PELAKSANAAN MODEL OUANTUM TEACHING DENGAN GROUP INVESTIGASI UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN KOMPETENSI MEKANIKATEKNIK PADA PESERTA DIDIK KELAS X TKK 1
SMK NEGERI 2 SRAGEN SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015
Irmina Titik Purwanti *)
irminatitik@yahoo.co.id
Abstrak: rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah rendahnya keaktifan peserta didik dan sikap percaya diri dan prestasi belajar pada peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan pencapaian standart kompetensi Mekanika Teknik, pada peserta didik kelas X Teknik kontruksi Kayu 1 SMK Negeri 2 Sragen tahun ajaran 2014/2015 nilai KKM 2,66 dengan jumlah prosentase ketuntasan kopetensi 87,9%, pencapaian keaktifan belajar peserta didik 81,3%, Pencapaian sikap percaya diri pserta didik 86,2 %. Berdasarkan hasil penelitian , maka peneliti merekomendasikan bahwa model Quantum Teaching dengan Group Investigasi dapat meningkatkan keaktifan peserta didik , sikap percaya diri peserta didik dan meningkatkan kompetensi Mekanika Teknik kelas X Teknik kontruksi kayu 1 SMK Negeri 2 Sragen.
Kata kunci : Model Quantum Teaching dan Group Investigasi.
*( peneliti guru SMK Negeri 2 Sragen)
A. PENDAHULUAN
Dengan permasalahan rendahnya kemampuan belajar dan aktifitas belajar Mekanika Teknik pada peserta didik jika tidak diatas akan menyebabkan rendahnya kemampuan menyelesaikan soal, rendahnya penguasaan kompetensi mata pelajaran Mekanika Teknik, sehingga nilai ulangan harian rendah akibatnya hasil belajar Mekanika Teknik secara umum juga rendah. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut guru dapat melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hopkins dalam Zainal Agib (2009 : 44) menjelaskan:
“ Actions research combines as substantive act with a research procedure, it is action disciplined by enquiry a personal attempt at under standing while enyaged in a process of improvement and reform ”.
Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut, 1)Bagaimana proses pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran, 2)Bagaimana peningkatan keaktifan peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran quantum Teaching dengan Group Investihasi? 3)Bagaimana peningkatan sikap percaya diri peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 1 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran quantum Teaching dengan Group Investigasi?
Tujuan Penelitian dalam penelitian ini, sebagaimana perumusan masalah yang disusun, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)Mendiskripsikan proses pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran, 2)Mendiskripsikan peningkatan sikap percaya diri peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi. 3)Mendiskripsikan peningkatan sikap percaya diri peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi.
B. LANDASAN TEORTIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya, beberapa penelitian yang berhubungan dengan topik ini, yaitu tentang, (jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen / article /view /255/143),
Kusuma Wardani, 2008 ,Metode Quantum Teaching dengan study group untuk peningkatan prestasi belajar geografi siswa kelas VII SMP Negeri 1 mojolaban Kabupaten Sukoharjo, Teses Pasca sarjana UNS.
Kiranawati. 2007. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation). http: //gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/ metode-investigasi-kelompok-group-investigation/.
Kajian teoritis yang digunakan sebagai kerangka teoristis pada penelitian adalah :
1. Kerangka perencanaan Pembelajaran Quantum
Dalam (De Porter, Readon dan Singer Nourie, 2001 : 5) ,Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum dikenal dengan singkatan “ TANDUR” yaitu:1). Tumbuhkan: Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “ bawalah dunia mereka kedunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan ( persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial ( komunikasi belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada peserta didik, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu. Strategi untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menulis tujuan pembelajaran di papan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/ media yang menarik atau lucu, isu mutakhir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang. 2). Alami :Tahap ini jika tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun peserta didik sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Strategi konsep ALAMI dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi dengan memberikan tugas secara individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.3). Namai: Konsep ini berada pada kegiatan inti. Yang NAMAI mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak ( membuat peserta didik penasaran, penuh pertannyaan mengenahi pengalaman) untuk memberikan identita, menguatkan dan mendifinisikan..4). Demostrasikan:Tahap ini masih pada kegiatan ini, Inti pada tahap ini adalah memberikan kesempatan siswa untuk menunjukan bahwa peserta didik tahu. Hal ini sekaligus memberikan kesempatan peserta didik untuk menunjukan tingkat pemahamanan terhadap materi yang dipelajari.Panduan guru untuk memahami tahap ini yaitu dengan cara apa peserta didik dapat memperagakan tingkat kecakapan peserta didik dengan pengetahuan yang baru? 5. Ulangi:Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku ini “ kegiatan ini dilakukan secaa multi modalitas dan multi kecerdasan Panduan guru untuk memasukan tahap ini yaitu cara apa yang bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? 6). Rayakan: Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketentuan, dan kesuksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lebih lanjut.(http// Quantum teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1 juli 2014)
2. Mengkombinasikan dengan Group Investigasi
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atauknowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75).
Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigasi adalah:
1). Membutuhkan Kemampuan Kelompok.
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
2). Rencana Kooperatif.
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
3). Peran Guru.
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
3. Langkah-Langkah dalam Menggunakan Model Group Investigation
Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007), dapat dikemukakan sebagai berikut:
1). Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2). Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.
3). Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4). Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5). Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6). Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
4. Kerangka pikir
Pelaksanaan Quantum Teaching akan mampu memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta mewujudkan transformasi pengalaman dan penguatan yang efektif olek karena siswa melaksanakan pembelajaran tidak dalam kondisi terpaksa atau tidak dalam kondisi tidak senang, akan tetapi dalam suasana penuh motivasi dan tidak tegang.. Sementara itu, melalui Group Investigasi, siswa dilatih untuk memecahkan masalah secara mandiri sehingga akan terbentuk kemampuan problem solving. group investigasi juga dilakukan untuk memperdalam pengetahuan yang telah diperoleh dari guru, dan pendalaman tersebut dilakukan bersama-sama dengan rekan lainnya, sehingga akan terjadi proses transformasi pengetahuan antar siswa.
5. Hipotesis tindakan
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: 1) Meningkatkan proses pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran? 2) Meningkatan keaktifan peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi?
C. METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus 1 bertujuan mengetahui prestasi belajar kompetensi mekanika teknik dan sikap percaya diri peserta didik , dalam tindakan awal penelitian dan sekaligus digunakan sebagai refleksi untuk melakukan siklus 2. Siklus 2 bertujuan untuk mengetahui peningkatan perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus 1.
Siklus I
Pada siklus 1 perencanaan berupa kegiatan-kegiatan menentukan langkah yang akan dilakukan untuk memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran statika selama ini menggunakan model konvensional. Tahap ini bermanfaat agar pelaksanaan pada tahap tindakan lebih mudah, terarah dan sistematis. Tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan proses pembelajaran pada siklus 1 sesuai dengan perencanaan yang disusun. Tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan proses pembelajaran Mekanika Teknik menggunakan model Quantum Teaching dengan Group Investigasi. Observasi dilakuan untuk mengetahui segala peristiwa yang berhubungan dengan pembelajaran maupun respons terhadap teknik model pembelajaran yang digunakan guru. Data observasi diperoleh dari lembar observasi, catatan harian guru, catatan harian siswa, lembar wawancara, dan dokumentasi foto. Refleksi bertujuan untuk mengetahui kendala apa yang ditemui dalam meningkatkan prestasi belajar mekanika teknik peserta didik .
Siklus II
Pada siklus 2, perencanaan adalah penympurnaan dari perencanaan siklus . hasil refleksi siklus 1 dikoordinasikan dengan guru mata pelajaran Mekanika Teknik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen untuk melakukan perencanaakan ulang. Tindakan yang dilakuan adalah dengan perencanaan yang telah disusun berdasarkan perbaikan pada siklus 1. Materi pembelajaran sama seperti materi pelajaran siklus 1, yaitu 1) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya,2) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan material pembentuknya 3) . Mengklasifikasikan struktur berdasarkan elemen utamanya. Materi pembelajaran siklus II 1) Mengidentifikasi kriteria desain struktur, 2) Menjabarkan kriteria pembebanan struktur3) klasifikasi permodelan analisis gempa., Tahap tindakan dilaksanakan dalam tiga tahap iatu persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut. Observasi dilakuan untuk mengmpulkan data tentang sikap kemandirian dan respons siswa terhadap proses pembelajaraan dengan model Quantum teaching group investigasi. Pengambilan data dilakukan dengan teknik tes dan non tes . refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil non tes yang dilakukan pada siklus 2.
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah mata pelajaran mekanika teknik pada kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen.variabel penelitian ini adalah model Quantum Teaching dengan Group Investigasi , dan prestasi belajar Mekanika Teknik, keaktifan belajarsikap percaya diri peserta didik. Indikator kinerja dalam penelitian ini meliputi dua aspek yaitu kuantitatif dan kualitatif
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Tes dilakukan dengan menggunakan soal-soal. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tes a siklus 1 dan tes b siklus 2. Skor penilaian berdasarkan aspek-aspek yang sudah ada. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang sesuai dengan materi, yaitu menerapkan teori keseimbangan .dalam melakukan tes ini diperlukan instrumen atau alat bantu yang berupa kriteria atau pedoman penilaian. Penilaian tersebut harus menunjukan pencapaian indikator yang telah ditentukan. Sedangkan teknik nontes yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, lembar jurnal,lembar wawancara, lembar dokumemtasi foto yang digunakan untuk mengungkapkan perubahan tingkah laku peserta didik selama mengikuti pembelajaran mekanika tenik dengan model quantum teaching dengan group investigasi
Analisis data yang dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajran mekanika teknik dengan model Quantum Teaching dengan Group Investigasi adalah teknik kualitatif dan kuantitatif.
Indikator penelitian ini, penilaian dilakukan berdasarkan tes unjuk kerja. Indikator data kuantitatif penelitian ini adalah ketercapaian target kriteria ketuntasan minimal siswa sebesar 2,66 dengan jumlah peserta didik minimal 87,9% dari jumlah peserta didik keseluruhan. Indikator data kualitatif Pencapaian peningkatan keaktifan peerta didik dengan frekuensi pengamatan nilai prosentase 81,3 % siswa aktif dalam pembelajaran model quantum teaching dengan group investigasi, Pencapaian peningkatan sikap percaya diri peserta didik dengan angket nilai prosentase 86,2 % siswa mandiri dalam pembelajaran model quantum teaching dengan group investigasi.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari tindakan prasiklus, siklus 1dan siklus 2. Hasil tes prasiklus berupa data nilai ulangan harian kompetensi mekanika teknik.
Proses Pembelajaran Prasiklus
Dilihat dari tabel 1, dapat diketahui nilai rata-rata peserta didik masih dalam kategori kurang yaitu sebesar 44,5%. Peserta didik yang memperoleh nilai dalam kategori kurang sebanyak 21 peserta didik atau 33,9% dalam interval nilai < 60 sebanyak 8 peserta didik atau sebesar 13,45% memperoleh nilai berkategori cukup dalam interval 60 – 75. Sementara itu ada 4 peseta didik atau 21,5% memperoleh nilai berkategori baik dan tak ada satupun peserta didik yang memperoleh kategori sangat baik atau sebesar 0%. Itu menunjukan bahwa nilai kompetensi mekanika teknik peserta didik masih rendah dan perlu untuk ada peningkatan dalam prestasi peserta didik pada kompetensi mekanika teknik.
Siklus I
Proses Pembelajaran Quantum Teacing dengan Group investigasi
Masih ada kelompok yang tidak
Perhatikan dalam diskusi
Dalam diskusi ada beberapa yang tidak aktif
Siklus II
Proses Pembelajaran Quantum Teacing dengan Group investigasi
Pembahasan
Dari data diatas nilai yang di capai pada hasil tes siklus I oleh peserta didik, materi. Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya 44,6%, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik (>85) kategori sangat baik, 40 %, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik ( 76 – 85) katagori baik, 15 %, dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori cukup, 0% dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori kurang. Dari hasil tes Mekanika Teknik pada siklus I yang perlu di perbaiki pada siklus II pada materi Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya karena masih dibawah nilai KKM 2,66 sebanyak 15% di perdalam atau diulang karena sudah memiliki nilai tuntas KKM 75%.
Prestasi belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat di lihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik.
Refleksi siklus 1
Refleksi Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya , yang perlu kita lakukan tentang:1)Apa yang berhasil? a)Peningkatan kompetensi peserta didik, berupa:(1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan peserta didik memahami dan menyelesaikan soal diskusi, kemampuan memahami tentang (1) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya 75,7% 2) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan material pembentuknya 82%,3) . Mengklasifikasikan struktur berdasarkan elemen utamanya 85%, peserta didik mencapai KKM 2,66 (2) Ketrampilan (skill), yaitu kemampuan menghitung dengan benar dan cepat, peserta didik sudah dapat melakukan penghitungan dengan cepat dan tepat, biarpun belum semua .(3) Sikap (attittude), yaitu keyakinan akan kemampuan diri, optimis,objektif,tanggung jawab,rasional da realistis, rasa aman,ambisi normal,mandiri,tidak mementingkan diri sendiri atau toleransi. Sebasar 61,9% b) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan keaktifan belajar 48,6%, pencapaian kompetensi Mekanika Teknik., c.) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan pencapaian keaktifan belajar,48,6% peserta didik pada siklus 1. Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, memiliki keaktifan belajar , 2) Apa Yang belum berhasil?
Jumlah peserta didik yang mencapai KKM 2,66 dari sejumlah siswa 33 anak baru 27 peserta didik dengan prosentase ketuntasan kompetensi 78,8 % , perlu dicari penyebabnya. Observasi dan wawancara dilakukan pada siklus I. Menurut pak Heri dikatakan bahwa peserta didik saat melakukan diskusi menunjukan bahwa siswa belum sepenuhnya mampu mengikuti aturan main dalam diskusi tersebut. Dalam wawancara merupakan metode penelitian yang kurang efektif karena baik dalam soal waktu, tenaga. Dalam wawancara dibutuhkan waktu lama bila dibandingkan dengan
Dari data diatas nilai yang di capai pada hasil tes siklus II oleh peserta didik, materi. Mengklasifikasikan desain struktur, Menjabarkan kriteria pembebanan struktur, Mengklasifikasikan permodelan analisis gempa, 44,9%, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik (>85) kategori sangat baik, 44,1 %, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik ( 76 – 85) katagori baik, 10,9 %, dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori cukup, 0% dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori kurang. Nilai rata rata 83,3%, dan jumlah siswa yag tuntas 87,9%. Dari hasil tes Mekanika Teknik pada siklus II.
a) Komparasi nilai kompetensi Mekanika Teknik pada siklus I dan nilai kompetensi Mekanika Teknik pada siklus II dapat dilihat dalam grafik 1
grafik 1. Komparasi Nilai kompetensi mekanika teknik pada prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Hasil penilaian prestasi belajar mata pelajaran mekanika teknik, ada kenaikan kompetensi mekanika teknik.
b) Komparasi nilai sikap percaya diri peserta didik pada siklus I dan nilai sikap percaya diri peserta didik pada siklus II dapat dilihat dalam grafik 2 sebagai berikut:
Grafk 2 Komparasi Pencapaian data presentase respons skala sikap percaya diri pada siklus 1 dan 2
c) Komparasi pencapaian kretifitas belajar peserta didik pada siklus I dan siklus 2
Grafik 3. Pencapaian sikap percaya diri peserta didik pada siklus 1dan 2
Refleksi siklus 2
Refleksi siklus 2 mengidentifikasi criteria desain struktur , yang perlu kita lakukan tentang:a) Peningkatan kompetensi peserta didik, berupa:1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan peserta didik memahami dan menyelesaikan soal diskusi, kemampuan memahami tentang (1) . Mengidentifikasi kriteria desain struktur 82%. (2) menjabarkan kriteria pembebenan struktu91%, mengklasifikasikan permodelan analisis gempa peserta didik 94%, dengan mencapai KKM 2,66. 2) Ketrampilan (skill), yaitu aktif berdiskusi, aktif mencari sumber belajar, efektifvitas pemanfaatan waktu, partiipasi setiap anggota kelompok yang baik, lancar pada saat presentasi, lancar pada saat menjawab pertanyaan antar kelompok, memahami tugas masing-masing dalam kelompok, dapat menyimpulkan masalah, mengajukan pertanyaan dan mengemukakan diri, rapi dan lengkap menyimpulkan hasil diskusi. Sebesar 83,8 % (3) Sikap (attittude), yaitu keyakinan akan kemampuan diri, optimis,objektif,tanggung jawab,rasional da realistis, rasa aman,ambisi normal,mandiri,tidak mementingkan diri sendiri atau toleransi. Sebasar 86,2% ,b) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan pencapaian kompetensi mekanika teknik. Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, sudah mencapai nilai KKM secara klasikal 87,9% dari jumlah siswa sebanyak 33 siswa, tetapi sudah ada peningkatan dari hasil nilai rata rata kelas pada siklus 1: 80% dengan prosentase jumlah ketuntasan kopetensi 78.8% dan meningkat pada siklus ke II dengan nilai rata-rata kelas 83,3%, dan prosentase jumlah ketuntasan kompetensi 87,9% .c) Dilihat dari hasil observasi selama proses pembelajaran sikap percaya diri peserta didik mengalami peningkatan dilihat dari siklus I hasil rata-rata kelas 61,9% ( memiliki nilai sikap percaya diri dengan kualifikasi tinggi) dan rerata pada sikap percaya diri pada siklus II sebesar 86,2% dengan kualifikasi sangat tinggi. Yang berarti mengalami peningkatan pada sikap percaya diri. d) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan pencapaian keaktifan belajar peserta didik. Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, memiliki keaktifan belajar pada siklus I memiliki rerata 48,6% dengan kualifikasi sedang, secara klasikal dari jumlah siswa sebanyak 33 siswa, tetapi sudah ada peningkatan dari hasil nilai rata rata kelas pada siklus II: 83,8% dengan kualifikasi sangat tinggi, yang berarti sudah ada peningkatan keaktifan belajar dari siklus I dan Siklus II.Dari proses pembelajaran pada siklus II sudah mencapai KKM pada pelajaran mekanika teknik mencapai 87,9% dari peserta didik terpenuhi. a) Untuk meningkatkan perilaku belajar peserta didik supaya memiliki sikap mandiri dalam belajar. Lalu upaya apa yang dapat dilakukan orang tua untuk membiasakan anak agar tidak cenderung menggantungkan diri pada seseorang, serta mampu mengambil keputusan? (1) Beri kesempatan memilih. Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya, bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya.(2). Hargailah usahanya. Hargailah sekecil apa pun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi. Orang tua biasanya tidak sabar menghadapi anak yang membutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri kaleng permennya, terutama bila saat itu ibu sedang sibuk di dapur, misalnya. (3) Hindari banyak bertanya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tua, yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet. (4) Jangan langsung memberi jawaban. Meskipun salah satu tugas orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak, namun sebaiknya orang tua tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tugas Andalah untuk mengoreksinya apabila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar. (5) Dorong untuk melihat alternatif. Sebaiknya anak pun tahu bahwa untuk mengatasi suatu masalah, orang tua bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Untuk itu, cara yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan memberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong. (6) Jangan patahkan semangatnya. Tak jarang orang tua ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa dengan mengatakan “mustahil” terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Apabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus melakukanya. Jangan sekali-kali Anda membuatnya kehilangan motivasi atau harapannya yang ingin dicapainya. b) Untuk meningkatkan kopetensi peserta didik atau kemampuan peserta didik, ada tiga macam ranah yang merupakan penggolongan hasil belajar yang perlu diperhatikan dalam setiap proses belajar –mengajar. Tiga ranah yang dimaksud adalah ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut sangat berkaitan erat dengan tujuan instraksional. Untuk merumuskan suatu tujuan instruksional, seorang guru perlu menetapkan lebih dahulu hasil belajar atau ranah manakah yang diharapkan dicapai siswa. (1) Ranah kognitif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual. (2) Ranah afektif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan dan minat. (3) Ranah psikomotorik mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ketrampilan fisik/ gerak yang ditunjang oleh kemampuan psikis.c) Untuk meningkatkan sikap optimis siswa pada proses belajar mekanika teknik maka orang yang optimis secara tak sadar akan menggunakan kemampuan dan kekuatannya yang efektif. Optimis adalah bagian dari keinginan untuk mewujudkan Harapan, Sebuah temuan mengungkap bahwa orang yang memiliki harapan optimis, umumnya memiliki kualitas di dalam diri yang antara lain: (1) Fokus, selektif, dan memiliki sasaran yang jelas. (2) Bisa menerima kenyataan hidup dengan kesadaran, tanpa banyak mengeluh. (3) Memiliki keyakinan untuk bangkit.( 4) Punya perasaan diberkati rahmat Tuhan. (5) Punya kemampuan untuk menikmati kehidupan. (6) Punya kemampuan menggunakan akal sehat dalam menghadapi tantang hidup. (7) Punya kemampuan untuk memperbaiki diri secara terus menerus. (8) Punya penghayatan yang baik terhadap kehidupan yang dijalani sehingga bisa membedakan yang salah dan yang benar, yang tepat dan yang menyimpang. (9) Percaya pada kemampuannya. (10) Memiliki perasaan yang baik terhadap dirinya. d) Membantu siswa untuk mengurangi dari rasa takut, tidak seorangpun dapat melepaskan diri dari pengaruh ketakutan. Tetapi tak seorangpun yang ingin takut.
PENUTUP
Simpulan
Simpulan dalam penelitian ini 1) meningkatkan proses pelaksanaan model pembelajaran quantum teaching dengan group investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran, 2) meningkatkan keaktifan peserta didik kelas X TKK I SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group investigasi, 3) meningkatkan prestasi belajar peserta didik setelah penyelengarakan model pembelajaran quantu Teaching dengan teknik Group investigasi untuk kompetensi mekanika teknik pada peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen kabupaten Sragen.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini selanjutnya peneliti merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: Bagi guru disarankan untuk memantau perilaku sikap kemandirian, keaktifan belajar dan kopetensi belajar peserta didik, guru diharapkan dapat menyusun, menerapkan dan mengevaluasi pembelajaran, dengan membuat proses pembelajaran itu dibuat yang menyenangkan dan dibuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran sehingga terbentuk adanya imbal balik komunikasi antara guru dan siswa. Sehingga peserta didik dapat meningkatkan pencapaian standar kopetensi mekanika teknik sekurang-kurangnya mencapai nilai Kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 2,66 .
DAFTAR PUSTAKA.
Jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen / article /view /255/143
De Porter , Bobbi , Mark Reardon, dan Sarah Singer – Nourie. 2001. Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning di ruang-ruang Kelas. Bandung : KAIFA.
http// Quantum teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1 febuari 2013
Kiranawati. 2014. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation). http: //gurupkn.wordpress.com/ 2014/07/11/ metode-investigasi-kelompok-group-investigation/. (Diakses tgl 11 juli 2014).
Kusuma Wardani . 2008. Metode Quantum Teaching Dengan Study Group Untuk Peningkatan Prestasi Belajar Geografi
Udin S. Winaputra. 2001. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. Ke-1.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Siti Maesaroh. 2005. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Zainal Aqib.2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya
Untuk lebih jelasnya, silahkan baca juga, artikel yang berhubungan dengan Artikel PELAKSANAAN MODEL OUANTUM TEACHING DENGAN GROUP INVESTIGASI UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN KOMPETENSI MEKANIKATEKNIK PADA PESERTA DIDIK KELAS X TKK 1 SMK NEGERI 2 SRAGEN SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015, antara lain :
SMK NEGERI 2 SRAGEN SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015
Irmina Titik Purwanti *)
irminatitik@yahoo.co.id
Abstrak: rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah rendahnya keaktifan peserta didik dan sikap percaya diri dan prestasi belajar pada peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan pencapaian standart kompetensi Mekanika Teknik, pada peserta didik kelas X Teknik kontruksi Kayu 1 SMK Negeri 2 Sragen tahun ajaran 2014/2015 nilai KKM 2,66 dengan jumlah prosentase ketuntasan kopetensi 87,9%, pencapaian keaktifan belajar peserta didik 81,3%, Pencapaian sikap percaya diri pserta didik 86,2 %. Berdasarkan hasil penelitian , maka peneliti merekomendasikan bahwa model Quantum Teaching dengan Group Investigasi dapat meningkatkan keaktifan peserta didik , sikap percaya diri peserta didik dan meningkatkan kompetensi Mekanika Teknik kelas X Teknik kontruksi kayu 1 SMK Negeri 2 Sragen.
Kata kunci : Model Quantum Teaching dan Group Investigasi.
*( peneliti guru SMK Negeri 2 Sragen)
A. PENDAHULUAN
Dengan permasalahan rendahnya kemampuan belajar dan aktifitas belajar Mekanika Teknik pada peserta didik jika tidak diatas akan menyebabkan rendahnya kemampuan menyelesaikan soal, rendahnya penguasaan kompetensi mata pelajaran Mekanika Teknik, sehingga nilai ulangan harian rendah akibatnya hasil belajar Mekanika Teknik secara umum juga rendah. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut guru dapat melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hopkins dalam Zainal Agib (2009 : 44) menjelaskan:
“ Actions research combines as substantive act with a research procedure, it is action disciplined by enquiry a personal attempt at under standing while enyaged in a process of improvement and reform ”.
Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut, 1)Bagaimana proses pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran, 2)Bagaimana peningkatan keaktifan peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran quantum Teaching dengan Group Investihasi? 3)Bagaimana peningkatan sikap percaya diri peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 1 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran quantum Teaching dengan Group Investigasi?
Tujuan Penelitian dalam penelitian ini, sebagaimana perumusan masalah yang disusun, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)Mendiskripsikan proses pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran, 2)Mendiskripsikan peningkatan sikap percaya diri peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi. 3)Mendiskripsikan peningkatan sikap percaya diri peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi.
B. LANDASAN TEORTIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya, beberapa penelitian yang berhubungan dengan topik ini, yaitu tentang, (jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen / article /view /255/143),
Kusuma Wardani, 2008 ,Metode Quantum Teaching dengan study group untuk peningkatan prestasi belajar geografi siswa kelas VII SMP Negeri 1 mojolaban Kabupaten Sukoharjo, Teses Pasca sarjana UNS.
Kiranawati. 2007. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation). http: //gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/ metode-investigasi-kelompok-group-investigation/.
Kajian teoritis yang digunakan sebagai kerangka teoristis pada penelitian adalah :
1. Kerangka perencanaan Pembelajaran Quantum
Dalam (De Porter, Readon dan Singer Nourie, 2001 : 5) ,Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum dikenal dengan singkatan “ TANDUR” yaitu:1). Tumbuhkan: Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “ bawalah dunia mereka kedunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan ( persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial ( komunikasi belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada peserta didik, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu. Strategi untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menulis tujuan pembelajaran di papan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/ media yang menarik atau lucu, isu mutakhir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang. 2). Alami :Tahap ini jika tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun peserta didik sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Strategi konsep ALAMI dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi dengan memberikan tugas secara individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.3). Namai: Konsep ini berada pada kegiatan inti. Yang NAMAI mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak ( membuat peserta didik penasaran, penuh pertannyaan mengenahi pengalaman) untuk memberikan identita, menguatkan dan mendifinisikan..4). Demostrasikan:Tahap ini masih pada kegiatan ini, Inti pada tahap ini adalah memberikan kesempatan siswa untuk menunjukan bahwa peserta didik tahu. Hal ini sekaligus memberikan kesempatan peserta didik untuk menunjukan tingkat pemahamanan terhadap materi yang dipelajari.Panduan guru untuk memahami tahap ini yaitu dengan cara apa peserta didik dapat memperagakan tingkat kecakapan peserta didik dengan pengetahuan yang baru? 5. Ulangi:Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku ini “ kegiatan ini dilakukan secaa multi modalitas dan multi kecerdasan Panduan guru untuk memasukan tahap ini yaitu cara apa yang bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? 6). Rayakan: Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketentuan, dan kesuksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lebih lanjut.(http// Quantum teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1 juli 2014)
2. Mengkombinasikan dengan Group Investigasi
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atauknowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75).
Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigasi adalah:
1). Membutuhkan Kemampuan Kelompok.
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
2). Rencana Kooperatif.
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
3). Peran Guru.
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
3. Langkah-Langkah dalam Menggunakan Model Group Investigation
Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007), dapat dikemukakan sebagai berikut:
1). Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2). Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.
3). Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4). Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5). Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6). Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
4. Kerangka pikir
Pelaksanaan Quantum Teaching akan mampu memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta mewujudkan transformasi pengalaman dan penguatan yang efektif olek karena siswa melaksanakan pembelajaran tidak dalam kondisi terpaksa atau tidak dalam kondisi tidak senang, akan tetapi dalam suasana penuh motivasi dan tidak tegang.. Sementara itu, melalui Group Investigasi, siswa dilatih untuk memecahkan masalah secara mandiri sehingga akan terbentuk kemampuan problem solving. group investigasi juga dilakukan untuk memperdalam pengetahuan yang telah diperoleh dari guru, dan pendalaman tersebut dilakukan bersama-sama dengan rekan lainnya, sehingga akan terjadi proses transformasi pengetahuan antar siswa.
5. Hipotesis tindakan
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: 1) Meningkatkan proses pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran? 2) Meningkatan keaktifan peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group Investigasi?
C. METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus 1 bertujuan mengetahui prestasi belajar kompetensi mekanika teknik dan sikap percaya diri peserta didik , dalam tindakan awal penelitian dan sekaligus digunakan sebagai refleksi untuk melakukan siklus 2. Siklus 2 bertujuan untuk mengetahui peningkatan perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus 1.
Siklus I
Pada siklus 1 perencanaan berupa kegiatan-kegiatan menentukan langkah yang akan dilakukan untuk memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran statika selama ini menggunakan model konvensional. Tahap ini bermanfaat agar pelaksanaan pada tahap tindakan lebih mudah, terarah dan sistematis. Tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan proses pembelajaran pada siklus 1 sesuai dengan perencanaan yang disusun. Tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan proses pembelajaran Mekanika Teknik menggunakan model Quantum Teaching dengan Group Investigasi. Observasi dilakuan untuk mengetahui segala peristiwa yang berhubungan dengan pembelajaran maupun respons terhadap teknik model pembelajaran yang digunakan guru. Data observasi diperoleh dari lembar observasi, catatan harian guru, catatan harian siswa, lembar wawancara, dan dokumentasi foto. Refleksi bertujuan untuk mengetahui kendala apa yang ditemui dalam meningkatkan prestasi belajar mekanika teknik peserta didik .
Siklus II
Pada siklus 2, perencanaan adalah penympurnaan dari perencanaan siklus . hasil refleksi siklus 1 dikoordinasikan dengan guru mata pelajaran Mekanika Teknik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen untuk melakukan perencanaakan ulang. Tindakan yang dilakuan adalah dengan perencanaan yang telah disusun berdasarkan perbaikan pada siklus 1. Materi pembelajaran sama seperti materi pelajaran siklus 1, yaitu 1) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya,2) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan material pembentuknya 3) . Mengklasifikasikan struktur berdasarkan elemen utamanya. Materi pembelajaran siklus II 1) Mengidentifikasi kriteria desain struktur, 2) Menjabarkan kriteria pembebanan struktur3) klasifikasi permodelan analisis gempa., Tahap tindakan dilaksanakan dalam tiga tahap iatu persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut. Observasi dilakuan untuk mengmpulkan data tentang sikap kemandirian dan respons siswa terhadap proses pembelajaraan dengan model Quantum teaching group investigasi. Pengambilan data dilakukan dengan teknik tes dan non tes . refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil non tes yang dilakukan pada siklus 2.
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah mata pelajaran mekanika teknik pada kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen.variabel penelitian ini adalah model Quantum Teaching dengan Group Investigasi , dan prestasi belajar Mekanika Teknik, keaktifan belajarsikap percaya diri peserta didik. Indikator kinerja dalam penelitian ini meliputi dua aspek yaitu kuantitatif dan kualitatif
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Tes dilakukan dengan menggunakan soal-soal. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tes a siklus 1 dan tes b siklus 2. Skor penilaian berdasarkan aspek-aspek yang sudah ada. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang sesuai dengan materi, yaitu menerapkan teori keseimbangan .dalam melakukan tes ini diperlukan instrumen atau alat bantu yang berupa kriteria atau pedoman penilaian. Penilaian tersebut harus menunjukan pencapaian indikator yang telah ditentukan. Sedangkan teknik nontes yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, lembar jurnal,lembar wawancara, lembar dokumemtasi foto yang digunakan untuk mengungkapkan perubahan tingkah laku peserta didik selama mengikuti pembelajaran mekanika tenik dengan model quantum teaching dengan group investigasi
Analisis data yang dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajran mekanika teknik dengan model Quantum Teaching dengan Group Investigasi adalah teknik kualitatif dan kuantitatif.
Indikator penelitian ini, penilaian dilakukan berdasarkan tes unjuk kerja. Indikator data kuantitatif penelitian ini adalah ketercapaian target kriteria ketuntasan minimal siswa sebesar 2,66 dengan jumlah peserta didik minimal 87,9% dari jumlah peserta didik keseluruhan. Indikator data kualitatif Pencapaian peningkatan keaktifan peerta didik dengan frekuensi pengamatan nilai prosentase 81,3 % siswa aktif dalam pembelajaran model quantum teaching dengan group investigasi, Pencapaian peningkatan sikap percaya diri peserta didik dengan angket nilai prosentase 86,2 % siswa mandiri dalam pembelajaran model quantum teaching dengan group investigasi.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari tindakan prasiklus, siklus 1dan siklus 2. Hasil tes prasiklus berupa data nilai ulangan harian kompetensi mekanika teknik.
Proses Pembelajaran Prasiklus
Dilihat dari tabel 1, dapat diketahui nilai rata-rata peserta didik masih dalam kategori kurang yaitu sebesar 44,5%. Peserta didik yang memperoleh nilai dalam kategori kurang sebanyak 21 peserta didik atau 33,9% dalam interval nilai < 60 sebanyak 8 peserta didik atau sebesar 13,45% memperoleh nilai berkategori cukup dalam interval 60 – 75. Sementara itu ada 4 peseta didik atau 21,5% memperoleh nilai berkategori baik dan tak ada satupun peserta didik yang memperoleh kategori sangat baik atau sebesar 0%. Itu menunjukan bahwa nilai kompetensi mekanika teknik peserta didik masih rendah dan perlu untuk ada peningkatan dalam prestasi peserta didik pada kompetensi mekanika teknik.
Siklus I
Proses Pembelajaran Quantum Teacing dengan Group investigasi
Masih ada kelompok yang tidak
Perhatikan dalam diskusi
Dalam diskusi ada beberapa yang tidak aktif
Siklus II
Proses Pembelajaran Quantum Teacing dengan Group investigasi
Pembahasan
Dari data diatas nilai yang di capai pada hasil tes siklus I oleh peserta didik, materi. Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya 44,6%, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik (>85) kategori sangat baik, 40 %, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik ( 76 – 85) katagori baik, 15 %, dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori cukup, 0% dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori kurang. Dari hasil tes Mekanika Teknik pada siklus I yang perlu di perbaiki pada siklus II pada materi Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya karena masih dibawah nilai KKM 2,66 sebanyak 15% di perdalam atau diulang karena sudah memiliki nilai tuntas KKM 75%.
Prestasi belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat di lihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik.
Refleksi siklus 1
Refleksi Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya , yang perlu kita lakukan tentang:1)Apa yang berhasil? a)Peningkatan kompetensi peserta didik, berupa:(1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan peserta didik memahami dan menyelesaikan soal diskusi, kemampuan memahami tentang (1) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan kekakuannya 75,7% 2) Mengklasifikasikan struktur berdasarkan material pembentuknya 82%,3) . Mengklasifikasikan struktur berdasarkan elemen utamanya 85%, peserta didik mencapai KKM 2,66 (2) Ketrampilan (skill), yaitu kemampuan menghitung dengan benar dan cepat, peserta didik sudah dapat melakukan penghitungan dengan cepat dan tepat, biarpun belum semua .(3) Sikap (attittude), yaitu keyakinan akan kemampuan diri, optimis,objektif,tanggung jawab,rasional da realistis, rasa aman,ambisi normal,mandiri,tidak mementingkan diri sendiri atau toleransi. Sebasar 61,9% b) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan keaktifan belajar 48,6%, pencapaian kompetensi Mekanika Teknik., c.) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan pencapaian keaktifan belajar,48,6% peserta didik pada siklus 1. Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, memiliki keaktifan belajar , 2) Apa Yang belum berhasil?
Jumlah peserta didik yang mencapai KKM 2,66 dari sejumlah siswa 33 anak baru 27 peserta didik dengan prosentase ketuntasan kompetensi 78,8 % , perlu dicari penyebabnya. Observasi dan wawancara dilakukan pada siklus I. Menurut pak Heri dikatakan bahwa peserta didik saat melakukan diskusi menunjukan bahwa siswa belum sepenuhnya mampu mengikuti aturan main dalam diskusi tersebut. Dalam wawancara merupakan metode penelitian yang kurang efektif karena baik dalam soal waktu, tenaga. Dalam wawancara dibutuhkan waktu lama bila dibandingkan dengan
Dari data diatas nilai yang di capai pada hasil tes siklus II oleh peserta didik, materi. Mengklasifikasikan desain struktur, Menjabarkan kriteria pembebanan struktur, Mengklasifikasikan permodelan analisis gempa, 44,9%, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik (>85) kategori sangat baik, 44,1 %, dengan parameter tingkat keberhasilan peserta didik ( 76 – 85) katagori baik, 10,9 %, dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori cukup, 0% dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori kurang. Nilai rata rata 83,3%, dan jumlah siswa yag tuntas 87,9%. Dari hasil tes Mekanika Teknik pada siklus II.
a) Komparasi nilai kompetensi Mekanika Teknik pada siklus I dan nilai kompetensi Mekanika Teknik pada siklus II dapat dilihat dalam grafik 1
grafik 1. Komparasi Nilai kompetensi mekanika teknik pada prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Hasil penilaian prestasi belajar mata pelajaran mekanika teknik, ada kenaikan kompetensi mekanika teknik.
b) Komparasi nilai sikap percaya diri peserta didik pada siklus I dan nilai sikap percaya diri peserta didik pada siklus II dapat dilihat dalam grafik 2 sebagai berikut:
Grafk 2 Komparasi Pencapaian data presentase respons skala sikap percaya diri pada siklus 1 dan 2
c) Komparasi pencapaian kretifitas belajar peserta didik pada siklus I dan siklus 2
Grafik 3. Pencapaian sikap percaya diri peserta didik pada siklus 1dan 2
Refleksi siklus 2
Refleksi siklus 2 mengidentifikasi criteria desain struktur , yang perlu kita lakukan tentang:a) Peningkatan kompetensi peserta didik, berupa:1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan peserta didik memahami dan menyelesaikan soal diskusi, kemampuan memahami tentang (1) . Mengidentifikasi kriteria desain struktur 82%. (2) menjabarkan kriteria pembebenan struktu91%, mengklasifikasikan permodelan analisis gempa peserta didik 94%, dengan mencapai KKM 2,66. 2) Ketrampilan (skill), yaitu aktif berdiskusi, aktif mencari sumber belajar, efektifvitas pemanfaatan waktu, partiipasi setiap anggota kelompok yang baik, lancar pada saat presentasi, lancar pada saat menjawab pertanyaan antar kelompok, memahami tugas masing-masing dalam kelompok, dapat menyimpulkan masalah, mengajukan pertanyaan dan mengemukakan diri, rapi dan lengkap menyimpulkan hasil diskusi. Sebesar 83,8 % (3) Sikap (attittude), yaitu keyakinan akan kemampuan diri, optimis,objektif,tanggung jawab,rasional da realistis, rasa aman,ambisi normal,mandiri,tidak mementingkan diri sendiri atau toleransi. Sebasar 86,2% ,b) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan pencapaian kompetensi mekanika teknik. Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, sudah mencapai nilai KKM secara klasikal 87,9% dari jumlah siswa sebanyak 33 siswa, tetapi sudah ada peningkatan dari hasil nilai rata rata kelas pada siklus 1: 80% dengan prosentase jumlah ketuntasan kopetensi 78.8% dan meningkat pada siklus ke II dengan nilai rata-rata kelas 83,3%, dan prosentase jumlah ketuntasan kompetensi 87,9% .c) Dilihat dari hasil observasi selama proses pembelajaran sikap percaya diri peserta didik mengalami peningkatan dilihat dari siklus I hasil rata-rata kelas 61,9% ( memiliki nilai sikap percaya diri dengan kualifikasi tinggi) dan rerata pada sikap percaya diri pada siklus II sebesar 86,2% dengan kualifikasi sangat tinggi. Yang berarti mengalami peningkatan pada sikap percaya diri. d) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Group investigasi berhasil diciptakan upaya peningkatan pencapaian keaktifan belajar peserta didik. Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, memiliki keaktifan belajar pada siklus I memiliki rerata 48,6% dengan kualifikasi sedang, secara klasikal dari jumlah siswa sebanyak 33 siswa, tetapi sudah ada peningkatan dari hasil nilai rata rata kelas pada siklus II: 83,8% dengan kualifikasi sangat tinggi, yang berarti sudah ada peningkatan keaktifan belajar dari siklus I dan Siklus II.Dari proses pembelajaran pada siklus II sudah mencapai KKM pada pelajaran mekanika teknik mencapai 87,9% dari peserta didik terpenuhi. a) Untuk meningkatkan perilaku belajar peserta didik supaya memiliki sikap mandiri dalam belajar. Lalu upaya apa yang dapat dilakukan orang tua untuk membiasakan anak agar tidak cenderung menggantungkan diri pada seseorang, serta mampu mengambil keputusan? (1) Beri kesempatan memilih. Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya, bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya.(2). Hargailah usahanya. Hargailah sekecil apa pun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi. Orang tua biasanya tidak sabar menghadapi anak yang membutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri kaleng permennya, terutama bila saat itu ibu sedang sibuk di dapur, misalnya. (3) Hindari banyak bertanya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tua, yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet. (4) Jangan langsung memberi jawaban. Meskipun salah satu tugas orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak, namun sebaiknya orang tua tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tugas Andalah untuk mengoreksinya apabila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar. (5) Dorong untuk melihat alternatif. Sebaiknya anak pun tahu bahwa untuk mengatasi suatu masalah, orang tua bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Untuk itu, cara yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan memberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong. (6) Jangan patahkan semangatnya. Tak jarang orang tua ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa dengan mengatakan “mustahil” terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Apabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus melakukanya. Jangan sekali-kali Anda membuatnya kehilangan motivasi atau harapannya yang ingin dicapainya. b) Untuk meningkatkan kopetensi peserta didik atau kemampuan peserta didik, ada tiga macam ranah yang merupakan penggolongan hasil belajar yang perlu diperhatikan dalam setiap proses belajar –mengajar. Tiga ranah yang dimaksud adalah ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut sangat berkaitan erat dengan tujuan instraksional. Untuk merumuskan suatu tujuan instruksional, seorang guru perlu menetapkan lebih dahulu hasil belajar atau ranah manakah yang diharapkan dicapai siswa. (1) Ranah kognitif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual. (2) Ranah afektif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan dan minat. (3) Ranah psikomotorik mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ketrampilan fisik/ gerak yang ditunjang oleh kemampuan psikis.c) Untuk meningkatkan sikap optimis siswa pada proses belajar mekanika teknik maka orang yang optimis secara tak sadar akan menggunakan kemampuan dan kekuatannya yang efektif. Optimis adalah bagian dari keinginan untuk mewujudkan Harapan, Sebuah temuan mengungkap bahwa orang yang memiliki harapan optimis, umumnya memiliki kualitas di dalam diri yang antara lain: (1) Fokus, selektif, dan memiliki sasaran yang jelas. (2) Bisa menerima kenyataan hidup dengan kesadaran, tanpa banyak mengeluh. (3) Memiliki keyakinan untuk bangkit.( 4) Punya perasaan diberkati rahmat Tuhan. (5) Punya kemampuan untuk menikmati kehidupan. (6) Punya kemampuan menggunakan akal sehat dalam menghadapi tantang hidup. (7) Punya kemampuan untuk memperbaiki diri secara terus menerus. (8) Punya penghayatan yang baik terhadap kehidupan yang dijalani sehingga bisa membedakan yang salah dan yang benar, yang tepat dan yang menyimpang. (9) Percaya pada kemampuannya. (10) Memiliki perasaan yang baik terhadap dirinya. d) Membantu siswa untuk mengurangi dari rasa takut, tidak seorangpun dapat melepaskan diri dari pengaruh ketakutan. Tetapi tak seorangpun yang ingin takut.
PENUTUP
Simpulan
Simpulan dalam penelitian ini 1) meningkatkan proses pelaksanaan model pembelajaran quantum teaching dengan group investigasi dapat meningkatkan sikap percaya diri peserta didik dalam pembelajaran, 2) meningkatkan keaktifan peserta didik kelas X TKK I SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan Group investigasi, 3) meningkatkan prestasi belajar peserta didik setelah penyelengarakan model pembelajaran quantu Teaching dengan teknik Group investigasi untuk kompetensi mekanika teknik pada peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen kabupaten Sragen.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini selanjutnya peneliti merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: Bagi guru disarankan untuk memantau perilaku sikap kemandirian, keaktifan belajar dan kopetensi belajar peserta didik, guru diharapkan dapat menyusun, menerapkan dan mengevaluasi pembelajaran, dengan membuat proses pembelajaran itu dibuat yang menyenangkan dan dibuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran sehingga terbentuk adanya imbal balik komunikasi antara guru dan siswa. Sehingga peserta didik dapat meningkatkan pencapaian standar kopetensi mekanika teknik sekurang-kurangnya mencapai nilai Kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 2,66 .
DAFTAR PUSTAKA.
Jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen / article /view /255/143
De Porter , Bobbi , Mark Reardon, dan Sarah Singer – Nourie. 2001. Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning di ruang-ruang Kelas. Bandung : KAIFA.
http// Quantum teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1 febuari 2013
Kiranawati. 2014. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation). http: //gurupkn.wordpress.com/ 2014/07/11/ metode-investigasi-kelompok-group-investigation/. (Diakses tgl 11 juli 2014).
Kusuma Wardani . 2008. Metode Quantum Teaching Dengan Study Group Untuk Peningkatan Prestasi Belajar Geografi
Udin S. Winaputra. 2001. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. Ke-1.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Siti Maesaroh. 2005. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Zainal Aqib.2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya
Dan kami sangat berterimakasih, kepada anda yang telah meninggalkan komentarnya dibawah ini.
0 komentar:
Posting Komentar