Tampilkan postingan dengan label Cooperaive. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cooperaive. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 April 2012

Penelitian Kolaboratif mplemetasi Pembelajaran Cooperaive Learning

A. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah sarana dan alat yang tepat dalam membentuk masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan dapat menyelesaikan masalah kehidupan yang dihadapinya. Sebab hingga saat ini dunia pendidikan dipandang sebagai sarana yang efektif dalam berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai hidup. Salah satu pendidikan yang dapat dilakukan masyarakat adalah pendidikan di sekolah mulai SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA dengan segala aspeknya. Kurikulum, pendekatan, metode, strategi dan model yang sesuai, fasilitas yang memadai dan sumber daya manusia yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang direncanakan. clip_image002

Salah satu tujuan pengajaran matematika adalah agar siswa mempunyai kemampuan yang dapat digunakan. Dengan memiliki kemampuan matematika, siswa diharapkan dapat menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam menghadapi masalah-masalah dalam berbagai bidang kehidupan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas, guru hendaknya memilih tugas-tugas matematika, model, strategi dan pendekatan pembelajaran matematika sedemikian hingga dapat memotivasi minat siswa dan meningkatkan keterampilan siswa, menciptakan suasana kelas yang mendorong dicapainya penemuan dan pengembangan ide matematika, dan membimbing secara individual, secara kelompok serta secara klasikal.

Matematika sebagai Queen of Sciences mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun kenyataannya bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami siswa (Wahyudin, 1999). Sehingga tidak heran kalau banyak siswa yang tidak senang terhadap matematika yang kemungkinan disebabkan oleh sulitnya memahami mata pelajaran matematika.

Kemampuan berpikir matematik telah banyak mendapat perhatian para peneliti maupun pendidik. Banyak perhatian yang difokuskan pada batasan dalam pemahaman siswa terhadap konsep dan juga pada keterampilan berpikir, penalaran, dan penyelesaian masalah mereka dalam matematika (Henningsen dan Stein; 1997). Gagasan aktivitas matematika yang berfokus pada kemampuan tersebut memandang matematika sebagai proses aktif dinamik, generatif, dan eksploratif. Proses matematika itu dinamakan dengan istilah bernalar dan berpikir matematika tingkat tinggi (high-level mathematical thinking and reasoning). Beberapa aspek berpikir matematika tingkat tinggi adalah pemecahan masalah matematik, komunikasi matematik, penalaran matematik dan koneksi matematik (Romberg dalam NCTM, 1989; NCTM. 2000).

Kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi bersifat kompleks dan memerlukan prasyarat konsep dan proses dari yang lebih rendah baik dari segi materi maupun cara mempelajari/mengajarkannya, sehingga dalam pembelajarannya perlu dipertimbangkan tugas matematika serta suasana belajar yang mendukung untuk mendorong kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi tersebut. Hal ini menyangkut pengambilan keputusan pembelajaran yang digunakan di kelas.

Keterkaitan antara berpikir tingkat tinggi dengan pelajaran matematika dijelaskan oleh Romberg (dalam NCTM, 1989) dengan menyatakan bahwa beberapa aspek berpikir tingkat tinggi yaitu pemecahan masalah matematika, komunikasi matematik, penalaran matematik dan koneksi matematik.

Polya (1985) menyebutkan empat langkah dalam penyelesaian masalah, yaitu: 1) memahami masalah; 2) merencanakan pemecahan; 3) melakukan perhitungan; dan 4) memeriksa kembali. Setiap aspek dalam berpikir matematik tingkat tinggi mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga agar tidak terlalu melebar, dalam penelitian ini yang akan diukur hanya dua aspek, yaitu pemecahan masalah matematik dan koneksi matematik.

Salah satu metode pembelajaran yang kreatif, inovatif dan efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi adalah metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran yang siswanya dibentuk menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4 sampai 6 orang, bekerja secara kolaboratif dengan struktur kelompok heterogen (Slavin, 1995), dengan pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang, untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama berlangsungnya proses pembelajaran dan mencari sendiri dengan didasari pada pengetahuan yang telah dimilikinya (Sunal & Hans, dalam Haryanto, 2000).

Implementasi metode pembelajaran ini diupayakan agar meningkatkan penguasaan konsep matematika dan penumbuhan kreativitas siswa, serta penciptaan iklim yang kondusif bagi siswa dalam pengembangan daya nalar dan berpikir tingkat tingginya. Pengembangan pembelajaran ini hanya dimungkinkan jika hubungan kerjasama antar siswa terjalin dengan baik, komunikasi tercipta secara dialogis, Kolaborasi dan partisipasi dapat terbentuk dan terbina secara efektif serta hubungan persahabatan yang saling percaya dapat terjalin dengan baik. Pembelajaran yang berorientasi kepada penciptaan iklim yang kondusif dapat membangun hubungan kerjasama, berbagi informasi, pengetahuan dan pengalaman antar sesama siswa maupun guru dengan siswa. Penciptaan suasana kooperatif dapat membangun hubungan interaksi secara intensif dan saling menguntungkan. Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi maka pengaruh pembelajaran kooperatif secara umum hasilnya positif (Slavin, dalam Grouws; 1984). Peneliti langsung mengujicobakan pembelajaran kooperatif di kelas dan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (biasa) di kelas lain pada sekolah yang sama.

Belajar kontekstual akan terjadi ketika peserta didik menerapkan dan mengalami apa yang telah diajarkan yang berkaitan dengan masalah nyata, dengan peranan dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, warganegara,peserta didik dan pekerja. Pembelajaran kontekstual menekankan pada tingkat berfikir yang tinggi, transfer pengetahuan yang lintas disiplin akademik, pengumpulan, analisis, dan sintesis informasi atau data dari berbagai sumber dan sudut pandang. Blanchard (2001) memandang pembelajaran kontekstual sebagai suatu konsepsi yang membantu guru menghubungkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia nyata yang berguna untuk memotivasi peserta didik dalam membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan sebagai anggota keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja. Dengan demikian, inti dari pembelajaran kontekstual adalah melibatkan situasi dunia nyata sebagai sumber maupun terapan materi pelajaran.

Parnel dalam Owens (2001) menyatakan bahwa dalam pengajaran kontekstual, tugas utama guru adalah memperluas persepsi peserta didik sehingga makna atau pengertian itu menjadi mudah ditangkap dan tujuan pembelajaran segera mudah dimengerti. Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan kontekstual sangat diharapkan pada siswa di SMAN 1 Kempo sehingga output (keluaran) dari siswa terhadap mata pelajaran matematika dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian sangat diharapkan model pembelajaran kontekstual terutama pada mata pelajaran matematika oleh guru mata pelajaran dan termasuk kepala sekolah.

Dari uraian masalah tersebut, pemasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana motivasi belajar siswa di SMAN 1 Kempo melalui pembelajaran kontekstual Cooperative Learning?

  1. Bagaimana kemampuan matematik siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif?

3. Bagaimana tingkat prestasi belajar siswa di SMA 1 Kempo dengan bahan ajar yang digunakan oleh guru ?

  1. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperative dan soal-soal yang kontekstual .

Dari masalah di atas dibatasi hal-hal sebagai berikut :(1) Implementasi pembelajaran matematika di kelas melalui pendekatan kontekstual. (2) peningkatan penguasaan siswa terhadap standar kompetensi matematika, yang meliputi penguasaan kognitif, apektif, dan psikomotor.

Pada penelitian tindakan ini, peneliti secara kolaboratif melakukan tindakan-tindakan siklus sebanyak 3 siklus. Setiap siklus akan memiliki tahapan sebagai berikut: (1) mengidentifikasi permasalahan kualitas proses belajar mengajar yang mengakibatkan rendahnya prestasi belajar matematika siswa dan memberikan solusi pemecahan masalah pada proses belajar mengajar, (2) mengkaji seluruh komponen pembelajaran dan keterampilan menggunakan pendekatan pembelajaran sesuai dengan materi yang disajikan, (3) mengaplikasikan model pendekatan pembelajaran dengan kontekstual melalui kegiatan pelatihan, (4) mengaplikasikan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dalam kegiatan real teacing. Perubahan dari siklus pertama sampai dengan siklus berikutnya dilakukan secara simultan, artinya siklus awal merupakan dasar bagi perubahan pada siklus sebelumnya. Siklus terakhir dikatakan berhasil jika indikator kerja yang telah ditetapkan telah terpenuhi secara optimal.

Penelitian tindakan ini bertujuan : (a). untuk mengetahui minat atau motivasi belajar siswa SMAN 1 KEMPO dalam belajar matematika jika menggunakan pendekatan kontekstual. (b). Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa SMAN 1 KEMPO terhadap bahan ajar yang telah disiapkan oleh guru. (c).Mendeskripsikan keterampilan kooperatif siswa selama bekerja dalam kelompok. (d).mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif dan soal-soal koneksi dan pemecahan masalah matematik

Melalui kajian tindakan kelas oleh Pengawas dan guru secara kolaboratif ini akan memberikan kontribusi pada: (a).Proses pembelajan, dimana para rancangan, proses, maupun evaluasi dilakukan secara komprehensif dengan memperhatikan seluruh kompetensi siswa dan sumber belajar. (b).Inovasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, terlihat pada rancangan dan tindakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif pada kegiatan yang bervariasi dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada, di samping itu guru akan melakukan evaluasi terhadap kemampuan siswa baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor.

Beberapa konsep dan istilah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.(a). Merencanakan Pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental ( developmentally appropriate) siswa. (b). Membentuk group belajar yang saling tergantung ( inredepwendent learning groups). (c).Mempertimbangkan keragaman siswa ( disversity of students). (d). Menyediakan lingkunag yang mendukung pembelajaran mandiri dengan 3 karakteristrik yaitu kesadaran berpikir, penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan. (e).memeperhatikan multi intelegensi. (f).menggunakan teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir timgkat tinggi, (g). mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika diberikan kesempatan untuk bekerja, menemukan, (h). Mengembagkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan ( questioning)menerapkan penilaian autentik. (i). Metode pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang menekankan aktivitas belajar siswa secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 siswa. Untuk mempelajari materi dan mengerjakan tugas, anggota kelompok bertanggung jawab atas kesuksesan kelompoknya. Selain itu menekankan pada aspek sosial, diantaranya nilai gotong royong, saling percaya, kesediaan menerima dan memberi, serta saling menghargai pendapat teman. (j).Keterampilan kooperatif siswa adalah tingkat penguasaan keterampilan kooperatif yang meliputi : berada dalam tugas, menghargai pendapat orang lain, mendengarkan dengan aktif, mengambil giliran dan berbagi tugas, bertanya serta memeriksa ketepatan.

Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah : (a).Dengan bahan ajar yang digunakan oleh guru maka dapat membuat motivasi atau minat belajar siswa SMA Negeri 1 Kempo menjadi meningkat. (b). Melalui pembelajaran dengan pendekatan Cooperative Learning maka dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMAN 1 Kempo

B. METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN

  1. Desaian Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Tanggart dengan tahapan perencanaan, tindakan dan pengamatan serta refleksi untuk setiap siklus. Penelitian ini bersifat kolaboratif karena melibatkan guru SMAN 1 KEMPO yang dipilih. Penelitian ini dirasa cocok untuk pemecahan masalah masalah karena memungkinkan peneliti untuk melakukan tindakan atau peningkatan terhadap suatu program Supervisi pembelajaran dengan melibatkan guru di sekolah lokasi binaan.

2. Setting Penelitian

Lokasi penelitian di pilih SMAN 1 KEMPO karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang tergolong rendah dalam hal peningkatan prestasi belajar matematika, hal ini peneliti peroleh dari data UAN tahun pelajaran 2007/2008 dengan nilai rata-rata 3,75. Untuk pemecahan masalah dilakukan sebanyak 3 (tiga) siklus atau sebanyak 3 (tiga) bulan efektif. Setiap siklus memiliki tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan, pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

· Tim mengidentifikasi permasalahan kualitas proses belajar mengajar, penguasaan siswa terhadap standar materi/prestasi belajar siswa sebagai acuan dalam memetakan permasalahan pokok pada penguasaan metode/pendekatan pembelajaran, serta hasil evaluasi

· Tim peneliti berdiskusi merumuskan kriteria yang tepat dalam implementasi pendekatan pembelajaran kontektual dan tingkat penguasaan siswa terhadap standar materi matematika;

· Tim peneliti bersama-sama menyusun model pembelajaran dengan pendekatan kontektual terhadap materi yang akan disampaikan;

· Tim peneliti bersama-sama menyusun alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada aspek kognitif, apektif dan psikomotor berdasarkan standar materi matematika;

· Tim peneliti menyusun instrumen yang digunakan untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran;

· Tim peneliti mengadakan micro teaching untuk mengetahui efektifitas implementasi pendekatan kontekstual;

· Tim peneliti menetapkan model yang tepat untuk kegiatan tindakan.

b. Tahap Tindakan,

pada tahap ini, Team (Pengawas bersama guru matematika) melaksanakan seluruh isi pesan dalam tahap perencanaan pada proses pembelajaran berdasarkan pendekatan yang digunakan dan diakhiri dengan kegiatan evaluasi.

c. Tahap Observasi,

pada tahap ini hakekatnya dimaksudkan untuk mengatahui:

· Apakah seluruh materi pembelajaran sesuai dengan metode/pendekatan yang digunakan;

· Apakah seluruh materi pembelajaran telah dilaksanakan oleh guru sesuai dengan pendekatan yang telah ditetapkan;

· Apakah alat evaluasi telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan;

· Adakah kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam menggunakan pendekatan kontektual seperti yang telah ditetapkan dalam KBK;

· Faktor-faktor apakah yang menyebabkan hal itu terjadi;

· Alternatif-alternatif apakah yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah yang ada;

· Apakah hasil yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut.

d. Tahap Refleksi dan Evaluasi,

Pada tahap ini seluruh anggota tim peneliti berkumpul dan berdiskusi untuk membahas temuannya selama kegiatan observasi. Hasil yang telah diperoleh dari sebelumnya dan sesudah dilakukannya tindakan, kemudian hasil keduanya dibandingkan. Kegiatan komparasi ini untuk mengetahui kualitas implementasi pendekatan kontekstual dan tingkat penguasaan siswa terhadap standar matematika.

Siklus pertama:

1) melaksanakan tahapan perencanaan,

2) tahapan tindakan,

3) tahapan Observasi, dan

4) tahapan Refleksi dan evaluasi.

Hasil akhir pada refleksi dan evaluasi siklus pertama digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pada siklus kedua dan seterusnya sampai dengan siklus ketiga (terakhir). Pada bagian siklus ketiga, peneliti memperoleh model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

Indikator keberhasilan tindakan ini, meliputi:

1) motivasi atau minat belajar siswa dengan pendekatan kontekstual pada pembelajaran matematika, ditandai dengan unsur kreativitas siswa, keaktifan siswa, dan pelibatan sumber belajar secara menyeluruh;

2) peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan konsep matematika dengan ditandai dengan unsur penggunaan evaluasi pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, dan apektif, dengan ukuran skor minimal KKM = 65 (ketuntasan belajar individual 65%) dan klsikal 85 %, berdasarkan standar materi yang telah ditetapkan.

Dengan mencermati seluruh uraian di atas, dapat ditetapkan bahwa sumber data penelitian ini berasal dari guru (tim peneliti) dan siswa. Dari guru, peneliti memperoleh data tentang implementasi pendekatan kontekstual pembelajaran matematika Dari siswa peneliti peroleh data prestasi belajar matematika. Data dari guru diperoleh dari lembar dokumentasi untuk memperoleh kesiapan proses pembelajaran di kelas, sedangkan dari siswa, lembar tes digunakan untuk mengetahui penguasan standar materi matematika, yaitu pemahaman (apektif) dan tindakan (psikomotor) siswa.

3. Analisa Data

Data yang diperoleh dari keseluruhan tindakan (siklus) selanjutnya dianalisis secara kualitatif dengan tahapan-tahapan meliputi:

1) Reduksi data, tim peneliti akan malakukan penyederhanaan data mentah dari keseluruhan tahapan siklus dengan jalan membuat fokus, klsifikasi, abstraksi data kasar menjadi data yang bermakna untuk dianalisis;

2) Hasil tahapan pertama disajikan secara deskriptif melalui visualisasi bentuk tabel sehingga memudahkan untuk membaca data;

3) Penyimpulan atas sajian data hasil analisis. Hasil merupakan dampak yang diperoleh dari keseluruhan siklus sehingga dapat diketahui tingkat keoptimalan tindakan tentang implementasi pendekatan kontekstual dalam standar materi matematika.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Penelitian yang berlangsung tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan, diagnosa/observasi dan tahap refleksi dan evaluasi. Hasil seluruh siklus disajikan sebagai berikut:

Siklus Pertama

Siklus ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2008, data yang diperoleh pada siklus ini dikelompokkan menjadi tiga bagian sekaligus menunjukkan tahapan kegiatan tiap satu siklus, yakni perencanaan, tindakan dan observasi, serta analisis dan refleksi. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut.

No.

Tahap Kegiatan

Hasil Tindakan

1

Perencanaan

· Dalam proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh guru selama ini masih didominasi oleh guru, sehingga siswa cendrung pasif dalam menerima materi pelajaran.

   

· Selanjutnya pada tahap perencanaan ini diperoleh kesepakatan dan hasil diskusi untuk pembenahan proses pembelajaran matematika sesuai dengan rencana penelitian yaitu: tersusunnya rencana pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

2

Tindakan dan Observasi

Guru menerapkan skenario pembelajaran yang telah ada dengan memanfaatkan media pembelajaran dan strategi pembelajaran kontekstual dengan pendekatan cooperative leraning pada Kompetensi Dasar perkalian, permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah, serta merumuskan dan menentukan peluang kejadian dari berbagai situasi serta tafsirannya.

· Siswa sangat antosias dalam proses pembelajaran karena materi pelajaran menjadi menarik.

· Siswa aktif dalam proses pembelajaran, sementara guru hanya sebagai mediator dan fasilitator (semua siswa memiliki buku paket matematika sebagai acuan dalam pembelajaran).

· Ada beberapa hal yang belum terlaksana dengan baik yaitu ada bagian materi yang telah direncanakan untuk dibahas tidak terlaksanakan

   

karena cakupan materi terlalu luas. Oleh karena itu perlu dibatasi ruang lingkup sesuai dengan metode yang digunakan.

· Evaluasi dalam proses pembelajaran belum dapat dilaksanakan karena kurangnya waktu yang tersedia.

3

Refleksi dan Rencana Selanjutnya

Peneliti dan guru mata pelajaran melakukan diskusi bersama untuk membenahi kekurangan yang ada yaitu dalam perencanaan pembelajaran, kedua belah pihak sepakat untuk meningkatkan proses pembelajaran sesuai dengan indikator yang telah disepakati.

2. Siklus Kedua

Siklus ini dilaksanakan pada bulan September 2008, dan hasilnya dapat terlihat pada tabel berikut:

No.

Tahap Kegiatan dan Siklus

Hasil Tindakan

1

Perencanaan

· Peneliti dan guru menyusun model skenario pembelajaran dengan cakupan materi yang sesuai dengan jumlah jam pelajaran (2 jam pelajaran) dengan pendekatan pembelajarn kontektual

   

· Merancang evaluasi pembelajaran untuk mengukur kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa dalam proses pembelajaran.

Ada kesepakatan antara peneliti dan guru bahwa guru sebagai pelaksana pembelajaran akan mempertahankan dan meningkatkan kemajuan yang telah diperolehnya.

2

Tindakan dan Observasi

Guru melaksanakan skenario pembelajaran yang hasilnya sebagai berikut:

· Guru tidak lagi merasa kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, sedangkan minat dan motivasi siswa sangat tinggi dalam proses pembelajaran.

· Media pembelajaran yang dirancang dapat dimamfaatkan/dilaksanakan meskipun belum optimal.

· Pada akhir pembelajaran, guru telah melakukan evaluasi pembelajaran dan siswa

   

dibimbing untuk membuat resume pembelajaran.

Siswa lebih mudah untuk memahami materi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL Cooperative Learning pada Kompetensi Dasar perkalian, permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah, serta merumuskan dan menentukan peluang kejadian dari berbagai situasi serta tafsirannya.

· .

· Siswa cukup aktif dalam proses pembelajaran baik dari segi bertanya, menanggapi maupun mengerjakan tugas dalam aktivitas pembelajaran.

· Guru masih tidak cukup waktu dalam penyampaian materi pembelajaran, terutama dalam proses pembimbingan siswa dalam membuat resume pembelajaran.

3

Refleksi dan Rencana Selanjutnya

· Guru sebagai pelaksana tindakan menyadari kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk itu disepakati untuk melakukan pembebahan skenario pembelajaran agar dapat mengakomodasi alokasi waktu yang tersedia, sehingga dapat dilakukan kegiatan pembelajaran inti, evaluasi dan resume pembelajaran.

   

· Guru sudah mampu menerapkan media dan dan strategi pembelajaran. Hal ini perlu ditingkatkan lagi dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya.

3. Siklus Ketiga

Siklus ini dilaksanakan selama bulan Oktober 2008. Hasilnya dapat terlihat pada tabel berikut:

No.

Tahap Kegiatan dan Siklus

Hasil Tindakan

1

Perencanaan

· Peneliti dan guru menyusun skenario pembelajaran untuk siklus ketiga (terakhir) dengan memperhatikan beberapa hal sebagai implementasi refleksi siklus sebelumnya, meliputi pentingnya sistem kerja sama (belajar kelompok) bagi siswa dan interaksi guru dengan siswa.

· Bagian penting yang tidak boleh diabaikan adalah dalam mengembangkan skenario pembelajaran, dengan memperhatikan tujuh kunci utama dalam pembelajaran kontekstual.

2

Tindakan dan Observasi

Guru melaksanakan skenario pembelajaran yang ada, dan hasil yang dicapai sebagai berikut:

· Terdapat peningkatan yang sangat berarti pada interaksi belajar guru-siswa. Aktivitas ini berlangsung dalam suasana menghargai potensi siswa pada seluruh aspek secara integrasi.

· Terdapat peningkatan jumlah siswa yang memberikan respon terhadap pembahasan materi faktorisasi bentuk aljabar sehingga semakin bertambah banyak yang telah tuntas dalam belajarnya.

Pola kerja kelompok dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap hasil perkembangan intelektual siswa dalam memahami materi Kompetensi Dasar perkalian, permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah, serta merumuskan dan menentukan peluang kejadian dari berbagai situasi serta tafsirannya.

· , sehingga hasil yang dicapai optimal.

· Siswa memberikan respon positif terhadap guru yang melakukan evaluasi secara komperehensif. Evaluasi yang hanya terfokus satu aspek dapat membosankan siswa.

3

Refleksi dan Rencana Selanjutnya

Seperti siklus sebelumnya, peneliti melakukan analisis terhadap perolehan data selama siklus, dan hasilnya adalah:

· Perolehan data pada siklus terakhir menunjukkan bahwa terdapat peningkatan perolehan hasil belajar siswa yaitu proses ketuntasan belajar siswa menjadi meningkat. Hal ini diperoleh dari hasil anlisa data yang telah dilakukan oleh peneliti.

· Intraksi guru-siswa dalam proses belajar mengajar semakin optimal, suasana belajar siswa sangat menyenangkan dan motivasi belajar siswa meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan kualitas siswa, kuantitas siwa yang memberikan respon, dan kuantitas siswa menurun tentang pemahaman konsep faktorisasi bentuk aljabar.

Pembahasan Hasil

1. Siklus Pertama

Pada tahap perencanaan, data menunjukkan bahwa pembelajaran matematika yang diterapkan oleh guru selama ini masih berorientasi pada penguasaan konsep secara kognitif. Anak lebih banyak belajar menghafal rumus-rumus atau cara memfaktorkan dari pada menentukan sendiri proses pemfaktoran, hal ini membuat anak menjadi bosan dan jenuh dalam belajar matematika. Pendekatan dan metode yang digunakan guru kurang bervariatif, masih terfokus pada guru, siswa kebanyakan pasif dalam menerima pelajaran. Dalam proses perencanaan ini diperoleh kesepakatan tentang model pembelajaran dan hasil diskusi untuk pembenahan proses pembelajaran kontekstual ,tersusunnya model evaluasi yang dapat mengukur pemehaman anak yang lebih dalam yaitu aspek afektif dan aspek psikomotor, dan guru telah memiliki kesiapan untuk menerapkan model pembelajaran yang ada.

Pada bagian tindakan dan observasi, nampak bahwa guru menerapkan skenario pembelajaran yang telah disusun dengan memanfaatkan media pembelajaran yang ada disekitar lingkungan sekolah dan implementasi pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Faktorisasi Bentuk Aljabar. Hasil pengamatan jalannya proses pembelajaran menunjukkan bahwa cukup antusias dalam pembelajaran karena dilihat dari angket responden yang telah disebarkan sebagian besar dari siswa menjawab senang dan gembira dalam belajar matematika, sehingga motivasi siswa makin tinggi.

Beberapa hal yang belum terlaksana dengan baik adalah terdapat beberapa bagian materi yang belum sempat disampaikan karena cakupan materi cukup luas dan kurangnya waktu yang disediakan. Untuk itu perlu direncanakan media dan strategi pembelajaran yang bervareasi, sehingga pembelajaran lebih menarik lagi. Pelaksanaan evaluasi dan proses bimbingan untuk membuat resume belum sempat dilaksanakan karena kekurangan waktu.

Dari hasil analisa data dan refleksi diperoleh bahwa dari 39 0rang siswa kelas II diperoleh nilai tertinggi 100 dan terendah 50, jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya 22 orang dengan prosesntase ketuntasan kelasikal 56, 4 %.

Dengan memperhatikan hasil pengolahan data, maka peneliti dan team sepakat untuk meningkatkan proses pembelajaran sesuai kriteria yang disepakati bersama, dan hal ini sangat penting untuk melaksanakan siklus kedua.

2. Siklus Kedua

Pada bagian perencanaan, setelah memperhatikan hasil analisis dan pengolahan data, maka pada siklus ini menunjukkan bahwa telah dilakukan penyusunan kembali skenario pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dengan cakupan materi sesuai yang telah ditetapkan team dan jangka waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Di samping itu telah dilaksanakan pula proses pembimbingan untuk membuat resume dari materi yang telah disampaikan, evaluasi berupa soal-soal latihan juga telah diterapkan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan. Bagian-bagian penting yang telah dicapai pada siklus pertama akan dipertahankan dan sekaligus ditingkatkan pada siklus ini.

Setelah dilakukan serangkaian tindakan, maka hasil observasi menunjukkan bahwa guru melaksanakan skenario pembelajaran yang telah disusun, guru nampak lebih santai dalam proses pembelajaran karena siswa aktif berdiskusi tentang materi yang dipelajarinya. Di samping utu guru dengan leluasa memberikan bimbingan kepada kelompok siswa yang membutuhkan penjelasan. Siswa lebih mudah dan cepat dalam memahami materi pembelajaran, siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pada akhir pembelajaran siswa sudah bisa membuat resum sendiri tanpa bimbingan dari guru dan dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan guru., namun waktu yang tersedia cuka tidak cukup untuk menyelesaikan soal.

Dari hasil analisa data dan refleksi pada siklus ini diperoleh bahwa dari 39 0rang siswa kelas II diperoleh nilai tertinggi 98 dan terendah 58, jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya 31 orang dengan prosesntase ketuntasan kelasikal 79,5 %.

Dengan memperhatikan hasil pengolahan data, maka peneliti dan team sepakat untuk meningkatkan proses pembelajaran sesuai kriteria yang disepakati bersama, dan hal ini sangat penting untuk melaksanakan siklus ketiga.

3. Siklus Ketiga

Peneliti bersama guru menyusun skenario pembelajaran untuk siklus terakhir (ketiga). Implementasi refleksi dari siklus sebelumnya adalah pentingnya masyarakat belajar (kelompok belajar) dalam memahami konsep-konsep matematika khususnya pada materi Faktorisasi Bentuk Aljabar. Bagian penting yang tidak boleh diabaikan adalah interaksi antara guru – siswa senantiasa harus dipertahankan dan dikembangkan. Dan yang tidak boleh diabaikan adalah penerapan ketujuh kunci utama dari pembelajaran kontekstual, sehingga sebagai dasar bagi implementasi refleksi siklus sebelumnya.

Berdasarkan implementasi dari semua siklus, diketaui bahwa pada siklus kelima (terakhir) data telah menunjukkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik dan optimal, hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data pada siklus ketiga (terakhir) yaitu dari jumlah siswa 39 orang, yang telah tuntas belajarnya adalah sejumlah 35 orang atau dengan prosentase ketuntasan belajar secara kelasikal 89,7 %.

Adapun hasil perolehan pengolahan data dari siklus pertama sampai dengan siklus terakhir (ketiga) dapat dilihat pada tabel berikut:

clip_image002[6]

 

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dari semua siklus, diketahui bahwa :

1. Pada siklus ketiga (terakhir) data telah menunjukkan adanya perubahan kearah lebih optimal sebagai bentuk telah terjadinya suatu peningkatan prestasi belajar siswa dengan sistem ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu 65 % untuk individual dan 85 % secara kelasikal telah menguasai indicator atau KD yang diujikan.

2. Keoptimalan implementasi skenario pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual ditandai dengan adanya penyusunan dan penerapan skenario pembelajaran yang telah memenuhi unsur keterlibatan aktif siswa, motivasi belajar siswa yang semakin tinggi (semangat belajar siswa menjadi bergairah) serta pelibatan sumber belajar secara menyeluruh.

3. Penerapan ini berdampak pada peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep matematika yang ditandai dengan unsur penguasaan evaluasi pembelajaran. Di samping itu peningkatan prestasi belajar yang diperoleh siswa sebagai wujud dari implementasi tindakan setiap siklus.

4. Bagian penting yang tidak boleh diabaikan dalam mengembangkan skenario pembelajaran adalah dengan memperhatikan ketujuh kunci utama dalam proses pembelajaran kontekstual sebagai dasar bagi penyelenggaraan pembelajaran.

5. Peningkatan kemampuan matematik siswa yang memperoleh pembelajaran cooperative menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional (biasa).karena pembelajaran kooperatif memunculkan sikap aktif dan kreatif siswa, terutama mencoba menyelesaikan soal-soal yang diberikan, berdiskusi dengan temannya sesama kelompok, dan siswa berani mengemukakan atau mengajukan pertanyaaan kepada guru.

6. Tanggapan atau respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif adalah positif. Pembelajaran ini juga membuat siswa merasa senang, tertarik, tertantang, terbantu dan dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dalam belajar oleh kegiatan kelompok. Selain itu, selama proses pembelajaran siswa juga terlihat tidak bosan belajar. Hal ini terlihat dari antusias dan semangat belajarnya meningkat, tumbuhnya sikap saling menghargai dan keberanian dalam menyampaikan suatu pertanyaan atau tanggapan.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. SMA Negeri 1 Kempo diharapkan dukungan dan berpartisipasi aktif dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika. mengatasi kekurangan-kekurangan yang dialami oleh guru dalam menyelenggarakan pembelajaran.

2. Guru mata pelajaran matematika hendaknya selalu memperhatikan implementasi skenario pembelajaran matematika sesuai dengan pendekatan kontekstual, yang ditandai dengan adanya penerapan ketujuh kunci utama pembelajaran CTL.

3. Kepada guru matematika SMA, disarankan sebaiknya menciptakan suasana belajar yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya dalam bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga dalam belajar siswa menjadi berani berargumentasi, lebih percaya diri, dan kreatif. Siswa dapat saling bekerja sama dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif, salah satu yang dapat memunculkan suasana tersebut adalah belajar kooperatif.

DAFTAR PUSTAKA

Bahri S. (2003). Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Pemberian Bahan Ajar Pada Topik Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan.

Berlin, D. F. dan Hillen, J.A. (1994). Making Connections in Math and Science: Identifying Student Outcomes. School Science and Mathematics Volume 94.

Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : Universitas Negeri Surabaya

Ibrahim, M dan Nur, M (2000) Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya : UNESA University P

Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conseptual Learning Gain in Physics. American Journal of Physics. Vol. 70. Page. 1259-1268.

Slavin, R.E. (1995). Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice. Second Edition. Massachusetts : Allyn and Bacon Publishers

Sudjana. (1992). Metode Statistika, Edisi ke-5. Bandung : Tarsito

Sugiono (2002) Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.

Suharsimi_Arikunto. (2002), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bumi Angkasa, Jakarta.

_________ (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jogjakarta, Kanisus

Turmudi (Ed). (2001) Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, JICA, FPMIFA-UPI

_________ (2000). Kecenderungan Pembelajaran Matematika pada Abad 21: Bandung: Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika FP MIPA

________ (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Seminar Tingkat Nasional FPMIPA UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

_________ (2001). Belajar Tuntas dalam Pembelajaran Matematika Perlu Dipertanyakan. Makalah pada Seminar Nasional JICA. FMIPA UPI Bandung.

 

IDENTITAS PENGIRIM

Judul Artikel : Implemetasi Pembelajaran Cooperaive Learning Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi belajar Matematika Pada SMA Negeri 1 Kempo(Penelitian Kolaboratif)

Suaidin Pengawas Sekolah Dinas Dikpora Dompu-NTB

Nama Pengarang :Suaidin

Nomor Identitas, NIP, NIY :196301081987031013

Institusi Kerja :Pengawas Sekolah Dinas Dikpora Dompu-NTB

Email :dinusmath63@gmail.com

Alamat Blog :http://suaidinmath.wordpress.com

Kirimkan artikel anda DISINI

BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit