Rabu, 07 Mei 2014

PENINGKATAN KREATIFITAS DAN HASIL BELAJAR PEKERJAAN SAMBUNGAN KAYU MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TYPE STAD PADA PESERTA DIDIK KELAS X TKB 1 SMK NEGERI 2 SRAGEN SEMESTER GASAL TAHUN 2012/2013


Oleh : Y. Heru Styaka 

BAB I
PENDAHULUAN

A.            Pendahuluan
1.      Latar belakang
Kompetensi yang ada pada diri peserta didik, baik afektif, kognitif maupun psikomotorik harus dimunculkan. Oleh karena itu tugas seorang guru harus bisa menciptakan situasi pembelajaran yang bisa merangsang ide-ide peserta didik sesuai dengan kemampuan peserta didik masing-masing. Salah satu cara dengan membuat situasi pembelajaran yang bisa membangkitkan imajinasi peserta didik adalah dengan memberikan pembelajaran dengan menggunakan metode-metode tertentu. Guru dituntut untuk bisa menyampaikan materi pelajaran dengan menarik. Hal ini akan berdampak pada antusias peserta didik dalam menerima pelajaran.
Dalam pembelajaran pekerjaan sambungan kayu banyak peserta didik yang belum memahami atau bahkan tidak tahu sama sekali apa itu sambungan kayu, hal ini disebabkan para peserta didik baru pada peralihan antara pembelajaran yang ada di SMP. Dampak dari ketidaktauan peserta didik adalah banyak yamg mendapatkan nilai dibawah KKM.
Banyak para guru mengajar dengan  metode konvensional, ceramah, mencatat. Dampak dari semua ini peserta didik banyak yang ramai, main game atau bahkan ada yang tertidur. Guru belum menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode-metode pembelajaran PAKEM, maka dapat dipastikan hasil pembelajaran kurang maksimal
Untuk itu dengan adanya penyampaian materi pembelajaran dengan metode kooperatif type STAD ini diharapkan peserta didik dapat menerima materi pelajaran dengan suasana dan keadaan yang berbeda. Peserta didik diajak untuk berani menyampaikan argumentasi atau pendapatnya sendiri. Peserta didik diposisikan sebagai orang yang dapat menerima atau memberi masukan dari temannya.
Para guru mengharapkan semua peserta didik pada akhir pembelajaran dapat meningkat kreatifitasnya dan prestasi belajar pekerjaan sambungan kayu meningkat.

2.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu :
a.       Masih banyak peserta didik belum tahu apa itu sambungan kayu
b.      Banyak para guru menyampaikan pembelajaran dengan cara yang masih konvensional
c.       Peserta didik masih ada yang saat memerima materi pelajaran kurang memperhatikan
d.      Situasi pembelajaran yang kurang menarik terhadap minat siswa terhadap pembelajaran pekerjaan sambungan kayu

3.      Pembatasan Masalah
Dari uraian latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada :
a.       Kreatifitas pembelajaran pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran 2012/2013
b.      Hasil belajar pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran 2012/2013
c.       Kreatifitas dan hasil belajar pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran 2012/2013

4.      Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah :
a.         Apakah ada peningkatan kreatifitas belajar pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran 2012/2013?                                   
b.        Apakah ada peningkatan hasil belajar pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta didik kelas X  TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran 2012/2013?                                 
c.          Apakah ada peningkatan kreatifitas dan hasil  belajar pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran 2012/2013?   

5.      Tujuan Penelitian
a.       Tujuan Umum
1)   Untuk meningkatkan kreatifitas pembelajaran pekerjaan  pada peserta didik kelas X TKB 1 SMK N 2 Sragen  
2)   Untuk meningkatkan hasil belajar  pada peserta didik kelas X TKB 1 SMK N 2 Sragen
3)   Untuk meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar peserta didik kelas X TKB 1 SMK N 2 Sragen 
b.      Tujuan Khusus
1)   Untuk meningkatan kreatifitas belajar pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 
2)      Untuk meningkatan hasil belajar pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 
3)   Untuk meningkatan kreatifitas dan hasil belajar pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 

6.      Manfaat Penelitian
a.         Manfaat Teoritis
1)        Memberikan sumbangan terhadap pemgembangan mengenai peningkatan kreatifitas dan hasil belajar pekerjaan sambungan kayu melalui melalui pendekatan kooperatif type STAD.
2)        Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
b.        Manfaat Praktis.
1)        Bagi Peserta Didik
Peserta didik dapat merasakan sekaligus melakukan kegiatan pembelajaran yang langsung peserta didik lakukan sendiri.
2)        Bagi Guru
Guru yang belum melaksanakan pembelajaran dengan metode PAKEM agar menjadi kajian baginya dalam pembelajaran
3)        Bagi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah akan semakin tambah banyak buku-buku referensi yang berkaitan dengan model pembelajaran, sehingga akan tambah wawasan bagi pengunjung perpustakaan baik guru maupun peserta didik
4)        Bagi Sekolah
Sekolah akan sangat bermanfaat dikarenakan akan semakin banyak guru yang melakukan penelitian akan menimbulkan dampak minat untuk meneliti bagi guru-guru yang lain.

BAB II
LANDASAN TEORETIS

1.      Kajian Teori
a.     Kreatifitas Belajar pekerjaan sambungan kayu
1)   Hakekat Kreatifitas
Kreativitas menurut Riyanto Yatim (2009:43) dalam bukunya Paradikma Baru Pembelajaran adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan dan aplikasi dari ketiga aspek esensial yaitu : 1) kecerdasan, 2) analitis, dan  3) praktis
Individu yang potensial kreatif dapat dikenal dengan ciri-ciri yaitu hasrat keingintahuannya tinggi, bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, banyak akal, keinginan untuk menemukan/meneliti, cenderung mencari jawaban yang luas dalam melaksanakan tugas, berfikir fleksibel, menanggapi pertanyaan yang diajukan dengan jawaban yang banyak, kemampuan untuk membuat analisis dan sintesis, memiliki semangat bertanya serta meneliti.
              Ciri-ciri kepribadian yang kreatif ( Utami Munandar . 2009 : 35 ) adalah : ( a ) selalu ingin tahu; ( b ) memiliki minat yang luas; ( c ) menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif
Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya, seseorang memperngaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada (Utami Munandar, 2009:12 )
Kreativitas menurut Clark Moustakis ( 1967 ) dalam Utami Munandar ( 2009:18 ) pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.
2)   Hakekat Kreatifitas Belajar
Menurut Munandar dalam Sukmadinata ( 2004:104 ) kreativitas adalah kemampuan:  a) untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data informasi atau unsur yang ada, b) berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kualitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban, c) mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinilitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.
Menurut Komite Penasehat Nasional bidang pendidikan kreatif dan pendidikan budaya yang diterjemahkan oleh Craff ( 2005:291 ) menggambarkan kreativitas sebagai bentuk aktivitas imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat original, murni, dan asli.
Menurut Munandar ( 2004:37 ) beberapa ciri pribadi yang kreatif yaitu imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, senang berpetualang, penuh energi, percaya diri mengambil resiko, dan berani berpendirian dan berkeyakinan.
Dari uraian beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kreatifitas belajar adalah suatu kondisi, sikap, kemampuan, dan proses perubahan tingkah laku seseorang untuk menghasilkan produk atau gagasan, mencari pemecahan masalah yang lebih efisien dalam proses belajar
3)        Hakekat Pekerjaan Sambungan
Mengingat kebutuhan konstruksi dituntut memenuhi ukuran panjang / lebarnya yang ada di pasaran terbatas, maka dilakukan hubungan / sambungan. Sambungan adalah bagian terlemah dari konstruksi, oleh karena itu sambungan dibuat seaman mungkin dengan aturan-aturan yang telah teruji.
Macam-macam sambungan sesuai kenutuhan : 1) Sambungan melebar, untuk mencapai lebar yang lebih dari bahan yang ada; 2) Sambungan memanjang, biasanya sambungan untuk mendapatkan panjang yang dikehendaki; 3 )Sambungan menyudut adalah sambungan dua atau lebih kayu untuk memenuhi konstruksi tertentu.
4)        Hakekat Pekerjaan Sambungan Kayu
Pengertian Kayu
            Kayu dapat didefinisikan sebagai sesuatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, sebagai bagian suatu pohon. Dalam pengolahannya lebih lanjut, perlu diperhitungkan secara cermat bagian-bagian kayu manakah yang lebih banyak dimanfaatkan untuk suatu tujuan tertentu , menurut JF Dumanauw ( 1982:13 ).
     Sifat-sifat umum kayu : ( 1 )Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat simetri radial; ( 2 )Kayu disusun dari sel-sel yang memiliki bermacam-macam type dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa serta berupa liguin; ( 3 )Semua kayu bersifat anitropik yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya ( longitudinal, tangensial dan radial ); ( 3 )Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan atau bertambah kelembapannya akibat perubahan kelembapan dan suhu udara di sekitarnya; ( 4 )Kayu dapat diserang makluk perusak kayu, dapat terbakar, terutama jika kayu dalam keadaan kering. J.F. Dumanauw ( 1982:21 )

b.    Hakekat Hasil Belajar Pekerjaan Sambungan Kayu
1)        Hakekat Belajar
Belajar menurut Nana Sudjana ( 1989:28) mengemukakan bahwa ” Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang melalui proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu ”
Menurut M. Ngalim Purwanto ( 1990:85) bahwa pengertian belajar adalah merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman ; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar ; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
2)   Hakekat Hasil belajar
Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik perlu adanya evaluasi sebagai alat untuk mengukur hasil belajar. Pemberian nilai menurut Suharsimi (1997:274) merupakan suatu pekerjaan yang memberikan suatu feedback ( umpan balik ) yang mencerminkan seberapa jauh seorang peserta didik telah mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran.
Hasil belajar menurut Sudjana ( 2000:27) merupakan suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang diperoleh dan dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu
Menurut Gagne serta Jenkins dan lewins dalam ( Uno 2007:17 ) hasil belajar merupakan pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu.
Dari ketiga  diatas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kompetensi yang dimilki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
c)         Hakekat Pembelajaran Kooperatif Type STAD
1)      Hakekat Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau cooperatif Learning adalah pembelajaran yang berfokus penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar , menurut Budi Usodo ( 2000:2)
Belajar kooperatif lebih banyak manfaat dan lebih unggul dibanding dengan metode konvensional, lebih lanjut menurut Eko Siswanto (2005:16) menyatakan bahwa kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa.
Dari sudut pandang perkembangan kognitif, belajar kooperatif berdasar pada pendapat Piaget dan Vygotsky adalah sebagai berikut: Menurut Piaget, ketika siswa bekerjasama dalam suatu lingkungan, konflik sosiokognitif akan terjadi dan membentuk ketidakseimbangan kognitif (disequilibrium ) . Lebih lanjut Piaget berpendapat bahwa selama usaha kooperatif, partisipan akan meningkatkan diskusi sehingga konflik kognitif terjadi dan akan dipecahkan serta penalaran yang salah akan nampak dan akan segera dimodifikasi.
Riyanto Yatim (2009:55) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan porestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
2)   Berbagai Model Pembelajaran Kooperatif
Metode-metode pembelajaran kooperatif, Robert E. Slavin ( 2005:9 ) : ( 1 )Metode Student Team Achievement Division ( STAD ); ( 2 )Team Group Turnament ( TGT ); ( 3 ) Jigsaw; ( 4 )Coopertive Integrated Reading anComposition ( CIRC ); ( 5 )Team Accelerated Instruction ( TAI ); ( 6 )Group Investigation ( kelompok Investigasi ); ( 7 )Co-op Co-op; ( 8 )Complex Instruction; ( 9 )Learning Together; ( 10 )Metode-metode Informal; ( 11 )Managemen kelas koopertif; ( 12 )PembangunanTim

3)        Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
Manfaat model pembelajaran kooperatif, RE. Slavin ( 2005:274 ), pembelajaran kooperatif dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah dan solusi yang dirasakan efektif oleh guru untuk mrngatasi :
a.    Tidak bisa berteman
Masalah ini sering muncul pada minggu pertama atau kedua pembelajaran kooperatif, dikarenakan pembelajaran kooperatif, tim-tim biasanya terdiri dari kombinasi yang paling tidak diinginkan . Para siswa dalam satu tim adalah mereka yang berbeda dari segi jenis kelamin, etnik, kinerja dan akdemik.
b.    Perilaku yang salah
Salah satu cara untuk mendorong siswa supaya berperilaku sesuai adalah dengan memberikan kepada setiap tim maksimal tiga poin tambahan tiap harinya yang didasarkan pada perilaku tim, kooperatifnya dan usahanya.
c.    Kebisingan
Sebuah kelas pembelajaran kooperatif haruslah terdengar seperti dengungan lebah, bukan acara olahraga. Suara sibuk itu boleh-boleh saja, tetapi anda boleh membiarkannya.

d.   Siswa tidak hadir
Ketidakhadiran siswa bisa menjadi masalah dalam kelas pembelajaran kooperatif, karena para siswa antara satu dengan lainnya saling ketergantungan satu dengan lainnya untuk belajar bersama dan untuk memberi konstribusi poin kepada tim.
e.    Penggunaan waktu latihan yang tidak efektif
Apabila terjadi penggunaan waktu yang tidak efektif, bisa dimasukkan struktur tertentu dalam sesi-sesi latihan tim untuk memastikan bahwa mereka menggunakan waktunya dengan efektif.
f.     Tingkat kinerja yang terlalu jauh rentangnya
Pikirkan tentang apa yang akan dilakukan sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif.
g.    Pembelajaran Kooperatif Type STAD
      Student Teams Achievement Divisians ( STAD ) merupakan metode pembelajaran kooperatif untuk mengelompokkan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah metode pembelajaran yang baik untuk permulaan bagi seorang guru untuk mendekatkan pembelajaran pada pendekatan kooperatif ( Slavin, 2009:14(3).
Menurut Robert E. Slavin dan kawan-kawan, model Cooperatif Leraning type STAD terdiri dari 5 komponen ( fase ), yaitu : ( 1 ) Presentasi kelas; ( 2 ) Pembentukan tim; ( 3 ) Kuis; ( 4 ) Perubahan skor individu; ( 5 )Pengakuan tim
Fase STAD
Fase 1        : Guru presentasi di depan kelas, menyampiakan tujuan pembelajaran
Fase 2        : Guru membentuk kelompok
Fase 3        : Bekerja dalam kelompok
Fase 4        : Scafolding ( Guru melakukan bimbingan kepada kelompok atau kelas )
Fase 5        : Validation ( Guru mengadakan validasi hasil kerja kelompok )
Fase 6        : Quizzes ( Guru mengadakan kuis secara individu )
Fase 7        : Penghargaan kelompok
Fase 8        : Evaluasi oleh guru
     STAD merupakan teknik paling sederhana dan dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran dan berbagai tingkat umur ( Slavin, 2005:143 )

 

Fase
Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Fase 2
Menyajikan/menyampaikan informasi

Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Fase 5
Evaluasi



Fase 6
Memberikan penghargaan


Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil karyanya

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok


Dalam kegiatan belajar mengajar, metode STAD ini lebih sering disebut kerja kelompok dengan langkah-langkah sebagai berikut : ( 1 )Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang; ( 2 )Guru menyajikan materi pelajaran; ( 3 )Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok; ( 4 )Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan kuis dengan tidak saling membantu; ( 5 )

Pembahasan kuis; ( 6 )kesimpulan

2.      Penelitian yang Relevan
Untuk menguatkan landasan teori yang digunakan perlu merujuk hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan, berkaitan dengan Variabel Kreatifitas dan Hasil Belajar antara lain :
a.       Menurut Rustono, Kepala SD Negeri 06 Loning Kecamatan Kabupaten Pemalang, dalam penelitiannya yang berjudul ” Upaya meningkatkan hasil belajar Matematika Pengukuran melalui model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe STAD menyimpulkan : Fakta empirik menunjukkan bahwa nilai rata-rata meningkat dari 46,38 menjadi 74,33 ; sedangkan ketepatan indikator kinerja hanya sebesar 70. Tingkat ketuntasan dari 32,56% meningkat, sedangkan ketepatan indikator kinerja sebesar 75 %.
Berdasarkan pada hasil penelitian yang mana ketercapaian indikator kinerja sudah terpenuhi maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran cooperatif Learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika pengukuran bagi siswa kelas VI SD Negeri 06 Loning kecamatan Petarukan tahun pelajaran 2009/2010.

b.      Menurut Sari, Guru SMAN 1 Blora dalam penelitiannya yang berjudul ” Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Kimia Materi Senyawa dan Persamaan Reaksi melalui Pembelajaran Kooperatif Model Student Team STAD Siswa kelas X.1 SMA 1 Blora Semeter 1 Tahun 2010/2011 menyipulkan bahwa : Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka 1) dari hasil pengamatan dan hasil kuesioner jalannya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar serta hasil diskusi kelompok bahwa metode pembelajaran kooperatif type STAD dapat meningkatkan aktifitas, interaksi, kerjasama antar peserta didik, dan dapat meningkatkan minat peserta didik terhadap pelajaran kimia, dan 2) dari hasil ulangan harian peserta didik menunjukkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran kimia khususnya pada konsep tata nama senyawa dan persamaan rekasi
c.       Menurut Siti Muslikhah, Guru MAN 1 Surakarta dalam penelitiannya yang berjudul ” Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Ekonomi dengan Materi Pokok Pasar Modal melalui Model Pembelajaran Kooperatif STAD siswa kelas XI IS 4 MAN I Surakarta ” menyimpulkan : 1) Dengan pembelajaran kooperatif type STAD dapat menciptakan suasana yang sangat menyenangkan dalam belajar ekonomi, 2) dengan pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa pada materi pokok pasar modal dengan nilai rata-rata kelas sebelum tindakan 57,40 dan tingkat ketuntasan sebesar 80, dan nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 59, serta nilai rata-rata siklus II adalah 61,48 dengan tingkat ketuntasan minimal 60. Dengan demikian bahwa tindakan siklus I ke siklus II mengalami peningkatan / kenaikan sebesar 16 %

3.      Kerangka Berpikir
Siswa :
Kreativitas peserta didik dalam pembelajaran pekerjaan sambungan kayu rendah
Hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran pekerjaan sambungan kayu rendah



 
 

Guru :
Belum mengunakan pembelajaran koopertif type STAD

 
Kondidi Awal
 
                                                                       
Guru :
 mengunakan pembelajaran koopertif type STAD dalam pembelajaran pekerjaan sambungan kayu

 
 



           
Siklus I
 
Tindakan
 
Siklus II
 
Diduga melalui pembelajaran dengan metode kooperatif type STAD dapat meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar pekerjaan sambungan kayu

 
Kondisi Akhir
 
 







Gambar. 1
Kerangka Berfikir

4.      Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
a.       Terdapat peningkatan kreatifitas belajar pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran 2012/2013                                    
b.      Terdapat peningkatan hasil belajar pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada peserta didik kelas X  TKB 1 SMK N2 Sragen semester 1 tahun pelajaran 2012/2013                                   
c.       Terdapat peningkatan kreatifitas dan hasil  belajar pekerjaan sambungan kayu melalui pendekatan kooperatif type STAD pada  peserta didik kelas X TKB 1 SMK N2 Sragen semester bagi tahun pelajaran 2012/2013         















BAB III
METODE PENELITIAN
1.      Setting
a.       Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan sejak 1 Juli 2012 sampai dengan 31 Desember 2012, dengan pertimbangan bahwa berdasarkan identifikasi masalah yang dihadapi peneliti menurut kalender pendidikan alokasi waktu pembelajaran pada bulan Juli-Desember 2012.
b.      Tempat Penelitian
Tempat penelitian di kelas X TKB 1 SMK Negeri 2 Sragen, Jl. Dr. Sutomo No. 4 Sragen Telp/Fax : 0271 (891316)
2.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas X TKB 1 SMK N 2 Sragen , Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013.
3.      Sumber Data
a.       Peserta Didik, sebagai sumber data primer berkaitan dengan hasil belajar yang diperoleh ketika diadakan penilaian
b.      Teman Sejawat, sebagai sumber sekunder berdasarkan hasil pengamatan serta wawancara
4.      Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a.     Teknik Pengumpulan Data
1)      Tes : untuk mendapatkan nilai ulangan/hasil belajar peserta didik
2)      Non-tes : Alatnya adalah Lembar Pengamatan/Observasi, dan Pedoman Wawancara
b.    Alat Pengumpulan Data
1)        Teknik Tes : Alatnya adalah instrumen/butir soal
2)        Teknik non-tes: alatnya adalah Lembar Pengamatan/Observasi, dan Pedoman Wawancara
5.      Validasi Data
a.       Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang divalidasi adalah instrumen / butir soal, disusun berdasarkan kisi-kisi agar memenuhi validitas teoritik dan content/isi
b.      Data Kualitatif
Data kualitatif dapat dievaluasi melalui triangulasi : ( 1 )Triangulasi sumber, data berasal dari beberapa sumber ( melalui teman sejawat ); ( 2 )Triangulasi metode, data berasal dari beberapa sumber ( dengan menggunakan beberapa teknik/alat pengumpulan data )
6.      Analisis Data
Analisis Data
a.         Analisis Deskriptif Komparatif
Data Kuantitatif menggunakan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil belajar kondisi awal, hasil belajar setelah siklus I dan hasil belajar setelah siklus II, kemudian direfleksi
b.        Analisis Deskriptif Kualitatif
Data kualitatif hasil pengamatan maupun wawancara menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus, dengan membandingkan proses pembelajaran kondisi awal dan siklus I, membandingkan proses pembelajaran siklus I dan siklus II, serta membandingkan proses pembelajaran kondisi awal dan kondisi akhir, kemudian direfleksi
7.      Indikator Kinerja
Indikator kinerja dibuat berdasarkan target/hasil yang akan dicapai berkaitan dengan proses pembelajaran serta hasil belajar ( nilai ulangan ) peserta didik
a.       Indikator kinerja untuk proses pembelajaran adalah
Kreatifitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran pekerjaan sambungan kayu adalah meningkat dari 65 % menjadi 85 %
b.      Indikator kinerja untuk hasil belajar adalah
Hasil belajar pekerjaan sambungan kayu peserta didik secara klasikal meningkat dari 65 % menjadi 80 %
8.      Prosedur Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dalam 2 siklus, yang masing-masing siklus meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi.
1.         Siklus I
a.       Tahap perencanaan
1)      Menyususun RPP pada Kompetensi Dasar Melaksanakan macam-macam pekerjaan sambungan kayu
2)      Menyiapkan instrumen penelitian untuk guru dan peserta didik
3)      Menyiapkan format evaluasi pretes dan postes
4)      Menyiapkan sumber belajar yang berupa materi diskusi, kertas plano, dan spidol.
5)      Mengembangkan bahan ( materi ) pembelajaran yang diambil dari berbagai sumber yang dapat membantu memudahkan peserta didik untuk memahami materi pelajaran
6)      Menyusun lembar pengamatan sesuai dengan aspek-aspek yang akan diamati oleh teman sejawat selama proses pembelajaran
b.      Tahap pelaksanaan Tindakan
1)      Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan peserta didik memasuki Kompetensi Dasar yang akan dibahas.
2)      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3)      Guru menjelaskan materi pelajaran hari itu dengan menjelaskan langkah kerja model pembelajaran type STAD.
4)      Guru membagi kelompok dalam enam kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 peserta didik.
5)      Peserta didik diberi kesempatan membuka kembali hasil belajar di rumah yang sudah disiapkan pada masing-masing kelompok.
6)      Guru memotivasi seluruh peserta didik untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok dan menuliskan pada kertas yang sudah disediakan.
7)      25 menit kemudian guru membantu menempelkan hasil diskusi di papan dinding kelas.
8)      Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok memamerkan hasil kerjanya.
9)      Perwakilan peserta didik dipersilahkan melihat hasil kerja kelompok lain.
10)  Guru sambil bekeliling memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok.
11)  Guru menanyakan kepada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil diskusinya, guru memberi penghargaan
12)  Guru mendiskusikan kembali dengan seluruh peserta didik, bila perlu mengembangkan materi.
13)  Guru mengadakan tes/ulangan.
14)  Guru membagikan angket dan memerintahkan peserta didik untuk mengisi.
c.       Tahap Pengamatan
Pada tahap pengamatan, teman sejawat mengamati proses pembelajaran untuk melihat dan mencatat bagaimana perilaku belajar peserta didik. Pengamatan dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang meliputi aspek-aspek dengan kreteria yang sudah direncanakan , meliputi : keaktifan peserta didik, motivasi belajar peserta didik, inisiatif peserta didik, kerjasama, tanggung jawab
d.      Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti melakukan refleksi berdasarkan data yang diperoleh baik yang berupa data kualitatif dari pengamatan teman sejawat maupun hasil belajar berdasarkan nilai ulangan peserta didik. Dihubungkan dengan Indikator Kinerja, apakah sudah tercapai atau belum. Jika sudah, berapa % peningkatannya jika dibandingkan dengan kondisi awal, hasil refleksi menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan tindakan pada siklus ke II

2.      Siklus II
a.       Tahap perencanaan
1)      Mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan untuk mengatasi  masalah yang muncul pada siklus I berdasar pada siklus I
2)      Merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang muncul pada siklus I untuk memperbaiki atau meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik
3)      Merencanakan perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, RPP untuk tindakan siklus II yang sesuai standar proses dengan komponen-komponen yang dalam kegiatan pembelajarannya dirancanag strategi yang meliputi kegiatan yang bersifat: eksplorasi, elaborasi dan kompirmasi
4)      Mengembangkan instrumen penilaian ( butir soal ) sesuai dengan langkah-langkah yang benar menurut standar penilaian
5)      Mengembangkan bahan ( materi ) pembelajaran yang diambil dari berbagai sumber yang dapat membantu memudahkan peserta didik untuk memahami materi pelajaran
6)      Mengembangkan kebutuhan media/alat pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
7)      Menyusun lembar pengamatan sesuai dengan aspek-aspek yang akan diamati oleh teman sejawat selama proses pembelajaran
b.      Tahap pelaksanaan Tindakan
1)      Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan peserta didik memasuki Kompetensi Dasar yang akan dibahas.
2)      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3)      Guru menjelaskan materi pelajaran hari itu dengan menjelaskan langkah kerja model pembelajaran type STAD.
4)      Guru membagi kelompok dalam enam kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5 peserta didik.
5)      Peserta didik diberi kesempatan membuka kembali hasil belajar di rumah yang sudah disiapkan pada masing-masing kelompok.
6)      Guru memotivasi seluruh peserta didik untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok dan menuliskan pada kertas yang sudah disediakan.
7)      25 menit kemudian guru membantu menempelkan hasil diskusi di papan dinding kelas.
8)      Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok memamerkan hasil kerjanya.
9)      Perwakilan peserta didik dipersilahkan melihat hasil kerja kelompok lain.
10)  Guru sambil bekeliling memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok.
11)  Guru menanyakan kepada semua kelompok, kelompok mana yang terbaik hasil diskusinya, guru memberi penghargaan
12)  Guru mendiskusikan kembali dengan seluruh peserta didik, bila perlu mengembangkan materi.
13)  Guru mengadakan tes/ulangan.
14)  Guru membagikan angket dan memerintahkan peserta didik untuk mengisi.
c.       Tahap Pengamatan
Pada tahap pengamatan, teman sejawat mengamati proses pembelajaran untuk melihat dan mencatat bagaimana perilaku belajar peserta didik. Pengamatan dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang meliputi aspek-aspek dengan kreteria yang sudah direncanakan , meliputi : keaktifan peserta didik, motivasi belajar peserta didik, inisiatif peserta didik, kerjasama, tanggung jawab
d.      Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti melakukan refleksi berdasarkan data yang diperoleh baik yang berupa data kualitatif dari pengamatan teman sejawat maupun hasil belajar berdasarkan nilai ulangan peserta didik. Dihubungkan dengan Indikator Kinerja, apakah sudah tercapai atau belum. Jika sudah berapa % peningkatannya jika dibandingkan dengan kondisi siklus I, Hasil refleksi, menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan tindakan selanjutnya




BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diawali dari pelaksanaan Prasiklus, siklus 1 dan siklus 2. Nilai hasil prasiklus diperoleh dari ulangan harian yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 11 September 2012. Sedangkan hasil tes siklus I adalah nilai tes ulangan Kompetensi Dasar Melaksanakan macam-macam pekerjaan sambungan kayu pada indikator menjelaskan alat-alat pekerjaan konstruksi kayu, hasil tes siklus II adalah pada kompetensi dasar melaksanakan macam-macam pekerjaan sambungan kayu pada indikator membuat sambungan bibir lurus dan bibir lurus berkait, sedangkan hasil non tes berupa perubahan tingkah laku melalui deskripsi perilaku ekologis, catatan guru, catatan harian siswa, wawancara, sosiometri. Hal yang dibahas berupa proses pembelajaran, hasil tes prasiklus siklus I dan siklus II, perubahan perilaku belajar siswa. Hasil prasiklus, siklus I dan siklus II akan dijelaskan sebagai berikut.
Hasil Penelitian Prasiklus
Hasil tes prasiklus diperoleh berdasarkan hasil tes ulangan harian pada kompetensi dasar melaksanakan macam-macam pekerjaan pemasangan bata pada indikator menjelaskan alat-alat pekerjaan konstruksi bangunan. Hasil tes pada prasiklus berguna untuk mengetahui kemampuan awal siswa.


Katagori
Interval
F
Bobot Skor
Prosentase ( % )
Nilai Rata-rata
Ketuntasan ( % )
Sangat baik
85-100
-
-
-
1.710/30=
57 ( katagori kurang )
0/30 x 100
= 0 %
Baik
75-84
-
-
-
Cukup
60-74
12
720
40
Kurang
0-59
18
990
60
Jumlah

30
1.710
100
57
0

Tabel 1:  Hasil tes pada prasiklus

Pada tabel diatas, diketahui nilai rata-rata peserta didik masih dalam katagori kurang yaitu 57. Sebanyak 12 peserta didik atau 40 % memperoleh nilai katagori cukup dalam interval 60-70, dan ada 18 peserta didik atau 60 % memperoleh nilai katagori kurang dalam interval 0-59. Sedang tidak ada peserta didik yang memperoleh nilai katagori baik maupun sangat baik.
            Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa peserta didik masih kurang prestasinya dalam pembelajaran, dan semua belum memperoleh ketuntasan belajar, yaitu minimal mendapatkan nilai 75. Data ini menjadi dasar dalam melakukan penelitian tindakan kelas.



Hasil Penelitian Siklus I
Kegiatan siklus 1 merupakan tindakan lanjutan setelah melihat data dari pembelajaran prasiklus. Kegiatan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran tentang sambungan kayu. Dalam penyampaian materi kepada peserta didik, diawali dengan menjelaskan peralatan yang digunakan dalam pekerjaan sambungan kayu, dilanjutkan dengan materi persyaratan yang dipenuhi untuk membuat sambungan, berdasarkan hasil instrumen keaktifan dan respon peserta didik. Pemaparan mengenai peningkatan prestasi berupa perolehan nilai tes di akhir pertemuan yang ke 3. Mengenai hasil penelitian siklus 1 diuraikan sebagai berikut.
Pelaksanaan Tindakan Penelitian siklus 1.
Perencanaan.
Proses Pembelajaran Pemasangan Bata melalui metode pembelajaran kooperatif type STAD pada siklus 1dilaksanakan empat tahap. Tahap perencanaan guru menyusun Rencana Program Pembelajaran ( RPP ) , dalam RPP ini semua yang akan dilaksanakan oleh guru sudah tercatat, dari RPP ini pula bagaimana peserta didik akan diberi materi apa. Selain itu juga guru menyiapkan instrument penelitian yang antara lain meliputi instrument: Observasi kegiatan guru saat mengajar,; Observasi keaktifan peserta didik; Observasi kegiatan peserta didik saat KBM berlangsung; Observasi respon peserta didik. Selanjutnya guru menyiapkan format untuk kegiatan pretes dan postes. Setelah itu guru melaksanakan sekenario pembelajaran dengan menggunakan metode STAD.

Tindakan
Pada tahap Tindakan atau pelaksanaan kegiatan pembelajaran, awalnya guru menyampaikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik, kegiatan semacam ini biasa disebut pretes. Pretes ini guru menyampaikannya secara acak kepada beberapa peserta didik, hal ini dimaksud agar semua peserta didik focus mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Pada saat kegiatan pretes tersebut dilaksanakan ada beberapa peserta didik yang antusias menyampaikan jawaban yang disampaikan oleh guru. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini yaitu pemasangan bata dengan menggunakan teori pembelajaran STAD. Pada awalnya teori pembelajaran STAD adalah membentuk kelompok , yang masing-masing kelompok terdiri atas 4 sampai dengan 5 peserta didik yang mana tiap-tiap kelompok heterogen, baik jenis kelamin , ras, agama maupun kepandaiaannya. Hal ini dikandung maksud agar tiap-tiap kelompok akan saling mengisi datu sama lain.

Pada saat pembelajaran dengan menggunakan metode STAD dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 5 peserta didik. Pada pembagian kelompok ini ada beberapa peserta didik yang merasa tidak puas, dikarenakan biasanya dia bersama teman dekatnya, akan tetapi didalam tugas kelompok dia tidak dengan temannnya. Hal inilah yang memang diharapkan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode STAD. Peserta didik dituntut untuk menemukan dan bekerja kelompok yang mana anggota kelompoknya berbeda-beda, dari kelompok yang berbeda ini diharapkan akan muncul beberapa gagasan atau pemikiran yang akan disampaikan dari peserta didik.
            Pada tahap kegiatan ini merupakan kegiatan pokok pemberian materi kepada peserta didik. Peneliti memberikan tugas kelompok untuk dibahas dan nantinya dipresentasikan kepada teman kelompok lainnya. Guru pada kegiatan ini memberikan tugas terstruktur kepada tiap-tiap kelompok untuk didiskusikan mengenai peratan apa saja yang digunakan dalam memasang bata. Selama proses didkusi berlangsung ada beberapa peserta didik yang kurang antusias atau tidak focus berdiskusi, ada saja yang masih menggangu temannya atau bahkan mengantuk.

Selanjutnya, tiap-tiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil didkusi dengan cara menpelkan karyanyan didepan papan tulis atau diding. Pada penempelan ini guru membantu menepelkan agar bisa lebih cepat dan rapi.

Selanjutnya guru bersama dengan peserta didik memberikan penilaian kepada hasil karya diskusi kelompok 1 sampai dengan kelompok 6. Dari hasil karya atau diskusi masing-masing kelompok didapatkan ada kelompok yang terbaik. Dari kelompok yang memperoleh nilai terbaik ini guru memberikan apresiasi berupa hadiah bolpoin.



Pengamatan

Setelah selesai maka peserta didik yang memberikan penilaian kepada kelompok lain, menyampaikan hasil penilaiannya kepada guru dan guru sendiri juga menilai dari masing-masing kelompok sebagai bahan penilaiain perubahan sikap dan peran aktif peserta didik di dalam proses pembelajaran.

Refleksi
Pada tahapan ini guru melakukan proses analisis hasil tes, hasil observasi dan pengamatan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi ini dianalisis kemudian dilakukan siklus 2.


B.     Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian diperoleh dari tindakan pada siklus 1 dan 2. Hasil penelitian berupa hasil penilaian ulangan harian sebagai hasil tes. Hasil nontes berupa pengamatan pada saat pembelajaran berlangsung, hasil wawancara pada siklus 1 dan 2 dan melalui angket yang disempaikan kepada peserta didik.
Penilaian sikap aktif  peserta didik dalam proses pembelajaran atau diskusi pemasangan bata dapat dilihat pada tabel di bawah ini




No
Kelompok
Nilai Tiap Aspek
Jumlah
Scor max
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Kelompok 1
-
vv
vv
vvv
vv
v
v
v
12
40
2
Kelompok 2
vv
v
vvv
vvv
vvv
vv
vv
v
17
40
3
Kelompok 3
vv
v
vvv
vv
vv
v
v
v
13
40
4
Kelompok 4
v
vvv
vvv
vvv
vv
v
v
v
15
40
5
Kelompok 5
v
v
vv
vv
vv
v
v
v
11
40
6
Kelompok 6
vvv
-
vvv
vv
vv
v
vvv
v
16
40
Jumlah
9
8
16
15
13
7
9
6
84

Rata-rata








14
40

Prosentase
Kreteria
75 % - 100 %
Sangat tinggi
50 % - 74,99 %
Tinggi
25 % - 49,99 %
Sedang
0 % - 24,99 %
Rendah

Tabel 2 : lembar Observasi kreatifitas peserta didik siklus 1
Dari tabel pencapaian kreatifitas peserta didik dalam diskusi kelompok diperoleh hasil sebagai berikut : kelompok 1 mendapat scor 12 atau 30 % masuk dalam katagori sedang, kelompok 2 mendapat scor 17 atau 42,5 % masuk dalam katagori sedang, kelompok 3 mendapat scor 13 atau 32,5 % masuk dalam katagori sedang, kelompok 4 mendapat scor 15 atau 37,5 % masuk dalam katagori sedang, kelompok 5 mendapat scor 11 atau 27,5 % masuk dalam katagori sedang, dan kelompok 6 mendapat scor 16 atau 40 % masuk dalam katagori sedang.
            Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa, dari enam kelompok, kelompok teratas didapat kelompok 6 yaitu mendapat skor 16 atau 40 % dari total makimum skor yang dicapai, kelompok terbawah didapat kelompok 5 atau 27,5 % hal ini disebabkan karena masih perlu pembimbingan kaitannya dengan proses pembelajaran yang menggunakan metode STAD atau dengan kata lain perlu adanya rutinitas setiap guru menggunakan metode yang kreatif dalam menyampaikan meteri pembelajaran. Dengan hasil ini yang dioperoleh oleh masing-masing kelompok, diharapkan pada pemebejaran pada siklus 2 nanti skor pencapaian dapat meningkat baik dari skor kelompok maupun pada individu peserta didik, rata-rata skor kreatifitas peserta didik 14 atau 35 % katagori sedang.
            Dari tabel ini pula dapat dijelaskan bahwa kreatifitas peserta didik pada pembelajaran siklus 1 dari delapan aspek penilaian antara lain : 1. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru; 2. Mencatat kegiatan guru; 3. Merespon pertanyaan atau perintah guru; 4. Mengajukan pertanyaan kepada guru jika menemukan masalah; 5. Berpartisipasi dalam diskusi kelompok; 6. Mengemukakan pendapat dalam kelompok; 7. Mengerjakan soal dan lembar kegiatan; 8. Mempresentasikan hasil kerja kelompok. Terdapat aspek yang ke 8, yaitu mempresentasikan hasil kerja kelompok mendapatkan nilai terendah dengan memperoleh skor 6 atau 12,5 %, hal ini memang perlu dimaklumi peserta didik belum terbiasa untuk menyampaikan hasil diskusi di depan umum. Aspek ini perlu ditingkatkan agar kelak para peserta didik terbiasa untuk menyampaikan pendapat mereka di depan khalayak umum. Untuk aspek-aspek yang lainnya mendapatkan skor yang agak lumayan baik, akan tetapi perlu juga mendapatkan perhatian agar semua peserta didik akan bisa mempunyai keterampilan bertanya, menyampaikan pendapatnya dan juga akan menambah wawasannya untuk bekal dikemudian hari.
            Dari apa yang dicapai pada siklus 1, kreatifitas peserta didik dilanjutkan pada proses pembelajaran pada siklus 2, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No
Kelompok
Nilai Tiap Aspek
Jumlah
Scor max
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Kelompok 1
vvv
vv
v
vvv
vv
vv
vvv
vv
18
40
2
Kelompok 2
vvv
vvv
vv
vvv
vvv
vvv
vvv
vv
22
40
3
Kelompok 3
vvv
vvv
vv
vv
vv
vvv
vvv
vv
20
40
4
Kelompok 4
vv
vvv
vv
vvv
vv
vvv
vv
vvv
20
40
5
Kelompok 5
vv
vv
vvv
vv
vvv
vv
vvv
vv
19
40
6
Kelompok 6
vvv
vv
vvv
vv
vv
vvv
vvv
vvv
21
40
Jumlah
16
15
13
15
14
16
17
14
120

Rata-rata








20


 Tabel 3 : Lembar Observasi kreatifitas peserta didik siklus 2


Prosentase
Kreteria
75 % - 100 %
Sangat tinggi
50 % - 74,99 %
Tinggi
25 % - 49,99 %
Sedang
0 % - 24,99 %
Rendah

Dari tabel pencapaian kreatifitas peserta didik dalam diskusi kelompok diperoleh hasil sebagai berikut : kelompok 1mendapat scor 18 atau 45 % masuk dalam katagori sedang, kelompok 2 mendapat scor 22 atau 55 % masuk dalam katagori tinggi, kelompok 3 mendapat scor 20 atau 50 % masuk dalam katagori tinggi, kelompok 4 mendapat scor 20 atau 50 % masuk dalam katagori tinggi, kelompok 5 mendapat scor 19 atau 47,5 % masuk dalam katagori sedang, dan kelompok 6 mendapat scor 21 atau 52,5 % masuk dalam katagori tinggi.
            Analisi tabel diatas didapatkan bahwa terdapat kelompok yang terbawah pencapaiannya skornya yaitu kelompok 1 yaitu mendapat skor 18 atau45 % dalam katagori tinggi, secara umum dari 6 kelompok sudah mendapatkan scor pencapaian tinggi, ada satu kelompok mendapatkan skor tertinggi dengan memperoleh 22 atau 55% dalam katagori sangat tinggi. Rata-rata skor kreatifitas peserta didik 20 atau 50 % katagori tinggi.  Dengan adanya peningkatan kreatifitas  peserta didik dari siklus 1 dengan siklus 2 maka didapatkan bahwa terdapat peningkatan kreatifitas para peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran sambungan kayu dengan menggunakan metode pembelajaran Sudent Teams Achievement Divisians ( STAD )
            Pada akhir pembelajaran siklus 2, peserta didik diminta untuk mengisi angket dengan 5 pilihan,  hasil dari angket yang dikerjakan para peserta didik didapatkan, sesuai dengan tabel di bawah ini :
No
Sangat Setuju
Setuju
Netral
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Skor Max
3.000
2.400
1.800
1.200
600
9.000
Skor Peserta didik
522
692
480
326
301
2.321
Prosentase





77 %

Tabel 4 : Kreteria Respon peserta didik pada siklus 2

Prosentase
Kreteria
75 % - 100 %
Sangat tinggi
50 % - 74,99 %
Tinggi
25 % - 49,99 %
Sedang
0 % - 24,99 %
Rendah

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa respon peserta didik mencapai 77 %, dalam katgori sangat tinggi. Hal ini dapat menjadi gambaran bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD mendapatkan respon positif dari para peserta didik.
            Dari hasil tes siklus 1 untuk kompetensi dasar melaksanakan macam-macam pekerjaan sambungan kayu, indikator menjelaskan alat-alat pekerjaan konstruksi kayu. Dalam bentuk tes esaay yang berjumlah 4 soal dalam waktu 45 menit diperoleh hasil seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini :
Katagori
Interval
F
Bobot Skor
Prosentase ( % )
Nilai Rata-rata
Ketuntasan ( % )
Sangat baik
85-100
4
370
13,33
2.377/30=
79,23       ( baik )
24/30 x 100 %
= 80 %
Baik
75-84
20
1.590
66,67
Cukup
60-74
6
417
20
Kurang
0-59
0
0
0
Jumlah

30
2.377
100
79,23
80

Tabel 5 : Hasil tes siklus 1

Data tabel diatas memperlihatkan hasil peserta didik dalam mengerjakan soal tes kompetensi dasar melaksanakan macam-macam pekerjaan sambungan kayu, indikator menjelaskan alat-alat pekerjaan konstruksi kayu sudah baik. Rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik sebesar 79,23 % kalau dibulatkan 79 %, sudah dalam katagori baik dengan interval 75-84. Sebanyak 4 peserta didik memperoleh skor sangat baik atau sebesar 13,33 %. Sementara itu sebanyak 20 peserta didik memperoleh baik atau 66,67 % dan peserta didik yang memperoleh dengan katagori cukup berjumlah 6 orng atau 20 %.  Dan tidak ada satu orang pun peserta didik yang mendapat skor dengan katagori kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan dari apa yang didapatkan peserta didik berupa nilai dalam mengerjakan soal tes diakhir siklus 1. Ini dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Katagori
Interval
Prasiklus
Siklus 1
F
Bobot Skor
Prosentase ( % )
F
Bobot Skor
Prosentase ( % )
Sangat baik
85-100
-
-
-
4
370
13,33
Baik
75-84
-
-
-
20
1.590
66,67
Cukup
60-74
12
720
40
6
417
20
Kurang
0-59
18
990
60
0
0
0
Jumlah

30
1.710
100
30
2.377
100

Tabel 6 :  perbandingan skor prasiklus dengan siklus 1




Katagori
Interval
F
Bobot Skor
Prosentase ( % )
Nilai Rata-rata
Ketuntasan ( % )
Sangat baik
85-100
14
1.295
46,67
2.547/30=
85            ( sangat baik )
28/30 x 100 %
= 93.33 %
Baik
75-84
14
1.113
46,67
Cukup
60-74
2
139
6,66
Kurang
0-59
0
0
0
Jumlah

30
2.547
100
79,23
93,33

Tabel 7 : Hasil tes siklus 2

Dari hasil tes siklus 2 untuk kompetensi dasar melaksanakan macam-macam pekerjaan sambungan kayu, indikator membuat sambungan bibir lurus dan bibir lurus berkait, dalam bentuk tes esaay yang berjumlah 6 soal dalam waktu 45 menit diperoleh hasil seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini :







Katagori
Interval
Siklus 1
Siklus 2
F
Bobot Skor
Prosentase ( % )
F
Bobot Skor
Prosentase ( % )
Sangat baik
85-100
4
370
13,33
14
1.295
46,67
Baik
75-84
20
1.590
66,67
14
1.113
46,67
Cukup
60-74
6
417
20
2
139
6,66
Kurang
0-59
0
0
0
0
0
0
Jumlah

30
2.377
100
30
2.547
100

Tabel 8:  perbandingan skor peserta didik siklus 1 dan siklus 2

Dari hasil tes siklus 1 prestasi dengan memperoleh skor 85-100 meningkat dari 4 peserta didik atau 13,33 % menjadi 14 peserta didik atau 46,67 %. Hal ini berarti peningkatan prestasi yang diperoleh peserta didik hampir 50 % memperoleh nilai diatas 80. Sedangkan pencapaian skor 75-84 menurun dari 20 peserta didik atau 66,67 % menjadi 14 atau 46,67 %. Dan yang memperoleh skor 60-74 atau dalam katagori cukup menurun dari 6 peserta didik atau 20 % menjadi 2 peserta didik atau 6,66 %.




BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.  Simpulan
            Berdasarkan hasil penelitian pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan kretifitas dan hasil  belajar adalah sebagai berikut
1)      Proses pembelajaran pemanfaatan model kooperatif tipe STAD pada siklus 1 dan 2 berlangsung dalam alur dan tahapan yang sama, namun guru melakukan perbaikan proses pembelajaran pada siklus 2 berdasarkan refleksi siklus 1. Pada siklus 1 peserta didik diberi pemahaman tentang materi menjelaskan alat-alat pekerjaan konstruksi kayu. Sedangkan pada siklus 2 peserta didik diberi materi tentang membuat sambungan bibir lurus dan bibir lurus berkait, dan juga guru memberi pendalaman materi yang lebih intensif terutama bagi mereka yang belum memahami, terutama pada aspek-aspek yang belum dikuasai peserta didik. Pada siklus 2 guru memilih materi yang lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Perbaikan yang telah dilaksanakan pada siklus 2 menyebabkan pembelajaran dapat berlangsung lancar, terbukti dengan adanya kenaikan skor yang diperoleh peserta didik.
2)      Penggunaan metode kooperatif STAD dapat meningkatkan kreatifitas peserta didik, ini dapat dilihat dari tabel skor pencapaian 14 atau 35 % dengan katagori sedang  pada siklus 1 meningkat menjadi skor 20 atau 50 % dengan katagori tinggi pada siklus 2.
3)      Prestasi peserta didik semakin meningkat, ini dapat dilihat dari ketuntasan peserta didik 80 % pada siklus 1 menjadi 93,33 % pada siklus 2
4)      Perubahan perilaku peserta didik semakin meningkat tingkat keberanian bertanya, menyampaikan pendapat dan mempresentasikan hasil diskusinya.

B.       Saran
Hasil pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada teman-teman guru di SMK Negeri 2 Sragen, hal ini dapat menjadi sumber belajar bagi guru-guru yang lain, dan juga semoga dapat menjadi daya tarik dan pendorong bagi guru yang lain untuk dapat mengembangkan metode pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan, sehingga pembelajaran akan semakin bermanfaat bagi sekolah, guru maupun peserta didik.









DAFTAR PUSTAKA

Budi Martono: Teknik Perkayuan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.2008
Blog.elearning.wesa.ac.id/alim_sumarno/kreativitas.belajar. Selasa, 8 mei 2012, jam 11.30
Djuharis Rasul : Gambar Teknik Bangunan. Angkasa. Bandung. 1999
J.F. Dumanauw : Mengenal Kayu. Kanisius. Jogjakarta.1982
Robert E. Slavin : Cooperative Learning.Nusa Media.Bandung. 2005
Soeratman : Konstruksi Kayu I . Depdikbud. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta. 1978
Sri Narwanti: Creative Learning. Familia. Yogyakarta. 2011
Utami Munandar. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta. 2009
Yeni Rachmawati: Strategi Pengembangan Kreatitivitas pada Anak. Kencana. Jakarta. 2011

BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit