Tampilkan postingan dengan label PTK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PTK. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Maret 2013

PTK PENINGKATAN KETUNTASAN BELAJAR dengan MAKE A MATCH

PENINGKATAN KETUNTASAN BELAJAR PENINGGALAN SEJARAH DI INDONESIA MELALUI TEKNIK MENCARI PASANGAN (MAKE A MATCH) PADA PESERTA DIDIK KELAS VA SD N WONOREJO POLOKARTO SUKOHARJO SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang kelihatannya sederhana, namun sangat besar manfaatnya bagi perkembangan pola pikir peserta didik, karena didalamnya terkandung materi yang mendekatkan diri peserta didik dengan perjalanan panjang bangsa Indonesia hingga seperti sekarang. image

Salah satu kompetensi yang dibahas dalam mata pelajaran IPS pada kelas V semester I yaitu tentang peninggalan sejarah hindu-budha dan islam di Indonesia. Materi ini menuntut kemampuan peserta didik dalam menghafal berbagai peninggalan sejarah dari kerajaan-kerajaan hindu-budha dan islam yang pernah ada di Indonesia dan lokasinya sekarang.

Pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan media gambar secara konvensional menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Sebagian peserta didik masih mengalami kesulitan dalam memahami dan menghafal materi yang disampaikan. Hal ini bisa dilihat dari hasil evaluasi yang menunjukkan bahwa peserta diik yang memperoleh nilai diatas KKM (65) hanya 7 peserta didik dari total 19 peserta didik (36,84%) dan 12 peserta didik (63,16%) memerlukan remedial. Rendahnya persentase ketuntasan belajar materi peninggalan sejarah di Indonesia ini menandakan bahwa pembelajaran yang dilakukan harus diperbaiki.

Salah satu cara untuk meningkatkan ketuntasan belajar materi ini yaitu dengan menggunakan teknik mencari pasangan. Teknik ini dikenal pula dengan nama Make a Match, yang dikembangkan oleh Larana Curran pada tahun 1994. Keunggulan teknik ini yaitu peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep dalam suasana belajar yang menyenangkan (Sugiyanto, 2008: 47).

Teknik mencari pasangan (Make a Match) dalam pembelajaran materi ini diharapkan dapat meningkatan ketuntasan belajar peninggalan sejarah di Indonesia pada peserta didik kelas VA SD N Wonorejo semester I tahun pelajaran 2012/2013.

Berdasarkan pernyatan diatas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu berapa persen peningkatan ketuntasan belajar peninggalan sejarah di Indonesia pada peserta didik kelas VA SD N Wonorejo semester I tahun pelajaran 2012/2013.

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui berapa persen peningkatan ketuntasan belajar peninggalan sejarah di Indonesia pada peserta didik kelas VA SD N Wonorejo semester I tahun pelajaran 2012/2013.

Manfaat teoritis penelitian ini yaitu: a) dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan mutu pendidikan melalui pembelajaran yang tepat, agar menghasilkan sumber daya yang berkualitas; dan b) sebagai sumber referensi bagi guru lain, dalam penelitian yang dilakukan pada masa yang akan datang dengan materi yang terkait.

Sedangkan, manfaat praktis penelitian ini yaitu: a) bagi peserta didik, diharapakan setelah diterapkannya teknik mencari pasangan dalam pembelajaran, dapat memberikan pengalaman belajar dan meningkatkan ketuntasan belajarnya; b) bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif teknik pembelajaran dengan materi yang sama; c) bagi sekolah, diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran yang digunakan, sehingga berdampak pada peningkatan mutu sekolah.

LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hakikat Belajar

Slameto ( 2003: 2) mengatakan bahwa “ belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperolah suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Sedangkan W.S. Winkel (1996: 53) mengemukakan bahwa “ belajar adalah aktivitas mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”.

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dengan berinteraksi langsung dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan dalam diri seseorang tersebut kearah yang lebih baik dari sebelumnya.

Ketuntasan Belajar

Sularyo (2004: 6) dalam Edi Wuryanto (2011: 13) menuliskan ketuntasan belajar sebagai pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran setiap satuan pelajaran.

Ketuntasan belajar yang akan dicapai dalam pembelajaran, ada dua macam yaitu a) ketuntasan secara pribadi peserta didik, artinya seluruh peserta didik harus mencapai minimal nilai ketuntasan minimal yang telah ditetapkan; dan b) ketuntasan secara materi pelajaran, artinya jika prosentase ketuntasan secara klasikal sudah melewati prosentase daya nserap yang telah ditetapkan, maka materi dikatakan tuntas.

Teknik Mencari Pasangan (Make a Match)

Sugiyanto (2008: 46) Mencari pasangan (Make a Match) merupakan teknik pembelajaran yang termasuk dalam metode struktural. Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dkk.

Adapun langkah-langkah pembelajarannya (Sugiyanto, 2008: 47) sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik (tulisan atau gambar); 2) Setiap peserta didik mendapatkan satu kartu; 3) Setiap peserta didik mencari pasangannya masing-masing (sesuai dengan isi kartunya); 4) Peserta didik bergabung dengan pemegang kartu yang memiliki topik sama dengan dirinya (menjadi satu kelompok); 5) Setiap kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara bersama-sama; dan 6) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dimuka kelas.

Kerangka Berpikir

Ketuntasan belajar peninggalan sejarah di Indonesia pada peserta didik kelas VA SD N Wonorejo semester I tahun pelajaran 2012/2013 dengan menggunakan metode konvensional masih rendah.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan ketuntasan belajar peninggalan sejarah di indonesia, guru menerapkan teknik mencari pasangan ( Make a Match) dalam pembelajaran.

clip_image001 Melalui teknik mencari pasangan (Make a Match), diharapkan ketuntasan belajar peninggalan sejarah di Indonesia pada peserta didik kelas VA SD N Wonorejo tahun pelajaran 2012/2013 akan meningkat. Alur kerangka berpikir dapat dilihat sebagai berikut:

Hipotesis Tindakan

berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu ketuntasan belajar peninggalan sejarah di Indonesia peserta didik kelas VA SD N Wonorejo semester I tahun pelajaran 2012/2013 dapat meningkat.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SD N Wonorejo pada semester I tahun pelajaran 2012/2013 selama 2 minggu (4x pertemuan).

Subjek penelitian ini yaitu peserta didik kelas VA SD N Wonorejo, yang berjumlah 19 peserta didik terdiri atas 13 putra dan 6 putri. Sedangkan objek penelitian ini yaitu mata pelajaran IPS pada pokok bahasan peninggalan sejarah di indonesia.

Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, dilakukan dalam 2 siklus dan setiap siklusnya terdiri atas tahap identifikasi masalah, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Indikator keberhasilan penelitian ini yaitu adanya peningkatan prosentase ketuntasan belajar peninggalan sejarah di indonesia peserta didik kelas VA SD N Wonorejo semester I tahun pelajaran 2012/2013 dari 36,84 % (6 peserta didik) pada kondisi awal menjadi 63,16% (12 peserta didik) pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 78,94% ( 15 peserta didik) pada siklus II.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijabarkan sebagai berikut;

Kondisi Awal

Pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah hindu-budha dan islam di Indonesia dilakukan dengan media gambar secara konvensional. Guru sangat mendominasi proses pembelajaran, sementara peserta didik mendengarkan dan manghafalkan. Sehingga, ketika dilakukan evaluasi akhir pembelajaran didapatkan hasil yang kurang memuaskan, dari 19 peserta didik, hanya 6 peserta didik (36,84%) yang mendapatkan nila sama dengan atau lebih besar dari KKM yang telah ditetapkan yaitu 65. Dari keadaan tersebut, sehingga guru mengadakan penelitian untuk meningkatkan ketuntasan belajar peninggalan sejarah di Indonesia pada peserta didik kelas VA SD N Wonorejo semester I tahun pelajaran 2012/2013 dengan menerapkan teknik mencari pasangan (Make a Match) dalam pembelajaran.

SIKLUS I

Pelaksanaan proses pembelajaran disiklus I dimulai dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan teknik mencari pasangan, dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 2012. Dari pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan teknik mencari pasangan (Make a Match) siklus I, perolehan nilai evaluasi peserta didik dapat dilihat pada histogram berikut:

clip_image003

Melihat histogram yang tersaji diatas, dapat dilihat bahwa pada siklus I, peserta didik yang memiliki ketuntasan belajar (KKM 65) sebanyak 12 peserta didik atau 63,16% dari 19 peserta didik. Dengan demikian, berarti indikator keberhasilan siklus tahap I telah tercapai. Selanjutnya dilanjutkan dengan siklus II untuk mencapai indikator siklus II sesuai prosentase ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 75% peserta didik dapat tuntas dalam materi peninggalan sejarah di Indonesia.

SIKLUS II

Pelaksanaan proses pembelajaran disiklus II dimulai dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, yang direfleksikan dari pelaksanaan pembelajaran siklus I. Pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 3 September 2012. Dari pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan teknik mencari pasangan (Make a Match) siklus I, perolehan nilai evaluasi peserta didik dapat dilihat pada histogram berikut:

clip_image005

Melihat histogram yang tersaji diatas, dapat dilihat bahwa pada siklus II, peserta didik yang memiliki ketuntasan belajar (KKM 65) sebanyak 17 peserta didik atau 89,47% dari 19 peserta didik. Dengan demikian, berarti indikator keberhasilan siklus tahap II telah tercapai. Dengan demikian, maka dapat dilihat bahwa dengan penerapan teknik mencari pasangan (Make a Match) pada pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah di Indonesia dikelas VA SD N Wonorejo, prosentase ketuntasan dapat meningkat dari 36,84% (6 Peserta didik) pada awal menjadi 63,16% (12 peserta didik) pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 89,47% (17 peserta didik) pada siklus II. Adanya peningkatan ini membuktikan bahwa penerapan teknik mencari pasangan (Make a Match) dalam pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah di indonesia telah berhasil meningkatkan ketuntasan belajar peserta didik kelas VA SD N Wonorejo semester I tahun pelajaran 2012/2013.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik mencari pasangan (Make a Match) dalam pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah di Indonesia telah berhasil meningkatkan ketuntasan belajar peserta didik kelas VA SD N Wonorejo semester I tahun pelajaran 2012/2013. Dengan prosentase ketuntasan akhir 89,47% atau 17 peserta didik dari 19 peserta didik tuntas.

Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka saran yang diberikan yaitu; 1) Guru hendaklah lebih kreatif dalam memilih berbagai metode dan teknik pembelajaran saat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran bagi peserta didiknya, agar hasil belajarnya memuaskan; 2) Pihak sekolah hendaknya sering mengadakan pelatihan bagi guru-guru agar guru-guru di sekolahnya menjadi guru yang profesional.

Referensi :

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 13. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Winkel.,W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Wuryanto, Eko. 2011. Penerapan Metode Belajar Kelompok dalam Upaya Meningkatkan ketuntasan Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Biologi konsep Sistem Peredaran Darah Kelas VIIIB Semester I SMP N 2 Brebes. Pedagogik Jurnal Pendidikan Dasar dan Menengah, Vol. 5 No. 2, Mei 2011. Laboraatorium Baca Tulis UNNES Semarang.

Zainal, Aqib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

 

IDENTITAS PENULIS

clip_image002Judul Artikel :

PENINGKATAN KETUNTASAN BELAJAR PENINGGALAN SEJARAH DI INDONESIA MELALUI TEKNIK MENCARI PASANGAN (MAKE A MATCH) PADA PESERTA DIDIK KELAS VA SD N WONOREJO POLOKARTO SUKOHARJO SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Nama Pengarang : AGUS RIYANTO

Nomor Identitas, NIP, NIY : 198608082009031002

Institusi Kerja : SD N WONOREJO, KEC. POLOKARTO

Email : agusriyantosragen@gmail.com

Alamat Blog : agusriyantomiri.wordpress.com

Facebook : Agus Riyanto

BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 08 Mei 2012

Prosedur Pelaksanaan PTK penelitian Tindakan kelas

PTK dapat dilaksanakan secara individual dan berkelompok. Pelaksanaan secara individual termasuk PTK Individual, sedang pelaksanaan secara berkelompok termasuk PTK Kolaboratif. Untuk pelaksanaan secara berkelompok perlu dibentuk gugus-gugus pelaksana PTK. pengertian ptk

Prosedur Pelaksanaan PTK

  1. Menyusun proposal PTK.
    1. Dalam kegiatan ini perlu dilakukan kegiatan pokok, yaitu; (1) mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan berbagai metode atau cara, (2) menentukan cara pemecahan masalah PTK dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu, (3) memilih dan merumuskan masalah PTK baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya, (4) menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai dengan masalah yang ditetapkan, (5) memilih dan menyusun persfektif, konsep, dan perbandingan yang akan mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK, (6) menyusun siklus-siklus yang berisi rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, (7) menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan untuk menjaring data PTK, (8) menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data PTK.
  2. Melaksanakan siklus (rencana tindakan) di dalam kelas. Dalam kegiatan ini diterapkan rencana tindakan yang telah disusun dengan variasi tertentu sesuai dengan kondisi kelas. Selama pelaksanaan tindakan dalam siklus dilakukan pula pengamatan dan refleksi. baik pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun refleksi dapat dilakukan secara beiringan, bahkan bersamaan. Semua hal yang berkaitan dengan hal diatas perlu dikumpulkan dengan sebaik-baiknya.
  3. Menganalisis data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan, pelaksnaan tindakan, pengamatan, maupun refleksi. Analisis data ini harus disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data ini dipaparkan sebagai hasil PTK. Setelah itu, perlu dibuat kesimpulan dan rumusan saran.
  4. Menulis laporan PTK, yang dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan menganalisis data. Dalam kegiatan ini pertama-tama perlu ditulis paparan hasil-hasil PTK. Paparan hasil PTK ini disatukan dengan deskripsi masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kajian konsep atau teoritis. Inilah laporan PTK.

Dilihat dari ruang lingkup, tujuan, metode, dan prakteknya, action research dapat dianggap sebagai penelitian ilmiah micro. Action research adalah penelitian yang bersifat partisipatif dan kolaboratif. Maksudya, penelitiannya dilakukan sendiri oleh peneliti, dan diamati bersama dengan rekan-rekannya. Action research berbeda dengan studi kasus karena tujuan dan sifat kasusnya yang tidak unik seperti pada studi kasus, action research tidak digunakan untuk menguji teori. Namun kedua macam penelitian ini mempunyai kesamaan, yaitu bajwa peneliti tidak berharap hasil penelitiannya akan dapat digeneralisasi atau berlaku secara umum.

Action research mendorong para guru agar memikirkan apa yang mereka lakukan sehari-hari dalam menjalankan tugasnya, membuat para guru kritis terhadap apa yang mereka lakukan tanpa tergantung pada teori-teori yang muluk-muluk yang bersifat universal yang ditemukan oleh para pakar penelitian yang sering kali tidak cocok dengan situasi dan kondisi kelas. Keterlibatan peneliti action research dalam penelitiannya sendiri itulah yang membuat dirinya menjadi pakar peneliti untuk kelasnya dan keperluan sehari-harinya dan tidak membuat ia tergantung pada para pakar peneliti yang tidak tahu mengenai masalah-masalah kelasnya sehari-hari.

Dalam bidang pendidikan, action research dianggap sebagai alternatif dari penelitian tradisional (penelitian yang biasa dilakukan). Modal utama peneliti action research adalah pengalamannya dalam bidang yang digeluti dan pengetahuan yang ia miliki. Sebenarnya action research dapat juga dilakukan dalam skala besar karena seperti dikatakan di atas, action research dilakukan bersama rekan-rekan seprofesi, sehingga mereka dapat berbagai pengalaman untuk kepentingan mereka misng-masing. Action research merupakan metode yang handal untuk menjembatani teori dan praktek (dalam pndidikan ), karena dengan action research para guru dianjurkan menemukan dan mengembangkan teorinya sendiri dari perakteknya sendiri.

BACA SELENGKAPNYA »

Senin, 30 April 2012

karakteristik ptk Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk individual dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK individual dan PTK kaloboratif. Dalam PTK individual seorang guru melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan diantara anggota melakukan kunjungan antar kelas.image

Karakteristik PTK

PTK memeliki sejumlah karakteristik sebagai berikut :

  1. Bersifat siklis, artinya PTK terlihat siklis-siklis (perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan dan refleksi), sebagai prosedur baku penelitian.
  2. Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan "sekali tembak" selesai pelaksanaannya.
  3. Bersifat partikular-spesifik jadi tidak bermaksud melakukan generalisasi dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnyapun tidak untuk digenaralisasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan ditempat lain yang konteksnya mirip.
  4. Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekali gus pelaku perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekali gus yang diteliti pula.
  5. Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti; bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti.
  6. Bersifat kaloboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.
  7. Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru; menggarap masalah-masalah besar.
  8. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian.
  9. Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistik yang sederhana, bukan yang rumit.
  10. Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan menguji hipotesis.
BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 24 April 2012

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. clip_image003

PTK atau action research mulai berkembang sejak perang dunia ke dua, saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Canada. Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK. Menurut Stephen Kemmis seperti dikutip D. Hopkins dalam bukunya yang berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research, menyatakan bahwa action research adalah: a from of self-reflektif inquiry undertaken by participants in a social (including education) situation in order to improve the rationality and of (a) their own social or educational practices justice (b) their understanding of these practices, and (c) the situastions in which practices are carried out.

Secara singkat PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tinakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan.

Action research dipandang sebagai suatu cara untuk memberi ciri bagi seperangkat kegiatan yang direncanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan; pada pokoknya ia merupakan suatu cara eklektik yang dituangkan ke dalam suatu program refleksi-diri (self-reflection) yang ditujuan untuk peningkatan mutu pendidikan.

Action research adalah suatu bentuk penelitian refleleksi-diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru,siswa,atau kepala sekolah,) dalam situasi-situsi social (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) preaktek-praktek sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktek-praktek ini, dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) di mana praktek-praktek tersebut dilaksanakan.

Action research adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktek mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktek tersebut, dan agar mau untuk memperbaikinya.

Penelitian tindakan merupakan intervensi  praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis

Referensi :

Carr, Wilfred & Kemmis, Stephen. 1996. Be- coming Critical, Education,. Knowledge and Action Research. Mel- bourne: Deakin University

BACA SELENGKAPNYA »

Senin, 10 Oktober 2011

Penggunaan Bahasa Dalam Karya Tulis Ilmiah

Penggunaan Bahasa Dalam Karya Tulis Ilmiah. Setiap karangan ilmiah dibangun oleh kerangka penalaran. Didalam penalaran, pikiran berjalan dengan perhatian dan analisa yang aktif untuk menemukan titik-titik hubungan yang perlu dan hakiki. Dan proses penalaran ini dibantu oleh pikiran asosiatif untuk mencapai tujuan penalaran itu, sehingga jika penalaran diartikan sebagai suatu proses asosiasi, maka perlu segera ditambahkan bahwa penalaran itu adalah asosiasi yang dibimbing oleh tujuan pikiran itu. 

  1. Jika karangan ilmiah itu dibangun oleh penalaran, maka penalaran dikembangkan dan dikukuhkan oleh pikiran asosiatif yang terawasi oleh tujuan pikiran tersebut. Dapatkah dibayangkan suatu pikiran asosiatif dan penalaran tanpa bahasa? Fungsi bahasa yang dilengkapi oleh sederetan pengertian untuk karangan ilmiah tidak perlu diperdebatkan lagi. Bahasa di dalam proses berpikir tidak sekedar menjadi bumbu, tetapi mempunyai fungsi yang menentukan. Karena itu bahasa yang terpelihara di dalam karangan ilmiah adalah alat yang terbaik untuk menyampaikan tingkatan dan proses berpikir, argumentasi dan penalaran. Bahasa dalam setiap karangan ilmiah yang digunakan harus sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, kalimat-kalimat melibatkan kemam-puan berpikir logis, struktur kalimat sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa mahasiswa, kalimat dalam bab menggunakan ejaan yang baku, bahasa yang digunakan komunikatif, dan memperhatikan tanda baca dan penulisan
    dalam bahasa Indonesia. Bahasa sangat penting sebagai alat komunikasi. Seorang ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Begitu pula melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasigenerasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang berada di sekitar manusia: peristiwa-peristiwa, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, hasil cipta karya manusia, dan sebagainya, mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disusun dan diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi. Komunikasi melalui bahasa ini memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Ia memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adatistiadat, kebudayaan serta latarbelakangnya masing-masing. 
  2. Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan memperhatikan wujud bahasa itu sendiri, kita dapat membatasi pengertian bahasa sebagai: bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada orang yang berkeberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa. Dewasa ini sangat sulit bagi kita untuk membayangkan asal dan perkembangan kebudayaan umat manusia yang begitu kompleks tanpa bahasa. 
  3. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai
BACA SELENGKAPNYA »

LOMBA PENELITIAN TINDAKAN KELAS / PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH LPMP 2011

LOMBA (PENELITIAN TINDAKAN KELAS / PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH) PEMILIHAN GURU, KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS SEKOLAH BERPRESTASI DALAM PENULISAN PTK/PTS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011

Manfaat lomba PTK/PTS ini adalah mendapatkan data dan informasi berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang berkembang dalam dunia pendidikan di Jawa Tengah, sehingga dapat digunakan untuk mencari penyelesaian/solusi terhadap permasalahan pendidikan serta menggali program pengembangan peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah yang berupa rekomendasi akademis untuk peningkatan program selanjutnya.

Persyaratan

  1. Peserta adalah para guru (SD/SMP/SMA/SMK), kepala sekolah (SD/SMP/ SMA/SMK) dan pengawas sekolah (TK/SD/Dikmen) di masing-masing kab/kota Provinsi Jawa Tengah.
  2. Hasil PTK/PTS merupakan karya sendiri dan belum pernah dilombakan sebelumnya.
  3. Hasil PTK/PTS ditandatangani atau disyahkan pejabat yang berwenang.
  4. Hasil PTK/PTS dilengkapi dengan biodata (1 buah) dan softcopy dalam bentuk CD (1 keping).
  5. Hasil PTK/PTS sudah dijilid softcover dengan ketentuan warna cover, yaitu: guru (SD/SMP/SMA/SMK) warna cover merah, kepala sekolah (SD/SMP/SMA/SMK) warna cover kuning dan pengawas sekolah (TK/SD/Dikdas) warna cover hijau.
  6. Naskah yang masuk menjadi miliki panitia

Waktu

PTK/PTS dikirimkan d.a. Bidang Pemetaan dan Supervisi Mutu Pendidikan LPMP Provinsi Jawa Tengah Jln. Kya Maja Srondol Kulon Semarang 50263 Tlp. 024-7474192 pes 1731 atau 024-70780185 selambat-lambatnya tanggal 24 Oktober 2011 untuk dilakukan penilaian oleh tim LPMP Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya LPMP Jawa Tengah akan mengundang peserta yang PTK/PTSnya lolos penilaian awal untuk mempresentasikan di depan dewan juri pada tanggal 7-9 November 2011 (hanya mereka yang lolos penilaian awal yang akan diundang ke LPMP).

Penghargaan Pemenang Lomba

Pemenang lomba dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Masing-masing kelompok ditentukan menjadi klasifikasi Juara Utama I, II dan III serta harapan I, II dan III. Guru, kepala sekolah dan pengawas yang masuk juara utama maupun harapan berhak mendapatkan piala, sertifikat, uang pembinaan dan naskahnya akan dimuat di jurnal Widyatama LPMP Provinsi Jawa Tengah.

Contak person:

1. Rija, M.Si. No. hp. 081325121376

2. Dedy Gunawan, M.Ed No. hp. 081386048143


Info Selengkapanya http://lpmpjateng.go.id/web/index.php?option=com_content&view=article&id=608:lomba-pemilihan-guru-kepala-sekolah-dan-pengawas-sekolah-berprestasi-dalam-penulisan-ptkpts-tahun-2011&catid=55:berita&Itemid=115 
BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit