Tampilkan postingan dengan label bhineka tunggal ika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bhineka tunggal ika. Tampilkan semua postingan

Minggu, 20 Mei 2012

Ketika Bhineka Membawa Petaka

Layaknya genderang, megah dan besar. Begitulah kira-kira kondisi yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Warga dihebohkan oleh kerusuhan antar suku. Kali ini di Bekasi antara warga Rawa Bambu dan warga. Kerusuhan ini menyebabkan dua orang tewas dengan cara yang tidak wajar dan banyak korban luka. Apa yang ada didalam pikiran kita ketika mendengar ini? Ironis sekali ketika manusia kehilangan kemanusiaannya. Saat menyakiti satu dengan yang lain sudah menjadi hal yang biasa. Perbedaan agama pun sudah dijadikan peluru untuk perang.

Sadar atau tidak, hal ini bukanlah hal yang asing lagi. Banyak tempat ibadah yang ditutup dengan alasan yang kurang jelas. Apakah hak kita untuk beribadah harus terusik karena oknum-oknum tertentu yang tidak bertanggung jawab? Perbedaan warna kulit, agama, dan suku sering dijadikan alasan timbulnya konflik. Apakah salah jika kita berbeda? Apakah menjadi masalah jika suku kita tak sama? Bukankah setiap agama pada dasarnya mengajarkan kebenaran? Seharusnya kita sadar jika kita dapat saling menghormati segala perbedaan itu, hal-hal seperti itu bukanlah menjadi alasan untuk bertikai. Bukankah kita berada di negara yang terdiri dari beragam suku, bangsa dan agama? bhineka tunggal ika

Kejadian-kejadian diatas hanyalah satu dari ratusan bahkan ribuan peristiwa yang pernah terjadi. Mungkin masih teringat oleh kita peristiwa penusukan dan kekerasan terhadap jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Bekasi. Betapa murahnya harga sebuah nyawa ketika tidak ada lagi rasa saling persatuan. Selain itu, perang antar suku yang membuat Ibu Pertiwi lagi-lagi harus mengelus dada adalah Konflik Sampit pada Februari 2001 yang lalu antara Suku Dayak asli dan Madura. Peristiwa besar yang menyebabkan banyak korban jiwa itu tentu bagaikan corengan bagi bangsa. Bayangkan betapa dasyatnya kekuatan amarah pada saat itu. Perusakan tempat ibadah pun tidak kalah sering beredar di media-media masa. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Inikah yang disebut Bhineka Tunggal Ika? Dimanakah makna itu? Sudah lunturkah?

Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan identitas bangsa kita yang kita kenal sejak dulu, mungkin kini hanyalah menjadi sebuah liturgi tanpa arti. Bhineka Tunggal Ika sendiri memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air. Namun, semboyan hanyalah tinggal kata-kata saja ketika artinya tidak lagi kuat. Hal ini tidak boleh terus dibiarkan berlarut. Masa depan bangsa ini ada di tangan kita, khususnya bagi generasi penerus bangsa.

Ada banyak hal yang para generasi bangsa lihat dan tidak sepatutnya ditiru. Sadarkah bahwa mereka belajar dari para generasi yang terdahulu? Jika pertikaian yang selalu disuguhkan kepada para generasi penerus bangsa ini, bisa jadi Bhineka Tunggal Ika hanya tinggal sebuah semboyan tanpa arti yang sesungguhnya. Seringkali kita lihat atau mungkin kita alami sendiri dimana anak-anak hanya bermain dengan teman satu agama saja, atau mereka mulai membeda-bedakan warna kulit, atau bahkan pergaulan mereka hanya terbatas dengan hal-hal yang sama. Lagi-lagi pertanyaan ini muncul, “Inikah negara Bhineka Tunggal Ika itu?”\

bhineka tunggal ika

Mendidik dan menanamkan nilai Bhineka Tunggal Ika sejak dini sangatlah penting. Jika tidak, apa jadinya negara ini? Mungkin kelak akan terjadi perang antar suku atau antar agama yang lebih dahsyat dari yang pernah terjadi saat ini. Bahkan mungkin akan berdiri pulau-pulau yang digolongkan berdasarkan agama atau suku. Hal tersebut bukan mustahil terjadi. Peran guru dan peran orang tua sangatlah penting untuk membentuk karakter para generasi bangsa.

garuda pancasila

Bagaimana cara untuk mengatasi hal ini? Dengan mengenalkan bahwa para genersi bangsa hidup di negara yang memiliki keanekaragaman suku, bangsa dan budaya. Pendidikan multikultural sejak dini disekolah dapat menjadi salah satu solusi. Lingkungan sekolah yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan agama adalah media yang tepat untuk mengasah rasa saling menghormati terhadap perbedaan yang ada. Penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural juga harus menjadi dasar yang dimiliki mereka . Sehingga para generasi ini lebih saling menghargai setiap perbedaan yang ada.

Saya sebagai calon pendidik menganggap hal ini sangat penting. Selain mencetak para generasi bangsa yang cerdas dalam bidang ilmu pengetahuan, siswa juga harus ditanamkan pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural merupakan suatu wacana yang lintas batas, karena terkait dengan masalah-masalah keadilan sosial (social justice), demokarasi dan hak asasi manusia. Azyumardi azra (2003) mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk atau tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografi dan kultur lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan demi secara keseluruhan.

Kelak kita akan melihat tidak ada lagi kerusuhan karena perang antar suku, atau adanya pembakaran tempat-tempat ibadah, melainkan perdamaian dan saling bergandengan tangan untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Referensi :

Artikel ini adalah karya saya sendiri. Referensi yang saya gunakan adalah KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dan juga beberapa buku seperti mengenai arti Bhineka Tunggal Ika. Disamping itu artikel ini juga sudah melalui proses editing dari pihak dosen Bahasa Indonesia. Artikel ini saya tulis karena sering sekali saya melihat bahkan merasakan sendiri keanekaragaman dan perbedaan menjadi salah satu alasan yang sering menimbulkan kerusuhan. Demikian kilas dari artikel saya.

clip_image002

IDENTITAS PENGIRIM

Judul Artikel : Ketika Bhineka Membawa Petaka

Nama Pengarang : Ester Meila

Nomor Identitas, : 3275035605920023

Institusi Kerja : Sampoerna School of Education

Email : ester.meila@sampoernaeducation.net

Alamat Blog : http://thefutureeducationleader.blogspot.com

Facebook : Esther Meila

Mahasiswi Jurusan Matematika

Sampoerna School of Education

BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit