniah. Unsur halus dan unsur kasar. Badan halus dan badan wadag. Unsur jiwa dan unsur raga.

Ø  Bahwasannya manusia mempunya dua macam sifat azasi ; sebagai makhluk indifidual dan sebagai makhluk social.

Ø  Manusia sebagai makhluk susila ; makhluk bertuhan , makhluk bertaqwa.

BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit