Oleh : Y. Heru Styaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pendahuluan
1.
Latar belakang
Kompetensi
yang ada pada diri peserta didik, baik afektif, kognitif maupun psikomotorik
harus dimunculkan. Oleh karena itu tugas seorang guru harus bisa menciptakan
situasi pembelajaran yang bisa merangsang ide-ide peserta didik sesuai dengan
kemampuan peserta didik masing-masing. Salah satu cara dengan membuat situasi
pembelajaran yang bisa membangkitkan imajinasi peserta didik adalah dengan
memberikan pembelajaran dengan menggunakan metode-metode tertentu. Guru
dituntut untuk bisa menyampaikan materi pelajaran dengan menarik. Hal ini akan
berdampak pada antusias peserta didik dalam menerima pelajaran.
Dalam
pembelajaran pekerjaan sambungan kayu banyak peserta didik yang belum memahami atau
bahkan tidak tahu sama sekali apa itu sambungan kayu, hal ini disebabkan para
peserta didik baru pada peralihan antara pembelajaran yang ada
di SMP. Dampak dari ketidaktauan peserta didik adalah banyak yamg mendapatkan
nilai dibawah KKM.
Banyak para
guru mengajar dengan metode
konvensional, ceramah, mencatat. Dampak dari semua ini peserta didik banyak
yang ramai, main game atau bahkan ada yang tertidur. Guru belum menyampaikan
materi pelajaran dengan menggunakan metode-metode pembelajaran PAKEM, maka
dapat dipastikan hasil pembelajaran kurang maksimal
Untuk itu
dengan adanya penyampaian materi pembelajaran dengan metode kooperatif type
STAD ini diharapkan peserta didik dapat menerima materi pelajaran dengan
suasana dan keadaan yang berbeda. Peserta didik diajak untuk berani
menyampaikan argumentasi atau pendapatnya sendiri. Peserta didik diposisikan
sebagai orang yang dapat menerima atau memberi masukan dari temannya.
Para guru
mengharapkan semua peserta didik pada akhir pembelajaran dapat meningkat kreatifitasnya
dan prestasi belajar pekerjaan sambungan kayu meningkat.
2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
identifikasi masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu :
a.
Masih banyak peserta didik belum tahu apa itu sambungan
kayu
b.
Banyak para guru menyampaikan pembelajaran dengan cara
yang masih konvensional
c.
Peserta didik masih ada yang saat memerima materi
pelajaran kurang memperhatikan
d.
Situasi pembelajaran yang kurang menarik terhadap minat
siswa terhadap pembelajaran pekerjaan sambungan kayu
3.
Pembatasan Masalah
Dari uraian latar belakang dan
pembatasan masalah diatas, maka penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada :
a.
Kreatifitas
pembelajaran pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD
pada peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran
2012/2013
b.
Hasil belajar pekerjaan sambungan
kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta didik kelas X TKB 1
SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran 2012/2013
c.
Kreatifitas dan hasil belajar
pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta
didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran 2012/2013
4.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah :
a.
Apakah ada peningkatan kreatifitas
belajar pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada
peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran
2012/2013?
b.
Apakah ada peningkatan hasil belajar
pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta
didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen
semester 1 tahun pelajaran 2012/2013?
c.
Apakah ada peningkatan kreatifitas dan
hasil belajar pekerjaan sambungan kayu
melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2
Sragen semester 1 tahun pelajaran 2012/2013?
5.
Tujuan Penelitian
a.
Tujuan Umum
1)
Untuk meningkatkan kreatifitas
pembelajaran pekerjaan pada peserta
didik kelas X TKB 1 SMK N 2 Sragen
2)
Untuk meningkatkan hasil
belajar pada peserta didik kelas X TKB 1
SMK N 2 Sragen
3)
Untuk meningkatkan kreatifitas dan
hasil belajar peserta didik kelas X TKB 1 SMK N 2 Sragen
b.
Tujuan Khusus
1)
Untuk meningkatan kreatifitas
belajar pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada
peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran
2012/2013
2)
Untuk meningkatan hasil belajar
pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta
didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran 2012/2013
3)
Untuk meningkatan kreatifitas dan
hasil belajar pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD
pada peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran
2012/2013
6.
Manfaat Penelitian
a.
Manfaat Teoritis
1)
Memberikan sumbangan terhadap
pemgembangan mengenai peningkatan kreatifitas dan hasil belajar pekerjaan
sambungan kayu melalui melalui pendekatan kooperatif type STAD.
2)
Sebagai referensi bagi penelitian
selanjutnya.
b.
Manfaat Praktis.
1)
Bagi Peserta Didik
Peserta didik dapat merasakan sekaligus
melakukan kegiatan pembelajaran yang langsung peserta didik
lakukan sendiri.
2)
Bagi Guru
Guru yang belum melaksanakan pembelajaran
dengan metode PAKEM agar menjadi kajian baginya dalam pembelajaran
3)
Bagi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah akan semakin
tambah banyak buku-buku referensi yang berkaitan dengan model
pembelajaran, sehingga akan tambah wawasan bagi pengunjung perpustakaan baik
guru maupun peserta didik
4)
Bagi Sekolah
Sekolah akan sangat bermanfaat
dikarenakan akan semakin banyak guru yang melakukan penelitian akan menimbulkan
dampak minat untuk meneliti bagi guru-guru yang lain.
BAB II
LANDASAN
TEORETIS
1.
Kajian Teori
a.
Kreatifitas Belajar pekerjaan
sambungan kayu
1)
Hakekat Kreatifitas
Kreativitas
menurut Riyanto Yatim (2009:43) dalam bukunya “Paradikma
Baru Pembelajaran” adalah
suatu proses yang menuntut keseimbangan dan aplikasi dari ketiga aspek esensial
yaitu : 1) kecerdasan, 2) analitis, dan 3) praktis
Individu
yang potensial kreatif dapat dikenal dengan ciri-ciri yaitu hasrat
keingintahuannya tinggi, bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, banyak
akal, keinginan untuk menemukan/meneliti, cenderung mencari jawaban yang luas
dalam melaksanakan tugas, berfikir fleksibel, menanggapi pertanyaan yang
diajukan dengan jawaban yang banyak, kemampuan untuk membuat analisis
dan sintesis, memiliki semangat bertanya serta meneliti.
Ciri-ciri kepribadian yang kreatif ( Utami Munandar . 2009 : 35 ) adalah
: ( a ) selalu ingin tahu; ( b ) memiliki minat yang luas; ( c ) menyukai
kegemaran dan aktivitas yang kreatif
Kreativitas
adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya, seseorang
memperngaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada (Utami Munandar,
2009:12 )
Kreativitas
menurut Clark Moustakis ( 1967 ) dalam Utami Munandar ( 2009:18 ) pengalaman
mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu
dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.
2)
Hakekat Kreatifitas
Belajar
Menurut
Munandar dalam Sukmadinata ( 2004:104 ) kreativitas adalah kemampuan: a) untuk membuat kombinasi baru berdasarkan
data informasi atau unsur yang ada, b) berdasarkan data atau informasi yang
tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
penekanannya adalah pada kualitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban, c)
mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinilitas dalam berfikir serta kemampuan
untuk mengelaborasi suatu gagasan.
Menurut
Komite Penasehat Nasional bidang pendidikan kreatif dan pendidikan budaya yang
diterjemahkan oleh Craff ( 2005:291 ) menggambarkan kreativitas sebagai bentuk
aktivitas imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat original,
murni, dan asli.
Menurut
Munandar ( 2004:37 ) beberapa ciri pribadi yang kreatif yaitu imajinatif,
mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, senang
berpetualang, penuh energi, percaya diri mengambil resiko, dan berani
berpendirian dan berkeyakinan.
Dari uraian
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kreatifitas
belajar adalah suatu kondisi, sikap, kemampuan, dan proses perubahan tingkah
laku seseorang untuk menghasilkan produk atau gagasan, mencari pemecahan
masalah yang lebih efisien dalam proses belajar
3)
Hakekat Pekerjaan Sambungan
Mengingat kebutuhan konstruksi
dituntut memenuhi ukuran panjang / lebarnya yang ada di pasaran terbatas, maka
dilakukan hubungan / sambungan. Sambungan adalah bagian terlemah dari
konstruksi, oleh karena itu sambungan dibuat seaman mungkin dengan
aturan-aturan yang telah teruji.
Macam-macam
sambungan sesuai kenutuhan : 1) Sambungan melebar, untuk mencapai
lebar yang lebih dari bahan yang ada; 2) Sambungan
memanjang, biasanya sambungan untuk mendapatkan panjang yang dikehendaki; 3 )Sambungan
menyudut adalah sambungan dua atau lebih kayu untuk memenuhi konstruksi
tertentu.
4)
Hakekat Pekerjaan Sambungan Kayu
Pengertian
Kayu
Kayu dapat didefinisikan sebagai
sesuatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan,
sebagai bagian suatu pohon. Dalam pengolahannya lebih lanjut, perlu
diperhitungkan secara cermat bagian-bagian kayu manakah yang lebih banyak
dimanfaatkan untuk suatu tujuan tertentu , menurut JF Dumanauw ( 1982:13 ).
Sifat-sifat
umum kayu : ( 1 )Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat
simetri radial; ( 2 )Kayu disusun dari sel-sel yang memiliki bermacam-macam
type dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa
selulosa dan hemi selulosa serta berupa liguin; ( 3 )Semua kayu bersifat
anitropik yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut
tiga arah utamanya ( longitudinal, tangensial dan radial ); ( 3 )Kayu merupakan
suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan atau bertambah
kelembapannya akibat perubahan kelembapan dan suhu udara di sekitarnya; ( 4
)Kayu dapat diserang makluk perusak kayu, dapat terbakar, terutama jika kayu
dalam keadaan kering. J.F. Dumanauw ( 1982:21 )
b.
Hakekat Hasil Belajar Pekerjaan
Sambungan Kayu
1)
Hakekat Belajar
Belajar
menurut Nana Sudjana ( 1989:28) mengemukakan bahwa ” Belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang melalui proses
melihat, mengamati dan memahami sesuatu ”
Menurut M.
Ngalim Purwanto ( 1990:85) bahwa pengertian belajar adalah merupakan suatu
perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman ; dalam arti
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak
dianggap sebagai hasil belajar ; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri seorang bayi.
2)
Hakekat Hasil belajar
Untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik perlu adanya evaluasi sebagai alat untuk
mengukur hasil belajar. Pemberian nilai menurut Suharsimi (1997:274) merupakan
suatu pekerjaan yang memberikan suatu feedback ( umpan balik ) yang
mencerminkan seberapa jauh seorang peserta didik telah mencapai tujuan yang
ditetapkan dalam pembelajaran.
Hasil
belajar menurut Sudjana ( 2000:27) merupakan suatu kompetensi atau kecakapan
yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang
diperoleh dan dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu
Menurut
Gagne serta Jenkins dan lewins dalam ( Uno 2007:17 ) hasil belajar
merupakan pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk
kemampuan-kemampuan tertentu.
Dari
ketiga diatas disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kompetensi yang dimilki siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran
c)
Hakekat Pembelajaran Kooperatif Type
STAD
1)
Hakekat Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif atau cooperatif Learning adalah pembelajaran yang berfokus
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar , menurut Budi Usodo ( 2000:2)
Belajar
kooperatif lebih banyak manfaat dan lebih unggul dibanding dengan metode
konvensional, lebih lanjut menurut Eko Siswanto (2005:16) menyatakan bahwa
kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih
baik antar siswa dan dapat mengembangkan
kemampuan akademis siswa.
Dari sudut
pandang perkembangan kognitif, belajar kooperatif berdasar pada pendapat Piaget
dan Vygotsky adalah sebagai berikut: Menurut Piaget, ketika siswa bekerjasama
dalam suatu lingkungan, konflik sosiokognitif akan terjadi dan membentuk
ketidakseimbangan kognitif (disequilibrium
) . Lebih lanjut Piaget berpendapat bahwa selama usaha kooperatif,
partisipan akan meningkatkan diskusi sehingga konflik kognitif terjadi dan akan
dipecahkan serta penalaran yang salah akan nampak dan akan segera dimodifikasi.
Riyanto
Yatim (2009:55) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan porestasi akademik dan pemahaman
baik secara individu maupun secara kelompok.
2)
Berbagai Model Pembelajaran
Kooperatif
Metode-metode
pembelajaran kooperatif, Robert E. Slavin ( 2005:9 ) : ( 1 )Metode Student Team
Achievement Division ( STAD ); ( 2 )Team Group Turnament ( TGT ); ( 3 ) Jigsaw;
( 4 )Coopertive Integrated Reading anComposition ( CIRC ); ( 5 )Team
Accelerated Instruction ( TAI ); ( 6 )Group Investigation ( kelompok
Investigasi ); ( 7 )Co-op Co-op; ( 8 )Complex Instruction; ( 9 )Learning
Together; ( 10 )Metode-metode Informal; ( 11 )Managemen kelas koopertif; ( 12
)PembangunanTim
3)
Manfaat Model Pembelajaran
Kooperatif
Manfaat
model pembelajaran kooperatif, RE. Slavin ( 2005:274 ), pembelajaran kooperatif
dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah dan solusi yang dirasakan
efektif oleh guru untuk mrngatasi :
a. Tidak
bisa berteman
Masalah ini
sering muncul pada minggu pertama atau kedua pembelajaran kooperatif,
dikarenakan pembelajaran kooperatif, tim-tim biasanya terdiri dari kombinasi
yang paling tidak diinginkan . Para siswa dalam satu tim adalah mereka yang
berbeda dari segi jenis kelamin, etnik, kinerja dan akdemik.
b. Perilaku
yang salah
Salah satu
cara untuk mendorong siswa supaya berperilaku sesuai adalah dengan memberikan
kepada setiap tim maksimal tiga poin tambahan tiap harinya yang didasarkan pada
perilaku tim, kooperatifnya dan usahanya.
c. Kebisingan
Sebuah kelas
pembelajaran kooperatif haruslah terdengar seperti dengungan lebah, bukan acara
olahraga. Suara sibuk itu boleh-boleh saja, tetapi anda boleh membiarkannya.
d. Siswa
tidak hadir
Ketidakhadiran
siswa bisa menjadi masalah dalam kelas pembelajaran kooperatif, karena para
siswa antara satu dengan lainnya saling ketergantungan satu dengan lainnya
untuk belajar bersama dan untuk memberi konstribusi poin kepada tim.
e. Penggunaan
waktu latihan yang tidak efektif
Apabila
terjadi penggunaan waktu yang tidak efektif, bisa dimasukkan struktur tertentu
dalam sesi-sesi latihan tim untuk memastikan bahwa mereka menggunakan waktunya
dengan efektif.
f. Tingkat
kinerja yang terlalu jauh rentangnya
Pikirkan
tentang apa yang akan dilakukan sebelum menggunakan
pembelajaran kooperatif.
g. Pembelajaran
Kooperatif Type STAD
Student Teams Achievement Divisians ( STAD )
merupakan metode pembelajaran kooperatif untuk mengelompokkan campur yang
melibatkan pengakuan tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu
anggota. STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana
dan sebuah metode pembelajaran yang baik untuk permulaan bagi seorang guru
untuk mendekatkan pembelajaran pada pendekatan kooperatif ( Slavin, 2009:14(3).
Menurut
Robert E. Slavin dan kawan-kawan, model Cooperatif Leraning type STAD terdiri
dari 5 komponen ( fase ), yaitu : ( 1 ) Presentasi
kelas; ( 2 ) Pembentukan tim; ( 3 ) Kuis;
( 4 ) Perubahan skor individu; ( 5
)Pengakuan tim
Fase STAD
Fase 1 : Guru presentasi di depan kelas,
menyampiakan tujuan pembelajaran
Fase 2 : Guru membentuk kelompok
Fase 3 : Bekerja dalam kelompok
Fase 4 : Scafolding ( Guru melakukan bimbingan
kepada kelompok atau kelas )
Fase 5 : Validation ( Guru mengadakan validasi
hasil kerja kelompok )
Fase 6 : Quizzes ( Guru mengadakan kuis secara
individu )
Fase 7 : Penghargaan kelompok
Fase 8 : Evaluasi oleh guru
STAD
merupakan teknik paling sederhana dan dapat diterapkan pada berbagai mata
pelajaran dan berbagai tingkat umur ( Slavin, 2005:143 )
Fase
|
Kegiatan Guru
|
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Fase 2
Menyajikan/menyampaikan informasi
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Fase 5
Evaluasi
Fase 6
Memberikan penghargaan
|
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau
lewat bahan bacaan
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil karyanya
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar
individu dan kelompok
|
Dalam kegiatan belajar mengajar,
metode STAD ini lebih sering disebut kerja kelompok dengan langkah-langkah
sebagai berikut : ( 1 )Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang; ( 2 )Guru
menyajikan materi pelajaran; ( 3 )Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota
kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok;
( 4 )Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan kuis dengan
tidak saling membantu; ( 5 )
Pembahasan kuis; ( 6 )kesimpulan
2.
Penelitian yang Relevan
Untuk
menguatkan landasan teori yang digunakan perlu merujuk hasil-hasil penelitian
yang pernah dilakukan, berkaitan dengan Variabel Kreatifitas dan Hasil Belajar
antara lain :
a.
Menurut Rustono, Kepala SD Negeri 06
Loning Kecamatan Kabupaten Pemalang, dalam penelitiannya yang berjudul ” Upaya
meningkatkan hasil belajar Matematika Pengukuran melalui model Pembelajaran
Cooperatif Learning Tipe STAD” menyimpulkan : Fakta empirik
menunjukkan bahwa nilai rata-rata meningkat dari 46,38 menjadi 74,33 ;
sedangkan ketepatan indikator kinerja hanya sebesar 70. Tingkat ketuntasan dari
32,56% meningkat, sedangkan ketepatan indikator
kinerja sebesar 75 %.
Berdasarkan
pada hasil penelitian yang mana ketercapaian indikator kinerja sudah terpenuhi
maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran cooperatif Learning
tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika pengukuran bagi siswa
kelas VI SD Negeri 06 Loning kecamatan Petarukan tahun pelajaran 2009/2010.
b.
Menurut Sari, Guru SMAN 1 Blora
dalam penelitiannya yang berjudul ” Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Kimia
Materi Senyawa dan Persamaan Reaksi melalui Pembelajaran Kooperatif Model
Student Team STAD Siswa kelas X.1 SMA 1 Blora Semeter 1 Tahun 2010/2011”
menyipulkan bahwa : Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, maka 1) dari hasil pengamatan dan hasil kuesioner jalannya
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar serta hasil diskusi kelompok bahwa metode
pembelajaran kooperatif type STAD dapat meningkatkan aktifitas, interaksi,
kerjasama antar peserta didik, dan dapat meningkatkan minat peserta didik
terhadap pelajaran kimia, dan 2) dari hasil ulangan harian peserta didik
menunjukkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran kimia khususnya pada konsep
tata nama senyawa dan persamaan rekasi
c.
Menurut Siti Muslikhah, Guru MAN 1
Surakarta dalam penelitiannya yang berjudul ” Upaya Peningkatan Keaktifan dan
Hasil Belajar Ekonomi dengan Materi Pokok Pasar Modal melalui Model
Pembelajaran Kooperatif STAD siswa kelas XI IS 4 MAN I Surakarta ” menyimpulkan
: 1) Dengan pembelajaran kooperatif type STAD dapat menciptakan suasana yang
sangat menyenangkan dalam belajar ekonomi, 2) dengan pembelajaran kooperatif
STAD dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa pada materi pokok pasar
modal dengan nilai rata-rata kelas sebelum tindakan 57,40 dan tingkat
ketuntasan sebesar 80, dan nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 59,
serta nilai rata-rata siklus II adalah 61,48 dengan tingkat ketuntasan minimal
60. Dengan demikian bahwa tindakan siklus I ke siklus II mengalami peningkatan
/ kenaikan sebesar 16 %
3.
Kerangka Berpikir
|
|
|
|
|||||
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
Gambar. 1
Kerangka Berfikir
4.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir
diatas, hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
a.
Terdapat peningkatan kreatifitas
belajar pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada
peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran
2012/2013
b.
Terdapat peningkatan hasil belajar
pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta
didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen
semester 1 tahun pelajaran 2012/2013
c.
Terdapat peningkatan kreatifitas dan
hasil belajar pekerjaan sambungan kayu
melalui pendekatan kooperatif type STAD pada
peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester bagi tahun pelajaran
2012/2013
BAB III
METODE
PENELITIAN
1.
Setting
a.
Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan selama 6 bulan sejak 1 Juli 2012 sampai dengan 31 Desember 2012,
dengan pertimbangan bahwa berdasarkan identifikasi masalah yang dihadapi
peneliti menurut kalender pendidikan alokasi waktu pembelajaran pada bulan
Juli-Desember 2012.
b.
Tempat Penelitian
Tempat penelitian di kelas X TKB 1
SMK Negeri 2 Sragen, Jl. Dr. Sutomo No. 4 Sragen Telp/Fax : 0271 (891316)
2.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas X TKB 1 SMK N 2 Sragen , Semester
1 Tahun Pelajaran 2012/2013.
3.
Sumber Data
a.
Peserta Didik, sebagai sumber data
primer berkaitan dengan hasil belajar yang diperoleh ketika diadakan penilaian
b.
Teman Sejawat, sebagai sumber
sekunder berdasarkan hasil pengamatan serta wawancara
4.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a.
Teknik Pengumpulan Data
1)
Tes : untuk mendapatkan nilai
ulangan/hasil belajar peserta didik
2)
Non-tes : Alatnya adalah Lembar
Pengamatan/Observasi, dan Pedoman Wawancara
b.
Alat Pengumpulan Data
1)
Teknik Tes : Alatnya adalah
instrumen/butir soal
2)
Teknik non-tes: alatnya adalah
Lembar Pengamatan/Observasi, dan Pedoman Wawancara
5.
Validasi Data
a.
Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang divalidasi
adalah instrumen / butir soal, disusun berdasarkan kisi-kisi agar memenuhi
validitas teoritik dan content/isi
b.
Data Kualitatif
Data kualitatif dapat dievaluasi
melalui triangulasi : ( 1 )Triangulasi sumber, data berasal dari beberapa
sumber ( melalui teman sejawat ); ( 2 )Triangulasi metode, data berasal dari
beberapa sumber ( dengan menggunakan beberapa teknik/alat pengumpulan data )
6.
Analisis Data
Analisis
Data
a.
Analisis Deskriptif Komparatif
Data Kuantitatif menggunakan
analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil belajar kondisi awal,
hasil belajar setelah siklus I dan hasil belajar setelah siklus II, kemudian
direfleksi
b.
Analisis Deskriptif Kualitatif
Data kualitatif hasil pengamatan
maupun wawancara menggunakan analisis diskriptif kualitatif
berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus, dengan membandingkan
proses pembelajaran kondisi awal dan siklus I, membandingkan proses
pembelajaran siklus I dan siklus II, serta membandingkan proses pembelajaran
kondisi awal dan kondisi akhir, kemudian direfleksi
7.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja dibuat berdasarkan
target/hasil yang akan dicapai berkaitan dengan proses pembelajaran serta hasil
belajar ( nilai ulangan ) peserta didik
a.
Indikator kinerja untuk proses
pembelajaran adalah
Kreatifitas peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran pekerjaan sambungan kayu adalah
meningkat dari 65 % menjadi 85 %
b.
Indikator kinerja untuk hasil
belajar adalah
Hasil belajar pekerjaan sambungan
kayu peserta didik secara klasikal meningkat dari 65 % menjadi 80 %
8.
Prosedur Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini akan
dilakukan dalam 2 siklus, yang masing-masing siklus meliputi tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi.
1.
Siklus I
a.
Tahap perencanaan
1)
Menyususun RPP pada Kompetensi Dasar Melaksanakan
macam-macam pekerjaan sambungan kayu
2)
Menyiapkan instrumen penelitian
untuk guru dan peserta didik
3)
Menyiapkan format evaluasi pretes dan postes
4)
Menyiapkan sumber belajar yang berupa materi diskusi,
kertas plano, dan spidol.
5)
Mengembangkan bahan ( materi )
pembelajaran yang diambil dari berbagai sumber yang dapat membantu memudahkan
peserta didik untuk memahami materi pelajaran
6)
Menyusun lembar pengamatan sesuai
dengan aspek-aspek yang akan diamati oleh teman sejawat selama proses
pembelajaran
b.
Tahap pelaksanaan Tindakan
1)
Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan
peserta didik memasuki Kompetensi Dasar yang akan dibahas.
2)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3)
Guru menjelaskan materi pelajaran hari itu dengan
menjelaskan langkah kerja model pembelajaran type STAD.
4)
Guru membagi kelompok dalam enam kelompok, masing-masing
kelompok beranggotakan 4-5 peserta didik.
5)
Peserta didik diberi kesempatan membuka kembali hasil
belajar di rumah yang sudah disiapkan pada masing-masing kelompok.
6)
Guru memotivasi seluruh peserta didik untuk berpartisipasi
dalam diskusi kelompok dan menuliskan pada kertas yang sudah disediakan.
7)
25 menit kemudian guru membantu menempelkan hasil diskusi
di papan dinding kelas.
8)
Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok
memamerkan hasil kerjanya.
9)
Perwakilan peserta didik dipersilahkan melihat hasil
kerja kelompok lain.
10) Guru sambil
bekeliling memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok.
11) Guru menanyakan
kepada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil diskusinya, guru
memberi penghargaan
12) Guru mendiskusikan
kembali dengan seluruh peserta didik, bila perlu mengembangkan materi.
13) Guru mengadakan
tes/ulangan.
14) Guru membagikan
angket dan memerintahkan peserta didik untuk mengisi.
c.
Tahap Pengamatan
Pada tahap pengamatan, teman sejawat
mengamati proses pembelajaran untuk melihat dan mencatat bagaimana perilaku
belajar peserta didik. Pengamatan dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang
meliputi aspek-aspek dengan kreteria yang sudah direncanakan , meliputi :
keaktifan peserta didik, motivasi belajar peserta didik, inisiatif peserta
didik, kerjasama, tanggung jawab
d.
Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti
melakukan refleksi berdasarkan data yang diperoleh baik yang berupa data
kualitatif dari pengamatan teman sejawat maupun hasil belajar berdasarkan nilai
ulangan peserta didik. Dihubungkan dengan Indikator Kinerja, apakah sudah
tercapai atau belum. Jika sudah, berapa % peningkatannya jika
dibandingkan dengan kondisi awal, hasil
refleksi menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan tindakan pada siklus ke
II
2.
Siklus II
a.
Tahap perencanaan
1)
Mengidentifikasi kekurangan dan
kelemahan untuk mengatasi masalah yang
muncul pada siklus I berdasar pada siklus
I
2)
Merencanakan tindakan yang akan
dilakukan untuk mengatasi masalah yang muncul pada siklus I untuk memperbaiki
atau meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik
3)
Merencanakan perangkat pembelajaran
yang meliputi silabus, RPP untuk tindakan siklus II yang sesuai standar proses
dengan komponen-komponen yang dalam kegiatan pembelajarannya dirancanag
strategi yang meliputi kegiatan yang bersifat: eksplorasi, elaborasi dan
kompirmasi
4)
Mengembangkan instrumen penilaian (
butir soal ) sesuai dengan langkah-langkah yang benar menurut standar penilaian
5)
Mengembangkan bahan ( materi )
pembelajaran yang diambil dari berbagai sumber yang dapat membantu memudahkan
peserta didik untuk memahami materi pelajaran
6)
Mengembangkan kebutuhan media/alat
pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
7)
Menyusun lembar pengamatan sesuai
dengan aspek-aspek yang akan diamati oleh teman sejawat selama proses
pembelajaran
b.
Tahap pelaksanaan Tindakan
1)
Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan
peserta didik memasuki Kompetensi Dasar yang akan dibahas.
2)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3)
Guru menjelaskan materi pelajaran hari itu dengan
menjelaskan langkah kerja model pembelajaran type STAD.
4)
Guru membagi kelompok dalam enam kelompok, masing-masing
kelompok beranggotakan 5 peserta didik.
5)
Peserta didik diberi kesempatan membuka kembali hasil
belajar di rumah yang sudah disiapkan pada masing-masing kelompok.
6)
Guru memotivasi seluruh peserta didik untuk
berpartisipasi dalam diskusi kelompok dan menuliskan pada kertas yang sudah
disediakan.
7)
25 menit kemudian guru membantu menempelkan hasil diskusi
di papan dinding kelas.
8)
Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok
memamerkan hasil kerjanya.
9)
Perwakilan peserta didik dipersilahkan melihat hasil
kerja kelompok lain.
10) Guru sambil
bekeliling memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok.
11) Guru menanyakan
kepada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil diskusinya, guru
memberi penghargaan
12) Guru
mendiskusikan kembali dengan seluruh peserta didik, bila perlu mengembangkan
materi.
13) Guru mengadakan
tes/ulangan.
14) Guru membagikan angket
dan memerintahkan peserta didik untuk mengisi.
c.
Tahap Pengamatan
Pada tahap pengamatan, teman sejawat
mengamati proses pembelajaran untuk melihat dan mencatat bagaimana perilaku
belajar peserta didik. Pengamatan dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang
meliputi aspek-aspek dengan kreteria yang sudah direncanakan , meliputi :
keaktifan peserta didik, motivasi belajar peserta didik, inisiatif peserta
didik, kerjasama, tanggung jawab
d.
Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti
melakukan refleksi berdasarkan data yang diperoleh baik yang berupa data
kualitatif dari pengamatan teman sejawat maupun hasil belajar berdasarkan nilai
ulangan peserta didik. Dihubungkan dengan Indikator Kinerja, apakah sudah
tercapai atau belum. Jika sudah berapa % peningkatannya jika dibandingkan
dengan kondisi siklus I, Hasil refleksi, menjadi bahan pertimbangan untuk
melakukan tindakan selanjutnya
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diawali dari pelaksanaan Prasiklus,
siklus 1
dan siklus 2.
Nilai hasil prasiklus diperoleh dari ulangan harian yang dilaksanakan pada hari
selasa tanggal 11 September 2012. Sedangkan hasil tes siklus I adalah nilai tes
ulangan Kompetensi Dasar Melaksanakan
macam-macam pekerjaan sambungan kayu
pada indikator menjelaskan alat-alat pekerjaan
konstruksi kayu, hasil tes siklus
II adalah pada kompetensi dasar melaksanakan macam-macam pekerjaan sambungan
kayu pada indikator membuat
sambungan bibir lurus dan bibir lurus berkait, sedangkan hasil non tes berupa perubahan tingkah laku melalui deskripsi
perilaku ekologis, catatan guru, catatan harian siswa, wawancara, sosiometri.
Hal yang dibahas berupa proses pembelajaran, hasil tes prasiklus siklus I dan
siklus II, perubahan perilaku belajar siswa. Hasil prasiklus, siklus I dan
siklus II akan dijelaskan sebagai berikut.
Hasil Penelitian Prasiklus
Hasil tes prasiklus diperoleh berdasarkan hasil tes
ulangan harian pada kompetensi dasar melaksanakan macam-macam pekerjaan
pemasangan bata pada indikator menjelaskan alat-alat pekerjaan konstruksi
bangunan. Hasil tes pada prasiklus berguna untuk mengetahui kemampuan awal
siswa.
Katagori
|
Interval
|
F
|
Bobot Skor
|
Prosentase ( % )
|
Nilai Rata-rata
|
Ketuntasan ( % )
|
Sangat baik
|
85-100
|
-
|
-
|
-
|
1.710/30=
57 ( katagori kurang )
|
0/30 x 100
= 0 %
|
Baik
|
75-84
|
-
|
-
|
-
|
||
Cukup
|
60-74
|
12
|
720
|
40
|
||
Kurang
|
0-59
|
18
|
990
|
60
|
||
Jumlah
|
|
30
|
1.710
|
100
|
57
|
0
|
Tabel 1: Hasil tes pada prasiklus
Pada tabel diatas, diketahui nilai rata-rata peserta didik masih dalam
katagori kurang yaitu 57. Sebanyak 12 peserta didik atau 40 % memperoleh nilai
katagori cukup dalam interval 60-70, dan ada 18 peserta didik atau 60 %
memperoleh nilai katagori kurang dalam interval 0-59. Sedang tidak ada peserta
didik yang memperoleh nilai katagori baik maupun sangat baik.
Data pada tabel diatas
menunjukkan bahwa peserta didik masih kurang prestasinya dalam pembelajaran,
dan semua belum memperoleh ketuntasan belajar, yaitu minimal mendapatkan nilai
75. Data ini menjadi dasar dalam melakukan penelitian tindakan kelas.
Hasil Penelitian Siklus I
Kegiatan siklus 1 merupakan tindakan lanjutan setelah
melihat data dari pembelajaran prasiklus. Kegiatan pembelajaran siklus 1
dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran tentang sambungan
kayu. Dalam penyampaian materi kepada peserta didik, diawali
dengan menjelaskan peralatan yang digunakan dalam pekerjaan
sambungan kayu, dilanjutkan dengan materi
persyaratan yang dipenuhi untuk membuat sambungan, berdasarkan hasil instrumen keaktifan dan respon
peserta didik. Pemaparan mengenai peningkatan prestasi berupa perolehan nilai
tes di akhir pertemuan yang ke 3. Mengenai hasil penelitian siklus 1 diuraikan
sebagai berikut.
Pelaksanaan
Tindakan Penelitian siklus 1.
Perencanaan.
Proses Pembelajaran Pemasangan
Bata melalui metode pembelajaran kooperatif type STAD
pada siklus 1dilaksanakan empat tahap. Tahap
perencanaan guru menyusun Rencana Program Pembelajaran ( RPP ) , dalam RPP ini
semua yang akan dilaksanakan oleh guru sudah tercatat, dari RPP ini pula
bagaimana peserta didik akan diberi materi apa. Selain itu juga guru menyiapkan
instrument penelitian yang antara lain meliputi instrument: Observasi kegiatan
guru saat mengajar,; Observasi keaktifan peserta didik; Observasi kegiatan
peserta didik saat KBM berlangsung; Observasi respon peserta didik. Selanjutnya
guru menyiapkan format untuk kegiatan pretes dan postes. Setelah itu guru
melaksanakan sekenario pembelajaran dengan menggunakan metode STAD.
Tindakan
Pada
tahap Tindakan atau pelaksanaan kegiatan pembelajaran, awalnya guru
menyampaikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik, kegiatan semacam ini
biasa disebut pretes. Pretes ini guru menyampaikannya secara acak kepada
beberapa peserta didik, hal ini dimaksud agar semua peserta didik focus mengikuti
kegiatan pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Pada saat
kegiatan pretes tersebut dilaksanakan ada beberapa peserta didik yang antusias
menyampaikan jawaban yang disampaikan oleh guru. Kemudian guru menyampaikan
tujuan pembelajaran hari ini yaitu pemasangan bata dengan menggunakan teori
pembelajaran STAD. Pada awalnya teori pembelajaran STAD adalah membentuk
kelompok , yang masing-masing kelompok terdiri atas 4 sampai dengan 5 peserta
didik yang mana tiap-tiap kelompok heterogen, baik jenis kelamin , ras, agama
maupun kepandaiaannya. Hal ini dikandung maksud agar tiap-tiap kelompok akan
saling mengisi datu sama lain.
Pada saat
pembelajaran dengan menggunakan metode STAD dibagi menjadi 6 kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri atas 5 peserta didik. Pada pembagian kelompok
ini ada beberapa peserta didik yang merasa tidak puas, dikarenakan biasanya dia
bersama teman dekatnya, akan tetapi didalam tugas kelompok dia tidak dengan
temannnya. Hal inilah yang memang diharapkan dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode STAD. Peserta didik dituntut untuk menemukan dan bekerja
kelompok yang mana anggota kelompoknya berbeda-beda, dari kelompok yang berbeda
ini diharapkan akan muncul beberapa gagasan atau pemikiran yang akan disampaikan
dari peserta didik.
Pada
tahap kegiatan ini merupakan kegiatan pokok pemberian materi kepada peserta
didik. Peneliti memberikan tugas kelompok untuk dibahas dan nantinya
dipresentasikan kepada teman kelompok lainnya. Guru pada kegiatan ini
memberikan tugas terstruktur kepada tiap-tiap kelompok untuk didiskusikan
mengenai peratan apa saja yang digunakan dalam memasang bata. Selama proses
didkusi berlangsung ada beberapa peserta didik yang kurang antusias atau tidak
focus berdiskusi, ada saja yang masih menggangu temannya atau bahkan mengantuk.
Selanjutnya, tiap-tiap perwakilan
kelompok mempresentasikan hasil didkusi dengan cara menpelkan karyanyan didepan
papan tulis atau diding. Pada penempelan ini guru membantu menepelkan agar bisa
lebih cepat dan rapi.
Selanjutnya guru bersama dengan
peserta didik memberikan penilaian kepada hasil karya diskusi kelompok 1 sampai
dengan kelompok 6. Dari hasil karya atau diskusi masing-masing kelompok
didapatkan ada kelompok yang terbaik. Dari kelompok yang memperoleh nilai
terbaik ini guru memberikan apresiasi berupa hadiah bolpoin.
Pengamatan
Setelah selesai maka peserta didik
yang memberikan penilaian kepada kelompok lain, menyampaikan hasil penilaiannya
kepada guru dan guru sendiri juga menilai dari masing-masing kelompok sebagai
bahan penilaiain perubahan sikap dan peran aktif peserta didik di dalam proses
pembelajaran.
Refleksi
Pada tahapan ini guru melakukan
proses analisis hasil tes, hasil observasi dan pengamatan yang telah dilakukan.
Hasil dari refleksi ini dianalisis kemudian dilakukan siklus 2.
B. Pembahasan
Hasil Penelitian
Hasil penelitian
diperoleh dari tindakan pada siklus 1 dan 2. Hasil penelitian berupa hasil
penilaian ulangan harian sebagai hasil tes. Hasil nontes berupa pengamatan pada
saat pembelajaran berlangsung, hasil wawancara pada siklus 1 dan 2 dan melalui
angket yang disempaikan kepada peserta didik.
Penilaian sikap
aktif peserta didik dalam proses
pembelajaran atau diskusi pemasangan bata dapat dilihat pada tabel di bawah ini
No
|
Kelompok
|
Nilai
Tiap Aspek
|
Jumlah
|
Scor
max
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||||
1
|
Kelompok
1
|
-
|
vv
|
vv
|
vvv
|
vv
|
v
|
v
|
v
|
12
|
40
|
2
|
Kelompok
2
|
vv
|
v
|
vvv
|
vvv
|
vvv
|
vv
|
vv
|
v
|
17
|
40
|
3
|
Kelompok
3
|
vv
|
v
|
vvv
|
vv
|
vv
|
v
|
v
|
v
|
13
|
40
|
4
|
Kelompok
4
|
v
|
vvv
|
vvv
|
vvv
|
vv
|
v
|
v
|
v
|
15
|
40
|
5
|
Kelompok
5
|
v
|
v
|
vv
|
vv
|
vv
|
v
|
v
|
v
|
11
|
40
|
6
|
Kelompok
6
|
vvv
|
-
|
vvv
|
vv
|
vv
|
v
|
vvv
|
v
|
16
|
40
|
Jumlah
|
9
|
8
|
16
|
15
|
13
|
7
|
9
|
6
|
84
|
|
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
14
|
40
|
Prosentase
|
Kreteria
|
75 % - 100 %
|
Sangat tinggi
|
50 % - 74,99 %
|
Tinggi
|
25 % - 49,99 %
|
Sedang
|
0 % - 24,99 %
|
Rendah
|
Tabel
2 : lembar Observasi
kreatifitas peserta didik siklus 1
Dari tabel pencapaian kreatifitas peserta didik dalam
diskusi kelompok diperoleh hasil sebagai berikut : kelompok 1 mendapat scor 12
atau 30 % masuk dalam katagori sedang, kelompok 2 mendapat scor 17 atau 42,5 %
masuk dalam katagori sedang, kelompok 3 mendapat scor 13 atau 32,5 % masuk
dalam katagori sedang, kelompok 4 mendapat scor 15 atau 37,5 % masuk dalam
katagori sedang, kelompok 5 mendapat scor 11 atau 27,5 % masuk dalam katagori
sedang, dan kelompok 6 mendapat scor 16 atau 40 % masuk dalam katagori sedang.
Dari
tabel diatas dapat dijelaskan bahwa, dari enam kelompok, kelompok teratas
didapat kelompok 6 yaitu mendapat skor 16 atau 40 % dari total makimum skor
yang dicapai, kelompok terbawah didapat kelompok 5 atau 27,5 % hal ini
disebabkan karena masih perlu pembimbingan kaitannya dengan proses pembelajaran
yang menggunakan metode STAD atau dengan kata lain perlu adanya rutinitas
setiap guru menggunakan metode yang kreatif dalam menyampaikan meteri pembelajaran.
Dengan hasil ini yang dioperoleh oleh masing-masing kelompok, diharapkan pada
pemebejaran pada siklus 2 nanti skor pencapaian dapat meningkat baik dari skor
kelompok maupun pada individu peserta didik, rata-rata skor kreatifitas peserta didik 14 atau
35 % katagori sedang.
Dari
tabel ini pula dapat dijelaskan bahwa kreatifitas
peserta didik pada pembelajaran siklus 1 dari delapan aspek penilaian antara
lain : 1. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru; 2. Mencatat kegiatan
guru; 3. Merespon pertanyaan atau perintah guru; 4. Mengajukan pertanyaan
kepada guru jika menemukan masalah; 5. Berpartisipasi dalam diskusi kelompok;
6. Mengemukakan pendapat dalam kelompok; 7. Mengerjakan soal dan lembar
kegiatan; 8. Mempresentasikan hasil kerja kelompok. Terdapat aspek yang ke 8,
yaitu mempresentasikan hasil kerja kelompok mendapatkan nilai terendah dengan
memperoleh skor 6 atau 12,5 %, hal ini memang perlu dimaklumi peserta didik
belum terbiasa untuk menyampaikan hasil diskusi di depan umum. Aspek ini perlu
ditingkatkan agar kelak para peserta didik terbiasa untuk menyampaikan pendapat
mereka di depan khalayak umum. Untuk aspek-aspek yang lainnya mendapatkan skor
yang agak lumayan baik, akan tetapi perlu juga mendapatkan perhatian agar semua
peserta didik akan bisa mempunyai keterampilan bertanya, menyampaikan
pendapatnya dan juga akan menambah wawasannya untuk bekal dikemudian hari.
Dari
apa yang dicapai pada siklus 1, kreatifitas
peserta didik dilanjutkan pada proses pembelajaran pada siklus 2, hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No
|
Kelompok
|
Nilai
Tiap Aspek
|
Jumlah
|
Scor
max
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||||
1
|
Kelompok
1
|
vvv
|
vv
|
v
|
vvv
|
vv
|
vv
|
vvv
|
vv
|
18
|
40
|
2
|
Kelompok
2
|
vvv
|
vvv
|
vv
|
vvv
|
vvv
|
vvv
|
vvv
|
vv
|
22
|
40
|
3
|
Kelompok
3
|
vvv
|
vvv
|
vv
|
vv
|
vv
|
vvv
|
vvv
|
vv
|
20
|
40
|
4
|
Kelompok
4
|
vv
|
vvv
|
vv
|
vvv
|
vv
|
vvv
|
vv
|
vvv
|
20
|
40
|
5
|
Kelompok
5
|
vv
|
vv
|
vvv
|
vv
|
vvv
|
vv
|
vvv
|
vv
|
19
|
40
|
6
|
Kelompok
6
|
vvv
|
vv
|
vvv
|
vv
|
vv
|
vvv
|
vvv
|
vvv
|
21
|
40
|
Jumlah
|
16
|
15
|
13
|
15
|
14
|
16
|
17
|
14
|
120
|
|
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
20
|
|
Tabel 3
: Lembar Observasi kreatifitas
peserta didik siklus 2
Prosentase
|
Kreteria
|
75 % - 100 %
|
Sangat tinggi
|
50 % - 74,99 %
|
Tinggi
|
25 % - 49,99 %
|
Sedang
|
0 % - 24,99 %
|
Rendah
|
Dari tabel pencapaian kreatifitas peserta didik dalam
diskusi kelompok diperoleh hasil sebagai berikut : kelompok 1mendapat scor 18
atau 45 % masuk dalam katagori sedang, kelompok 2 mendapat scor 22 atau 55 %
masuk dalam katagori tinggi, kelompok 3 mendapat scor 20 atau 50 % masuk dalam
katagori tinggi, kelompok 4 mendapat scor 20 atau 50 % masuk dalam katagori
tinggi, kelompok 5 mendapat scor 19 atau 47,5 % masuk dalam katagori sedang,
dan kelompok 6 mendapat scor 21 atau 52,5 % masuk dalam katagori tinggi.
Analisi
tabel diatas didapatkan bahwa terdapat kelompok yang terbawah pencapaiannya
skornya yaitu kelompok 1 yaitu mendapat skor 18 atau45 % dalam katagori tinggi,
secara umum dari 6 kelompok sudah mendapatkan scor pencapaian tinggi, ada satu
kelompok mendapatkan skor tertinggi dengan memperoleh 22 atau 55% dalam
katagori sangat tinggi. Rata-rata skor kreatifitas
peserta didik 20 atau 50 % katagori tinggi. Dengan adanya peningkatan kreatifitas peserta didik dari siklus 1 dengan siklus 2
maka didapatkan bahwa terdapat peningkatan kreatifitas
para peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran sambungan kayu dengan
menggunakan metode pembelajaran Sudent Teams Achievement Divisians ( STAD )
Pada
akhir pembelajaran siklus 2, peserta didik diminta untuk mengisi angket dengan
5 pilihan, hasil dari angket yang
dikerjakan para peserta didik didapatkan, sesuai dengan tabel di bawah ini :
No
|
Sangat Setuju
|
Setuju
|
Netral
|
Tidak Setuju
|
Sangat Tidak Setuju
|
Jumlah
|
Skor Max
|
3.000
|
2.400
|
1.800
|
1.200
|
600
|
9.000
|
Skor Peserta didik
|
522
|
692
|
480
|
326
|
301
|
2.321
|
Prosentase
|
|
|
|
|
|
77 %
|
Tabel 4 : Kreteria Respon peserta
didik pada siklus 2
Prosentase
|
Kreteria
|
75 % - 100 %
|
Sangat tinggi
|
50 % - 74,99 %
|
Tinggi
|
25 % - 49,99 %
|
Sedang
|
0 % - 24,99 %
|
Rendah
|
Dari tabel diatas dapat dijelaskan
bahwa respon peserta didik mencapai 77 %, dalam katgori sangat tinggi. Hal ini
dapat menjadi gambaran bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode
kooperatif tipe STAD mendapatkan respon positif dari para peserta didik.
Dari
hasil tes siklus 1 untuk kompetensi dasar melaksanakan macam-macam pekerjaan
sambungan kayu, indikator menjelaskan alat-alat pekerjaan konstruksi kayu.
Dalam bentuk tes esaay yang berjumlah 4 soal dalam waktu 45 menit diperoleh
hasil seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini :
Katagori
|
Interval
|
F
|
Bobot Skor
|
Prosentase ( % )
|
Nilai Rata-rata
|
Ketuntasan ( % )
|
Sangat baik
|
85-100
|
4
|
370
|
13,33
|
2.377/30=
79,23 ( baik )
|
24/30 x 100 %
= 80 %
|
Baik
|
75-84
|
20
|
1.590
|
66,67
|
||
Cukup
|
60-74
|
6
|
417
|
20
|
||
Kurang
|
0-59
|
0
|
0
|
0
|
||
Jumlah
|
|
30
|
2.377
|
100
|
79,23
|
80
|
Tabel 5 : Hasil tes siklus 1
Data tabel diatas memperlihatkan
hasil peserta didik dalam mengerjakan soal tes kompetensi dasar melaksanakan
macam-macam pekerjaan sambungan kayu, indikator menjelaskan alat-alat pekerjaan
konstruksi kayu sudah baik. Rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik
sebesar 79,23 % kalau dibulatkan 79 %, sudah dalam katagori baik dengan
interval 75-84. Sebanyak 4 peserta didik memperoleh skor sangat baik atau
sebesar 13,33 %. Sementara itu sebanyak 20 peserta didik memperoleh baik atau
66,67 % dan peserta didik yang memperoleh dengan katagori cukup berjumlah 6
orng atau 20 %. Dan tidak ada satu orang
pun peserta didik yang mendapat skor dengan katagori kurang. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan dari apa yang didapatkan peserta didik berupa
nilai dalam mengerjakan soal tes diakhir siklus 1. Ini dapat dilihat dari tabel
berikut ini :
Katagori
|
Interval
|
Prasiklus
|
Siklus
1
|
||||
F
|
Bobot Skor
|
Prosentase ( % )
|
F
|
Bobot Skor
|
Prosentase ( % )
|
||
Sangat baik
|
85-100
|
-
|
-
|
-
|
4
|
370
|
13,33
|
Baik
|
75-84
|
-
|
-
|
-
|
20
|
1.590
|
66,67
|
Cukup
|
60-74
|
12
|
720
|
40
|
6
|
417
|
20
|
Kurang
|
0-59
|
18
|
990
|
60
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
|
30
|
1.710
|
100
|
30
|
2.377
|
100
|
Tabel 6 : perbandingan skor prasiklus dengan siklus 1
Katagori
|
Interval
|
F
|
Bobot Skor
|
Prosentase ( % )
|
Nilai Rata-rata
|
Ketuntasan ( % )
|
Sangat baik
|
85-100
|
14
|
1.295
|
46,67
|
2.547/30=
85 ( sangat baik )
|
28/30 x 100 %
= 93.33 %
|
Baik
|
75-84
|
14
|
1.113
|
46,67
|
||
Cukup
|
60-74
|
2
|
139
|
6,66
|
||
Kurang
|
0-59
|
0
|
0
|
0
|
||
Jumlah
|
|
30
|
2.547
|
100
|
79,23
|
93,33
|
Tabel 7 : Hasil tes siklus 2
Dari hasil tes siklus 2 untuk
kompetensi dasar melaksanakan macam-macam pekerjaan sambungan kayu, indikator
membuat sambungan bibir lurus dan bibir lurus berkait, dalam bentuk tes esaay
yang berjumlah 6 soal dalam waktu 45 menit diperoleh hasil seperti yang
tercantum dalam tabel dibawah ini :
Katagori
|
Interval
|
Siklus
1
|
Siklus
2
|
||||
F
|
Bobot Skor
|
Prosentase ( % )
|
F
|
Bobot Skor
|
Prosentase ( % )
|
||
Sangat baik
|
85-100
|
4
|
370
|
13,33
|
14
|
1.295
|
46,67
|
Baik
|
75-84
|
20
|
1.590
|
66,67
|
14
|
1.113
|
46,67
|
Cukup
|
60-74
|
6
|
417
|
20
|
2
|
139
|
6,66
|
Kurang
|
0-59
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
|
30
|
2.377
|
100
|
30
|
2.547
|
100
|
Tabel 8: perbandingan skor peserta didik siklus 1 dan
siklus 2
Dari hasil tes siklus 1 prestasi
dengan memperoleh skor 85-100 meningkat dari 4 peserta didik atau 13,33 %
menjadi 14 peserta didik atau 46,67 %. Hal ini berarti peningkatan prestasi
yang diperoleh peserta didik hampir 50 % memperoleh nilai diatas 80. Sedangkan
pencapaian skor 75-84 menurun dari 20 peserta didik atau 66,67 % menjadi 14
atau 46,67 %. Dan yang memperoleh skor 60-74 atau dalam katagori cukup menurun
dari 6 peserta didik atau 20 % menjadi 2 peserta didik atau 6,66 %.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
meningkatkan kretifitas dan hasil
belajar adalah sebagai berikut
1) Proses
pembelajaran pemanfaatan model kooperatif tipe STAD pada siklus 1 dan 2 berlangsung
dalam alur dan tahapan yang sama, namun guru melakukan perbaikan proses
pembelajaran pada siklus 2 berdasarkan refleksi siklus 1. Pada siklus 1 peserta
didik diberi pemahaman tentang materi menjelaskan alat-alat pekerjaan
konstruksi kayu. Sedangkan pada siklus 2 peserta didik diberi materi tentang
membuat sambungan bibir lurus dan bibir lurus berkait, dan juga guru memberi
pendalaman materi yang lebih intensif terutama bagi mereka yang belum memahami,
terutama pada aspek-aspek yang belum dikuasai peserta didik. Pada siklus 2 guru
memilih materi yang lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Perbaikan yang
telah dilaksanakan pada siklus 2 menyebabkan pembelajaran dapat berlangsung
lancar, terbukti dengan adanya kenaikan skor yang diperoleh peserta didik.
2) Penggunaan
metode kooperatif STAD dapat meningkatkan kreatifitas
peserta didik, ini dapat dilihat dari tabel skor
pencapaian 14 atau 35 % dengan katagori sedang
pada siklus 1 meningkat menjadi skor 20 atau 50 % dengan katagori tinggi
pada siklus 2.
3) Prestasi
peserta didik semakin meningkat, ini dapat dilihat dari ketuntasan peserta
didik 80 % pada siklus 1 menjadi 93,33 % pada siklus 2
4) Perubahan
perilaku peserta didik semakin meningkat tingkat keberanian bertanya,
menyampaikan pendapat dan mempresentasikan hasil diskusinya.
B. Saran
Hasil pembelajaran dengan
menggunakan metode kooperatif tipe STAD diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada teman-teman guru di SMK Negeri 2 Sragen, hal ini dapat menjadi
sumber belajar bagi guru-guru yang lain, dan juga semoga dapat menjadi daya
tarik dan pendorong bagi guru yang lain untuk dapat mengembangkan metode
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan, sehingga
pembelajaran akan semakin bermanfaat bagi sekolah, guru maupun peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Budi
Martono: Teknik Perkayuan. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.2008
Blog.elearning.wesa.ac.id/alim_sumarno/kreativitas.belajar.
Selasa, 8 mei 2012, jam 11.30
Djuharis Rasul : Gambar Teknik Bangunan.
Angkasa. Bandung. 1999
J.F. Dumanauw : Mengenal Kayu.
Kanisius. Jogjakarta.1982
Robert E. Slavin : Cooperative
Learning.Nusa Media.Bandung. 2005
Soeratman : Konstruksi Kayu I . Depdikbud.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta. 1978
Sri Narwanti: Creative Learning.
Familia. Yogyakarta. 2011
Utami
Munandar. Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta. 2009
Yeni
Rachmawati: Strategi Pengembangan
Kreatitivitas pada Anak. Kencana. Jakarta. 2011
Dan kami sangat berterimakasih, kepada anda yang telah meninggalkan komentarnya dibawah ini.
1 komentar:
trima kasih moga sukses selalu
Posting Komentar