Oleh : Sugimin
Guru SMK N 2 Sragen
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan
potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep
kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran ( instruction ). Konsep belajar berakar
pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.
Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik
dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai
pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah
seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan
belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen,
yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran,
metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan
prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti
kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara psikologis akan
tampil dalam tingkah laku (over behavior)
yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya,
motorik dan gaya
hidupnya. Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya yang
menurut penulis penting adalah metodologi mengajar. Mengajar merupakan istilah
kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena
keeratan hubungan antara keduanya.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu
dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM)
bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun,
rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan
terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan
santunnya, motorik dan gaya hidupnya. Metodologi mengajar banyak ragamnya, kita
sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar
dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi
harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi
serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud/tercapai.
Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran
adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat
dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya
dituliskan secara garis besar dalam bentuk “materi pokok”. Menjadi tugas guru
untuk menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang
lengkap. Selain itu, bagaimana cara memanfaatkan bahan ajar juga merupakan
masalah. Pemanfaatan dimaksud adalah bagaimana cara mengajarkannya ditinjau
dari pihak guru, dan cara mempelajarinya ditinjau dari pihak murid.
Berkenaan dengan pemilihan bahan ajar ini,
secara umum masalah dimaksud meliputi cara penentuan jenis materi, kedalaman,
ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan (treatment)
terhadap materi pembelajaran, dsb. Masalah lain yang berkenaan dengan bahan
ajar adalah memilih sumber di mana bahan ajar itu didapatkan. Ada kecenderungan sumber bahan ajar
dititikberatkan pada buku. Padahal banyak sumber bahan ajar selain buku yang
dapat digunakan. Bukupun tidak harus satu macam dan tidak harus sering berganti
seperti terjadi selama ini. Berbagai buku dapat dipilih sebagai sumber bahan
ajar.
Termasuk masalah yang sering dihadapi guru
berkenaan dengan bahan ajar adalah guru memberikan bahan ajar atau materi
pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu
dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang
tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa. Berkenaan dengan
buku sumber sering terjadi setiap ganti semester atau ganti tahun ganti buku.
Sehubungan dengan itu, perlu disusun rambu-rambu
pemilihan dan pemanfaatan bahan ajar untuk membantu guru agar mampu memilih
materi pembelajaran atau bahan ajar dan memanfaatkannya dengan tepat.
Rambu-rambu dimaksud antara lain berisikan konsep dan prinsip pemilihan materi
pembelajaran, penentuan cakupan, urutan, kriteria dan langkah-langkah
pemilihan, perlakuan/pemanfaatan, serta sumber materi pembelajaran.
B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menginformasikan
bagi para pembaca khususnya guru mata pelajaran kewirausahaan, bahwa betapa
pentingnya metodologi mengajar dikuasai oleh pendidik, dan diusahakan
metodologi yang dimiliki pendidik pada saat praktek disesuaikan dengan tipe
belajar siswa, sehingga diharapkan materi yang kita sampaikan terekam dan
tercerna oleh peserta didik, dan dapat ditunjukan oleh mereka pada sikap dan
prilaku dalam kesehariannya.
Selain itu juga dimakudkan untuk memberi rambu-rambu
pemilihan dan pemanfaatan bahan ajar khususnya mata pelajaran kewirausahaan
untuk membantu guru agar mampu memilih materi pembelajaran atau bahan ajar dan
memanfaatkannya dengan tepat. Rambu-rambu dimaksud antara lain berisikan konsep
dan prinsip pemilihan materi pembelajaran, penentuan cakupan, urutan, kriteria
dan langkah-langkah pemilihan, perlakuan/pemanfaatan, serta sumber materi
pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Bahan Ajar
(Materi Pembelajaran)
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis
besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara
terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta,
konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek,
peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dsb. (Ibu kota Negara RI
adalah Jakart; Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945). Termasuk materi
konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu
obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan
lengan-lengannya).
Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium,
postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan
“jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus
menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.
Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan
dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu
tugas. Misalnya langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskup, cara
menyetel televisi. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan
dengan sikap atau nilai, misalnya nilai
kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar,
semangat bekerja, dsb.
Untuk membantu memudahkan memahami keempat jenis materi pembelajaran
aspek kognitif tersebut, perhatikan tabel di bawah ini.
Tabel 1: Klasifikasi Materi
Pembelajaran Menjadi Fakta, Konsep, Prosedur, dan Prinsip
No.
|
Jenis Materi
|
Pengertian dan contoh
|
1.
|
Fakta
|
Menyebutkan kapan, berapa, nama, dan di mana.
Contoh:
Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945;
Seminggu ada 7 hari; Ibu kota Negara RI Jakarta; Ujung Pandang terletak di
Sulawesi Selatan.
|
2.
|
Konsep
|
Definisi, identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri
khusus.
Contoh:
Hukum ialah peraturan yang harus dipatuh-taati,
dan jika dilanggar dikenai sanksi berupa denda atau pidana.
|
3.
|
Prinsip
|
Penerapan dalil, hukum, atau rumus.
(Jika…maka….).
Contoh:
Hukum permintaan dan penawaran (Jika penawaran
tetap permintaan naik, maka harga akan naik).
|
4.
|
Prosedur
|
Bagan arus atau bagan alur
(flowchart), algoritma, langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut.
Contoh:
Langkah-langkah
menjumlahkan pecahan ialah:
1.
Menyamakan penyebut
2.
Menjumlahkan pembilang dengan
dengan pembilang dari penyebut yang telah disamakan.
3.
Menuliskan dalam bentuk
pecahan hasil penjumlahan pembilang dan penyebut yang telah disamakan.
|
Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus
diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak
siswa bahan ajar itu harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen
penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar.
B. Pemilihan Bahan Ajar Dalam
Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Pembelajaran berbasis kompetensi didasarkan atas
pokok-pokok pikiran bahwa apa yang ingin dicapai oleh siswa melalui kegiatan
pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas. Perumusan dimaksud diwujudkan dalam
bentuk standar kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Standar
kompetensi meliputi standar materi atau standar isi (content standard) dan
standar pencapaian (performance standard).
Standar materi berisikan jenis, kedalaman, dan ruang lingkup materi
pembelajaran yang harus dikuasi siswa, sedangkan standar penampilan berisikan
tingkat penguasaan yang harus ditampilkan siswa. Tingkat penguasaan itu
misalnya harus 100% dikuasai atau boleh kurang dari 100%. Sesuai dengan
pokok-pokok pikiran tersebut, masalah materi pembelajaran memegang peranan
penting dalam rangka membantu siswa mencapai standar kompetensi.
Kapankah materi pembelajaran atau bahan ajar ditentukan
atau dipilih? Dalam rangka
pelaksanaan pembelajaran, termasuk pembelajaran berbasis kompetensi, bahan ajar
dipilih setelah identitas mata pelajaran, standar kompetensi, dan kompetensi
dasar ditentukan. Seperti diketahui, langkah-langkah pengembangan pembelajaran
sesuai KBK antara lain pertama-tama
menentukan identitas matapelajaran. Setelah itu menentukan standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, strategi pembelajaran/pengalaman
belajar, indikator pencapaian, dst. Setelah pokok-pokok materi pembelajaran
ditentukan, materi tersebut kemudian diuraikan. Uraian materi pembelajaran
dapat berisikan butir-butir materi penting (key
concepts) yang harus dipelajari siswa atau dalam bentuk uraian secara
lengkap seperti yang terdapat dalam buku-buku pelajaran.
Seperti diuraikan di muka,
materi pembelajaran (bahan ajar) merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Secara garis besar, bahan ajar atau materi pembelajaran berisikan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa.
Materi pembelajaran
perlu dipilih dengan tepat agar seoptimal mungkin membantu siswa dalam mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Masalah-masalah yang timbul berkenaan
dengan pemilihan materi pembelajaran menyangkut jenis, cakupan, urutan,
perlakuan (treatment) terhadap materi
pembelajaran dan sumber bahan ajar. Jenis materi pembelajaran perlu
diidentifikasi atau ditentukan dengan tepat karena setiap jenis materi
pembelajaran memerlukan strategi, media, dan cara mengevaluasi yang
berbeda-beda. Cakupan atau ruang lingkup
serta kedalaman materi pembelajaran perlu diperhatikan agar tidak kurang dan tidak lebih. Urutan (sequence) perlu diperhatikan agar
pembelajaran menjadi runtut. Perlakuan (cara mengajarkan/menyampaikan dan
mempelajari) perlu dipilih setepat-tepatnya agar tidak salah mengajarkan atau
mempelajarinya (misalnya perlu kejelasan apakah suatu materi harus dihafalkan,
dipahami, atau diaplikasikan).
C.
Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan
Ajar
Ada beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran.
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan.
Prinsip relevansi artinya
keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada
hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai
misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta,
maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.
Prinsip konsistensi artinya
keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka
bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
adalah pengoperasian bilangan yang meliputi penambahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Prinsip kecukupan artinya
materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai
kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak
boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
D. Langkah-Langkah Pemilihan
Bahan Ajar
Sebelum melaksanakan pemilihan
bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau
materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini
berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di
satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi
atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau
merujuk pada standar kompetensi.
Setelah diketahui kriteria
pemilihan bahan ajar, sampailah kita pada langkah-langkah pemilihan bahan ajar.
Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama
mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah
berikutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah
ketiga memilih bahan ajar yang sesuai
atau relevan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber bahan ajar.
Secara lengkap,
langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat
dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebelum menentukan materi
pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa.
Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan
kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan
pembelajaran.
Setiap aspek standar
kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang
berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.
2. Identifikasi jenis-jenis materi
pembelajaran
Sejalan dengan berbagai jenis
aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi
jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran
aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987).
a. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama
orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan
lain sebagainya.
b. Materi konsep berupa pengertian, definisi,
hakekat, inti isi.
c. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus,
postulat adagium, paradigma, teorema.
d. Materi jenis prosedur berupa
langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah
menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.
e. Materi pembelajaran aspek afektif
meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan
penilaian.
f. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri
dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.
3. Memilih jenis materi yang sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar
Pilih jenis
materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan
pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa
dalam mencapai standar kompetensi.
Berpijak
dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai
dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
tersebut. Materi yang akan diajarkan
perlu diidentifikasi apakah
termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih
daripada satu jenis materi. Dengan
mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan
mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi
pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi
tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk
keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan
strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode
mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan
keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan
prosedur adalah “demonstrasi”.
Cara yang
paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan
adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa.
Dengan
mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus
kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau
psikomotorik. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk
mengidentifikasi jenis materi pembelajaran:
a. Apakah kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, simbul atau suatu peristiwa?
Kalau jawabannya “ya” maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah
“fakta”.
Contoh:
Nama-nama ibu kota kabupaten,
peristiwa sejarah, nama-nama organ tubuh manusia.
b. Apakah kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan
ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek
sesuai dengan suatu definisi ? Kalau
jawabannya “ya” berarti materi yang harus diajarkan adalah “konsep”.
Contoh :
Seorang guru menunjukkan
beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasikan atau
mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar serabut dan mana yang
berakar tunggang.
c. Apakah kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur
secara urut atau membuat sesuatu ? Bila “ya” maka materi yang harus diajarkan
adalah “prosedur”.
Contoh :
Langkah-langkah mengatasi
permasalahan dalam mewujudkan masyarakat demokrasi; langkah-langkah cara
membuat magnit buatan; cara-cara membuat sabun mandi, cara membaca sanjak, cara
mengoperasikan komputer, dsb.
d. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan
hubungan antara berbagai macam konsep ? Bila jawabannya “ya”, berarti materi pembelajaran yang harus
diajarkan termasuk dalam kategori “prinsip”.
Contoh :
Hubungan hubungan antara
penawaran dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika permintaan naik sedangkan penawaran
tetap, maka harga akan naik. Cara menghitung luas persegi panjang. Rumus luas
persegi panjang adalah panjang dikalikan lebar.
e. Apakah kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan
baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka
materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau
nilai.
Contoh:
Ali memilih mentaati
rambu-rambu lalulintas meskpipun terlambat masuk sekolah setelah di sekolah
diajarkan pentingnya mentaati peraturan lalulintas.
f. Apakah kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara fisik? Jika jawabannya “Ya”,
maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik.
Contoh:
Dalam pelajaran lompat tinggi,
siswa diharapkan mampu melompati mistar 125 centimeter. Materi pembelajaran
yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi.
4. Memilih sumber bahan ajar
Setelah
jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan
ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai
sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media
audiovisual, dsb.
E. Pengertian Metodologi Mengajar
Metodologi berasal dari bahasa
Latin " Meta " dan " Hodos " meta artinya jauh (melampaui),
Hodos artinya jalan (cara). Metodologi adalah ilmu mengenai cara-cara mencapai
tujuan. Dalam pengajaran suatu bahan pelajaran maka guru sebagai pembimbing,
pengasuh dan petunjuk jalan untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, harus
berusaha seoptimal mungkin untuk mencapai dan memelihara situasi dalam belajar
mengajar yang baik sehingga siswa memperoleh hasil sesuai dengan yang
diinginkan.
Dalam hal ini guru harus
mengetahui komponen-komponen apa saja yang harus diperhatikan di dalam proses
belajar mengajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh syarat-syarat metode
mengajar antara lain :
1. Membangkitkan motivasi, minat atau gairah
belajar siswa.
2. Menjamin perkembangan kegiatan kepribadian
murid.
3. Memberi kesempatan bagi ekspresi yang kreatif
dari kepribadian murid.
4. Merangsang murid dalam teknik belajar sendiri
cara memperoleh pengetahuan melalui usaha sendiri.
5. Mendidik murid dalam teknik belajar sendiri
cara memperoleh pengetahuan melalui usaha sendiri.
6. Meniadakan pengajaran bersifat verbalitas dan
menggantikannya dengan pengalaman atau situasi yang nyata.
7. Menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan
sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam
kehidupan sehari-hari. (M. Ali, 1987 : 30).
Pendapat senada juga
disampaikan oleh Winarno Surahmad dalam bukunya Metodologi Pengajaran Nasional,
"Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai
tujuan. Makin baik metode itu makin efektif pula pencapaian tujuan. Untuk
menetapkan baik buruknya metode dilihat dari faktor utamanya yaitu tujuan yang
ingin dicapai." (Winarno.S, 1996 : 75).
Metode mengajar adalah
"Cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada
saat berlangsungnya pengajaran." (Nana Sudjana, 1991 : 76).
"Metode merupakan cara
atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dalam
belajar metode digunakan dengan tujuan mendapatkan pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan. Cara-cara yang dipakai itu akan jadi kebiasaan."(Slameto,
1987 : 84).
Memang, untuk mencapai tujuan
harus diusahakan secara maksimal agar apa yang ingin dicapai memiliki nilai
yang bagus. Apalagi dalam usaha mendidik siswa, seorang guru harus pintar dan
rasional. Gurulah yang berperan sebagai motivator dituntut dapat memberikan
bentangan jalan yang luas bagi siswa untuk mampu belajar secara mandiri.
Bentangan jalan yang luas itu dapat diberikan melalui penggunaan metode-metode
mengajar yang sesuai.
"Suatu persoalan,
bagaimana kita harus memilih metode-metode itu pada waktu mengajar. Hal ini
tergantung kepada apa tujuan kita mengajar, bahan apa yang akan diajarkan,
siapa murid yang kita ajar serta fasilitas apa yang dipergunakan. Namun
demikian dalam suatu peristiwa mengajar, ada salah satu metode utama yang
digunakan." (Engkoswara, 1984 : 46).
Kutipan di atas merupakan
prasyarat yang dapat dijadikan pedoman oleh guru, sehingga guru mendapat suatu
cara yang efektif dalam mendidik siswa. Guru juga harus berusaha
membeda-bedakan kegunaan suatu metode sehingga guru tersebut jauh dari
kemiskinan penguasaan metode mengajar.
F. Metode Mengajar
Beberapa metode mengajar yang dapat divariasikan oleh
pendidik diantaranya :
1.
Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang
pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah
dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk
menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur
atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
Beberapa kelemahan
metode ceramah adalah :
- Membuat siswa pasif
- Mengandung unsur paksaan kepada siswa
- Mengandung daya kritis siswa (
Daradjat, 1985)
- Anak didik yang lebih tanggap dari
visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya
dapat lebih besar menerimanya.
- Sukar mengontrol sejauhmana
pemerolehan belajar anak didik.
- Kegiatan pengajaran menjadi
verbalisme (pengertian kata-kata).
- Bila terlalu lama
membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Beberapa kelebihan
metode ceramah adalah :
- Guru
mudah menguasai kelas.
- Guru
mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
- Dapat
diikuti anak didik dalam jumlah besar.
- Mudah
dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
2. Metode diskusi ( Discussion method )
Muhibbin Syah ( 2000 ),
mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat
hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga
disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (
socialized recitation ).
Metode diskusi
diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan
pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah
pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban
atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan
pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi
sebagai berikut :
- Menyadarkan
anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
- Menyadarkan
ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat
secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
- Membiasakan
anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah,
2000)
Kelemahan metode diskusi
sebagai berikut :
- tidak
dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
- Peserta
diskusi mendapat informasi yang terbatas.
- Dapat
dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
- Biasanya
orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah,
2000)
3. Metode demontrasi ( Demonstration method )
Metode demonstrasi
adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan
urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan
media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).
Metode demonstrasi
adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara
kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri
Djamarah, ( 2000).
Manfaat psikologis
pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
- Perhatian
siswa dapat lebih dipusatkan .
- Proses
belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
- Pengalaman
dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa
(Daradjat, 1985)
Kelebihan metode
demonstrasi sebagai berikut :
- Membantu
anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu
benda.
- Memudahkan
berbagai jenis penjelasan .
- Kesalahan-kesalahan
yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan
contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000).
Kelemahan metode
demonstrasi sebagai berikut :
- Anak
didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
- Tidak
semua benda dapat didemonstrasikan
- Sukar
dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
4. Metode ceramah plus
Metode ceramah plus adalah
metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah
gabung dengan metode lainnya. Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam
metode ceramah plus yaitu :
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
(CPTT).
Metode ini adalah metode
mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
Metode campuran ini idealnya
dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh
guru.
2). Pemberian peluang bertanya
jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada
siswa.
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
(CPDT)
Metode ini dilakukan secara
tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan
materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan
latihan (CPDL)
Metode ini dalah merupakan
kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan
memperagakan dan latihan (drill)
5. Metode resitasi ( Recitation method )
Metode resitasi adalah suatu
metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan metode resitasi
sebagai berikut :
- Pengetahuan
yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat
lebih lama.
- Anak
didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil
inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah,
2000)
Kelemahan metode resitasi
sebagai berikut :
- Terkadang
anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil
pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
- Terkadang
tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
- Sukar
memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000)
6. Metode percobaan ( Experimental method )
Metode percobaan adalah metode
pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih
melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)
Metode percobaan adalah suatu
metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
Kelebihan metode percobaan
sebagai berikut :
- Metode
ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau
buku.
- Anak
didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi
(menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
- Dengan
metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan
baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan metode percobaan
sebagai berikut :
- Tidak
cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan
mengadakan ekperimen.
- Jika
eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti
untuk melanjutkan pelajaran.
- Metode
ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
7.
Metode Karya Wisata ( Study tour method )
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang
dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan
dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh
pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
- Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
- Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
- Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
- Memerlukan
persiapan yang melibatkan banyak pihak.
- Memerlukan
perencanaan dengan persiapan yang matang.
- Dalam
karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama,
sedangkan unsur studinya terabaikan.
- Memerlukan
pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di
lapangan.
- Biayanya
cukup mahal.
- Memerlukan
tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan
keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
8. Metode latihan keterampilan ( Drill method )
Metode latihan keterampilan
adalah suatu metode mengajar, dimana siswa diajak ke tempat latihan
keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara
menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan
keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
Kelebihan metode latihan
keterampilan sebagai berikut :
- Dapat
untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf,
membuat dan menggunakan alat-alat.
- Dapat
untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan,
pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
- Dapat
membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan
keterampilan sebagai berikut :
- Menghambat
bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa
kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
- Menimbulkan
penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
- Kadang-kadang
latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang
monoton dan mudah membosankan.
- Dapat
menimbulkan verbalisme.
9. Metode mengajar beregu ( Team teaching method )
Metode mengajar beregu adalah
suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang
masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai
kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung.
Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan
team pendidik tersebut.
10. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )
Metode mengajar sesama teman
adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri
11. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )
Metode ini adalah suatu metode
mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.
12. Metode perancangan ( project method )
yaitu suatu metode mengajar
dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek
kajian.
Kelebihan metode perancangan
sebagai berikut :
- Dapat
merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan
menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan.
- Melalui
metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan
berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode perancangan
sebagai berikut :
- Kurikulum
yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun
horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
- Organisasi
bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan
memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan
untuk ini.
- Harus
dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup
fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
- Bahan
pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang
dibahas.
13. Metode Bagian ( Teileren method )
yaitu suatu metode mengajar
dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung
lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
14. Metode Global (Ganze method )
yaitu suatu metode mengajar
dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa
yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.
Metode mengajar yang dimiliki
pendidik usahakan divariasikan, agar siswa-siswi dalam kelas yang tipe
belajarnya pasti beragam itu dapat menerima, mencerna, menguasai materi yang
diberikan oleh pendidik seefisien dan seefektif mungkin. Bagaimana agar yang
kita harapkan itu menjadi kenyataan? Salah satu solusinya adalah pendidik
disamping menguasai beberapa metode mengajar, harus tahu juga tipe belajar para
siswanya. Supaya sinkron antara metode mengajar pendidik dengan tipe belajar
peserta didik. Artinya metode yang digunakan dalam megajar telah disesuaikan
dengan tipe belajar peserta didik. Misal tipe belajar siswa visual, maka akan
lebih mudah dicerna oleh siswa apabila guru mengajar dengan slide, makalah,
atau digambarkan langsung di papan tulis. Untuk itu mari kita lihat beberpa
tipe belajar siswa .
BAB III
MEMILIH BAHAN AJAR DAN METODE PENGAJARAN
A. Penentuan Cakupan Bahan
Ajar
Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan
urutan penyampaian materi pembelajaran penting diperhatikan. Ketepatan dalam
menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi pembelajaran akan
menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak,
terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan
memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran.
1.
Penentuan cakupan bahan ajar
Dalam menentukan cakupan atau ruang
lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah materinya berupa aspek
kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek
psikomotorik, sebab nantinya jika sudah
dibawa ke kelas maka masing-masing jenis materi tersebut memerlukan strategi
dan media pembelajaran yang berbeda-beda.
Selain memperhatikan jenis materi
pembelajaran juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan
dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan
kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa
banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan
kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di
dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. Sebagai contoh, proses
fotosintesis dapat diajarkan di SD, SLTP dan SMU, juga di perguruan tinggi,
namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang pendidikan tersebut akan
berbeda-beda. Semakin tinggi jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan aspek
proses fotosintesis yang dipelajari dan semakin detail pula setiap aspek yang
dipelajari. Di SD dan SLTP aspek kimia disinggung sedikit tanpa menunjukkan
reaksi kimianya. Di SMU reaksi-reaksi kimia mulai dipelajari, dan di perguruan
tinggi reaksi kimia dari proses fotosintesis semakin diperdalam.
Prinsip berikutnya adalah prinsip
kecukupan (adequacy). Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi
juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari
suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Misalnya, jika suatu pelajaran
dimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada siswa di bidang jual beli, maka
uraian materinya mencakup: (1) penguasaan atas konsep pembelian, penjualan,
laba, dan rugi; (2) rumus menghitung
laba dan rugi jika diketahui pembelian dan penjualan; dan (3)
penerapan/aplikasi rumus menghitung laba
dan rugi.
Cakupan atau ruang lingkup materi perlu
ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid
terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan
kompetensi dasar yang ingin dicapai. Misalnya dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia: Salah satu kompetensi dasar yang diharapkan dimiliki siswa
"Membuat Surat Dinas ". Setelah diidentifikasi, ternyata materi
pembelajaran untuk mencapai kemampuan Membuat Surat Dinas tersebut termasuk
jenis prosedur. Jika kita analisis, secara garis besar cakupan materi yang
harus dipelajari siswa agar mampu membuat surat
dinas meliputi: (1) Pembuatan draft atau konsep surat ,
(2) Pengetikan surat ,
(3) Pemberian nomor agenda dan (4) Pengiriman. Setiap jenis dari keempat materi
tersebut masih dapat diperinci lebih lanjut.
2.
Penentuan urutan bahan ajar
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting
untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang
tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang
bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya.
Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi
penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika
materi pengurangan belum dipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan
ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok,
yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis.
a.
Pendekatan prosedural.
Urutan materi pembelajaran secara prosedural
menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah
melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan
peralatan kamera video.
- Pendekatan hierarkis
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis
menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas
ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk
mempelajari materi berikutnya.
Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang)
Soal ceritera tentang perhitungan laba rugi dalam jual
beli Agar siswa mampu menghitung laba atau rugi dalam jual beli (penerapan
rumus/dalil), siswa terlebih dahulu harus mempelajari konsep/ pengertian laba,
rugi, penjualan, pembelian, modal dasar (penguasaan konsep). Setelah itu siswa
perlu mempelajari rumus/dalil menghitung laba, dan rugi (penguasaan dalil).
Selanjutnya siswa menerapkan dalil atau prinsip jual beli (penguasaan penerapan
dalil).
Contoh lain tentang urutan operasi bilangan dapat
dilihat pada tabel berikut. Tabel 2: Contoh Urutan Materi pembelajaran Secara
Hierarkis
Kompetensi dasar
|
Urutan
Materi
|
1. Mengoperasikan bilangan
|
1.1.
Penjumlahan
1.2.
Pengurangan
1.3.
Perkalian
1.4.
Pembagian
|
B. Sumber Bahan Ajar
Sumber bahan ajar merupakan
tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam
mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya,
siswa ditugasi untuk mencari koran, majalah, hasil penelitian, dsb. Hal ini sesuai
dengan prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita
gunakan untuk mendapatkan materi
pembelajaran dari setiap standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di
bawah ini:
1.
Buku teks
Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat
dipilih untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Buku teks yang digunakan
sebagai sumber bahan ajar untuk suatu jenis matapelajaran tidak harus hanya
satu jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan
sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas.
2.
Laporan hasil penelitian
Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga
penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber
bahan ajar yang atual atau mutakhir.
3. Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)
Penerbitan berkala yang
berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk
digunakan sebagai sumber bahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai
hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang
telah dikaji kebenarannya.
4. Pakar bidang studi
Pakar atau ahli bidang studi
penting digunakan sebagai sumber bahan ajar. Pakar tadi dapat dimintai
konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman,
urutan, dsb.
5. Profesional
Kalangan professional adalah
orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya
tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan. Sehubungan dengan itu bahan ajar yang berkenaan
dengan eknomi dan keuangan dapat ditanyakan pada orang-orang yang bekerja di
perbankan.
6. Buku kurikulum
Buku kurikulm penting untuk
digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar
kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam
kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi. Gurulah yang harus menjabarkan
materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci.
7. Penerbitan berkala seperti harian,
mingguan, dan bulanan.
Penerbitan berkala seperti
Koran banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu
matapelajaran. Penyajian dalam koran-koran atau mingguan menggunakan bahasa
popular yang mudah dipahami. Karena itu baik sekali apa bila penerbitan
tersebut digunakan sebagai sumber bahan ajar.
8. Internet
Bahan ajar dapat pula
diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita dapat memperoleh segala
macam sumber bahan ajar. Bahkan
satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui
internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi.
9. Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset
audio)
Berbagai jenis media
audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita
dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui
siaran televisi.
10. Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya,
teknik, industri, ekonomi)
Berbagai lingkungan seperti
lingkungan alam, lingkungan social, lengkungan seni budaya, teknik, industri,
dan lingkungan ekonomi dapat digunakan sebgai sumber bahan ajar. Untuk
mempelajari abrasi atau penggerusan pantai, jenis pasir, gelombang pasang
misalnya kita dapat menggunakan lingkungan alam berupa pantai sebagau sumber.
Perlu diingat, dalam menyusun
rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut
hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya
menggantungkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber abahan ajar. Tidak
tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester
atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu
dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan
materi yang telah dipilih untuk diajarkan.
Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi
membantu siswa mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan
banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk mendapatkan materi
pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain.
C.
Langkah-Langkah Pemanfaatan Bahan Ajar
Strategi-strategi penyampaian
bahan ajar oleh Guru pada mata pelajaran kewirausahaan secara ringkas adalah
sebagai berikut.
1. Strategi urutan penyampaian simultan
Jika guru harus menyampaikan
materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan
penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru
kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global). Misalnya guru akan
mengajarkan materi Sila-sila Pancasila yang terdiri dari lima sila.
Pertama-tama Guru menyajikan lima sila sekaligus secara garis besar, kemudian
setiap sila disajikan secara mendalam.
2. Strategi urutan penyampaian suksesif
Jika guru harus manyampaikan
materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan
panyampaian suksesif, sebuah materi satu
demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan
materi berikutnya secara mendalam pula. Contoh yang sama, misalnya guru akan
mengajarkan materi Sila-sila Pancasila. Pertama-tama guru menyajikan sila pertama yaitu sila Ketuhanan Yang Maha
Esa. Setelah sila pertama disajikan secara mendalam, baru kemudian menyajikan
sila berikutnya yaitu sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Strategi penyampaian fakta
Jika guru harus manyajikan
materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat,
peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.) strategi yang
tepat untuk mengajarkan materi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sajikan materi fakta dengan lisan,
tulisan, atau gambar.
b. Berikan bantuan kepada siswa untuk
menghafal. Bantuan diberikan dalam bentuk penyampaian secara bermakna,
menggunakan jembatan ingatan, jembatan keledai, atau mnemonics, asosiasi
berpasangan, dsb. Bantuan penyampaian materi fakta secara bermakna, misalnya
menggunakan cara berpikir tertentu untuk membantu menghafal. Sebagai contoh,
untuk menghafal jenis-jenis sumber belajar digunakan cara berpikir: Apa, oleh
siapa, dengan menggunakan bahan, alat, teknik, dan lingkungan seperti apa?
Berdasar kerangka berpikir tersebut, jenis-jenis sumber belajar diklasifikasikan
manjadi: Pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Bantuan
mengingat-ingat jenis-jenis sumber belajar tersebut menggunakan jembatan
keledai, jembatan ingatan (mnemonics)
menjadi POBATEL (Pesan, orang bahan,
alat, teknik, lingkungan).
Bantuan menghafal berupa
asosiasi berpasangan (pair association) misalnya untuk mengingat-ingat di mana
letak stalakmit dan stalaktit pada pelajaran sains. Apakah stalaktit di atas
atau di bawah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pasangkan huruf T pada atas,
dengan T pada tit-nya stalaktit. Jadi stalaktit terletak di atas, sedangkan
stalakmit terletak di bawah.
Contoh lain penggunaan
jembatan keledai atau jembatan ingatan:
(1) PAO-HOA (Panas April-Oktober, Hujan Oktober – April). (2) Untuk menghafal nama-nama bulan yang
berumur 30 hari digunakan AJUSENO (April, Juni, September, Nopember).
4. Strategi penyampaian konsep
Materi pembelajaran jenis
konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep
adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan,
membandingkan, menggeneralisasi, dsb.
Langkah-langkah mengajarkan
konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi,
ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise)
misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik,
dan kelima berikan tes.
Contoh:
Penyajian konsep tindak pidana
pencurian
Langkah 1: Penyajian konsep
Sesuai pasal 362 KUHP, “Barang
siapa dengan sengaja mengambil barang milik orang lain dengan melawan hukum
dengan maksud untuk dimiliki dihukum dengan hukuman penjara
sekurang-kurangnya … tahun.”
Langkah 2: Pemberian bantuan
a. Murid dibantu untuk menghafal konsep
dengan kalimat sendiri, tidak harus hafal verbal terhadap konsep yang
dipelajari (dalam hal ini Pasal pencurian).
b. Tunjukkan unsur-unsur pokok konsep tindak
pidana pencurian, yaitu:
1) Mengambil barang (bernilai ekonomi)
2) Barang itu milik orang lain
3) Dengan melawan hukum (tanpa seijin yang
empunya)
4) Dengan maksud dimiliki (mengambil uang untuk
jajan).
Contoh positip: Wawan malam
hari masuk pekarangan Ali dengan merusak pintu pagar (sengaja) mengambil
(melawan hukum) material bangunan berupa besi beton (barang milik orang lain),
kemudian dijual, uangnya untuk membeli beras (dengan maksud dimiliki). Contoh
negatif/salah (bukan contoh tapi mirip): Badu meminjam sepeda Gani tidak
dikembalikan melainkan dijual uangnya untuk membeli makan. Dari contoh negatif
atau contoh yang salah ini, unsur-unsur “sengaja mengambil barang milik orang
lain dengan maksud dimiliki” terpenuhi, tetapi ada satu unsur yang tidak
terpenuhi, yaitu “melawan hukum”, karena “meminjam”. Jadi pengambilan barang
seijin yang empunya. Karena itu perbuatan tersebut bukan termasuk tindak pidana
pencurian, melainkan penggelapan.
Langkah 3: Latihan
Pertama-tama murid diminta
menghafal dengan kalimat sendiri (hafal parafrase) Kemudian murid diminta
memberikan contoh kasus pencurian lain selain yang dicontohkan oleh guru untuk
mengetahui pemahaman murid terhadap materi tindak pidana pencurian.
Langkah 4: Umpan balik
Berikan umpan balik atau
informasi apakah murid benar atau salah dalam memberikan contoh. Jika benar
berikan konfirmasi, jika salah berikan koreksi atau pembetulan.
Langkah 5: Tes
Berikan tes untuk menilai
apakah siswa benar-benar telah paham terhadap materi tindak pidana pencurian.
Soal tes hendaknya berbeda dengan contoh
kasus yang telah diberikan pada saat penyempaian konsep dan soal latihan untuk
menghindari murid hanya hafal tetapi tidak paham.
5. Strategi penyampaian materi pembelajaran
prinsip
Termasuk materi pembelajaran
jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law),
postulat, teorema, dsb.
Langkah-langkah mengajarkan
atau menyampaikan materi pembelajaran jenis prinsip adalah :
a. Sajikan prinsip
b. Berikan bantuan berupa contoh
penerapan prinsip
c. Berikan soal-soal latihan
d. Berikan umpan balik
e. Berikan tes.
Contoh:
Cara mengajarkan rumus
menghitung luas bujur sangkar dengan tujuan agar siswa mampu menerapkan rumus
tersebut.
Langkah 1: Sajikan rumus
Rumus menghitung luas bujur
sangkar adalah: Sisi X Sisi atau sisi kuadrat.
Langkah 2: Memberikan bantuan
Berikan bantuan cara menghafal
rumus dilengkapi contoh penerapan rumus menghitung luas bujur sangkar. Misalnya
sebuah karton bangun bujur sangkar dengan panjang sisi 30 cm.
Rumus: Luas bujur
sangkar = S X S.
Luas karton adalah 30 X 30 X 1 cm2 = 900 cm2.
Langkah 3: Memberikan latihan
Berikan soal-soal latihan
penerapan rumus dengan bilangan-bilangan yang berbeda dengan contoh yang telah
diberikan. Misalnya selembar kertas panjangnya
berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 40 cm. Hitunglah luasnya.
Langkah 4: Memberikan umpan
balik
Beritahukan kepada siswa
apakah jawaban mereka betul atau salah. Jika betul berikan penguatan atau
konfirmasi. Misalnya, “Ya jawabanmu
betul”. Jika salah berikan koreksi atau pembetulan.
Langkah 5: Berikan tes
Berikan soal-soal tes
secukupnya menggunakan bilangan yang berbeda dengan soal latihan untuk
meyakinkan bahwa siswa bukan sekedar hafal soal tetapi betul-betul menguasai
cara menghitung luas bujur sangkar.
6. Strategi penyampaian prosedur
Tujuan mempelajari prosedur
adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan
sekedar paham atau hafal.
Termasuk materi pembelajaran
jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.
Misalnya langkah-langkah menyetel televisi.
Langkah-langkah mengajarkan
prosedur meliputi:
a. Menyajikan prosedur
b. Pemberian bantuan dengan jalan
mendemonstrasikan bagaimana cara melaksanakan prosedur
c. Memberikan latihan (praktek)
d. Memberikan umpan balik
e. Memberikan tes.
Contoh:
Prosedur menelpon di telpon
umum koin.
Langkah-langkah mengajarkan
prosedur:
Langkah 1: Menyajikan prosedur
Sajikan langkah-langkah atau
prosedur menelpon dengan menggunakan bagan arus (flow chart)
Langkah 2: Memberikan bantuan
Beri bantuan agar murid hafal,
paham, dan dapat menelpon dengan jalan mendemonstrasikan cara menelpon.
Langkah 3: Pemberian latihan
Tugasi siswa paraktek berlatih
cara menelpon.
Langkah 4: Pemberian umpan
balik
Beritahukan apakah yang
dilakukan siswa dalam praktek sudah betul atau salah. Beri konfirmasi jika
betul, dan koreksi jika salah.
Langkah 5: Pemberian tes
Berikan tes dalam bentuk “do
it test”, artinya siswa disuruh praktek, lalu diamati.
7. Strategi mengajarkan/menyampaikan materi
aspek afektif
Termasuk materi pembelajaran
aspek sikap (afektif) menurut Bloom (1978) adalah pemberian respons, penerimaan
suatu nilai, internalisasi, dan penilaian.
Beberapa strategi mengajarkan
materi aspek sikap antara lain:
penciptaan kondisi, pemodelan atau contoh, demonstrasi, simulasi,
penyampaian ajaran atau dogma.
Contoh:
Penciptaan kondisi. Agar
memiliki sikap tertib dalam antrean, di depan loket dipasang jalur untuk antri
berupa pagar besi yang hanya dapat dilalui seorang demi seorang secara bergiliran.
Pemodelan atau contoh:
Disajikan contoh atau model seseorang baik nyata atau fiktif yang perilakunya
diidolakan oleh siswa. Misalnya tokoh Bima dalam Mahabarata. Sifat Bima yang
gagah berani dapat menjadi idola anak.
Adapun strategi mempelajari
bahan ajar oleh siswa pada mata pelajaran kewirausahaan adalah sebagai berikut.
Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment)
terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan
kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi
pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran.
Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu menghafal, menggunakan, menemukan, dan memilih.
Penjelasan dan contoh disajikan sebagai berikut:
1. Menghafal (verbal ¶frase)
Ada dua jenis menghafal, yaitu
menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember
paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya.
Terdapat materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa
adanya, misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah,
nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi
pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat
diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting
siswa paham atau mengerti, misalnya paham
inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.
2. Menggunakan/mengaplikasikan (Use)
Materi pembelajaran setelah
dihafal atau dipahami kemudian digunakan
atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki
kemampuan untuk menggunakan, menerapkan
atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari.
Penggunaan fakta atau data
adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Contoh, berdasar hasil penggalian ditemukan fakta
terdapatnya emas perhiasan yang sudah jadi, setengah jadi, perhiasan yang telah
rusak, tungku, bahan emas batangan di bekas peninggalan sejarah di desa
Wonoboyo Klaten Jawa Tengah. Dengan menggunakan fakta tersebut, ahli sejarah
berkesimpulan bahwa lokasi tersebut tempat
bekas pengrajin emas.
Penggunaan materi konsep
adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Seperti diketahui, dalil
atau rumus merupakan hubungan antara beberapa konsep. Misalnya, dalam berdagang “Jika penjualan lebih besar
daripada biaya modal maka akan terjadi laba atau untung”. Konsep-konsep dalam
jual beli tersebut meliputi penjualan, biaya modal, laba, untung, dan konsep
“lebih besar”.
Selain itu, penguasaan atas
suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi dan membedakan. Contoh, seorang
anak yang telah memahami konsep “jam adalah alat penunjuk waktu”, akan dapat menggeneralisir bahwa
bagaimanapun berbeda-beda bentuk dan ukurannya, dapat menyimpulkan bahwa benda
tersebut adalah jam.
Penerapan atau penggunaan
prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Contoh, seorang
siswa yang telah mampu menghitung luas
persegi panjang setelah mempelajari rumusnya, dapat menentukan luas persegi
panjang di manapun dan berapapun besarnya panjang dan lebar persegi panjang
yang harus dihitung luasnya.
Penggunaan materi prosedur
adalah untuk dikerjakan atau
dipraktekkan. Seorang siswa yang telah hafal dan berlatih mengendarai sepeda motor, dapat mengendarai
sepeda motor tersebut.
Penggunaan prosedur
(psikomotorik) adalah untuk mengerjakan tugas atau melakukan suatu perbuatan.
Sebagai contoh, siswa dapat mengendarai sepeda motor setelah menghafal
langkah-langkah atau prosedur mengendarai sepeda motor.
Penggunaan materi sikap adalah
berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa
berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya
bersikap hemat.
3. Menemukan
Yang dimaksudkan penemuan
(finding) di sini adalah menemukan cara
memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang telah dipelajari.
Menemukan merupakan
hasil tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai
penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana
berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung
menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat
angin yang mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe, model, atau
maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.
4. Memilih
Memilih di sini menyangkut
aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari
pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi
terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.
D. Prinsip-Prinsip Dalam Memilih Metode Pengajaran Kewirausahaan
Mengenal suatu metode dengan
pemahaman yang mendalam merupakan keharusan bagi seorang guru. Untuk dapat menguasai metode tertentu
memang tidak sulit, tetapi dibutuhkan keberanian guru tersebut untuk
mempraktekkannya. Karena metode-metode mengajar itu sangat beranekaragam, maka
perlu konsep bagi seorang guru untuk memilih metode yang cocok dalam mengajar.
Tb. Bactiar Rivai, mengemukakan 5 prinsip dalam
memilih metode mengajar :
1. Azas maju berkelanjutan (continous progress)
yang artinya memberi kemungkinan kepada murid untuk mempelajari sesuatu sesuai
dengan kemampuannya.
2. Penekanan pada belajar sendiri artinya
siswa diberi kesempatan untuk mempelajari dan mencari sendiri bahan pelajaran
lebih banyak lagi daripada yang diberikan guru.
3. Bekerja secara team, dimana siswa dapat
mengerjakan sesuatu pekerjaan yang memungkinkan siswa bekerja sama.
4. Multidisipliner, artinya memungkinkan
siswa untuk mempelajari sesuatu meninjau dari berbagai sudut kesehatan,
keindahan atau pandangan orang lain.
5. Fleksibel, dalam arti dapat dilakukan
menurut keperluan dan keadaan. (Engkoswara, 1984:46)
Dengan memiliki pemahaman
secara umum tentang sifat suatu metode, seseorang akan lebih mudah menetapkan
metode yang paling mendukung untuk situasi dan kondisi kegiatan belajar
mengajar yang dihadapinya, dan dalam penerapannya metode dipengaruhi oleh
berbagai faktor :
1. Siswa, dengan berbagai tingkat
kematangannya.
2. Tujuan, dengan berbagai jenis dan
fungsinya.
3. Situasi, dengan berbagai jenis dan
keadaannya.
4. Fasilitas, dengan beranekaragam kwalitas
dan kwantitas.
5. Guru, dengan pribadi dan kemampuan
profesional yang berbeda.
(Lalu Muhammad Azhar, 1991:96)
Untuk mengklarifikasi baik
atau tidaknya suatu metode memang sulit, karena untuk menggolong-golongkan
metode itu harus dilihat nilai dan efektivitasnya, sebab metode yang kurang
baik ditangan seorang guru dapat menjadi metode yang baik sekali ditangan guru
lain. Yang cukup penting disini, guru diharapkan dapat menguasai teknik
pelaksanaannya.
Menurut M. Uzer Usman dalam
bukunya menjadi guru profesional menjelaskan bahwa dalam menciptakan kondisi
belajar mengajar yang efektif ada lima jenis variabel yang menentukan
keberhasilan belajar siswa, yaitu sebagai berikut :
1. Melibatkan siswa secara aktif
Mengajar adalah membimbing
kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. Dengan demikian aktivitas murid
sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga muridlah yang harus
banyak aktif, sebab murid sebagai subyek didik.
Aktivitas belajar murid yang
dimaksud di sini adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas
itu dapat digolongkan ke dalam beberapa hal antara lain :
Aktivitas visual seperti
membaca, menulis, dan demontrasi.
Aktivitas lisan seperti
bercerita, diskusi.
Aktivitas mendengarkan seperti
mendengarkan penjelasan guru.
Aktivitas menulis seperti
mengarang, membuat surat.
(M. Uzer, 1985:17).
2. Menarik Minat dan Perhatian Siswa
Kondisi belajar mengajar yang
efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan
suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Sedangkan perhatian
sifatnya sementara, ada kalanya timbul dan ada kalanya hilang. Minat ini besar
sekali pengaruhya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan
sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak akan melakukan
sesuatu.
Keterlibatan siswa dalam
belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat murid, baik yang bersifat kognitif
seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif seperti motivasi,
rasa percaya diri, dan minatnya.
"Minat siswa merupakan
faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi afektif
merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar." (William James, 1890:13).
3. Peragaan dalam pengajaran
Alat peraga pengajaran adalah
alat-alat yang digunakan oleh guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas
materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya
verbalisme pada diri siswa. Pelajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu
akan segera membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa
gembira atau senang karena mereka merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang
diterimanya. Belajar akan lebih efektif jika dibantu alat peraga pengajaran
daripada bila siswa belajar tanpa dibantu alat peraga.
Dalam pemilihan alat peraga
yang hendak digunakan oleh guru haruslah diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan
kematangan dan pengalaman siswa serta individual dalam kelompok.
2. Alat yang dipilih harus tepat, memadai dan
mudah digunakan.
3. Harus direncanakan dengan teliti dan
diperiksa lebih dahulu.
4. Penggunaan alat peraga disertai dengan
kelanjutannya seperti diskusi, analisis, dan evaluasi.
5. Sesuai dengan batas kemampuan biaya. (M.
Uzer, 1985:27).
Sedangkan alat peraga itu
banyak macam dan ragamnya, guru harus menyesuaikan dengan mata pelajaran dan
pokok bahasan yang diajarkan. Salah satu contoh alat peraga yang dapat dipakai
dalam kewirausahaan adalah alat beberan simulasi. Dan pemilihan alat peraga ini
guru juga harus memikirkan manfaatnya antara lain :
1. Menarik minat siswa dalam belajar.
2. Mendorong anak untuk bertanya dan
berdiskusi karena ia mengetahui lebih banyak.
3. Menghemat waktu, guru tidak usah
menerangkan sesuatu dengan banyak perkataan, tetapi dengan memperlihatkan alat
peraga seperti gambar, benda yang
sebenarnya, atau lain-lain. Dengan mempergunakan alat peraga
diharapkan siswa akan lebih tertarik belajar dan proses belajar mengajar akan
lebih efektif. (M. Uzer, 1985:27).
Dari uraian-uraian diatas
jelaslah bahwa dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif lebih
ditekankan pada keterlibatan siswa yang lebih banyak dan harus dapat memilih
metode yang tepat dan sesuai dengan karakteristik pokok bahasan yang akan
diterima.
Masalah yang dihadapi bangsa
Indonesia sekarang adalah bagaimana dapat meneruskan nilai-nilai luhur kepada
generasi berikutnya dengan segala penyesuaian menuju masyarakat yang
dicita-citakan. Kewirausahaan sebagai salah satu mata pelajaran yang memegang
peranan penting dalam meneruskan nilai-nilai tersebut. Salah satu hal yang
menentukan keberhasilan pengajaran kewirausahaan adalah pemahaman
prinsip-prinsip dasar, dan ketepatan dalam memilih dan menggunakan metode
pendidikan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berkaitan
dengan uraian diatas, berikut adalah simpulan-simpulanyang dapat diambil :
a. Metode mengajar yang bervariasi perlu
dimiliki oleh pendidik dan dipraktekkan pada saat mengajar.
b. Tipe belajar peserta didik perlu diketahui
oleh pendidik, melalui observasi agar pendidik dapat menyesuaikan metode apa
yang akan diterapkan pada saat mengajar.
c. Tipe belajar siswa berbeda-beda, karena
banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya : lingkungan tempat tinggal,
keluarga, orang tua, dan sebagainya.
d. Pendidik yang bijaksana dalam pelaksanaan
pengajaran (pembelajaran) selalu berfikir bagaimana murid-muridnya, apakah
murid-muridnya dapat mengerti apa yang disampaikan, apakah murid mengalami
proses belajar, apakah materinya sesuai dengan pemahaman dan kematangan anak,
dan sebagainya.
B. Saran
a. Metode mengajar hendaknya disesuaikan
dengan tipe belajar siswa agar apa yang disampaikan dapat dicerna, dikuasai,
dan dimengerti oleh peserta didik.
b. Hendaknya pendidik mengenal dan memahami
peserta didiknya.
c. Pendidik hendaknya memiliki keterampilan
metode mengajar yang bervariasi.
d. Bagi mereka yang terlibat dalam dunia
keguruan, hendaknya secara antusias untuk meningkatkan perkembangan ilmu
pengetahuan , khususnya yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dalam
dunia pendidikan.
BAHAN ACUAN
Abdul
Gafur (1986). Disain instruksional:
langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan belajar mengajar. Sala:
Tiga Serangkai.
Abdul
Gafur (1987). Pengaruh strategi urutan
penyampaian, umpan balik, dan keterampilan intelektual terhadap hasil belajar
konsep. Jakarta : PAU
- UT.
Bloom et al. (1956). Taxonomy of educational objectives: the
classification of educational goals. New
York : McKay.
Center for Civics Education (1997).
National standard for civics and
governement. Calabasas CA : CEC Publ.
Dick, W. & Carey L. (1978). The systematic desgin of instruction. Illinois : Scott & Co. Publication.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum
(2001). Kebijakan pendidikan menengah
umum. Jakarta :
Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Edwards, H. Cliford, et.all (1988). Planning, teaching, and evaluating: a
competency approach. Chicago :
Nelson-Hall.
Hall, Gene E & Jones, H.L. (1976) Competency-based education: a process for the improvement of education. New Jersey : Englewood Cliffs, Inc.
Joice, B, & Weil, M. (1980). Models of teaching. New
Jersey : Englewood
Cliffs, Publ.
Kemp, Jerold (1977). Instructional design: a plan for unit and curriculum development. New Jersey : Sage
Publication.
Kaufman, Roger A. (1992). Educational systems planning. New Jersey : Englewood Cliffs.
Marzano RJ & Kendal JS (1996). Designing standard-based districs, schools,
and classrooms. Vriginia: Assiciation for Supervision and Curriculum
Development.
McAshan, H.H. (1989). Competency-based education and behavioral
objectives. New Jersey :
Educational Technology Publications, Engelwood Cliffs.
Oneil Jr., Harold F. (1989). Procedures for instructional systems
development. New York :
Academic Press.
Reigeluth, Charles M. (1987) Instructional theories in action: lessons
illustrating selected theories and models. New Jersey :
Lawrence
Erlbaum Associates Publ.
Russell, James D. (1984). Modular instruction: a guide to design,
selection, utilization and evaluation of modular materials. Minneapolis : Burgess
Publishing Company.
.
MEMILIH BAHAN AJAR DAN METODE PENGAJARAN
YANG LEBIH BAIK PADA MATA DIKLAT
KEWIRAUSAHAAN DI SMK
Karya Tulis Ilmiah ini
ditulis untuk syarat mengajukan angka kredit kenaikan pangkat bagi guru dalam
lingkungan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Oleh
Sugimin
NIP.:
131402596
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMK NEGERI 2 SRAGEN
2007
PENGESAHAAN
Yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Sugimin,SE
Nip.: : 131402596
Alamat : Bangak Rt
03/I Sine Sragen
Telah membuat karya tulis
yang berjudul “ Memilih bahan ajar dan methode pengajaran yang lebih baik
pada mata diklat kewirausahaan di SMK “
Karya tulis ilmiah ini telah di sahkan oleh Kepala SMK Negeri 2
Sragen
Sragen, 30 Nopember 2007
Penulis
Sugimin,SE
Nip.: 131402596
Kepala SMK Negeri 2 Sragen Petugas
Perpustakaan
Drs. Subono ....................................
NIP;
131786985
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum
Wr. Wb.
Puji syukur
Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah S W T, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul:"Memilih
bahan ajar dan methode pengajaran yang lebih baik pada mata diklat
kewirausahaan di SMK".
Karya Tulis ini
ditulis untuk memenuhi syarat mengajukan angka kredit kenaikan pangkat bagi
guru di lingkungan Dinas Pendidikan dan
kebudayaan.
Kemudian pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada semua pihakyang telah membantu dalam penyelesaian karya
tulis ini.
Mudahan-mudahan
segala amal dan kebaikan dari semua pihak semoga mendapatkan imbalan yang
setimpal dari allah SWT.
Semoga karya tulis
ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Wassalamu'alaikum
Wr.Wb.
Sragen
30 Nopember 2007
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
……………………………………….………i
PENGESAHAN …………………………………… ………………ii
KATA PENGANTAR
………………………………………………iii
DAFTAR ISI
………………………………………………………..iv
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………..……….……1
A.
Latar Belakang………………………….……………………………….1
B.
Tujuan Penulisan………………………….………………………….…2
BAB II KAJIAN TEORI……………………………………………….…………4
A.
Pengertian Bahan Ajar (Materi Pembelajaran)…………………….........4
B.
Pemilihan Bahan Ajar Dalam
Pembelajaran Berbasis Kompetensi…..…6
C. Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan
Ajar ..................................................7
D. Langkah-Langkah Pemilihan Bahan
Ajar…………............................…8
E. Pengertian Metodologi
Mengajar……………........................................12
F. Metode Mengajar
……………………………......................………….14
BAB III MEMILIH BAHAN AJAR DAN
METODE PENGAJARAN...............
A.
Penentuan
Cakupan Dan Urutan Bahan Ajar ….....................................22
B.
Sumber
Bahan Ajar………………………………….....................……25
C.
Langkah-Langkah
Pemanfaatan Bahan Ajar…......................................27
D.
Prinsip-Prinsip
Dalam Memilih Metode Pengajaran Kewirausahaan….35
BAB IV
PENUTUP..............................................................................................
A. Kesimpulan
............................................................................................39
B. Saran.......................................................................................................39
BAHAN
ACUAN
Dan kami sangat berterimakasih, kepada anda yang telah meninggalkan komentarnya dibawah ini.
0 komentar:
Posting Komentar