USAHA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT KEWIRAUSAHAAN MELALUI MEDIA PERPUSTAKAAN DAN DISKUSI KELOMPOK DI TINGKAT III PROGRAM TPTL 1 SEMESTER GASAL SMK NEGERI 2 SRAGEN | Media Pendidikan

Selasa, 06 Mei 2014

USAHA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT KEWIRAUSAHAAN MELALUI MEDIA PERPUSTAKAAN DAN DISKUSI KELOMPOK DI TINGKAT III PROGRAM TPTL 1 SEMESTER GASAL SMK NEGERI 2 SRAGEN

CMS Sekolah Gratis untuk Pendidikan Indonesia


Oleh :  SUGIMIN




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
1.      Latar Belakang  Masalah
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, yang berkenaan dengan pasal pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab.
               Untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur perlu tenaga –tenaga terampil, cakap, pandai, terdidik dan mempunyai kreativitas yang tinggi. Sehingga mutu pendidikan khususnya mata diklat kewirausahaan perlu ditingkatkan. Karena mata diklat kewirausahaan adalah ilmu yang nantinya dapat langsung berhubungan dengan kehidupan masyarakat
Dalam upaya peningkatan kreativitas pengajaran, faktor yang perlu diperhatikan antara lain : guru, sarana dan prasarana, alat evaluasi, siswa dan sebagainya. Suatu pendidikan dapat dianggap tinggi kualitasnya apabila pengetahuan sikap dan ketrampilan yang dimiliki oleh para lulusannya berguna bagi perkembangan selanjutnya, baik dilembaga pendidikan tinggi didunia Industri dan berwirausaha. Sedang mutu demikian baru mungkin dapat dicapai apabila proses belajar mengajar di kelas benar-benar efektif. Efektifitas dan fungsi dari proses belajar mengajar dikelas  memang tidak lepas  dari peran guru dan kreativitas siswa itu sendiri.
Berkenaan dengan hal tersebut diatas untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan memperbaiki pembelajaran guru, penulis melaksanakan kegiatan perbaikan. Dengan adanya perbaikan tersebut penulis berharap hasil belajar siswa dalam mata diklat kewirausahaan meningkat dan dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Sehubungan dengan hal tersebut penulis ingin melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan melaksanakan suatu penelitian tindakan kelas.
2.   Identifikasi masalah
            Dalam beberapa kali diadakan ulangan semester gasal tahun 2008 dari 35 siswa mata diklat kewirausahaan yang dapat dicapai nilai tuntas 60 keatas adalah 21 siswa.  Hal tersebut dikarenakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a.       Kurangnya motivasi siswa dalam belajar kewirausahaan di rumah
b.      Rendahnya minat baca siswa
c.       Kurang adanya keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
d.      Kegiatan belajar mengajar belum konduksif
3.   Analisis masalah
Dari identifikasi masalah kelas III TPTL2  mata diklat kewirausahaan, peneliti dengan teman sejawat mengamati dan mendiskusikan hasil belajar yang diperoleh siswa masih rendah. Rendahnya hasil belajar mata diklat kewirausahaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor :
a.       Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa ternyata peneliti banyak menemukan siswa yang tidak belajar dirumah secara aktif
b.      Kurangnya minat siswa untuk menggunakan fasilitas perpustakaan
c.       Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru masih kurang
d.      Seiring jam mata diklat kewirausahaan sering digunakan untuk kegiatan lain
e.       Penilaian belum dilakukan dengan intensif
B.     Rumusan Masalah
Dari hasil identifikasi masalah dan analisis maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
“Apakah dengan menggunakan  Media Perpustakaan Dan Diskusi Kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada  mata diklat kewirausahaan materi kredit di tingkat III Program TPTL2 Semester Gasal SMK Negeri 2 Sragen “
C.    Tujuan penelitian
1.      Tujuan Umum
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata diklat kewirausahaan tingkat III Program TPTL 2 SMK Negeri 2 Sragen
2.      Tujuan khusus
Tujuan Penelitian tindakan kelas dari hasil pengamatan awal dapat dirumuskan sebagai berikut :
a.       Memotivasi siswa untuk giat belajar kewirausahaan diluar kelas
b.      Memperbaiki cara pembelajaran / methode mengajar guru
c.       Meningkatkan penggunaan alat peraga secara optimal
d.      Meningkatkan pengelolaan kelas
e.       Memperbaiki pengelolaan waktu pembelajaran
f.       Melaksanakan penilai secara intensif

D.    Manfaat penelitian
1.      Bagi siswa
Penelitian tindakan kelas bagi siswa mempunyai manfaat untuk meningkatkan motivasi belahjar pada mata diklat kewirausahaan di Tingkat III Program TPTL1 SMK Negeri 2 Sragen
2.      Bagi Guru
      Penelitian tindakan kelas bagi guru bermanfaat untuk :
a.       Memperbaiki pembelajaran kewirausahaan
b.      Mengembangkan profesionalisme guru
c.       Meningkatkan rasa percara diri guru
d.      Meningkatkan peran aktif guru untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan diri
3.      Bagi sekolah
Penelitian tindakan kelas memberikan sumbangan yang positif demi kemajuan sekolah.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Pustaka
1.      Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu bentuk perubahan tingkah laku baru dari peserta didik, sebagai akibat dari proses mengajar yang dilakukan. Cagne dan Nana Sujana ( 1989:30 ) menyebutkan hasil belajar tersebut adalah :
a.       Ketrampilan intelektual
b.      Strategi kognitif
c.       Informasi verbal
d.      Sikap
e.       Ketrampilan
Di lain pihak Benyamin S Bloom menyebutkan aspek hasil belajar tersebut bias dibedakan dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif ( intelektual), ranah afektif ( sikap ) dan ranah psikomotorik ( ketrampilan )
2.      Pengertian Kewirausahaan
            Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas merancang, menentukan mengelola, mengendalikan semua usahanya. Sedangkan kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan meruapakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegaitan usahanya atau kiprahnya. Seorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu ke waktu, hari demi hari, minggu demi minggu selalu mencari peluang untuk meningkatkan usaha dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti, karena dengan berkreasi dan berinovasilah semua peluang dapat diperolehnya. Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya.
Pada hakekatnya semua orang adalah wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri dalam menjalankan usahanya dan pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadinya, keluarganya, masyarakat , bangsa dan negaranya, akan tetapi banyak diantara kita yang tidak berkarya dan berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih baik untuk masa depannya, dan ia menjadi ketergantungan pada orang lain, kelompok lain dan             bahkan bangsa dan negara lainnya.
Istilah kewirausahaan, kata dasarnya berasal dari terjemahan entrepreneur, yang dalam bahasa Inggris di kenal dengan between taker atau go between. Pada abad pertengahan istilah entrepreneur digunakan untuk menggambarkan seseorang aktor yang memimpin proyek produksi,
Konsep wirausaha secara lengkap dikemukakan oleh Josep Schumpeter ,     yaitu sebagai orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan            memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan    bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru.
Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang          baru atau pun yang telah ada. Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa     wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian             menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.
            Sedangkan proses kewirausahaan adalah meliputi semua kegiatan    fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan            menciptakan suatu organisasi. Istilah wirausaha dan wiraswasta sering   digunakan secara bersamaan, walaupun memiliki substansi yang agak          berbeda. Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5)    mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut: “ An entrepreuneur       is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for         the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities   and asembling the necessary resourses to capitalize on those             opportunuties”.
Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah    orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko      untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha.
Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.
                  Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat penting          kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13), yaitu :
1.      Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).
2.      Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).
3.      Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).
4.      Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).
5.      Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.
6.      Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.
      Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah mereka yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri. Wirausaha adalah mereka yang bias menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha. Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang dan, (2) kemampuan menanggapi peluang, Berdasarkan hal tersebut maka definisi kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.” (Pekerti, 1997)

B.     Perkembangan Kewirausahan di Indonesia
Dahulu ada pendapat bahwa kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir, bahwa entrepreneurship are born not made, sehingga kewirausahaan dipandang bukan hal yang penting untuk dipelajari dan diajarkan.
Namun dalam perkembangannya, nyata bahwa kewirausahaan ternyata bukan hanya bakat bawaan sejak lahir, atau bersifat praktek lapangan saja. Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu yang perlu dipelajari. Kemampuan seseorang dalam berwirausaha, dapat dimatangkan melalui proses pendidikan.  Seseorang yang menjadi wirausahawan adalah  mereka yang mengenal potensi dirinya dan belajar mengembangkan potensinya untuk menangkap peluang serta mengorganisir usahanya dalam mewujudkan cita-citanya.
Dalam perkembangannya, sejak awal abad 20, kewirausahaan sudah diperkenalkan di beberapa negara, seperti Belanda dengan istilah “ondenemer”, dan Jerman dengan istilah  “unternehmer”. Di negara-negara tersebut, kewirausahaan memiliki tugas yang sangat banyak  antara lain adalah tugas dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisatoris dan komersial, penyediaan modal, penerimaan dan penanganan tenaga kerja, pembelian, penjualan, pemasangan iklan  dan sebagainya. Pada tahun 1950-an, pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di beberapa negara seperti di Eropa, Amerika dan Canada. Sejak tahun 1970-an banyak universitas /perguruan tinggi yang mengajarkan “entrepeneurship” atau “small business management” atau “new venture management”. Tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan Kewirausahaan, yang saat itu di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.
Dan menurut Suryana, sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma pertumbuhan yang wajar dan perubahan ke arah globalisasi yang menuntut adanya keunggulan, pemerataan, dan persaingan, maka dewasa ini terjadi perubahan paradigma pendidikan. Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen, yang  menurut Soeharto Prawirokusumo adalah dikarenakan oleh:
·         Kewirausahaan berisi “body of knowledge” yang utuh dan nyata (distinctive), yaitu ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
·         Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi “venture start up” dan  “venture growth”. Hal ini jelas tidak masuk dalam “frame work general management courses” yang memisahkan antara “management” dengan “business ownership”.
·         Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri,    yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
·         Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan pemerataan  pendapatan atau kesejahteraan rakyat yang adil  dan makmur.
Seperti halnya ilmu manajemen yang pada awalnya berkembang pada lapangan industri, kemudian berkembang dan diterapkan di berbagai lapangan lainnya, maka disiplin ilmu kewirausahaan dalam perkembangannya mengalami evolusi yang pesat, yaitu berkembang bukan pada dunia usaha semata, tetapi juga pada berbagai bidang, seperti bidang industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan dan institusi-institusi lainnya.
Dengan memiliki jiwa/corak kewirausahaan, maka birokrasi dan institusi akan memiliki motivasi, optimisme dan berlomba untuk menciptakan cara-cara baru yang lebih efisien, efektif, inovatif, fleksibel, dan adaptif.

C.    Prinsip Pengajaran Kewirausahan
               Beberapa azas dan prinsip  yang seyogyanya kita pegang teguh dalam mengelola pengajaran kewirausahaan ini di antaranya adalah:
1.      Pengakuan dan pelaksanaan azas Humanistik, yang mana kita harus mengakui dan melaksanakan prinsip bahwa:
a.       Setiap siswa merupakan manusia utuh dan memiliki potensi  yang bersifat menyeluruh, baik jasmani maupun rohani.
b.      Setiap siswa memiliki kebutuhan seperti menurut pendapat Rouche, yaitu kebutuhan fisik (lelah), mengemukakan pendapat, dihargai, mendapatkan kejelasan, berbicara dan sebagainya.
c.       Suasana belajar yang manusiawi akan mampu melibatkan semua aspek taksonomi, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa.  Suasana manusiawi yang dimaksud adalah suasana kekeluargaan, hangat, terbuka, obyektif, jujur dan bebas dari segala bentuk paksanaan apapun juga.
2.      Metode pemelajaran  yang bersifat “siswa centris”  haruslah berdasarkan atas ketuntasan belajar dari setiap siswa. Guru wajib bersikap value based (memiliki pegangan/aturan) dan wajib memiliki target dari setiap materi yang diajarkan. Tanpa acuan ini, maka proses pemelajaran akan menjadi tidak terarah, dan tujuan pemelajaran tidak akan tercapai.
3.      Dalam pengajaran kewirausahaan dibutuhkan kemampuan guru dalam membangkitkan  daya kreativitas dan inovasi yang dimiliki siswa.  Penampilan, sikap, kepribadian dan penguasaan guru akan proses pemelajaran akan sangat menentukan keterlibatan dan keterikatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai tahap dari penggalian nilai-nilai kreativitas dari dalam diri siswa.
4.      Metoda pemelajaran hendaknya disajikan  dalam bentuk yang dapat dipahami, diresapi dan dihayati siswa. Guru hendaknya mampu mengubah konsep materi ke dalam bahasa siswa, atau dalam bentuk penerapan pada gejala kehidupan riilnya. Sehingga diharapkan materi sajian teoritik keilmuan  dapat diubah menjadi stimulus yang merangsang aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.

D.    Proses Pembelajaran Kewirausahaan
1.      Penanaman Sikap
Penanaman sikap dilakukan melalui pembiasaan dan pemberanian melakukan sesuatu. Kadang-kadang harus melalui “tekanan”, “keterpaksaan” dalam arti positif antara lain dengan cara pemberian batas waktu (deadline)
2.      Pembukaan Wawasan, dilakukan melalui kegiatan seperti:
·         Ceramah, diskusi, mengundang lulusan SMK yang berhasil, mengundang wirausahawan yang berada di sekitar  sekolah agar menceritakan keberhasilan dan kegagalan yang pernah mereka alami atau mengunjungi perusahaan;
·         Pengamatan langsung melalui pemagangan atau studi banding.
3.      Pembekalan Teknis
Bertujuan memberi bekal teknis dan bermanfaat bagi perjalanan  hidup anak didik, bukan ilmu yang muluk-muluk
·         Pembekalan pengalaman awal
Bertujuan mendorong anak didik berani “melangkah”, merasakan kenikmatan keberhasilan dan belajar dari pahitnya kegagalan.Untuk melaksanakan pembelajaran dengan maksud untuk meningkatkan hasil belajar dengan metode diskusi kelompok ada beberapa model antara lain :
a.       Group Resume ( Resume Kelompok )
Langkah-langkah :
1.      Membagi para siswa menjadi beberapa kelompok kecil  :   3 – 5 anggota.
2.      Memberikan masalah atau bahan bacaan pada setiap kelompok. Bagikan kertas dan alat tulis.
3.      Setiap kelompok membahas dan memecahkan permasalah yang diterima dan kemudian membuat resume diatas kertas yang telah dibagikan.
4.      Masing-masing kelompok diminta mempresentasikan dan kelompok lain dapat menanggapi.
5.      Berikan respond an kesimpulan dari materi yang dikaji
b.      Group Investigation
Langkah –langkahnya :
1.      Guru menjelaskan secara garis besar berbagai permasalahan atau kasus.
2.      Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil  5-6 anggota.
3.      Masing-masing kelompok merencanakan kegiatan dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas atau memecahkan masalah yang dikaji sesuai dengan sub topik yang dipilih
4.      Kelompok melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disepakati dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar dengan mengumpulkan informasi dan fakta yang relevan.
5.      Para siswa melakukan pembahasan, analisis dan sintesis berbagai informasi dan fakta untuk membuat sajian yang menarik ringkas dan komunikatif.
6.      Kelompok menyajikan hasil agar semua siswa dalam kelas dapat memahami semua materi yang dikaji dan sekaligus menambah wawasan setiap siswa
7.      Guru melakukan evaluasi bias secara individu bias secara kelompok.

E.     Media Perpustakaan.
Perpustakaan adalah tempat koleksi macam-macam buku pelajaran dan fungsi buku berbagai ilmu pengetahuan sehingga perpustakaan dapat berfungsi sebagai sumber ilmu dan media pembelajaran bagi siswa dan juga guru. Dengan menggunakan buku buku yang ada di perpustakaan maka siswa diharapkan dapat menambah wawasan dan perbendaharaan ilmu salah satunya adalah kewirausahaan.
Selain berbagai jenis buku yang juga didalam perpustakaan terdapat sarana untuk menambah ilmu pengetahuan anatara lain koran dan majalah. Dengan memanfaatkan sarana yang ada diperpustakaan diharap siswa dapat menambah ilmu pengetahuan dan meningkatkan kreativitas untuk menambah wawasan berbagai ilmu pengetahuan yang lain sehingga siswa dapat belajar disekolah dapat meningkat prestasinya.
Siswa sangat membutukan perpustakaan yang layak untuk menunjang kegiatan belajar untuk dapat menambah ilmu pengetahuan bermacam-macam disiplin ilmu, untuk itulah maka sangat diperlukan perpustakaan yang layak. Perpustakaan yang layak adalah perpustakaan yang memenuhi syarat salah satu kriteria adalah memiliki buku koleksi yang cukup untuk dibaca pengunjungnya walaupun dibaca secara bergantian.




























BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A.    Subyek Penelitian
1.      Tempat penelitian
      Tempat penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 2 Sragen Penelitian            mengambil subyek Tingkat III TPTL  sebanyak 35 siswa
2.      Waktu Penelitian
No
Tanggal
Kelas
Mata Diklat
Siklus
Keterangan
1




2
14-8- 2008




21-8-2008
3 TPTL1




3 TPTL 1
Kewirausahaan




Kewirausahaan
I




II
Kompetensi Dasar : Mengelola Usaha kecil

Kompetensi Dasar : Mengelola usaha kecil


B.     Diskripsi Per Siklus
1.      Rencana kegiatan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus, tiap-tiap siklus terdiri dari 4 tahapan :
a.       Siklus I
1)      Perencanaan
Guru sebagai pengelola pembelajaran dikelas mempersiapkan program tahunan program semester rencana pelaksanaan pembelajaran lembar observasi dan wawancara.
2)      Implementasi rencana tindakan
Pada tahap ini guru menerapkan fokus penelitian yaitu usaha peningkatan hasil belajar mata diklat kewirausahaan melalui penggunaan media perpustakaan dan diskusi kelompok.
3)      Observasi dan interprestasi
Selama pelaksanaan tindakan kelas guru melakukan pencatatan atau perekaman dengan menggunakan daftar observasi ( chek list observation) Mendiagnosis kesesuaian, kelemahan dan kekurangan proses belajar mengajar dengan memperhatikan methode mengajar, media pembelajaran pengelolaan kelas pengelolaan waktu serta motivasi belajar.
4)      Analisa dan refleksi.
Melakukan pengkajian ulang proses belajar mengajar yang melakukan guru melalui bantuan teman sejawat. Masukan dari pengkajian ulang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki proses pembelajaran/penggunaan methode dan media pembelajaran. Penilaian proses belajar mengajar perlu dilakukan secara berkala dengan mengggunakan macam-macam alat penilaian.
b.      Siklus II
1)      Perencanaan
Guru lebih dulu perlu mengumpulkan informasi dan mempersiapkan referensi yang sesuai untuk mengembangkan proses pembelajaran. pencarian informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi.
2)      Implementasi rencana tindakan
Terlebih dahulu perlu menganalisis seluruh perangkat pembelajaran sebagi berikut :
a.       memahami keseluruhan kontek pembelajaran
b.      menentukan rencana pembelajaran dengan baik
c.       menentukan alat peraga / media pembelajaran
d.      menentukan methode pembelajaran
e.       menentukan alat evaluasi
f.       menentukan program perbaikan.
3).  Langkah-langkah perbaikan
Mendiagnosa kesesuaian kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran guru dengan memperhatiakan methode mengajar, media pembelajaran pengelolaan kelas pengelolaan waktu serta memberi motivasi kepada siswa.
2.      Pelaksanaan
      Dalam penelitian ini data diperoleh melalui :
a.       Dokumentasi
Mengumpulkan buku-buku dan teori yang relevan dan yang mendukung penelitian ini.
b.      Pedoman observasi
Membuat lembar panduan observasi untuk mengetahui gambaran sampai taraf mana tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan media perpustakaan dan diskusi kelompok yang telah ditentukan oleh peneliti dengan minta bantuan pada pembimbing
c.       Pedoman wawancara
Peneliti membuat pedoman wawancara yang digunakan untuk menjaring data yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan tindakan, pandangan dan pendapat guru dan siswa serta kepala sekolah terdapat proses belajar mengajar dan kurikulum yang diterapkan baik sebelum dan sesudah dilakukan program tindakan
d.      Test hasil belajar
Instrumen ini dilakuan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi atau pokok bahasan yang diajarkan. Test hasil belajar ini tidak diuji cobakan, tetapi tetap disusun secara bersama oleh peneliti dan teman sejawat.
3.      Pengamatan dan pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan seluruh data yang diperoleh berdasarkan instrument penelitian, kemudian data-data tersebut diberikan kode-kode tertentu berdasarkan jenis dan sumbernya. Selanjutnya peneliti melakukan inteprestasi terhadap keseluruhan data dan untuk memudahkan dalam menyusun katagorisasi data dan perumusan sejumlah hipotesis mengenai hasil dan rencana program tindakan  sesuai dengan tujuan penelitian.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dilakukan observasi dengan menggakan check list yang dibantu oleh teman sejawat, bertujuan untuk mencatat data kuantitatif tentang keberhasilan belajar mengajar dan mempunyai fungsi untuk menggambarkan sampai taraf mana tingkat keberhasilan seorang guru menyampaikan materi pelajaran.
4.      Refleksi
Berdasarkan pengolahan data yang diperoleh, bahwa setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran dalam dua siklus ternyata ada peningkatan. Semula nilai siswa yang mendapat batas tuntas lebih dari dan sama dengan 6,0 sebanyak 21  siswa dari 35 Siswa, atau hanya  60 % . Setelah diadakan perbaikan dengan memanfaatkan perpustakaan dan diskusi kelompok dengan intensif maka yang mendapat nilai diatas batas tuntas sebanyak 28 siswa dari 35 siswa atau sebesar 80 %. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan sikap anak dan kemampuan guru dalam pembelajaran semakin meningkat karena pemecahan masalah rendahnya nilai mata diklat diatas.











BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Diskripsi Per Siklus
      Setelah mengadakan perbaikan pembelajaran, dilaksanakan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima pelajaran. Evaluasi dilaksanakan setiap akhir siklus pembelajaran. Dan dari hasil evaluasi tersebut diperoleh data yang dituangkan dalam bentuk  :
1.      Nilai
2.      Ringkasan temuan perbaikan pembelajaran

B.     Pembahasan Dari setiap siklus
1.      Data diperoleh nilai setelah perbaikan pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut :
                         a.      Yang mendapat nilai 7,5 keatas sebanyak                        :  8 siswa
                        b.      Yang mendapat nilai 6,0 s/d 7,4 sebanyak                       : 13 siswa
                         c.      Yang mendapat nilai kurang dari 6,0 sebanyak                : 14 siswa
2.      Data diperoleh nilai setelah perbaikan pembelajaran pada siklus ke II adalah sebagai berikut :
                         a.      Yang mendapat nilai 7,5 keatas sebanyak                        : 10 siswa
                        b.      Yang mendapat nilai 6,0 s/d 7,4 sebanyak                       : 18 siswa
                         c.      Yang mendapat nilai kurang dari 6,0 sebanyak                : 7   siswa
3.      Berdasarkan nilai yang diperoleh dari perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut :
Keterangan
Prestasi belajar sebelum
Perbaikan ( Siklus I )
Prestasi belajar sesudah
Perbaikan ( Siklus II )
Tingkat penguasaan
Materi pembelajaran
Dari siswa 35 yang memperoleh nilai tuntas 21 siswa, berarti siswa telah menguasai materi adalah 60 %
Dari siswa 35yang memperoleh nilai tuntas 28 siswa, berarti siswa telah menguasai materi adalah 80  %

4.      Ringkasan temuan  perbaikan pembelajaran Kewirausahaan
                         a.      Refleksi siklus I
            Berdasarkan hasil perolehan nilai setelah pelaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus I ternyata ada peningkatan nilai. Semula siswa mendapatkan nilai dari  35 siswa yang mendapatkan batas tuntas 14 siswa (40%) setelah diadakan perbaikan pembelajaran dengan pembelajaran menggunakan media perpustakaan dan diskusi kelompok siswa mendapat nilai batas tuntas 21 ( 60 % )
                        b.      Refleksi siklus II
            Dari hasil perolehan nilai setelah pelaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II ternyata banyak  peningkatan nilai.  Yang semula siswa mendapatkan nilai dari  35 siswa yang mendapatkan batas tuntas 21 siswa setelah diadakan perbaikan pembelajaran dengan pembelajaran menggunakan media perpustakaan dan diskusi kelompok dengan lebih intensif  maka siswa mendapat nilai batas tuntas 24 ( 80 % ). Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh perubahan cara mengajar guru yang lebih bervariasi serta sikap dari siswa yang semakin bersemangat dalam mengikuti pembelajaran kewirausahaan. Sehingga kesulitan yang selama ini terjadi dapat diatasi antara lain dengan cara-cara tersebut diatas.












Tabel Data Nilai perbaikan Pembelajaran
Mata Diklat Kewirausahan Tingkat III Program TPTL1
SMK Negeri 2 Sragen
Pelaksanaan                 : Siklus I tanggal 14 – 8 - 2008
                                     Siklus II tanggal 21 – 8 – 2008

No
L/P
Nama Sisawa
Nilai Sebelum Perbaikan
Nilai Perbaikan
siklus I
Nilai Perbaikan
Siklus II
Ket
1

AGENG PRASETYO
80
82
85

2

AGUNG CAHYONO
54
56
70

3

AGUS TRIYANTO
52
55
56

4

AHMAD NUR HANIF
65
70
74

5

ANDREAS S
52
54
70

6

ANDRIYAS DIDIT S
70
74
80

7

ASRUL BENI W
52
54
70

8

BAYU CAHYONO
80
82
85

9

BAYU SEMBADA
52
55
58

10

DANANG BUDI U
70
72
74

11

DARMANTO
52
55
58

12

DIAN EKO S
65
70
74

13

DWI PUJIYANTO
80
82
85

14

DWI SURYANTO
70
80
82

15

DWI WINARTO
70
80
82

16

EDY WIDODO
70
75
85

17

EKO PANUDI
45
50
54

18

ENDRI TRI LAKSONO
60
65
70

19

FERI DHINA P
54
55
70

20

INDRIYANTO
60
72
74

21

JOKO SUSILO
60
72
74

22

JUNED EKO BAYU
52
54
55

23

MAHFUD FAUZI
70
82
85

24

NANDA FEBRI H
60
65
74

25

NOVIANA
60
65
74

26

NUR ROHIM
70
80
85

27

OKA PURWADI
54
54
70

28

PARYANTO
70
70
74

29

PRASETYA TRI W
52
55
74

30

RURUT DEPIT A
70
74
85

31

SAPTO KRIS S
80
82
85

32

SISWANTO
52
55
58

33

SUPARLAN
70
74
85

34

TRI JOKO M
52
55
70

35

TRIYANTO
48
50
55



RATA-RATA






JUMLAH TUNTAS
14 ( 40%)
21 (60%)
28 (80%)








  






























BAB V
KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dari perbaikan pembelajaran pada siklus I dan ke II, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, dengan memanfaatkan media perpustakaan dan diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi  pengelolaan usaha kecil kewirausahaan.

B.     Saran dan Tindak Lanjut
1.      Saran
a.       Agar siswa di sekolah disediakan buku-buku penunjang pelajaran Kewirausahaan yang jumlahnya mencukupi jumlah siswa, agar memudahkan siswa belajar dan memudahkan guru dalam proses pembelajaran
b.      Penataan perpustakaan yang menarik dan nyaman akan meningkatkan minat baca bagi para siswa, sehingga siswa dapat memanfaatkan buku-buku yang ada di perpustakaan secara optimal
2.      Tindak Lanjut
      Guru diharapkan lebih sering memberi tugas dalam latihan soal-soal yang memanfaatkan media perpustakaan serta diskusi kelompok agar siswa dapat meningkatkan dalam pembelajaran kewirausahaan serta dapat meningkat hasil penilaian dari setiap diadakan ulangan, sehinggga permasalahan yang siswa untuk mendapatkan nilai tuntas yang bagus dapat diatasi.







DAFTAR PUSTAKA

Bygrave, 1996. Enterpreneurship (terjemahan). Jakarta : Binarupa Aksara.
Gagne, Robert M., dan Leslie J. Briggs, 1974. Principles of Instructional Design. New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Roestiyah, N.K. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rustamz Mundilarto. 2004. Penelitian Tindakan Kelas.  Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Rintatik W.Sudarno. 2006  Kewirausahaan 3 untuk kelas XII SMK PT Tiga Serangkai Pustaka mandiri Solo
Suryana. 2004 Kewirausahaan SMK .Jakarta : Dirjend Dikdasmen Depdiknas
Tejosutisno,Ating 2004 Kewirausahaan SMK Tingkat III Bandung: Armico.





























Untuk lebih jelasnya, silahkan baca juga, artikel yang berhubungan dengan Artikel USAHA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT KEWIRAUSAHAAN MELALUI MEDIA PERPUSTAKAAN DAN DISKUSI KELOMPOK DI TINGKAT III PROGRAM TPTL 1 SEMESTER GASAL SMK NEGERI 2 SRAGEN , antara lain :
Bila Artikel USAHA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT KEWIRAUSAHAAN MELALUI MEDIA PERPUSTAKAAN DAN DISKUSI KELOMPOK DI TINGKAT III PROGRAM TPTL 1 SEMESTER GASAL SMK NEGERI 2 SRAGEN dirasa bermanfaat untuk Anda, sudi kiranya Anda berikan G plus one anda kami juga sangat bahagia bila anda suka dengan tulisan USAHA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT KEWIRAUSAHAAN MELALUI MEDIA PERPUSTAKAAN DAN DISKUSI KELOMPOK DI TINGKAT III PROGRAM TPTL 1 SEMESTER GASAL SMK NEGERI 2 SRAGEN ini
Komentar www.m-edukasi.web.idDan kami sangat berterimakasih, kepada anda yang telah meninggalkan komentarnya dibawah ini.



0 komentar:


Posting Komentar

Artikel Favorit