Tampilkan postingan dengan label karya ilmiah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label karya ilmiah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 12 Desember 2012

PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

A. Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah

Langkah pertama dalam penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah yang berisi:

1. Menentukan latar belakang dari suatu masalah, kemudian melakukan identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

2. Pengajuan Hipotesis. Dalam hipotesis mengkaji mengenai teori-teori ilmiah yang dipergunakan dalam analisis, pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan, penyusunan kerangka berpikir dengan mempergunakan premis-premis dan menyatakan secara tersurat postulat, asumsi dan prinsip yang dipergunakan, lalu merumuskan hipotesis. image

3. Menguji hipotesis secara empiris melalui penelitian dan kemudian hasil penelitian dapat dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut:

a. menyatakan variabel-variabel yang diteliti.

b. menyatakan teknik analisa data.

c. mendeskripsikan hasil analisis data.

d. memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data.

e. menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima.

2. Ringkasan dan Kesimpulan. Kesimpulan pengujian hipotesis dikembangkan menjadi kesimpulan penelitian yang ditulis dalam bab tersendiri.

Kesimpulan penelitian ini merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian. Seluruh laporan penelitian disarikan dalam sebuah ringkasan yang disebut abstrak. Dalam laporan penelitian dilampirkan daftar pustaka dan riwayat hidup peneliti.

B. Teknik Penulisan Ilmiah

Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan serta teknik notasi. Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif artinya bahwa sipenerima pesan mendapatkan kopi yang benar-benar sama dengan prototipe yang disampaikan sipemberi pesan. Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal di mana berbeda dengan tokoh dalam sebuah novel yang bisa berupa aku dan dia atau doktor faust. Kata ganti perorangan hilang dan diganti universal yakni ilmuwan. Pembahasan secara ilmiah mengharuskan kita berpaling kepada pengetahuan-pengetahuan ilmiah sebagai premis dalam argumentasi kita. Pernyataan ilmiah yang kita gunakan harus mencatat beberapa hal yakni kita identifikasi orang membuat pernyataan tersebut, media komunikasi ilmiah dimana pernyataan tersebut di sampaikan, lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat domisili dan waktu penerbitan dilakukan.

C. Teknik Notasi Ilmiah

Kalimat yang kita kutip harus dituliskan sumbernya secara tersurat dalam catatan kaki. Catatan kaki mulai langsung dari pinggir atau dapat dimulai setelah beberapa ketukan tik dari pinggir asalkan dilakukan secara konsisten. Nama pengarang yang jumlahnya sampai tiga orang dituliskan lengkap sedangkan jumlah pengarang yang lebih dari tiga orang hanya ditulis nama pertama ditambah kata et al. Kutipan yang diambil dari halaman tertentu disebutkan halamanya dengan singkatan p (pagina) atau hlm. (halaman). Jika kutipan itu disarikan dari beberapa halaman maka dapat ditulis pp.1-5 atau hlm 1-5. jika nama pengaranganya tidak ada langsung dituliskan nama bukunya atau Anom (anoniymous) di depan nama buku tersebut. Sebuah buku yang ada diterjemahkan harus ditulis baik pengarang maupun penterjemah buku tersebut sedangkan kumpulan karangan cukup disebutkan nama editornya. Pengulangan kutipan dengan sumber yang sama dilakukan dengan memakai notasi op.cit (opere citato: dalam karya yang telah dikutip), loc. cit (loco citato: dalam tempat yang telah dikutip dan ibid (ibidem : dalam tempat yang sama).

Referensi :

Suriasumantri, S. Jujun, Filsafat Ilmu Suatu Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1990.

Kiriman dari

Sutiyono, S.Pd.SD
Alamat : Purwosari RT 02/05 Kudus Jawa Tengah
Email : sutiyono459@yahoo.com

BACA SELENGKAPNYA »

Senin, 11 Juni 2012

Ciri-ciri Bahasa Ilmiah

Berbagai ketentuan yang sepatutnya diperhatikan oleh penyusun karya tulis ilmiah agar karya tulisnya komunitatif, karya tulis ilmiah itu harus memenuhi kriteria logis sistematis, dan lugas, karya tulis ilmiah disebut logis jika keterangan yang dikemukakannya dapat ditelusuri alasan-alasannya yang masuk akal. Karya tulis ilmiah disebut sistematis jika keterangan yang ditulisnya disusun dalam satuan-satuan yang berurutan dan saling berhubungan. Karya tulis ilmiah disebut lugas jika keterangan yang diuraikannya disajikan dalam bahasa yang langsung menunjukkan persoalan dan tidak berbunga-bunga. Dalam hubungan dengan penggunaan bahasa. Bab ini akan membicarakan pemakaian bahasa, bab ini akan membicarakan pemakaian ejaan yang disempurnakan, pembentukan kata, pemilihan kata, penyusunan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf dalam karya tulis ilmiah. image

Ciri-ciri Bahasa Ilmiah

• Bahasa Ilmiah harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar ataupun mendua.

– Contoh:”penelitian ini mengkaji metode pemebalajaran CTL objek yang efektif dan efisien”

• Bahasa Ilmiah mendefinisikan secara tepat istilah, dan pengertian yang berkaitan dengan suatu penelitian, agar tidak menimbulkan kerancuan.

• Bahasa Ilmiah itu singkat, jelas dan efektif.

– Contoh:”tulisan ini (dilakukan dengan maksud untuk) membahas kecendrungan peningkatan kompetensi guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2006”.

Catatan: kata-kata yang di dalam kurung sebaiknya dihilangkan

BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 22 Mei 2012

Pemenggalan Kata pada tulisan ilmiah

Apabila memengalan atau penyukuran sebuah kata dalam penggantian baris, kita harus membubuhkan tanda kurang (-), dengan tidak didahului spasi dan tidak dibubuhksn di pinggir ujung bsris. Tanda hubung itu dibubuhkan di pinggir ujung baris. Dalam kaitan ini, pias kanan karya tulis ilmiah tidak perlu lurus. Yang harus diutamakan adalah pemenggalan kata sesuai dengan kaidah penyukuan, bukan masalah kelurusan atau kerapian pias kanan karya tulis ilmiah. Namun, jika pengetikan karya tulis menggunakan computer, kerapian pias kanan dapat deprogram dan penyukuran kata dapat dicegah. Berikut dicantumkan kaidah penyukuran sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.karya ilmiah

1)        Kalau di tengah kata ada dua vocal yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua vocal.

       Misalnya : bi-arkan, mema-lukan, pu-ing.

2)        Kalau di tengah kata ada dua vocal yang mengapit sebuah konsonan (termasuk ng, ny, sy, dan kh), Pemisahan tersebut dilakukan sebelum konsonan itu.

       Misalnya : pu-jangga, tereke-nal, meta-nol, muta-khir.

3)    Kalau di tengah kata ada dua konsonan atau lebih, Pemisahan tersebut dilakukan di antara konsonan itu.

       Misalnya : hid-roponik, resep-sionis, lang-sung.

4)    Kalau di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih, Pemisahan tersebut dilakukan di antara konsonan yang pertama dan konsonan kedua.

       Misalnya : Indus-trial, kon-struksi, in-stansi, ben-trok.

5)    Jika kata berimbuhan atau berpartikal dipengal, kita harus memisahkan imbuhan atau partikel itu dari kata dasarnya (termasuk imbuhan yang mengalami perubahan bentuk).

Misalnya : pelapuk-an, me-ngisahkan, peng-awetan.

Selain itu, jangan sampai terjadi pada ujung baris atau pada pangkal baris terdapat hanya satu huruf walaupun huruf itu merupakan satu suku kata. Demikaian juga, harus diusahakan (kalau mungkin) agar nama orang tidak dipenggal atau suku-suku katanya.

 

BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit