Senin, 01 Desember 2014

Tahap pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013

Tahap pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 meliputi:

a. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

1) mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan.

2) mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan;

3) menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari; dan

4) menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan.

5) menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.

image

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2 antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP.

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup terdiri atas:

1) Kegiatan guru bersama peserta didik yaitu: (a) membuat rangkuman/simpulan pelajaran; (b) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan; dan (c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

2) Kegiatan guru yaitu: (a) melakukan penilaian; (b) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan (c) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

 

Daya Dukung

Proses pembelajaran memerlukan daya dukung berupa ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran. Sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

BACA SELENGKAPNYA »

Senin, 24 November 2014

Langkah Penyusunan RPP

Langkah Penyusunan RPP

1) Pengkajian silabus, buku teks pelajaran dan buku panduan guru meliputi: (1) KI dan KD; (2) materi pembelajaran; (3) proses pembelajaran; (4) penilaian pembelajaran; (5) alokasi waktu; dan (6) sumber belajar.

2) Perumusan indikator pencapaian KD pada KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4;

3) Materi Pembelajaran dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran normal, pengayaan, dan remedial.

4) Penjabaran proses Pembelajaran yang ada pada buku teks pelajaran dan buku panduan guru dalam bentuk yang lebih operasional berupa pendekatan saintifik disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan satuan pendidikan termasuk penggunaan media, alat, bahan, dan sumber belajar.

5) Penentuan alokasi waktu untuk setiap pertemuan berdasarkan alokasi waktu pada silabus, selanjutnya dibagi ke dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

6) Pengembangan penilaian pembelajaran dengan cara menentukan lingkup, teknik, dan instrumen penilaian, serta membuat pedoman penskoran.

7) Menentukan Media, Alat, Bahan dan Sumber Belajar disesuaikan dengan yang telah ditetapkan dalam langkah penjabaran proses pembelajaran.

image

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah :

Mata pelajaran :

Kelas/Semester :

Alokasi Waktu :

A. Kompetensi Inti (KI)

B. Kompetensi Dasar

1. KD pada KI-1

2. KD pada KI-2

3. KD pada KI-3

4. KD pada KI-3

C. Indikator Pencapaian Kompetensi*)

1. Indikator KD pada KI-1

2. Indikator KD pada KI-2

3. Indikator KD pada KI-3

4. Indikator KD pada KI-4

D. Materi Pembelajaran (dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran normal, pengayaan, dan remedial)

E. Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan Pertama: (...JP)

a. Kegiatan Pendahuluan

b. Kegiatan Inti**)

· Mengamati

· Menanya

· Mengumpulkan informasi/mencoba

· Menalar/mengasosiasi

· Mengomunikasikan

c. Kegiatan Penutup

2. Pertemuan Kedua: (...JP)

a. Kegiatan Pendahuluan

b. Kegiatan Inti**)

· Mengamati

· Menanya

· Mengumpulkan informasi/mencoba

· Menalar/mengasosiasi

· Mengomunikasikan

c. Kegiatan Penutup

3. Pertemuan seterusnya.

F. Penilaian

1. Teknik penilaian

2. Instrumen penilaian

a. Pertemuan Pertama

b. Pertemuan Kedua

c. Pertemuan seterusnya

G. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar

1. Media/alat

2. Bahan

Sumber Belajar

BACA SELENGKAPNYA »

Senin, 17 November 2014

Prinsip Penyusunan RPP Kurikulum 2013

Prinsip Penyusunan RPP Kurikulum 2013

1) Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4).

2) Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali atau lebih dari satu kali pertemuan.

3) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik, RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

4) Berpusat pada peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

5) Mengembangkan budaya belajar sepanjang hayat Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

image

6) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran, RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

7) Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antar kompetensi dan/atau antar muatan, RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

8) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi, RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

BACA SELENGKAPNYA »

Lingkup Pembelajaran Kurikulum 2013

Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya discovery learning, project-based learning, problem-based learning, inquiry learning.

Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung (direct instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut dengan dampak pembelajaran (instructional effect)image

Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran langsung yang dikondisikan menghasilkan dampak pengiring (nurturant effect). Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam rangka mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan nilai dan sikap.

Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 1: Deskripsi Langkah Pembelajaran *)

Langkah Pembelajaran

Deskripsi Kegiatan

Bentuk Hasil Belajar

Mengamati (observing)

mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat

perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati

Menanya (questioning)

membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi

tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.

jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik)

Mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting)

mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasi-kan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpul-kan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/me-ngembangkan

jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Menalar/Mengasosiasi (associating)

mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.

mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, mensintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta-fakta/konsep/teori/pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.

Mengomunikasikan (communicating)

menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan

menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain

*) Dapat disesuaikan dengan kekhasan masing-masing mata pelajaran.

BACA SELENGKAPNYA »

Rabu, 12 November 2014

Kartu Indonesia Pintar (KIP) menjadi prioritas awal

Kartu Indonesia Pintar (KIP) menjadi prioritas awal, Sesuai dengan semangat Kabinet Kerja 2014 - 2019, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani langsung menjelaskan bahwa berjalannya Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) menjadi prioritas awal kementerian yang mengkoordinasikan 8 (delapan) kementerian teknis tersebut. Dalam rapat pimpinan pertama, Menko PMK meminta jajarannya untuk segera memetakan persoalan agar solusi bisa segera dirumuskan dan kebijakan bisa langsung diambil.
“Dari berbagai pekerjaan rumah yang harus dilakukan Menko PMK, sudah jelas bahwa Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar merupakan prioritas. Ini adalah janji yang disampaikan pada saat kampanye ke rakyat Indonesia, dan harus dipenuhi.” Sebut Menko PMK Puan Maharani.

image
KIS dan KIP akan dapat membuka akses pendidikan dan kesehatan bagi semua kalangan sehingga Indonesia bisa selangkah lebih dekat mewujudkan manusia Indonesia yang utuh dan bermartabat. Selama kampanye, KIS dan KIP secara konsisten dise butkan oleh Presiden Joko Widodo dan merupakan program yang dinantikan rakyat Indonesia.
“Kami sekarang sedang berlari memetakan persoalan yang bisa menghambat sinergi dan koordinasi dalam mewujudkan Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar. Berikutnya saya akan memimpin jajaran untuk merumuskan solusi dan mengeluarkan kebijakan agar rakyat Indonesia dapat segera menikmati manfaat dari kedua kartu itu,” tambah Puan. image
Dalam waktu dekat, Presiden akan mengundang keempat Menko dalam kabinetnya, termasuk Menko PMK, untuk melaporkan hasil rapat tiap Menko. Pada kesempatan itu, Menko PMK akan memaparkan kepada Presiden temuan dan rencana kebijakan untuk segera mewujudkan KIS dan KIP. Kebijakan itu akan segera dilaksanan setelah disetujui oleh Presiden.
“Semangat kabinet ini bekerja, sesuai namanya Kabinet Kerja. Insya Allah kami akan kerja, kerja, kerja agar Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar segera ada di genggaman setiap rakyat Indonesia yang membutuhkan,” tutup Puan.

image 

Biro Informasi dan Persidangan
Telepon/Fax : (021) 3453289, 3507679
Website : http://www.menkokesra.go.id; E
-
mail : informasi@menkokesra.go.id

BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 11 November 2014

Penerapan teori belajar kultural

Penjelasan mengenai teori belajar kultural oleh para ahli dilakukan melalui berbagai pendekatan teori pembelajaran yang diformulasikan dengan aspek kultur lingkungan masyarakat dan lingkungan alam. Pendevinisian teori belajar kultural, oleh para ahli dirumuskan dalam bentuk pendekatan-pendekatan teori belajar yang lain, yakni: teori belajar konstruktivisme, teori belajar ko-konstruktivisme, teori belajar sosial, dan teori belajar sosio kutural atau banyak disebut dengan istilah teori belajar revolusi-sosio kultural.

Penekanan bahwa peserta didik aktif dalam pembelajaran harus dipadukan dengan adanya peranan budaya yang diperoleh dari pola hubungan dan interaksi baik antara peserta didik, guru, lingkungan, maupun masyarakat. Namun demikian, patut diakui bahwa tidak ada teori belajar yang paling sempurna, termasuk teori belajar kultural. Disamping kelebihan-kelebihan yang dimiliki, teori belajar kultural juga memiliki kelemahan. clip_image002

Aplikasi teori belajar kultural dapat terjadi pada tiga jenis pendidikan, antara lain: (1) pendidikan informal; (2) pendidikan non formal; serta (3) pendidikan formal. Aplikasi teori pembelajaran kultural juga meliputi model pembelajaran sebagai strategi yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelasnya. Pengembangan pembelajaran dalam hal ini adalah aplikasi pembelajaran di sekolah yang menggunakan berbagai pendekatan atau model pembelajaran yang memenuhi prinsip teori-teori tersebut. Pembelajaran yang memenuhi kriterium model pembelajaran PAKEM bisa dikatakan relevan dengan teori belajar kultural. Beberapa model pembelajaran yang bisa dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran yang diampunya antara lain dengan penggunaan model belajar: (1) Inquiry dan discovery; (2) Guidence – to individual learning; (3) Cooperative learning, dan masih banyak lagi seperti; simulasi, role play, eksperiment learning, Web-Based Education atau juga disebut e-learning dan sebagainya.

Perluasan konsepsi teori belajar kultural dalam hal ini dikaitkan dengan pembelajaran berbasis budaya, dimana budaya memiliki tempat dalam proses pembelajaran secara khusus dan memiliki tempat pula dalam penyelenggaraan pendidikan secara umum.

Penulisan makalah mengenai teori belajar kultural ini diharapkan mampu memberikan pengaruh positif terutama bagi guru untuk memulai mengaplikasikan model-model pembelajaran yang sesuai dengan teori belajar kultural. Aplikasi teori belajar kultural juga diharapkan mencakup pelaksanaan pembelajaran berbasis budaya, sehingga pembelajaran yang diselenggarakan meliputi pula penanaman nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang luhur, yang berguna bagi pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang tangguh.

Pelaku dan pemerhati pendidikan agar memberikan formulasi yang lengkap dan jelas mengenai teori belajar kultural dengan berbagai aplikasinya. Terutama bagi pelaku dan pemerhati pendidikan di Indonesia agar menciptakan suatu pendekatan pembelajaran melalui teori belajar kultural, yang mengacu pada aspek pengembangan karakteristik kebangsaan, sehingga sesuai untuk diterapkan dalam paradigma pendidikan di Indonesia yang latar belakang masyarakatnya sangat plural.

BACA SELENGKAPNYA »

Mekanime Mendaptakan Kartu Indonesia Pintar

Kartu Indonesia Pintar diluncurkan, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan ada beberapa perbedaan antara Bantuan Siswa Miskin dan Kartu Indonesia Pintar.

“Kartu Indonesia Pintar menjangkau siswa pada usia sekolah, tapi tidak dapat sekolah,” kata Anies saat ditemui seusai rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan, Jumat, 31 Oktober 2014.

Sedangkan Bantuan Siswa Miskin, kata Anies, hanya berfokus pada siswa miskin yang sedang mengenyam pendidikan di bangku sekolah.image

Anies mengatakan, lewat Kartu Indonesia Pintar, pemerintah dapat mengimbau sekolah untuk menerima siswa yang tidak bisa bersekolah. “Siswa dropout juga bisa sekolah dengan mendapatkan KIP,” ujar Anies.image

Sementara Bantuan Siswa Miskin hanya diperuntukkan bagi masyarakat miskin, Kartu Indonesia Pintar tidak hanya menjangkau masyarakat miskin, tapi juga yang rentan miskin. image

Anies menjelaskan, masyarakat rentan miskin tak jauh berbeda dengan masyarakat miskin yang tidak bisa mencicipi bangku sekolah. “Supaya anak gelandangan dan anak panti juga bisa sekolah,” kata Anies.

image

Kartu Indonesia Pintar semoga bisa mewujudkan pendidikan indonesia yang lebih berkuwalitas.

BACA SELENGKAPNYA »

Senin, 10 November 2014

Sinkronisasi Dapodik Peserta UN 2015

Batas Akhir Sinkronisasi Dapodik Peserta UN 2015 Berakhir Tanggal 31 Desember 2014

Yth. Operator sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten/kota

Melengkapi pengumuman sebelumnya, hal-hal penting yang perlu kami sampaikan:

1. Berdasarkan surat dari Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah no. 6267/D/PR/2014 tanggal 01 Oktober 2014 perihal penjaringan data Dapodikmen, bahwa pengiriman data Dapodikmen (sinkronisasi) untuk calon peserta Ujian Nasional 2014/2015 akan berakhir (paling lambat) pada tanggal 31 Desember 2014.

2. Terkait dengan persiapan data Ujian Nasional (poin no.1), salah satu data penting adalah NISN. Perlu diketahui bahwa prosedur pengajuan NISN ke PDSP dengan mengirimkan formulir (Form A.3) sudah tidak dilayani lagi/ditutup. Selanjutnya penerbitan NISN prosedurnya dilakukan lewat Dapodikmen dilanjutkan dengan Verval PD.

3. Dalam rangka integrasi Dapodikmen dengan Verval PD, maka perlu dilakukan pemutakhiran versi database dari Dapodikmen. Pemutakhiran database Dapodikmen direncanakan dilakukan pada tanggal 24 sd 26 Oktober 2014 (3 hari). Sehubungan dengan hal ini, maka beberapa hal yang perlu dipahami oleh Bapak/Ibu Operator Dapodikmen:
a. Gunakan aplikasi Dapodikmen versi 8.0.3 dan lakukan sinkronisasi ON LINE terakhir pada tanggal 23 Oktober 2014 pukul 23.59.
b. Bagi sekolah yang menggunakan methode sinkronisasi OFF LINE, maka lakukan up load file terakhir pada tanggal 23 Oktober 2014 pukul 23.59.
c. Selama berlangsungnya proses pemutakhiran database, yaitu tanggal 24 sd 26 Oktober 2014 (3 hari), maka sinkronisasi Dapodikmen akan DITUTUP. Dan selama masa jeda (downtime server) operator tidak perlu melakukan input data pada versi 8.0.3, input data akan dilanjutkan di versi baru.image

4. Setelah proses pemutakhiran database selesai, yaitu pada tanggal 27 Oktober 2014 akan dirilis aplikasi Dapodikmen versi 8.1.0 yang telah menggunakan database versi baru dan aplikasi versi 8.1.0 ini terintegrasi dengan penjaringan data calon peserta UN. Dengan dirilisnya aplikasi Dapodikmen versi 8.1.0, maka versi 8.0.3 dinyatakan tidak berlaku dan per tanggal 27 Oktober 2014 TIDAK DAPAT digunakan untuk sinkronisasi. Selanjutnya proses input data dan sinkronisasi menggunakan versi 8.1.0.

5. Terkait dengan dirilisnya versi baru aplikasi Dapodikmen 8.1.0 dengan database versi baru, maka beberapa hal yang perlu disiapkan dan dipahami oleh Bapak/Ibu Operator Dapodikmen:
a. Jika pada versi-versi sebelumnya proses update versi aplikasi Dapodikmen ke versi yang lebih baru dilakukan dengan download dan install UPDATER, misalnya update dari versi 8.0.1 ke versi 8.0.2 dengan install updater 8.0.2 dan dari versi 8.0.2 ke versi 8.0.3 dengan install updater 8.0.3. Untuk update dari versi 8.0.3 ke versi 8.1.0 prosedurnya berbeda, yaitu tidak dengan install updater (tidak diterbitkan updater 8.1.0), akan tetapi dengan melakukan install ulang.
b. Dengan demikian yang harus dilakukan Bapak/Ibu Operator Dapodikmen adalah: 
- Pastikan di versi 8.0.3 sinkronisasi terakhir pada tanggal 23 Oktober 2014 pukul 23.59
- Un instal aplikasi Dapodikmen versi 8.0.3
- Instal aplikasi Dapodikmen versi 8.1.0 dengan download INSTALLER 8.1.0
- Download prefill terbaru (jangan gunakan prefill dari versi 8.0.3)
- Lakukan registrasi pada aplikasi Dapodikmen versi 8.1.0 dengan menggunakan user account yang sama dengan yang telah diregistrasi pada aplikasi Dapodikmen versi 8.0.3.
Surat edaran Dirjen Ditjen Dikmen terkait hal ini bisa download disini, Publisher : Nurjolis/Primadi

Segera Update data peserta Un sekolah anda, Batas Akhir Sinkronisasi Dapodik Peserta UN 2015 Berakhir Tanggal 31 Desember 2014

BACA SELENGKAPNYA »

Dapodikmen Versi 8.1.0 Terbaru

Dapodikmen Versi 8.1.0, Yth. Operator sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten/kota
Melengkapi pengumuman sebelumnya, hal-hal penting yang perlu kami sampaikan:

1. Berdasarkan surat dari Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah no. 6267/D/PR/2014 tanggal 01 Oktober 2014 perihal penjaringan data Dapodikmen, bahwa pengiriman data Dapodikmen (sinkronisasi) untuk calon peserta Ujian Nasional 2014/2015 akan berakhir (paling lambat) pada tanggal 31 Desember 2014.

2. Terkait dengan persiapan data Ujian Nasional (poin no.1), salah satu data penting adalah NISN. Perlu diketahui bahwa prosedur pengajuan NISN ke PDSP dengan mengirimkan formulir (Form A.3) sudah tidak dilayani lagi/ditutup. Selanjutnya penerbitan NISN prosedurnya dilakukan lewat Dapodikmen dilanjutkan dengan Verval PD.

3. Dalam rangka integrasi Dapodikmen dengan Verval PD, maka perlu dilakukan pemutakhiran versi database dari Dapodikmen. Pemutakhiran database Dapodikmen direncanakan dilakukan pada tanggal 24 sd 26 Oktober 2014 (3 hari). Sehubungan dengan hal ini, maka beberapa hal yang perlu dipahami oleh Bapak/Ibu Operator Dapodikmen:
a. Gunakan aplikasi Dapodikmen versi 8.0.3 dan lakukan sinkronisasi ON LINE terakhir pada tanggal 23 Oktober 2014 pukul 23.59.
b. Bagi sekolah yang menggunakan methode sinkronisasi OFF LINE, maka lakukan up load file terakhir pada tanggal 23 Oktober 2014 pukul 23.59.
c. Selama berlangsungnya proses pemutakhiran database, yaitu tanggal 24 sd 26 Oktober 2014 (3 hari), maka sinkronisasi Dapodikmen akan DITUTUP. Dan selama masa jeda (downtime server) operator tidak perlu melakukan input data pada versi 8.0.3, input data akan dilanjutkan di versi baru.image

4. Setelah proses pemutakhiran database selesai, yaitu pada tanggal 27 Oktober 2014 akan dirilis aplikasi Dapodikmen versi 8.1.0 yang telah menggunakan database versi baru dan aplikasi versi 8.1.0 ini terintegrasi dengan penjaringan data calon peserta UN. Dengan dirilisnya aplikasi Dapodikmen versi 8.1.0, maka versi 8.0.3 dinyatakan tidak berlaku dan per tanggal 27 Oktober 2014 TIDAK DAPAT digunakan untuk sinkronisasi. Selanjutnya proses input data dan sinkronisasi menggunakan versi 8.1.0.

5. Terkait dengan dirilisnya versi baru aplikasi Dapodikmen 8.1.0 dengan database versi baru, maka beberapa hal yang perlu disiapkan dan dipahami oleh Bapak/Ibu Operator Dapodikmen:
a. Jika pada versi-versi sebelumnya proses update versi aplikasi Dapodikmen ke versi yang lebih baru dilakukan dengan download dan install UPDATER, misalnya update dari versi 8.0.1 ke versi 8.0.2 dengan install updater 8.0.2 dan dari versi 8.0.2 ke versi 8.0.3 dengan install updater 8.0.3. Untuk update dari versi 8.0.3 ke versi 8.1.0 prosedurnya berbeda, yaitu tidak dengan install updater (tidak diterbitkan updater 8.1.0), akan tetapi dengan melakukan install ulang. Dapodikmen Versi 8.1.0
b. Dengan demikian yang harus dilakukan Bapak/Ibu Operator Dapodikmen adalah:
- Pastikan di versi 8.0.3 sinkronisasi terakhir pada tanggal 23 Oktober 2014 pukul 23.59
- Un instal aplikasi Dapodikmen versi 8.0.3
- Instal aplikasi Dapodikmen versi 8.1.0 dengan download INSTALLER 8.1.0
- Download prefill terbaru (jangan gunakan prefill dari versi 8.0.3)
- Lakukan registrasi pada aplikasi Dapodikmen versi 8.1.0 dengan menggunakan user account yang sama dengan yang telah diregistrasi pada aplikasi Dapodikmen versi 8.0.3

6. Surat resmi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah terkait hal ini sedang dalam proses, dan akan didistribusikan sebagaimana mestinya.

Surat resmi terkait pemutakhiran Aplikasi Dapodikmen versi 8.1.0 dari Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah telah keluar. Surat akan didistribusikan sebagimana mestinya, untuk membantu agar informasinya lebih cepat maka kami juga memposting di forum ini. Mohon bantuan Bapak/Ibu untuk menyebarkannya. Terimakasih. Publisher : Nurjolis/Primadi

Salam satu data

Dapodikmen Versi 8.1.0

BACA SELENGKAPNYA »

Prinsip Pembelajaran Kurikulum 2013

Prinsip Pembelajaran Kurikulum 2013, Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip sebagai berikut:

1. peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;

2. peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar;

3. proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah;

4. pembelajaran berbasis kompetensi;

5. pembelajaran terpadu;

6. pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi;

7. pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;

8. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills;

9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);image

11. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;

12. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;

13. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; dan

14. suasana belajar menyenangkan dan menantang.

BACA SELENGKAPNYA »

Minggu, 09 November 2014

Hakikat RPP Kurikulum 2013

Hakikat RPP Kurikulum 2013, RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pembelajaran atau tema tertentu yang mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. RPP mencakup:

  1. data sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester;
  2. alokasi waktu;
  3. KI, KD, indikator pencapaian kompetensi;
  4. materi pembelajaran;
  5. kegiatan pembelajaran;
  6. penilaian; dan
  7. media/alat, bahan, dan sumber belajar.
  8. image

Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan RPP dilakukan sebelum awal semester atau awal tahun pelajaran dimulai, namun perlu diperbaharui sebelum pembelajaran dilaksanakan.

Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau berkelompok di sekolah/madrasah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah/madrasah.

Pengembangan RPP dapat juga dilakukan oleh guru secara berkelompok antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh dinas pendidikan atau kantor kementerian agama setempat.

BACA SELENGKAPNYA »

Pembelajaran Kurikulum 2013

Pembelajaran Kurikulum 2013, Pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam pedoman ini sebagai berikut.

1. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

2. Indikator pencapaian kompetensi adalah: (a) perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk kompetensi dasar (KD) pada kompetensi inti (KI)-3 dan KI-4; dan (b) perilaku yang dapat diobservasi untuk disimpulkan sebagai pemenuhan KD pada KI-1 dan KI-2, yang kedua-duanya menjadi acuan penilaian mata pelajaran.

image

Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia.

Keluarga merupakan tempat pertama bersemainya bibit sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Oleh karena itu, peran keluarga tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh sekolah.

Sekolah merupakan tempat kedua pendidikan peserta didik yang dilakukan melalui program intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan melalui mata pelajaran. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya tugas individu, tugas kelompok, dan pekerjaan rumah berbentuk proyek atau bentuk lainnya. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya kepramukaan, palang merah remaja, festival seni, bazar dan olahraga.

Masyarakat merupakan tempat pendidikan yang jenisnya beragam dan pada umumnya sulit diselaraskan antara satu sama lain, misalnya media massa, bisnis dan industri, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga keagamaan. Untuk itu para tokoh masyarakat tersebut semestinya saling koordinasi dan sinkronisasi dalam memainkan peranya untuk mendukung proses pembelajaran. Singkatnya, keterjalinan, keterpaduan, dan konsistensi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat harus diupayakan dan diperjuangkan secara terus menerus karena tripusat pendidikan tersebut sekaligus menjadi sumber belajar yang saling menunjang.

Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana di mana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. Peserta didik mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi, di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Proses tersebut berlangsung melalui tatap muka di kelas, penugasan terstruktur, dan/atau tugas mandiri.

Terkait dengan hal tersebut, maka pembelajaran ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat berbangsa, bernegara, berperadaban dunia.

Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.

BACA SELENGKAPNYA »

Sabtu, 08 November 2014

PEMBELAJARAN CARA A.M.P.U.H UNTUK MEREBUT HATI MURID. Oleh Irmina titik Purwanti SMK Negeri 2 Sragen

PEMBELAJARAN CARA A.M.P.U.H UNTUK MEREBUT HATI MURID.
Oleh Irmina titik Purwanti
SMK Negeri 2 Sragen

BAB I .PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Keberhasilan  proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sang guru. Guru merupakan pelaku utama di sekolah formal maupun non-formal untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian yang baik, memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, sehat jasmani maupun rohani serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sosok sang guru adalah orang yang dapat dipercaya dan diteladani oleh seluruh siswanya serta lingkungannya.
Guru juga disebut sebagai pendidik. Menurut Poerwadarminta dalam kamus bahasa Indonesia, pendidikan berarti orang yang mendidik, dengan kata lain pendidik adalah orang yang meakukan kegiatan dalam bidang pendidikan.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak kalangan yang mulai meragukan kapabilitas dan kredibilitas guru. Perannya sebagai pengajar dan pendidik mulai dipertanyakan. Misinya sebagai pencetak generasi yang unggul, terampil, dan bermoral, belum sepenuhnya terwujud. Para pelajar kita justru semakin menjauh dari kondisi ideal seperti  yang diharapkan. Yang lebih memprihatinkan, para pelajar itu mulai kehilangan kepekaan moral, terbius dalam atmosfer zaman yang serba gemerlap, tersihir oleh kehidupan yang memburu selera dan kemanjaan nafsu, terjebak ke dalam sikap hidup instan. Tawuran antar pelajar merajalela, pesta ”pil setan” menyeruak, pergaulan bebas makin mencuat  ke permukaan.Melihat fennomena saat ini , sudah dapat dipastikan bahwa dimasa yang akan dating tidak ada jaminan Indonesia bisa lebih baik. Banyak sekolah meraih kesuksesan semu dan menanam potensi kegagalan bangsa.
Segala cara dilakukan untuk meraih kesuksesan sesaat. Contohnya pelaksanaan Ujian Nasional, banyak yang gagal karena sekolah tidak berhasil membangun karakter siswa untuk menjadi siswa yang disiplin, percaya diri, berbudi pekerti  serta berakhlak mulia. Kegagalan di masa yang akan datang adalah andil pendidikan pada saat ini dan rusaknya karakter bangsa saat ini adalah buah dari masa lalu.
 Departemen Pendidikan Indonesia dalam Renstra 2010-2014, memasukkan pembangunan karakter sebagai salah satu misinya. Memang tidak mudah untuk mengubah keadaan, tetapi paling tidak kita dudukkan pendidikan sebagai pilar pembentuk karakter bangsa.  (http://metronews.fajar.co.id/read/95036/19/pendidikan-membentuk-karakter-bangsa).
           Pembangunan karakter bangsa di sekolah dilakukan melalui kegiatan-kegiatan   eksrakurikuler yang salah satunya adalah kepramukaan, sejalan dengan rencana strategis tahun 2009-2014 lebih menekankan pada pelaksanaan fungsi pokok Gerakan Pramuka sebagai Lembaga  Pendidikan Kader Bangsa.
Tetapi dalam pelaksanaannya di sekolah terdapat beberapa kendala, antara lain karena sifat nya sukarela maka  kepramukaan hanya diikuti segelintir siswa saja, atau kalaupun ada sekolah yang mewajibkan kegiatan tersebut maka hasil nya tidak juga maksimal, artinya hanya kuantitas nya saja yang besar.
Keteladanan sudah menjadi semacam harga mati bagi semua profesi, terlebih profesi guru. Sementara itu, keteladanan identik dengan sifat seorang pemimpin yang baik. Kouszer &Pousner dalam the leadership challenge menjelaskan riset mengenai karakter pemimpin yang dikagumi oleh para pengikutnya ( orang yang dipimpinnya). Berikut ini lima karakteristik pemimpin yang paling dikagumi : 1) jujur, 2) berorientasi kemasa depan, 3) komitmen, 4) membangkitkan semangat, 5) cerdas.


B. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan adalah, pembelajaran dengan cara AMPUH merebut hati murid.
A : Asertif dalam bertindak
M : Menghargai Murid Anda
P  : Pandai Membina Hubungan Baik
U : Usaha Optimal
H : Hindari Kekerasan dan Rasa Takut.

C. TUJUAN
Dari permasalahan yang diuraikan  diatas cara AMPUH untuk menghadapi anak didik di sekolah ,
1. Mendiskripsikan  tentang karakter peserta didik
2. Mendiskripsikan  peranan guru sebagai pendidik dengan cara A M P U H dalam merebut hati murid.

D. MANFAAT
Untuk menambah khasanah pengetahuan tentang pembelajaran cara A.M.P.U.H mulai dikembangkan di dunia pendidikan, untuk mendapatkan pembetukan karakter murid yang  baik.

BAB II PEMBAHASAN.
1. CARA A : Asertif dalam Bertindak.
Di dalam praktiknya,sikap guru dalam merespons stimulus dari perilaku anak didiknya sangat beragam. Ada guru yang dapat menahan emosi dan mengarahkan anak untuk berperilaku sesuai yang diharapkan, namun ada juga yang apatis atau bersikap pasip. Guru seperti ini membiarkan kesalahan atau perilaku buruk yang dilihatnya. Ada juga guru agresif yang melihat suatu persoalan menggunakan kacamata kuda.tipe guruseperti ini ,oleh murid-muridnya dianggap sebagai guru killer.
TIPE GURU MENURUT SIKAP DAN PERILAKUNYA,
a. Tipe guru apatis (Pasip)
Guru tipe ini memiliki cirri-ciri ekspresi wajah datar, tidak berani menatap, sering meremasremas tangan sendiri, dan tekanan suara lemah.biasameremehkan diri sendiri, tetapi menghargai orang lain.Guru pasif cenderung menunggu orang lain menghampiri dirinya untuk menyodorkan bantuan.
b. Tipe guru sarkastis (pasif – Agresif)
Guru tipe ini memiliki cirri-ciri suka meremehkan orang lain dan tidak menghargai kemampuan dirinya. Bersikap pasip di depan orang banyak, tetapi agresif di belakangnya.
c. Tipe guru Killer (Agresif)
Cirri-ciri guru tipe ini adalah selalu bertindak spontan, ekspresi wajah dan mata melotot, suara meniggi, menganggap dirinya benar, dan orang lain
selalu salah. Perilaku agresif lebih menekankan pada sesuatu yang bertujuan untuk menyakiti orang lain dan secara social tidak dapat diterima.
d. Tipe guru asertif
Guru tipe ini adalah sesuatu menunjukkan ekspresi ketulusan dan selalu menghargai orang lain, menatap lawan bicara , tubuh tegap dan tekanan suara tepat. Sikap asertif ( ketegasan, keberanian menyatakan pendapat) meliputi tiga komponen dasar yaitu:
a) Kemampuan mengungkapkan perasaan ( misalnya mau menerima dan mengungkapkan perasaan tidak suka )
b) Kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka (mampu menyuarakan pendapat , menyatakan ketidaksetujuannya,dan sikap tegas, meskipun secara emosional sulit melakukan ini dan terkadang harus menghormati sesuatu).
c) Kemampuan mempertahankan hak-hak pribadi( tidak membiarkan orang lain mengganggu dan memanfaatkan dirinya)
Seorang guru akan dihadapkan pada berbagai karakter siswa. Bahkan kadang kala terjadi benturan antara karakter siswa yang satu dengan yang lainnya. Dalam menghadapi situasi seperti ini, guru dituntut manpu mengayomi semua siswanya, termasuk siswa-siswa yang dianggap “nakal” atau kerap membuat onar. Guru tidak boleh berpihak pada salah seorang atau sekelompok siswa tertentu saja. Guru harus mampu meluruskan, tetapi disisi lain juga melindungi sisi kemanusiaan mereka ( ingat, bukan perilaku buruk siswa yang dilindungi tetapi hak mereka sebagai manusia.

TINDAKAN TEGAS YANG AMPUH:
Menegakkan aturan dan konsisten menjaga aturan tersebut.
Mengarahkan perilaku anak dengan tetap menjaga harga diri
Memastikan anak-anak betanggungjawab atas pilihan yang mereka buat.
Menerapkan sanksi jika diperlukan, tapi bukan rasa marah.
Berusaha mengajarkan ketrampilan social untuk menghasilkan pilihan yang lebih baik.
10. Langkah asertif dalam menegakkan disiplin
 Langkah 1. Pergoki mereka ketika sedang berbuat baik.
Sebuah iklim yang mendukung dan menyemangati membutuhkan sorotan dan komentar-komentar positif.
Guru sebaiknya berfokus terlebih dahulu pada anak-anak yang memilih patuh dan bukan pada mereka yang memilih untuk berperilaku buruk.
Guru memuji anak-anak yang berperilaku baik di depan kelas sembari mengabaikan mereka yang tidak berperilaku baik.pujian yang diberikan sebaiknya spesifik. Misalnya: bagus, ibu / bapak senang melihat kalian duduk tenang dan memperhatikan apa yang ibu/bapak terangkan. Terima kasih.
Jika sejumlah anak tidak kembali berperilaku baik, guru bias mengarahkan mereka dengan cara yang lembut.
Langkah 2. Gunakan isarat positip
Guru bias memanfaatkan anak-anak yang berperilaku baik sebagai contoh / pengingat bagi mereka yang berperilaku tidak baik.
Guru memergoki anak-anak ketika berbuat baik dan memberikan pujian.
Guru mengarahkan kembali anak-anak ke perilaku yang pantas dan terpuji.
Langkah 3. Gunakan kedekatan fisik
Kemampuan seorang guru untuk mengatur kedekatan fisiknya dengan kelompok-kelompok dan individu-individu adalah bagian penting dalam pengelolaan kelas.
Langkah 4. Gunakan pertanyaan untuk membuat anak kembali terfokus.
Pertanyaan-pertanyaan yang terdengar santai dapat menjadi cara yang sangat kuat untuk membuat anak kembali terfokus tanpa menarik banyak perhatian.
Langkah 5. Ulangi arahan secara personal .
Memberikan seorang anak pengarahan singkat dan personal diikuti dengan pemberian waktu beberapa detik untuk membiarkan si anak memfokuskan kembali perilakunya sangatlah efektif, terutama bagi anak-anak yang memiliki respons buruk terhadap teguran dimuka public,
Langkah 6. Akui dan arahkan kembali.
Guru tidak boleh terjebak kedalam perilaku argumentasi atau sekunder. Guru-guru yang cerdas menggunakan pengakuan yang diikuti dengan pengarahan kembali.
Langkah 7. Berikan pengingat aturan yang jelas.
Pengingat aturan-aturan kelas yang personal dan tegas dapat menjadi strategi yang sangat efektif dan tidak konfrontasional dengan menyebutkan aturan-aturan tersebut sebagai “peraturan kita” bukan “peraturan ibu/bapak”
Langkah 8. Berikan pilihan yang jelas.
Menyatakan berbagai konsisten atas pilihan-pilihan tidak baik yangberkelanjutan, secara tegas mengembalikan pusat kendali dan tanggung jawab.
Langkah 9. Gunakan konsekuensi yang telah disetujui
Jika anak-anak terus membuat pilihan yang buruk , guru dapat menerapkan konsekuensi-konsekuensi yang telah dietujui bersama.
Langkah 10. Gunakan strategi “ keluar”
Jika sejumlah anak terus menerus menggunakan proses mengajarkan secara signifikan dan atau proses belajar anak-anaklain, merekabisa dikeluarkan dari ruang kelas dengan menggunakan prosedur-prosedur yang telah disetujui sekolah.namun perlu diketahui bahwa hukuman jenis iniadalah hukuman yang cukup serius.

2. CARA  M : MENGHARGAI MURID.
Setiap manusia apapun latar belakangnya, memiliki kesamaan yang mendasar, yaitu ingin dipuji, diakui, didengarkan, dan dihormati. Kebutuhan ini sering terlupakan begitu saja. Manusia bukan sekedar makluk fisik, tetapi juga makluk spiritual yang membutuhkan sesuatu yang jauh lebih bernilai.
Mengapa guru perlu memberI pujian? Ada beberapa manfaat yang bias didapat dengan memberikan pujian:
Menunjukkan pnghargaan atasupaya murid-murid
Memastikan bahwa perilaku yang baik terus berulang
Membangun hubungan yang lebih dekat dan komunikasi yang lebih positif
Memberikan contoh pada murid-murid lain agar mengikuti perilaku yang baik.
Ada tujuh hal yang telah dilakukan untuk menerapkan strategi mengatasi kelas bermasalah, yaitu:
Mendapatkan informasi tentang situasi kelas sebelum mulai mengajar.
Menggunakan prinsip memahami dulu, baru dipahami.
Menawarkan kerja sama untuk saling memahami
Melakukan pujian, dengan pengertian bahwa setiap anak memilki kelebihan.
Memberikan kepercayaan dan pengakuan
Menjalankan hubungan baik.
Memelihara hubungan baik.
Pujian menjadi tidak ampuh apabila:
Diberikan secara acak
Hanya memberikan gambaran positipyang umum.
Bersifat seragam, tidak menunjukkan perhatian khusus.
Hanya memberikan penghargaan atas partisipasi, bukan proses dan hasil.
Tidak memberikan informasi yang bermanfaat bagi penerima pujian dalam menganalisis dirinya.
Membandingkan kinerja diri dengan orang lain sehingga mendorong focus pada persaingan semata.
Mengkaitkan keberhasilan dengan kemampuan saja atau factor luar saja.
Bentuk –bentuk pujian bias diberikan melalui ucapan-ucapan seperti terima kasih; kamu hebat; luar biasa; atau gesture seperti acungan jempol, senyuman, anggukan setuju, tepukan di bahu, dan lain-lain.

3. CARA P : PANDAI MEMBINA HUBUNGAN BAIK
Kiat cerdas berkomunikasi.
Seorang guru harus menyadari betapa pentingnya ketrmpilan komunikasi dalam proses pembelajaran seperti halnya menyadari bahwa semua sisa memiliki berbagai tingkat kekuatan dan kelemahan.hanya melalui ketrampilan komunikasilah dia dapat memperkenalkan solusi kreatif dan efektif untuk masalah-masalh siswa.
Berikut ini adalah kiat-kiat cerdas berkomunikasi
a. Menggunakan bahasa motivasi
b. Menggunakan bahasa tubuh
c. Menggunakan humor

4. CARA U : USAHA OPTIMAL
Niat dan keyakinan
Manuasia wajib berusaha , tuhan yang menentukankeberhasilannya pernyataan tersebut sangat dipercaya oleh manusia beragama diseluruh dunia. Usaha yang baik harus dimulai dari niat yang baik pula, aspek niat itu ada 3 hal,
a. Diyakini dalam hati
b. Diucapkan dengan lisan (tidak perlu keras sehingga dapat mengganggu orang lain atau bahkan menjadi riya.)
c. Dilakukan dalam bentuk amal perbuatan.
Membiasakan diri dengan kebiasaan efektif
Tujuh  kebiasaan yang dipaparkan covey ternyata sangat baik jika diaplikasikan di dalam dunia pendidikan.
1). Kebiasaan 1 jadilah proaktif
Sikap proaktif untuk kebiasaan ini adalah :
a) Sikap bertanggung jawab
b) Mengambil inisiatif
c) Menentukan tindakan, sikap, dan suasana hati
d) Tidak menyalahkan orang lain bila melakukan kesalahan
e) Melakukan yang seharusnya dilakukan tanpa diminta meskipun tidak ada orang yang melihat.
2) kebiasan 2. Merujuk pada tujuan akhir
Kebiasaan yang merujuk pada tujuan akhir ini adalah:
a) Membuat rencana didepan dan menetapkan target
b) Melakukan hal-hal yang berarti dan membuat perbedaan
c) Menjadi bagian penting dari kelas dan memberikan kontribusi terhadap visi dan misi sekolah
d) Berusaha menjadi warga yang baik.
 3)Kebiasaan 3. Dahulukan yang utama.
Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting,entah mendesak atau tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama. Kebiasaan mendahulukan yang utama adalah:
a) Menghabiskan waktu untuk hal-hal terpenting, ini berarti mengatakan tidak untuk hal-hal yang tak bolah dilakukan
b) Menetapkan prioritas
c) Membuat jadwal dan melaksanakan rencana
d) Disiplin dan terorganisasi
4)Kebiasaan 4. Berpikir menang-menang.
Kebiasaan berpikir menang ini adalah:
a) Menyeimbangkan keberanian mendapatkan kemauan saya dan kemauan orang lain.
b) Selalu mempertimbangkan perasaan orang lain
c) Jika terjadi perselisihan, mencari alternative ketiga.
5) kebiasaan 5 : berusaha memahami terlebih dulu, baru pahami
Kebiasaan berusaha untuk memahami terlebih dahulu baru dipahami ini adalah:
a) Mendengarkan gagasan dan perasaan orang lain
b) Mencoba melihat dari sudut pandang mereka
c) Mendengarkan oranglain tanpa memotong pembicaraan
d) Menatap mata lawan bicara.
6.Kebiasaan 6. Wujudkan sinergi
Kebiasaan mewujudkan sinergi ini adalah:
a) Menghargai kekuatan orang lain dan belajar darinya.
b) Pandai bergaul bahkan dengan orang yang berbeda
c) Bekerja baik dalam kelompok
d) Meminta gagasan orang lain untuk memecahkan masalah. Sebab dengan bekerja sama dengan orang lain akan dihasilkan solusi yang lebih baik daripada jika seseorang bekerja secara individu
e) Bersikap rendahhati.
7. kebiasaan mengasah gergaji.
Kebiasaan mengasah gergaji ini adalah:
a) Menjaga tubuh dengan menjaga makanan, berolah raga, dan tidur secukupnya.
b) Menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman
c) Belajar dengan berbagai cara dan diberbagai tempat
d) Meluangkan waktu mencari cara yang berarti untuk membantuorang lain.
 
5. CARA H : HINDARI KEKERASAN DAN RASA TAKUT
Rasa takut dan akibat yang dditimbulkannya.
Perlakuan yang menimbulkan rasa takut yang dialami anak dapat memberikan dampak negative bagi tumbuh kembangnya.anak yang mengalami rasa cemas akan mengalami gangguan psikologis seperti kurang percaya diri, rendah diri, dan merasa tidak berarti dalam lingkungannya sehingga tidak termotivasi untuk mewujudkan potensi-potensi yang dimilikinya.
Cara ampuh mengatasi konflik kekerasan.
Berikut hal-hal yang biasa dilakukan guru dalam mengatasi konflik.
1. Mendengar aktif
2. Pastikan pesan guru efektif
Indicator bahwa pesan yang disampaikan guru efektif adalah sebagai berikut:
a) Murid dapat menangkap apa yang menyebabkan guru terganggu.
b) Pesan guru harus mengandung pengaruh yang konkret, yang dapat merangsang murid untuk mengubah tingkah laku.
c) Pesan guru disampaikan secara asertif. Dengan kata lain seorang guru mampu menyampaikan maksud dan perasaan-perasaannya kepada murid tanpa menyinggung atau melukai perasaan murid yang menerimanya.
3. Menyelesaikan konflik secara kontruktif.
Hal yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan konflik secara konstruktif adalah sebagai berikut:
a) Respek , sikap menerima dan menghargai pihak lain sebagaimana adanya.
b) Mencari titik temu, bukan memperlebar jurang perbedaan
c) Menghargai tindakan-tindakan yang menyakiti secara fisik.
d) Menghindari jangan sampai ada pihak yang merasa dipermalukan
4. Menerima dan memberikan feedback/ umpan balik yang bermanfaat.
Ada beberapa trik menyampaikan feedback yang positip yaitu,
a). diberikan secara jujur, tidak ada maksud tersembunyi atau siasatuntuk maksud lain.
b) .Diberikan secara deskripsi, terurai sehingga tergambar jelas,
c) hindari feedback yang berada penilaian
d) ditujukan pada tingkah laku yang ingin diubah, bukan pada individunya.
e) bersifat khusus, kata tidakdisiplin harus dipersempit menjadi misalnya terlambat dating, tidak mengerjakan PR dan lain-lain
f) disampaikan dengan segera.


BAB III.  HASIL YANG DICAPAI
Hasil dari pembelajaran cara  A.M.P.U.H adalah data harian pada kompetensi Mekanika Teknik dan data observasi kelas X TKK 2 berupa data perilaku siswa yang didapat dari guru, dan data dokumentasi foto. Hal yang dibahas berupa proses pembelajaran, peningkatan keaktifan belajar siswa pada kompetensi Mekanika Teknik dan terjadi perubahan akifitas belajar siswa .
Sedangkan kondisi keaktifan belajar peserta didik dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel   Pencapaian keaktifan belajar


Dilihat dari tabel  diatas tingkatan dalam keaktifan belajar  peserta : sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, Untuk  hasil tes analisa: di dalam siklus 2 ini belum ada yang mencapai sangat tinggi, tinggi terdapat di dalam indikator sangat tinggi: terdapat pada indikator 1)  Mendengarkan dan memperhatikan presentasi/ penjelasan, Tinggi  terdapat pada indikator 1) Mencatat kegiatan guru, 2) Merespons pertanyaan atau perintah guru, 3) Mengajukan pertanyaan kepada guru jika menemukan masalah, 4) Berpartisipasi dalam diskusi kelompok, 5) Mengemukaan pendapat dalam kelompok, 6) Mengerjakan soal dan lembar kegiatan, 7) Mempresentasikan hasil kerja kelompok, sedngkan untuk kualifikasi sedang dan  Rendah dalam siklus 2 tidak ada.
Mengaktifkan belajar siswa dapat melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal. Guru perlu memberikan kesempatan siswa untuk mengoptimalisasikan memori siswa bekarja secara maksimal dengan  memberikan waktu untuk mengungkapkan kreatifitas sendiri. Cara lain mengaktifkan siswa dengan memberikn berbagai pengalaman belajar bermakna yang bermanfaat bagi kehidupan siswa.pemberian rangsangan tugas, tantangan , memecahkan masalah atau mengembangkan pembiasaan agar dalam dirinyatumbuh kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya. Alasan lain mengaktifkan siswa yaitu dengan menganalisis cara belajar peserta didik yang berbeda-beda. Setiap peserta didik perlu memperoleh layanan bimbingan belajar yang berbeda-beda pula, sehingga seluruh siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Guru perlu menyadari bahwa peserta didik berlaar belakang sosial yang berbeda sehingga guru mempunyai tugas untuk menumbuhkan kesadaran agar setiap peserta  didik merasa membutuhkan belajar.
Implikasi prinsip keaktifan dalam proses belajar terlihat dari beberapa kegiatan yaitu, 1) memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreatifitas dalam proses belajarnya. 2) memberikan kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan , 3) memberikaan tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru, 4) memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap peserta didik yang memberikan respons terhadap pertanyaan yang diajukan, 5) menggunakan mukti metode dan mukti media di dalam pembelajaran ( Aunurrahman, 2009: 121 dalam ebookbrowse.com / teori-keaktifan siswa dalam pembelaajaran.pdf.2013.tgl 28-2-2013 jam 10.00 WIB.).  Dalam menganalisis tentang keaktifan terdapat beberapa indikator yang dapat menjadi pedoman dalam pengukuran keaktifan. Indikator keaktifan peserta didik dapat dilihat dari kriteria berikut ini, 1) perhatian siswa terhadap penjelasan guru, 2) kerjasama dalam kelompok, 3) kemampuan peserta didik mngemukakan pendapat dalam kelompok, 4) memberikan kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok, 5) mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat, 6) memberikan gagasan yang cemerlang, 7) membuat perencanaan dan pembegian kerja yang matang , 8) keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain, 9) memanfaatkan potensi anggota kelompok, 10) saling membantu dan menyelesaikan masalah ( Ardhana,2009:2 dalam ebookbrowse.com / teori-keaktifan siswa dalam pembelaajaran.pdf.2013.tgl 28-2-2014 jam 10.00 WIB.)  

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan mendapatkan cara       A M P U H didalam merebut hati murid di sekolah sekolah yang selama ini guru kurang memperhatikan itu semuanya. cara AMPUH merebut hati murid.
A : Asertif dalam bertindak
M : Menghargai Murid Anda
P : Pandai Membina Hubungan Baik
U : Usaha Optimal
H : Hindari Kekerasan dan Rasa Takut.
Manfaat bagi guru untuk cara A M P U H untuk merebut hati murid, dapat membuat,
a) Meningkatkan kompensi kepribadian dan kemampuan bersikap asertif untuk membangun dan memelihara pembelajaran yang menyenangkan.
b) Membangun budaya saling menghormati dan berpikir positif agar tercipta suasana pembelajaran unggul.
c) Memperoleh kiat jitu dalam berkomunikasi dan membangun hubungan baik dengan murid, orang tua murid, dan stakeholders.
d) Meningkatkan kebiasaan efektif dan berpikir maju
e) Mendalami motivasi hidupmulia dan mengkatkan rasa cinta terhadap profesi sebagai pendidik.

B. SARAN .
.1    Sekolah sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan formal diharapkan dapat     menerapkan guru cara A.M.P.U.H agar pelaksanaannya proses pembelajaran di kelas dapat  optimal.
2. Sekolah diharapkan mengikutsertakan semua guru dalam seminar  guru cara A.M.P.U.H merebut hati murid.
3. Sekolah mengadakan seminar dan pelatihan pada dasarnya dilakukan melalui tiga orientasi, yaitu:
a) Training of the head: bertujuan untuk membangun dimensi kognitif yaitu mindset, paradigm, konsep, teori dan prinsip.
b) Training of the hands: bertujuan untuk membangun dimensi psikomotorik, yaitu kompetensi, skill, kapabilitas, kebiasaan, kemahiran, dan keahlian.
c) Training of the heart: bertujuan untuk membangun dimensi afektif, yaitu emosional, semangat, spiritualitas, motivasi, sikap, dan karakter.


Daftar pustaka.
Poerwadarminta, W.J.S. 1999.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka
 Kouzes, jim dan barry pousner. 2004. The Leadership Challenge.jakarta: Erlangga.
(http://metronews.fajar.co.id/read/95036/19/pendidikan-membentuk-karakter-bangsa).
http://yufikselalu.blogspot.com/2011/10/menjalin-hubungan-baik-dengan-diswa.html.
Ardhana,2009:2 dalam ebookbrowse.com / teori-keaktifan siswa dalam pembelaajaran.pdf.2013.tgl 28-2-2014 jam 10.00 WIB.  
Aunurrahman, 2009: 121 dalam ebookbrowse.com / teori-keaktifan siswa dalam pembelaajaran.pdf.2013.tgl 28-2-2013 jam 10.00 WIB.
wahyono, joko.2010. cara A.M.P.U.H merebut Hati Murid. Jakarta. Erlagga.

BACA SELENGKAPNYA »

PELAKSANAAN MODEL OUANTUM TEACHING DENGAN GROUP INVESTIGASI UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN KOMPETENSI MEKANIKATEKNIK PADA PESERTA DIDIK KELAS X TKK 1 SMK NEGERI 2 SRAGEN SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

PELAKSANAAN MODEL OUANTUM TEACHING DENGAN GROUP INVESTIGASI UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN KOMPETENSI MEKANIKATEKNIK PADA  PESERTA DIDIK  KELAS X TKK 1
 SMK NEGERI 2 SRAGEN SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN  2014 / 2015

Irmina Titik Purwanti *)
irminatitik@yahoo.co.id

Abstrak: rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah rendahnya    keaktifan peserta didik dan sikap percaya diri dan prestasi belajar pada peserta didik  kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan pencapaian standart kompetensi Mekanika Teknik, pada peserta didik kelas X Teknik kontruksi Kayu 1 SMK Negeri 2 Sragen tahun ajaran 2014/2015 nilai KKM 2,66 dengan jumlah prosentase ketuntasan kopetensi 87,9%, pencapaian keaktifan belajar peserta didik 81,3%, Pencapaian sikap percaya diri pserta didik 86,2 %. Berdasarkan hasil penelitian , maka peneliti merekomendasikan bahwa model Quantum Teaching dengan Group Investigasi  dapat meningkatkan keaktifan peserta didik , sikap percaya diri  peserta didik dan meningkatkan kompetensi Mekanika Teknik  kelas X Teknik kontruksi kayu 1  SMK Negeri 2 Sragen.
 Kata kunci : Model Quantum Teaching dan  Group Investigasi.
*(  peneliti guru SMK Negeri 2 Sragen)

A. PENDAHULUAN
Dengan permasalahan rendahnya kemampuan belajar dan aktifitas belajar Mekanika Teknik pada peserta didik jika tidak diatas akan menyebabkan rendahnya kemampuan menyelesaikan soal, rendahnya penguasaan kompetensi mata pelajaran Mekanika Teknik, sehingga nilai ulangan harian rendah akibatnya hasil belajar Mekanika Teknik secara umum juga rendah. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut guru dapat melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hopkins dalam Zainal Agib (2009 : 44) menjelaskan:
 “ Actions research combines as substantive act with a research procedure, it is action disciplined  by enquiry a personal attempt at under standing while enyaged in a process of improvement and reform ”.

Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut, 1)Bagaimana proses pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran, 2)Bagaimana peningkatan keaktifan peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran quantum Teaching dengan Group Investihasi? 3)Bagaimana peningkatan sikap percaya diri peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 1 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran quantum Teaching dengan  Group Investigasi?
Tujuan Penelitian dalam penelitian ini, sebagaimana perumusan masalah yang disusun, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)Mendiskripsikan proses pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching dengan  Group  Investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran, 2)Mendiskripsikan peningkatan sikap percaya diri peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi. 3)Mendiskripsikan peningkatan sikap percaya diri peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan  Group Investigasi.

B. LANDASAN TEORTIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Penelitian  ini merujuk pada penelitian sebelumnya, beberapa penelitian yang berhubungan dengan topik ini, yaitu  tentang, (jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen / article /view /255/143),
Kusuma Wardani, 2008 ,Metode Quantum Teaching dengan study group untuk peningkatan prestasi belajar geografi siswa kelas VII SMP Negeri 1 mojolaban Kabupaten Sukoharjo, Teses Pasca sarjana UNS.
Kiranawati. 2007. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation). http: //gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/ metode-investigasi-kelompok-group-investigation/.
Kajian teoritis yang digunakan sebagai kerangka teoristis pada penelitian adalah :
1. Kerangka perencanaan Pembelajaran Quantum
Dalam (De Porter, Readon dan Singer Nourie, 2001 : 5) ,Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum dikenal dengan singkatan “ TANDUR” yaitu:1). Tumbuhkan: Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “ bawalah dunia mereka kedunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan ( persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial ( komunikasi belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada peserta didik, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu. Strategi untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menulis tujuan pembelajaran di papan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/ media yang menarik atau lucu, isu mutakhir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang. 2). Alami :Tahap ini jika tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun peserta didik sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Strategi konsep ALAMI dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi dengan memberikan tugas secara individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.3). Namai: Konsep ini berada pada kegiatan inti. Yang NAMAI mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak ( membuat peserta didik penasaran, penuh pertannyaan mengenahi pengalaman) untuk memberikan identita, menguatkan dan mendifinisikan..4). Demostrasikan:Tahap ini masih pada kegiatan ini, Inti pada tahap ini adalah memberikan kesempatan siswa untuk menunjukan bahwa peserta didik tahu. Hal ini sekaligus memberikan kesempatan peserta didik untuk menunjukan tingkat pemahamanan terhadap materi yang dipelajari.Panduan guru untuk memahami tahap ini yaitu dengan cara apa peserta didik dapat memperagakan tingkat kecakapan peserta didik dengan pengetahuan yang baru? 5. Ulangi:Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku ini “  kegiatan ini dilakukan secaa multi modalitas dan multi kecerdasan Panduan guru untuk memasukan tahap ini yaitu cara apa yang bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? 6). Rayakan: Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketentuan, dan kesuksesan yang  akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar  lebih lanjut.(http// Quantum teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1 juli  2014)
2. Mengkombinasikan dengan Group Investigasi
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atauknowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75).
Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigasi adalah:

1). Membutuhkan Kemampuan Kelompok.
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.

2). Rencana Kooperatif.
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
3). Peran Guru.
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.

Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang  telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
3.  Langkah-Langkah dalam Menggunakan Model Group Investigation
Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007), dapat dikemukakan sebagai berikut:
1). Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2). Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.
3). Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah  pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4). Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5). Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6). Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

4. Kerangka pikir
Pelaksanaan Quantum Teaching akan mampu memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta mewujudkan transformasi pengalaman dan penguatan yang efektif olek karena siswa melaksanakan pembelajaran tidak dalam kondisi terpaksa atau tidak dalam kondisi tidak senang, akan tetapi dalam suasana penuh motivasi dan tidak tegang.. Sementara itu, melalui Group Investigasi, siswa dilatih untuk memecahkan masalah secara mandiri sehingga akan terbentuk kemampuan problem solving. group investigasi juga dilakukan untuk memperdalam pengetahuan yang telah diperoleh dari guru, dan pendalaman tersebut dilakukan bersama-sama dengan rekan lainnya, sehingga akan terjadi proses transformasi pengetahuan  antar siswa.
5. Hipotesis tindakan
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: 1) Meningkatkan  proses pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran? 2) Meningkatan keaktifan peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi?

C. METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus 1 bertujuan mengetahui prestasi belajar kompetensi mekanika teknik dan sikap percaya diri peserta didik , dalam tindakan awal penelitian dan sekaligus digunakan sebagai refleksi untuk melakukan siklus 2. Siklus 2 bertujuan untuk mengetahui peningkatan perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus 1.
Siklus I
Pada siklus 1 perencanaan berupa kegiatan-kegiatan menentukan langkah yang akan dilakukan untuk memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran statika selama ini menggunakan model konvensional. Tahap ini bermanfaat agar pelaksanaan pada tahap tindakan lebih mudah, terarah dan sistematis. Tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan proses pembelajaran pada siklus 1 sesuai dengan perencanaan yang disusun. Tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan proses pembelajaran Mekanika Teknik menggunakan model Quantum Teaching dengan  Group Investigasi. Observasi dilakuan untuk mengetahui segala peristiwa yang berhubungan dengan pembelajaran maupun respons terhadap teknik model pembelajaran yang digunakan guru. Data observasi diperoleh dari lembar observasi, catatan harian guru, catatan harian siswa, lembar wawancara, dan dokumentasi foto. Refleksi bertujuan untuk mengetahui kendala apa yang ditemui dalam meningkatkan prestasi belajar mekanika teknik peserta didik .
 Siklus II
Pada siklus 2, perencanaan adalah penympurnaan dari perencanaan siklus . hasil refleksi siklus 1 dikoordinasikan dengan guru mata pelajaran Mekanika Teknik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen untuk melakukan perencanaakan ulang. Tindakan yang dilakuan adalah dengan perencanaan yang telah disusun berdasarkan perbaikan pada siklus 1.  Materi pembelajaran sama seperti materi pelajaran siklus 1, yaitu 1) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya,2) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan material pembentuknya 3) . Mengklasifikasikan struktur berdasarkan elemen utamanya.  Materi pembelajaran siklus II 1) Mengidentifikasi kriteria desain struktur, 2) Menjabarkan kriteria pembebanan struktur3) klasifikasi permodelan analisis gempa., Tahap tindakan dilaksanakan dalam tiga tahap iatu persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut. Observasi dilakuan untuk mengmpulkan data tentang sikap kemandirian dan respons siswa terhadap proses pembelajaraan dengan model Quantum teaching group investigasi. Pengambilan data dilakukan dengan teknik tes dan non tes . refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil non tes yang dilakukan pada siklus 2.
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah mata pelajaran mekanika teknik pada kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen.variabel penelitian ini adalah model Quantum Teaching dengan Group Investigasi , dan prestasi belajar Mekanika Teknik, keaktifan belajarsikap percaya diri peserta didik. Indikator kinerja dalam penelitian ini meliputi dua aspek yaitu kuantitatif dan kualitatif
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Tes dilakukan dengan menggunakan soal-soal. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tes a siklus 1 dan tes b siklus 2. Skor penilaian berdasarkan aspek-aspek yang sudah ada. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang sesuai dengan materi, yaitu menerapkan teori keseimbangan .dalam melakukan tes ini diperlukan instrumen atau alat bantu yang berupa kriteria atau pedoman penilaian. Penilaian tersebut harus menunjukan pencapaian indikator yang telah ditentukan. Sedangkan teknik nontes yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, lembar jurnal,lembar wawancara, lembar dokumemtasi foto yang digunakan untuk mengungkapkan perubahan tingkah laku peserta didik selama mengikuti pembelajaran mekanika tenik dengan model quantum teaching dengan group investigasi
Analisis data yang dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajran mekanika teknik dengan model Quantum Teaching dengan Group Investigasi adalah teknik kualitatif dan kuantitatif.
Indikator penelitian ini,  penilaian  dilakukan  berdasarkan  tes  unjuk  kerja. Indikator  data   kuantitatif  penelitian  ini  adalah  ketercapaian  target  kriteria ketuntasan minimal siswa  sebesar 2,66 dengan jumlah peserta didik minimal 87,9% dari jumlah peserta didik keseluruhan. Indikator data kualitatif Pencapaian peningkatan keaktifan peerta didik dengan frekuensi pengamatan nilai prosentase 81,3 % siswa aktif dalam pembelajaran model quantum teaching dengan group investigasi, Pencapaian peningkatan sikap percaya diri peserta didik dengan angket nilai prosentase 86,2 % siswa mandiri dalam pembelajaran model quantum teaching dengan group investigasi.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari tindakan prasiklus, siklus 1dan siklus 2. Hasil tes prasiklus berupa data nilai  ulangan harian kompetensi mekanika teknik.
Proses Pembelajaran  Prasiklus

 


Dilihat dari tabel 1, dapat diketahui nilai rata-rata peserta didik masih dalam kategori kurang yaitu sebesar 44,5%. Peserta didik yang memperoleh nilai dalam kategori kurang sebanyak 21 peserta didik  atau 33,9% dalam interval nilai < 60 sebanyak 8 peserta didik atau sebesar 13,45% memperoleh nilai berkategori  cukup dalam interval 60 – 75. Sementara itu  ada 4 peseta didik atau 21,5%  memperoleh nilai berkategori baik dan tak ada satupun peserta didik yang memperoleh kategori sangat baik atau sebesar 0%. Itu menunjukan bahwa nilai kompetensi mekanika teknik peserta didik masih rendah dan perlu untuk ada peningkatan dalam prestasi peserta didik pada kompetensi mekanika teknik.
Siklus I

Proses Pembelajaran Quantum Teacing dengan Group investigasi


Masih ada kelompok yang tidak
Perhatikan dalam diskusi
Dalam diskusi ada beberapa yang tidak aktif
Siklus II
Proses Pembelajaran Quantum Teacing dengan Group investigasi



 


 Pembahasan 
Dari data diatas nilai yang di capai pada hasil tes siklus I oleh peserta didik, materi.  Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya 44,6%, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik (>85) kategori sangat baik, 40 %, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik ( 76 – 85) katagori baik, 15 %, dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori cukup, 0% dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori kurang. Dari hasil tes Mekanika Teknik pada siklus I yang perlu di perbaiki pada siklus II pada materi Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya karena masih dibawah nilai KKM 2,66 sebanyak 15% di perdalam atau diulang karena sudah memiliki nilai tuntas KKM 75%.
Prestasi belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan  hasil belajar oleh seseorang dapat di lihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik.
Refleksi siklus 1
Refleksi Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya  , yang perlu kita lakukan tentang:1)Apa yang berhasil? a)Peningkatan kompetensi peserta didik, berupa:(1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan peserta didik memahami dan menyelesaikan soal diskusi, kemampuan memahami tentang (1) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya  75,7% 2) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan material pembentuknya 82%,3) . Mengklasifikasikan struktur berdasarkan elemen utamanya 85%, peserta didik  mencapai KKM 2,66 (2)  Ketrampilan (skill), yaitu kemampuan menghitung dengan benar dan cepat, peserta didik sudah    dapat melakukan penghitungan  dengan cepat dan tepat, biarpun belum semua .(3)  Sikap (attittude), yaitu keyakinan akan kemampuan diri, optimis,objektif,tanggung jawab,rasional da realistis, rasa aman,ambisi normal,mandiri,tidak mementingkan diri sendiri atau toleransi. Sebasar 61,9% b) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan keaktifan belajar 48,6%, pencapaian kompetensi Mekanika Teknik.,   c.) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan  pencapaian keaktifan belajar,48,6% peserta didik pada siklus 1. Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, memiliki keaktifan belajar , 2) Apa Yang belum berhasil?
Jumlah peserta didik yang mencapai KKM 2,66 dari sejumlah siswa 33 anak baru 27 peserta didik dengan prosentase ketuntasan kompetensi 78,8 % , perlu dicari  penyebabnya. Observasi dan wawancara dilakukan pada siklus I. Menurut pak Heri dikatakan bahwa peserta didik  saat melakukan diskusi menunjukan bahwa siswa belum sepenuhnya mampu mengikuti aturan main dalam diskusi tersebut. Dalam wawancara merupakan metode penelitian yang kurang efektif karena baik dalam soal waktu, tenaga. Dalam wawancara dibutuhkan waktu lama bila dibandingkan dengan



Dari data diatas nilai yang di capai pada hasil tes siklus II oleh peserta didik, materi. Mengklasifikasikan desain struktur, Menjabarkan kriteria pembebanan struktur, Mengklasifikasikan permodelan analisis gempa, 44,9%, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik (>85) kategori sangat baik, 44,1 %, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik ( 76 – 85) katagori baik, 10,9 %, dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori cukup, 0% dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori kurang. Nilai rata rata 83,3%, dan jumlah siswa yag tuntas 87,9%. Dari hasil tes Mekanika Teknik pada siklus II.
a) Komparasi nilai kompetensi Mekanika Teknik pada siklus I dan nilai kompetensi Mekanika Teknik pada siklus II dapat dilihat dalam grafik 1



grafik 1.  Komparasi Nilai kompetensi mekanika teknik pada prasiklus,  Siklus I dan Siklus II
Hasil penilaian prestasi belajar mata pelajaran mekanika teknik, ada kenaikan kompetensi mekanika teknik.
b) Komparasi nilai sikap percaya diri peserta didik pada siklus I dan nilai sikap percaya diri peserta didik  pada siklus II dapat dilihat dalam grafik 2 sebagai berikut:

Grafk 2  Komparasi  Pencapaian data presentase respons  skala sikap percaya diri pada siklus 1 dan  2
c) Komparasi pencapaian kretifitas belajar peserta didik pada siklus I dan siklus 2

Grafik 3. Pencapaian  sikap percaya diri  peserta didik pada siklus 1dan 2

Refleksi siklus 2
Refleksi siklus 2 mengidentifikasi criteria desain struktur , yang perlu kita lakukan tentang:a) Peningkatan kompetensi peserta didik, berupa:1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan peserta didik memahami dan menyelesaikan soal diskusi, kemampuan memahami tentang (1) . Mengidentifikasi kriteria desain struktur 82%. (2)  menjabarkan kriteria pembebenan struktu91%, mengklasifikasikan permodelan analisis gempa peserta didik  94%, dengan   mencapai KKM 2,66. 2)  Ketrampilan (skill), yaitu aktif berdiskusi, aktif mencari sumber belajar, efektifvitas pemanfaatan waktu, partiipasi setiap anggota kelompok yang baik, lancar pada saat presentasi, lancar pada saat menjawab pertanyaan antar kelompok, memahami tugas masing-masing dalam kelompok, dapat menyimpulkan masalah, mengajukan pertanyaan dan mengemukakan diri, rapi dan lengkap menyimpulkan hasil diskusi. Sebesar 83,8 % (3)  Sikap (attittude), yaitu keyakinan akan kemampuan diri, optimis,objektif,tanggung jawab,rasional da realistis, rasa aman,ambisi normal,mandiri,tidak mementingkan diri sendiri atau toleransi. Sebasar 86,2% ,b) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan  pencapaian kompetensi mekanika teknik. Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, sudah  mencapai nilai KKM secara klasikal 87,9% dari jumlah siswa sebanyak 33 siswa, tetapi sudah ada peningkatan dari hasil nilai rata rata kelas pada siklus 1: 80% dengan prosentase jumlah ketuntasan kopetensi 78.8% dan meningkat pada siklus ke II dengan nilai rata-rata kelas 83,3%, dan prosentase jumlah ketuntasan kompetensi 87,9% .c)  Dilihat dari hasil observasi selama proses pembelajaran sikap percaya diri  peserta didik mengalami peningkatan dilihat dari siklus I hasil rata-rata kelas 61,9% ( memiliki nilai sikap percaya diri dengan kualifikasi tinggi) dan rerata pada sikap percaya diri pada siklus II  sebesar 86,2% dengan kualifikasi sangat tinggi. Yang berarti mengalami peningkatan pada sikap percaya diri.    d) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan  pencapaian keaktifan belajar peserta didik. Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, memiliki keaktifan belajar pada siklus I memiliki rerata 48,6% dengan kualifikasi sedang, secara klasikal  dari jumlah siswa sebanyak 33 siswa, tetapi sudah ada peningkatan dari hasil nilai rata rata kelas pada siklus II: 83,8% dengan kualifikasi sangat tinggi, yang berarti sudah ada peningkatan keaktifan belajar dari siklus I dan Siklus II.Dari proses pembelajaran pada siklus II sudah mencapai KKM pada pelajaran mekanika teknik mencapai 87,9% dari peserta didik terpenuhi. a) Untuk meningkatkan perilaku belajar peserta didik supaya memiliki sikap mandiri dalam belajar. Lalu upaya apa yang dapat dilakukan orang tua untuk membiasakan anak agar tidak cenderung menggantungkan diri pada seseorang, serta mampu mengambil keputusan? (1) Beri kesempatan memilih. Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya, bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya.(2). Hargailah usahanya. Hargailah sekecil apa pun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi. Orang tua biasanya tidak sabar menghadapi anak yang membutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri kaleng permennya, terutama bila saat itu ibu sedang sibuk di dapur, misalnya. (3) Hindari banyak bertanya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tua, yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet. (4) Jangan langsung memberi jawaban. Meskipun salah satu tugas orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak, namun sebaiknya orang tua tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tugas Andalah untuk mengoreksinya apabila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar. (5) Dorong untuk melihat alternatif. Sebaiknya anak pun tahu bahwa untuk mengatasi suatu masalah, orang tua bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Untuk itu, cara yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan memberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong. (6) Jangan patahkan semangatnya. Tak jarang orang tua ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa dengan mengatakan “mustahil” terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Apabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus melakukanya. Jangan sekali-kali Anda membuatnya kehilangan motivasi atau harapannya yang ingin dicapainya. b) Untuk meningkatkan kopetensi peserta didik atau kemampuan peserta didik, ada tiga macam ranah yang merupakan penggolongan hasil belajar yang perlu diperhatikan dalam setiap proses belajar –mengajar. Tiga ranah yang dimaksud adalah ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut sangat berkaitan erat dengan tujuan instraksional. Untuk merumuskan suatu tujuan instruksional, seorang guru perlu menetapkan lebih dahulu hasil belajar atau ranah manakah yang diharapkan dicapai siswa. (1) Ranah kognitif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual. (2) Ranah afektif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan dan minat. (3) Ranah psikomotorik mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ketrampilan fisik/ gerak yang ditunjang oleh kemampuan psikis.c) Untuk meningkatkan sikap optimis siswa pada proses belajar mekanika teknik maka orang yang optimis secara tak sadar akan menggunakan kemampuan dan kekuatannya yang efektif. Optimis adalah bagian dari keinginan untuk mewujudkan Harapan, Sebuah temuan mengungkap bahwa orang yang memiliki harapan optimis, umumnya memiliki kualitas di dalam diri yang antara lain: (1) Fokus, selektif, dan memiliki sasaran yang jelas. (2) Bisa menerima kenyataan hidup dengan kesadaran, tanpa banyak mengeluh. (3) Memiliki keyakinan untuk bangkit.( 4) Punya perasaan diberkati rahmat Tuhan. (5) Punya kemampuan untuk menikmati kehidupan. (6) Punya kemampuan menggunakan akal sehat dalam menghadapi tantang hidup. (7) Punya kemampuan untuk memperbaiki diri secara terus menerus. (8) Punya penghayatan yang baik terhadap kehidupan yang dijalani sehingga bisa membedakan yang salah dan yang benar, yang tepat dan yang menyimpang. (9) Percaya pada kemampuannya. (10) Memiliki perasaan yang baik terhadap dirinya. d)  Membantu siswa untuk mengurangi dari rasa takut, tidak seorangpun dapat melepaskan diri dari pengaruh ketakutan. Tetapi tak seorangpun  yang ingin takut.

PENUTUP

Simpulan
Simpulan dalam penelitian ini 1) meningkatkan proses pelaksanaan model pembelajaran quantum teaching dengan  group investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran, 2) meningkatkan keaktifan peserta didik kelas X TKK I SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum  Teaching dengan  Group investigasi, 3) meningkatkan prestasi belajar peserta didik setelah penyelengarakan model pembelajaran quantu Teaching dengan teknik  Group investigasi untuk kompetensi mekanika teknik  pada peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen kabupaten  Sragen.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini selanjutnya peneliti merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: Bagi guru disarankan untuk memantau perilaku sikap kemandirian, keaktifan belajar dan kopetensi belajar peserta didik, guru diharapkan dapat menyusun, menerapkan dan mengevaluasi pembelajaran, dengan membuat proses pembelajaran itu dibuat yang menyenangkan dan dibuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran sehingga terbentuk adanya imbal balik komunikasi antara guru dan siswa. Sehingga peserta didik dapat meningkatkan pencapaian standar kopetensi mekanika teknik sekurang-kurangnya mencapai nilai Kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 2,66 .

DAFTAR PUSTAKA.
Jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen / article /view /255/143
De Porter , Bobbi , Mark Reardon, dan Sarah Singer – Nourie. 2001. Quantum  Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning di ruang-ruang Kelas. Bandung : KAIFA.
http// Quantum teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1 febuari 2013
Kiranawati. 2014. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation). http: //gurupkn.wordpress.com/ 2014/07/11/ metode-investigasi-kelompok-group-investigation/. (Diakses tgl 11 juli 2014).
 Kusuma Wardani . 2008. Metode Quantum Teaching Dengan Study Group Untuk Peningkatan Prestasi Belajar Geografi
Udin S. Winaputra. 2001. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. Ke-1.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Siti Maesaroh. 2005. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Zainal Aqib.2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya



BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit