Tampilkan postingan dengan label contoh penelitian tindakan sekolah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label contoh penelitian tindakan sekolah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 08 November 2014

PELAKSANAAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN STUDY GROUP UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KOMPETENSI MEKANIKA TEKNIK SISWA KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI KAYU 2 SMK NEGERI 2 SRAGEN

PELAKSANAAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN STUDY GROUP
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KOMPETENSI MEKANIKA TEKNIK  SISWA  KELAS X TEKNIK KONSTRUKSI KAYU 2
SMK NEGERI 2 SRAGEN
Irmina Titik Purwanti *)
irminatitik@yahoo.co.id

Abstrak: rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah rendahnya prestasi  belajar dan   keaktifan pada peserta didik  kelas X TKK 2 SMK Negeri 2 Sragen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan pencapaian standart kompetensi Mekanika Teknik, pada peserta didik kelas X Teknik kontruksi Kayu 2 SMK Negeri 2 Sragen tahun ajaran 2013/2014 nilai KKM 2,66 dengan jumlah prosentase ketuntasan kopetensi 94,3%, pencapaian keaktifan belajar peserta didik 70,8 %, Berdasarkan hasil penelitian , maka peneliti merekomendasikan bahwa model Quantum Teaching dengan Study Group dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan meningkatkan kompetensi Mekanika Teknik  kelas X Teknik kontruksi kayu 2  SMK Negeri 2 Sragen.
 Kata kunci : Model Quantum Teaching dan Study Group .
*(  peneliti guru SMK Negeri 2 Sragen)



PENDAHULUAN
Dari rendahnya kemampuan belajar dan aktifitas belajar Mekanika Teknik pada peserta didik, maka menyebabkan rendahnya kemampuan menyelesaikan soal, rendahnya penguasaan kompetensi mata pelajaran Mekanika Teknik, sehingga nilai ulangan harian rendah akibatnya hasil belajar Mekanika Teknik secara umum juga rendah. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut guru dapat melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hopkins dalam Zainal Agib (2009 : 44) menjelaskan:
 “ Actions research combines as substantive act with a research procedure, it is action disciplined  by enquiry a personal attempt at under standing while enyaged in a process of improvement and reform ”.

Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut, 1)Apakah model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Study Group dapat meningkatkan hasil prestasi belajar pada bidang study Mekanika Teknik siswa Teknik Konstruksi Kayu 2 SMK Negeri 2 sragen. 2) Apakah model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Study Group dapat meningkatkan aktifitas belajar  pada bidang study Mekanika Teknik siswa Teknik Konstruksi Kayu 2 SMK Negeri 2 sragen.
Tujuan Penelitian dalam penelitian ini, sebagaimana perumusan masalah yang disusun, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan prestasi belajar siswa setelah penyelenggaraan model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Study Group untuk kompetensi Mekanika Teknik  pada peserta didik kelas X TKK 2 SMK Negeri 2 Sragen. 2) Meningkatkan aktifitas belajar siswa setelah penyelenggaraan model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Study Group untuk kompetensi Mekanika Teknik  pada peserta didik kelas X TKK 2 SMK Negeri 2 Sragen.

LANDASAN TEORTIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Penelitian  ini merujuk pada penelitian sebelumnya, beberapa penelitian yang berhubungan dengan topik ini, yaitu  tentang dampak penerapan quantum teaching pada siswa semasa orientasi  siswa (MOS)2007, Iyan Humas, Jurnal pendekatan quantum teaching dalam pembelajaran IPA, (jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen / article /view /255/143), .  Irmina, 2010, Pelaksanaan Model Quantum Teaching dengan Study Group untuk Peningkatan Sikap Percaya Diri Siswa dan Prestasi Belajar Fisika, Kusumo Wardani . 2008. Metode Quantum Teaching Dengan Study Group Untuk Peningkatan Prestasi Belajar Geografi.

Kajian teoritis yang digunakan sebagai kerangka teoristis pada penelitian adalah :

1. Hakekat  belajar dan pembelajaran
Menurut Sri Rumini dkk, ( 2006 : 59 ), belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperolah perubahan tingkah laku, yang mana perilaku hasil belajar tersebut relative menetap, baik perilaku yang dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati secara langsung yang terjadi pada individu sebagai sebuah hasil latihan dan pengalaman sebagai dampak interaksi antarindividu dengan lingkungannya.  Dengan demikian, belajar merupakan proses internalisasi pengetahuan yang diperoleh dari luar diri dengan system indra yang membawa informasi ke otak.

Menurut Sumadi  Suryabrata ( 2011 : 232 ), difinisi belajar selalu mencakup beberapa poin penting sebagai berikut :
a). Proses belajar selalu membawa perubahan perilaku, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
b). Pada dasarnya yang dimaksud dalam perubahan tersebut pokoknya adalah pada proses mendapatkan kecakapan atau ketrampilan baru.
c).  Adanya perubahan tersebut karena dilakukakan secara sadar dan penuh usaha. Maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses internalisasi pengetahuan, penyimpanan informasi atau pengetahuan yang didukung factor-faktor psikomotor dan system indra yang berbeda antara satu individu atau siswa dengan individu atau siswa lain dalam berinteraksi dengan lingkungan sebagai sumber belajar.

2. Hakekat  perencanaan Pembelajaran Quantum
Dalam (De Porter, Readon dan Singer Nourie, 2001 : 5) ,Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum dikenal dengan singkatan “ TANDUR” yaitu:1). Tumbuhkan: Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “ bawalah dunia mereka kedunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan ( persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial ( komunikasi belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada peserta didik, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu. Strategi untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menulis tujuan pembelajaran di papan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/ media yang menarik atau lucu, isu mutakhir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang. 2). Alami :Tahap ini jika tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun peserta didik sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Strategi konsep ALAMI dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi dengan memberikan tugas secara individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.3). Namai: Konsep ini berada pada kegiatan inti. Yang NAMAI mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak ( membuat peserta didik penasaran, penuh pertannyaan mengenahi pengalaman) untuk memberikan identita, menguatkan dan mendifinisikan..4). Demostrasikan:Tahap ini masih pada kegiatan ini, Inti pada tahap ini adalah memberikan kesempatan siswa untuk menunjukan bahwa peserta didik tahu. Hal ini sekaligus memberikan kesempatan peserta didik untuk menunjukan tingkat pemahamanan terhadap materi yang dipelajari.Panduan guru untuk memahami tahap ini yaitu dengan cara apa peserta didik dapat memperagakan tingkat kecakapan peserta didik dengan pengetahuan yang baru? 5. Ulangi:Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku ini “  kegiatan ini dilakukan secaa multi modalitas dan multi kecerdasan Panduan guru untuk memasukan tahap ini yaitu cara apa yang bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? 6). Rayakan: Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketentuan, dan kesuksesan yang  akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar  lebih lanjut.(http// Quantum teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1 febuari 2013)

3. Mengkombinasikan dengan study group
Study group adalah kelompok belajar didalam kelas. Dalam pelaksanaan Quantum teaching di SMK Negeri 2 Sragen, study group dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan Quantum teaching . Adapun pelaksanaan model Quantum teaching dengan study group ini adalah sebagai berikut :
a).Pembentukan kelompok :Dalam pembentukan kelompok ini dilakukan dengan strategi yang dianggap baik dalam proses pembelajaran. Dalam setiap kelompok dimasukkan peserta didik yang memiliki prestasi baik, sehingga dapat mendukung perumusan konsep yang baik dalam kelompok..

Hal ini dilakukan dengan cara yang sama untuk siklus I dan siklus II.

b).Pemberian nama kelompok:
Pemberian nama kelompok ini, guru menganut konsep pemaksimalan memori belajar, dimana nama-nama kelompok adalah nama konsep yang harus difahami oleh peserta didik, seperti kelompok profsor, cindekiawan, insinyur, kontraktor, konsultan, pelaksana.

Fasilitasi study group
1) Menumbuhkan minat belajar dalam kelompok
Di dalam menumbuhkan minat belajar dalam kelompok perlu ditumbuhkan dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut:
a) Memberikan motivasi atau dorongan secara langsung.
Dorongan secara langsung dilakukan melalui penumbuhan keyakinan setiap kelompok pasti memiliki ciri khas keunggulan masing-masing. Guru menunggu keunggulan apa yang akan ditunjukkan oleh setiap kelompok.
b) Motivasi untuk meraih penghargaan.
Motivasi ini ditumbuhkan melalui perbandingan kelompok. Perbandingan dilakukan dengan mengadu setiap kelompok untuk meraih penghargaan setinggi-tingginya, hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa menempuh resiko keluar dari zona berfikir aktif dan berpikir positip.
2) Merangsang kegiatan berfikir produktif
Untuk kegiatan berfikir produktif kelompok ditumbuhkan melalui pemberian pertanyaan kelompok baik dalam bentuk pertanyaan kelompok ditumbuhkan melalui pemberian pertanyaan kelompok baik dalam bentuk pertanyaan langsung maupun pertanyaan cerita.
3) Menumbuhkan keriangan belajar
Untuk memberikan keriangan pada pserta didik lebih mudah dengan ditumbuhkan melalui study group . keriangan ditumbuhkan melalui adu pendapat antar kelompok, saling memberi semangat antar kelompok dengan tepuk tangan, saling memberikan komentar, dan dengan perdebatan kecil. Fasilitator menjembatani agar perdebatan bersifat terarah dan tidak mengarah pada perdebatan negatif. Dalam siklus II  guru menggunakan musik mozart saat proses diskusi dilakukan guna merangsang kecerdasan peserta didik dalam menemukan jawaban.
4) Memberi kesempatan berdemostrasi
Proses pembelajaran dilakukan seluruhnya secara individu, maka sangat sulit dilakukan pemberian kesempatan berdemostrasi secara merata melalui presentasi.
5) Perayaan kelompok
Untuk perayaan kelompok ini, merupakan pemberian penghargaan atas apa yang dipelajari kelompok.
6) Penutupan kegiatan study group
Yang dimaksudkan kegiatan penutupan pada study group ini adalah untuk memperjelas hasil kgiatan study gruop yang telah dilakukan secara bersama-sama. Guru menyimpulkan konsep-konsep yang dibuat peserta didik, dan melakukan pelurusan – pelurusan konsep yang kurang benar, sehingga disamping memahami konsep yang benar peserta didik juga menjadi faham dengan konsep yang salah dan menjebak.
4. Kerangka pikir
Pelaksanaan Quantum Teaching akan mampu memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta mewujudkan transformasi pengalaman dan penguatan yang efektif olek karena siswa melaksanakan pembelajaran tidak dalam kondisi terpaksa atau tidak dalam kondisi tidak senang, akan tetapi dalam suasana penuh motivasi dan tidak tegang. Sementara itu, melalui study group, siswa dilatih untuk memecahkan masalah secara mandiri sehingga akan terbentuk kemampuan problem solving. Study group juga dilakukan untuk memperdalam pengetahuan yang telah diperoleh dari guru, dan pendalaman tersebut dilakukan bersama-sama dengan rekan lainnya, sehingga akan terjadi proses transformasi pengetahuan  antar siswa.
5. Hipotesis tindakan
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: 1). Meningkatan prestasi belajar siswa setelah penyelenggaraan model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Study Group untuk bidang study Mekanika Teknik  siswa kelas X TKK2 SMK Negeri 2 Sragen Kabupaten Sragen ? 2). Meningkatkan  aktifitas belajar siswa kelas X TKK 2 SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan pembelajaran Mekanika Teknik melalui metode Quantum Teaching dengan Study Group ?


METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus 1 bertujuan mengetahui prestasi belajar kompetensi mekanika teknik dan keaktifan belajar  peserta didik , dalam tindakan awal penelitian dan sekaligus digunakan sebagai refleksi untuk melakukan siklus 2. Siklus 2 bertujuan untuk mengetahui peningkatan perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus 1.

Siklus I
Pada siklus 1 perencanaan berupa kegiatan-kegiatan menentukan langkah yang akan dilakukan untuk memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran Mekanika Teknik selama ini menggunakan model konvensional. Tahap ini bermanfaat agar pelaksanaan pada tahap tindakan lebih mudah, terarah dan sistematis. Tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan proses pembelajaran pada siklus 1 sesuai dengan perencanaan yang disusun. Tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan proses pembelajaran Mekanika Teknik menggunakan model Quantum teaching dengan Study Group. Observasi dilakuan untuk mengetahui segala peristiwa yang berhubungan dengan pembelajaran maupun respons terhadap teknik model pembelajaran yang digunakan guru. Data observasi diperoleh dari lembar observasi, catatan harian guru, catatan harian siswa, lembar wawancara, dan dokumentasi foto. Refleksi bertujuan untuk mengetahui kendala apa yang ditemui dalam meningkatkan prestasi belajar Mekanika Teknik peserta didik .

Siklus II
Pada siklus 2, perencanaan adalah penyempurnaan dari perencanaan siklus. Hasil refleksi siklus 1 dikoordinasikan dengan guru mata pelajaran Mekanika Teknik kelas X TKK 2 SMK Negeri 2 Sragen untuk melakukan perencanaakan ulang. Tindakan yang dilakuan adalah dengan perencanaan yang telah disusun berdasarkan perbaikan pada siklus 1.  Materi pembelajaran sama seperti materi pelajaran siklus 1, yaitu 1) menganalisis konstruksi balok sederhana ,2) menghitung konstruksi balok sederhana.  Materi pembelajaran siklus II 1) balok sederhana dengan tumpuan sendi dan rol dengan beban secara analisis dan grafik, 2) balok sederhana dengan tumpuan sendi dan rol dengan beban secara analisis dan grafik,3) balok sederhana dengan tumpuan sendi dan rol dengan beban secara tidak merata. Tahap tindakan dilaksanakan dalam tiga tahap iatu persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut. Observasi dilakuan untuk mengmpulkan data tentang keaktifan belajar siswa dan respons siswa terhadap proses pembelajaraan dengan model Quantum teaching dengan study group. Pengambilan data dilakukan dengan teknik tes dan non tes . refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil non tes yang dilakukan pada siklus 2.

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah mata pelajaran Mekanika Teknik  pada kelas X TKK 2 SMK Negeri 2 Sragen. Variabel penelitian ini adalah model Quantum teaching dengan study group , dan prestasi belajar Mekanika Teknik, keaktifan belajar peserta didik. Indikator kinerja dalam penelitian ini meliputi dua aspek yaitu kuantitatif dan kualitatif
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Tes dilakukan dengan menggunakan soal-soal. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tes a. siklus 1 dan tes b. siklus 2. Skor penilaian berdasarkan aspek-aspek yang sudah ada. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang sesuai dengan materi, yaitu menganalisis konstruksi balok sesderhana, menghitung konstruksi balok sederhana.Dalam melakukan tes ini diperlukan instrumen atau alat bantu yang berupa kriteria atau pedoman penilaian. Penilaian tersebut harus menunjukan pencapaian indikator yang telah ditentukan. Sedangkan teknik nontes yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, lembar jurnal,lembar wawancara, lembar dokumemtasi foto yang digunakan untuk mengungkapkan perubahan tingkah laku peserta didik selama mengikuti pembelajaran Mekanika Teknik  dengan model quantum  teaching dengan stady group.
Analisis data yang dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajran mekanika teknik dengan model quantum teaching dengan study group adalah teknik kualitatif dan kuantitatif.
Indikator penelitian ini,  penilaian  dilakukan  berdasarkan  tes  unjuk  kerja. Indikator  data   kuantitatif  penelitian  ini  adalah  ketercapaian  target  kriteria ketuntasan minimal siswa  sebesar 2,66 dengan jumlah peserta didik minimal 94,3% dari jumlah peserta didik keseluruhan. Indikator data kualitatif Pencapaian peningkatan keaktifan peerta didik dengan frekuensi pengamatan nilai prosentase 70,8 % siswa aktif dalam pembelajaran model quantum teaching dengan study group,


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari tindakan prasiklus, siklus 1dan siklus 2. Hasil tes prasiklus berupa data nilai  ulangan harian kompetensi Mekanika Teknik.
Proses Pembelajaran  Prasiklus



Tabel .1 Hasil nilai ulangan harian pada Prasiklus.

 Dilihat dari tabel 1, dapat diketahui nilai rata-rata peserta didik masih dalam kategori kurang yaitu sebesar 82,56%. Peserta didik yang memperoleh nilai dalam kategori kurang sebanyak 29 peserta didik  atau 82,56% dalam interval nilai < 60 sebanyak 4 peserta didik atau sebesar 13,45% memperoleh nilai berkategori  cukup dalam interval 60 – 75. Sementara itu  ada 1 peseta didik atau 3,98%  memperoleh nilai berkategori baik dan tak ada satupun peserta didik yang memperoleh kategori sangat baik atau sebesar 0%. Itu menunjukan bahwa nilai kompetensi Statika peserta didik masih rendah dan perlu untuk ada peningkatan dalam prestasi peserta didik pada kompetensi
Mekanika Teknik.

Siklus I
Proses Pembelajaran Quantum Teacing dengan Study Group





Siklus II
Proses Pembelajaran Quantum Teacing dengan Study Group






Pembahasan
Tabel 2  Hasil nilai tes mata pelajaran mekanika teknik  pada siklus 1

Dari data diatas nilai yang di capai pada hasil tes siklus I oleh siswa, materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat 14,8 %,dengan parameter tingkat keberhasilan siswa (>85) kategori baik, materi sendi dan rol dengan beban terpusat  45,7 %, dengan parameter tingkat keberhasilan siswa ( 75 – 85) katagori baik, materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan bidang datar dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol 5,1%, dengan parameter tingkat keberhasilan ( 60 – 75 ) kategori cukup, materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol akibat beban merata dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol akibat beban terbagi tidak merata 69% dengan parameter tingkat keberhasilan ( 2 – 2,66 ) kategori cukup, materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol 7,4% dengan parameter tingkat keberhasilan (– 60 ) kategori kurang. Dari hasil tes mekanika teknik  pada siklus I yang perlu di perbaiki pada siklus II pada materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban merata, menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol akibat beban tidak merata karena masih dibawah nilai KKM 2,66, sedangkan untuk materi menghitung gaya reaksi pada tumpuansendi dan rol  di perdalam atau diulang karena harus sudah memiliki nilai tuntas KKM 2,66.
Prestasi belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan  hasil belajar oleh seseorang dapat di lihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik.
Refleksi siklus 1
Dalam kompetensi dasar menganalisa balok konstruksi sederhana  pada Mekanika Teknik  dalam indikator 1) menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat, 2) menghitung gaya reaksi tumpuan sendi dan rol dengan beban merata, 3) menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol pada beban tidak merata/ segitiga, serta dapat memberikan contohnya dalam kehidupan sehari- hari. Pada awal pembelajaran mekanika teknik  kelas X Teknik kontruksi kayu 2 tahun pelajaran 2013/2014 hasil nilai diskusi .Materi tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat 54,3% nilai sudah tuntas. Materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol pada beban merata 60% nilai belum tuntas.Materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol pada beban tidak merata 68,6% nilai belum tuntas.    Data ini bisa dilihat pada tabel 5, yang memperoleh hasil KKM sebesar 60%, dan siswa  yang kurang dari KKM yang ditetapkan sebesar 40%, dan memiliki nilai rata-rata 60%  dapat dilihat pada tabel 5,  sedangkan untuk nilai hasil tes mekanika teknik pada siklus I bisa dilihat pada tabel 6, nilai ketuntasan 74,3% dengan nilai rata-rata kelas 73,3%. dan hasil rata rata skor keaktifan belajar siswa adalah 1) Mendengarkan dan memperhatikan presentasi/ penjelasan guru 58,3% masih dalam kualifikasi tinggi, 2). Mencatat kegiatan guru 47,2%, 3). Merespons pertanyaan atau perintah guru 38,9%, 4). Mengajukan pertanyaan kepada guru jika menemukan masalah 31,9%, 5). Berpartisipasi dalam diskusi kelompok 38,7, 6). Mengemukaan pendapat dalam kelompok 34,7% ,7). Mengerjakan soal dan lembar kegiatan36,1%, 8). Mempresentasikan hasil kerja kelompok 33,2%  Bisa di lihat pada tabel 9.
 Kompetensi yang harus dimiliki pada pembelajaran mekanika teknik dalam indikator 1) menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol pada beban terpusat , 2) menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol pada beban merata, 3) menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol pada beban tidak merata,  serta dapat memberikan contohnya dalam kehidupan sehari - hari,  sehingga penilaian yang paling baik adalah penilaian waktu diskusi dari pada penilaian secara  individu. Dikarenakan belum atau kurangnya keaktifan belajar siswa yang terbentuk dalam pembelajaran mekanika teknik . Penyebab utama siswa belum mencapai KKM diduga karena siswa belum memiliki, keaktifan belajar siswa kurang memahami dan mengikuti aturan dalam diskusi, kurang memahami metode penilaian yang dipakai, dan belum bisa merencanakan waktu yang tepat dalam pembelajaran secara sistematis.

Tabel 3  Hasil nilai tes mata pelajaran Mekanika Teknik pada siklus 2

Dari data diatas nilai yang di capai pada hasil tes siklus II oleh peserta didik , materi menghitung gaya reaksipada tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat secara analisis dan grafik 91,4 %, tuntas, , materi menghitung gaya reaksipada tumpuan sendi dan rol dengan beban merata secara analisis dan grafik 94,3 %, tuntas , materi menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban tidak merata secara analisis dan grafik  94,34 %, tuntas. Dari hasil diskusi mekanika teknik pada siklus 2 ini sudah mencapai dari KKM mekanika teknik 2,66 dengan indikator kinerja kualitatif ketercapaian  target kriteria ketuntasan minimal siswa 2,66 dengan jumlah rata-rata 80,1% dari jumlah keseluruhan siswa .
a) Komparasi nilai kompetensi mekanika teknik  pada siklus I dan nilai kompetensi mekanika teknik pada siklus II


 grafik 1.  Komparasi Nilai kompetensi mekanika teknik 
 pada Siklus I dan Siklus II


Hasil penilaian prestasi belajar mata pelajaran mekanika teknik, ada kenaikan kompetensi mekanika teknik
b) Komparasi pencapaian keaktifan belajar peserta didik pada siklus I dan siklus 2


Grafik 3. Pencapaian  keaktifan belajar peserta didik pada
 siklus 1dan siklus 2
Refleksi siklus 2
Refleksi Dalam kompetensi dasar menganalisa balok konstruksi sederhana  pada Mekanika Teknik  dalam indikator 1) menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat  , 2) menghitung gaya reaksi tumpuan sendi dan rol dengan beban merata  , 3) menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol pada beban tidak merata/ segitiga, serta dapat memberikan contohnya dalam kehidupan sehari- hari. Pada awal pembelajaran mekanika teknik  kelas X Teknik kontruksi kayu 2 tahun pelajaran 2013/2014 hasil nilai diskusi . Menghitung gaya reaksi pada bidang datar dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat dengan analisis dan grafik 91,4 % .  nilai sudah tuntas. Menghitung gaya reaksi pada bidang datar dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban merata dengan analisis dan grafik 94,3 % nilai tuntas.Materi Menghitung gaya reaksi pada bidang datar dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban tidak merata dengan analisis dan grafik 94,3 %  tuntas.    dan hasil rata rata skor keaktifan belajar siswa adalah 1) Mendengarkan dan memperhatikan presentasi/ penjelasan guru 80,6% masih dalam kualifikasi tinggi, 2). Mencatat kegiatan guru 72,23%, 3). Merespons pertanyaan atau perintah guru 68,1%, 4). Mengajukan pertanyaan kepada guru jika menemukan masalah 69,3%, 5). Berpartisipasi dalam diskusi kelompok 68%, 6). Mengemukaan pendapat dalam kelompok 69,4% ,7). Mengerjakan soal dan lembar kegiatan69,4%, 8). Mempresentasikan hasil kerja kelompok 69,4%  .
Peningkatan kompetensi peserta didik, berupa:1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan peserta didik memahami dan menyelesaikan soal diskusi, kemampuan memahami tentang (1) Menghitung gaya reaksi pada bidang datar dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban terpusat dengan analisis dan grafik (2)   Menghitung gaya reaksi pada bidang datar dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban merata dengan analisis dan grafik,3) Menghitung gaya reaksi pada bidang datar dan menghitung gaya reaksi pada tumpuan sendi dan rol dengan beban tidak merata dengan analisis dan grafik  mencapai KKM 75, (2)  Ketrampilan (skill), yaitu kemampuan menghitung dengan benar dan cepat, peserta didik sudah %   dapat melakukan penghitungan  dengan cepat dan tepat.(3)  Sikap (attittude), yaitu disiplin,berani bertanya, diskusi dan mengerti apa yang menjadi tanggung jawabnya, peserta didik sudah dapat melakukan berani bertanya, diskusi dan mengerti apa yang menjadi tanggung jawabnya.,b) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Study Group berhasil diciptakan upaya peningkatan  pencapaian kompetensi mekanika teknik . Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, sudah  mencapai nilai KKM secara klasikal 91,2% dari jumlah siswa sebanyak 34 siswa, tetapi sudah ada peningkatan dari hasil nilai rata rata kelas pada siklus 1: 73,3 dengan prosentase jumlah ketuntasan kopetensi 74,3% dan meningkat pada siklus ke II dengan nilai rata-rata kelas 80,1%, dan prosentase jumlah ketuntasan kompetensi 94,3%  c) Dampak proses belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching dengan Study Group berhasil diciptakan upaya peningkatan  pencapaian keaktifan belajar peserta didik. Suatu penelitian tindakan kelas di kelas X Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 2 Sragen, memiliki keaktifan belajar pada siklus I memiliki rerata 39,9% dengan kualifikasi sedang, secara klasikal  dari jumlah siswa sebanyak 34 siswa, tetapi sudah ada peningkatan dari hasil nilai rata rata kelas pada siklus I1 sebesar 70,8% dengan kualifikasi tinggi, yang berarti sudah ada peningkatan keaktifan belajar dari siklus I dan Siklus II.Dari proses pembelajaran pada siklus II sudah mencapai KKM pada pelajaran mekanika teknik  mencapai 94,3% dari peserta didik terpenuhi


PENUTUP

Simpulan
Simpulan dalam penelitian ini 1) meningkatkan proses pelaksanaan model pembelajaran quantum teaching dengan study group dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran, 2) meningkatkan keaktifan peserta didik kelas X TKK I SMK Negeri 2 Sragen setelah melaksanakan model pembelajaran Quantum  Teaching dengan Study Group, 3) meningkatkan prestasi belajar peserta didik setelah penyelengarakan model pembelajaran quantu Teaching dengan teknik Study Group untuk bidang study meanika teknik pada peserta didik kelas X TKK 1 SMK Negeri 2 Sragen kabupaten  Sragen.


Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini selanjutnya peneliti merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: Bagi guru disarankan untuk memantau keaktifan belajar dan kopetensi belajar peserta didik, guru diharapkan dapat menyusun, menerapkan dan mengevaluasi pembelajaran, dengan membuat proses pembelajaran itu dibuat yang menyenangkan dan dibuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran sehingga terbentuk adanya imbal balik komunikasi antara guru dan siswa. Sehingga peserta didik dapat meningkatkan pencapaian standar kopetensi menerapkan ilmu mekanika teknik  sekurang-kurangnya mencapai nilai Kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75 .

DAFTAR PUSTAKA.
jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen / article /view /255/143
De Porter , Bobbi , Mark Reardon, dan Sarah Singer – Nourie. 2001. Quantum  Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning di ruang-ruang Kelas. Bandung : KAIFA.

http// Quantum teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1 febuari 2013

Irmina Titik P. 2010. Pelaksanaan Model Quantum Teaching dengan Study Group untuk Peningkatan Sikap Percaya Diri Siswa dan Prestasi Belajar Fisika.

 Kusumo Wardani . 2008. Metode Quantum Teaching Dengan Study Group Untuk Peningkatan Prestasi Belajar Geografi

Zainal Aqib.2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya

Iyan Humas,2007, Dampak penerapan Quantum Teaching pada siswa semasa Orientasi siswa (MOS) di SMA negeri 6 Bogor . jurnal diunduh 1maret 2013.

Zainal Aqib.2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya



BACA SELENGKAPNYA »

Jumat, 01 Juni 2012

contoh Penelitian tindakan sekolah

contoh tema Penelitian tindakan sekolah. Luasnya kajian di bidang pendidikan, maka masalah yang diangkat dalam penelitian untuk pengembangan profesi pengawas sekolah, hendaknya difokuskan pada permasalahan yang dihadapi langsung secara nyata oleh pengawas dalam praktek tugas kepengawasan, yaitu tugas memantau, menilai, membina sekolah dan melaksa-nakan tindak lanjut. contoh penelitian tindakan sekolah

Berikut ini adalah beberapa contoh permasalahan yang dapat dikaji melalui PTS.

  1. Bagaimana bimbingan terhadap sekolah dalam pengembangan
    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
  2. Bagaimana bimbingan terhadap sekolah dalam menyusun
    kurikulum muatan lokal yang penyusunannya melibatkan beberapa
    pihak terkait.
  3. Bagaimana pemantauan terhadap sekolah dalam melaksanakan
    program pengembangan diri melalui kegiatan konseling dan
    kegiatan ekstrakurikuler.
  4. Bagaimana membina guru dalam merancang tugas mandiri tidak
    terstruktur untuk mencapai kompetensi tertentu
  5. Bagaimana sekolah melalui MGMP dalam mengembangkan silabus
    secara mandiri atau cara lainnya berdasarkan standar isi, standar
    kompetensi lulusan, dan panduan penyusunan KTSP.
  6. Bagaimana bentuk binaan terhadap hasil pelaksanaan pemantauan
    proses pembelajaran yang mencakup tahap perencanaan, tahap
    pelaksanaan, dan tahap penilaian hasil pembelajaran.
  7. Bagaimana strategi supervisi proses pembelajaran melalui cara
    pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi.
  8. Bagaimana model bimbingan terhadap guru dalam merencanakan,
    melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran sesuai dengan
    prinsip-prinsip pembelajaran.
  9. Bagaimana bimbingan terhadap peningkatan kemampuan
    manajerial kepala sekolah yang ditunjukkan dengan keberhasilan
    mengelola pendidik dan tenaga kependidikan dan siswa.
  10. Bagaimana bimbingan terhadap peningkatan kemampuan
    kewirausahaan kepala sekolah dalam mengelola kegiatan
    produksi/jasa sebagai sumber belajar siswa.
  11. Bagaimana teknik menilai sekolah dalam merumuskan dan
    menetapkan visi, misi dan tujuan lembaga.
  12. Bagaimana teknik membimbing, menyusun dan melaksanakan
    rencana kerja jangka menengah (empat tahunan) dan rencana kerja
    tahunan.
  13. Bagaimana pendekatan yang dilakukan terhadap sekolah dalam
    melaksanakan kegiatan pengembangan kurikulum dan
    pembelajaran.
  14. Bagaimana bimbingan terhadap sekolah dalam melaksanakan
    kegiatan evaluasi diri untuk menyusun profil sekolah.
  15. Bagaimana bimbingan terhadap sekolah untuk melaksanakan
    evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan.
  16. Bagaimana arahan terhadap sekolah dalam melaksanakan sistem
    informasi manajemen untuk mendukung administrasi pendidikan. 17) Bagaimana upaya mendorong sekolah untuk menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam sistem pengelolaan pembelajaran.
  17. Bagaimana strategi melakukan evaluasi terhadap pendayagunaan
    pendidik dan tenaga kependidikan pada sekolah-sekolah
    binaannya.
  18. Bagaimana pendekatan atau strategi untuk mendorong guru dan
    kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya
    dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
  19. Bagaimana membimbing sekolah dalam menyusun pedoman
    pengelolaan keuangan sebagai dasar dalam penyusunan Rencana
    Anggaran dan Belanja (RAB).
  20. Bagaimana membimbing sekolah dalam menentukan Kriteria
    Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran.
  21. Bagaimana upaya mendorong sekolah dalam menentukan nilai akhir
    kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
    kewarganegaraan dan kepribadian, iptek, estetika, serta jasmani,
    olahraga, dan kesehatan sesuai dengan standar nasional
    pendidikan.
BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit