Tampilkan postingan dengan label konsep dasar pengelolaan kelas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label konsep dasar pengelolaan kelas. Tampilkan semua postingan

Rabu, 26 Juni 2013

Guru Sebagai Pengelola Kelas

Dalam hal ini tentu saja guru berharap siswa mau belajar, baik dalam jam pelajaran tersebut atau sesudah materi dari guru ia terima. Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik jika guru dan siswa sama-sama mengerti bahan apa yang akan dipelajari sehingga terjadi suatu interaksi yang aktif dalam PBM di kelas dan hal ini menjadi kunci kesuksesan dalam mengajar. Dengan demikian proses pembelajaran terjadi  dalam diri siswa. Pembelajaran merupakan suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan siswa turut  merespon situasi tertentu yang ia hadapi. image

Siswa sebagai subjek belajar, mempunyai pandangan/harapan dalam dirinya untuk seorang guru yang mereka anggap sukses mengajar di kelas. Apa sajakah pandangan para siswa tersebut? Bahwa para siswa menilai guru yang sukses mengajar itu adalah guru yang:

· tidak membuat siswa bosan dan takut

· mempunyai selera humor

· tidak mudah marah

· mau diajak berdialog dengan siswa

· menghargai pendapat siswa dan tidak mudah menyalahkan

· menghargai keberadaan siswa

· tidak pilih kasih terhadap  siswa

· menguasai & menjelaskan materi dengan baik dan dimengerti oleh siswa serta mau memaparkan kembali ketika ada siswa belum jelas/belum paham.

Ternyata beragam pendapat siswa tersebut tidak ada satupun yang menganggap kesuksesan seorang guru jika seluruh kelas tuntas saat uji ompetensi/ulangan. Jika demikian, apakah ketuntasan dalam  ujian menjadi tidak perlu? Para siswa menjawab bahwa ketuntasan dalam ujian merupakan bagian tanggung jawab siswa dalam belajar karena hal tersebut berhubungan dengan keberhasilan individu. Namun, sebagai guru, kita pun tentu tidak akan melepaskan tanggung jawab atas hasil belajar siswa.

Selain siswa, penulis pun dapat sedikitnya menggambarkan pendapat para guru tentang topik tersebut.  Bapak & ibu guru berpendapat bahwa mengajar dengan sukses itu:

· jika siswa dapat menerima materi/bahan ajar  dan hasilnya sesuai target yang diharapkan,

· jika siswa antusias menyimak dan memberikan pertanyaan mendalam tentang materi yang mereka terima serta mengaplikasikannya,

· jika program tercapai tepat waktu, materi dapat diterima siswa, dan terjadi perubahan dalam diri siswa

· jika mampu membuat siswa mengerti apa yang diajarkan oleh guru serta ada perubahan dalam diri siswa, dan mereka me rasa nyaman dalam PBM,

· jika dapat menyampaikan materi dengan cara/metode yang baik dan menarik, siswa memahami serta merespon dengan positif, aktif, dan hasil evaluasinya baik,

· jika suasana kelas kondusif untuk belajar,

· jika ada interaksi dalam PBM secara aktif, perubahan terjadi pada semua aspek.

Dari berbagai pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa mengajar dengan sukses adalah jika guru dapat memberikan materi kepada siswa dengan media dan metode yang menarik, menciptakan situasi belajar yang  kondusif dalam kelas sehingga tercipta interaksi belajar aktif. Dengan begitu akan terjadi proses perubahan dalam diri siswa bukan hanya pada hasil belajar tetapi juga pada perilaku dan sikap siswa.

Jadi, mengajar dengan sukses itu tidak hanya semata-mata memberikan pengetahuan yang bersifat kognitif saja, tetapi di dalamnya harus ada perubahan berpikir, sikap, dan kemauan  supaya siswa mau terus belajar. Timbulnya semangat belajar dalam diri siswa untuk  mencari sumber-sumber belajar lain merupakan salah satu indikasi bahwa guru sukses mengajar siswanya. Dengan demikian kesuksesan dalam mengajar adalah seberapa dalam siswa termotivasi untuk mau terus belajar sehingga mereka akan menjadi manusia-manusia pembelajar. Caranya? Sebagai guru mari kita mau membuka diri dan melihat secara jernih apa yang menjadi harapan siswa dalam diri kita

BACA SELENGKAPNYA »

Minggu, 10 Maret 2013

Pengelolaan kelas yang dinamis dengan humor

Lingkungan kelas yang kondusif, nyaman, menyenangkan, dan bersih berperan penting dalam menunjang keefektivan belajar. Lingkungan juga akan mempengaruhi mental siswa secara psikologis dalam menerima informasi dari guru di dalam kelas. Dengan menggunakan berbagai strategi dan metode tertentu siswa dapat menerima stimulus dengan memanfaatkan lingkungan sekitar kelas untuk membantu mengejar prestasinya.

Pengggunaan humor di dalam kelas bertujuan untuk menghiasi interaksi guru dengan siswanya dalam pembelajaran. Humor membuat komunikasi menjadi lebih terbuka. Dengan humor kita dapat menikmati proses kerja yang memerlukan pemikiran serius seperti menilai, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Humor dapat menciptakan hubungan guru dengan siswa yang harmonis. image

Kata Kunci : pengelolaan, kelas yang dinamis dan humor.

Mengatur lingkungan fisik bagi pengajaran merupakan titik mula yang logis untuk pengelolaan ruang kelas karena hal ini merupakan sebuah tugas yang dihadapi semua guru sebelum sekolah mulai. Banyak guru merasa lebih mudah merencanakan aspek pengelolaan ruang kelas lainnya begitu mereka mengetahui bagaimana unsur fisik dari ruang kelas akan diatur. Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar.

Setiap guru masuk ke dalam kelas, maka pada saat itu pula ia menghadapi dua masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen. Masalah pengajaran adalah usaha membantu anak didik dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara langsung, misalnya membuat satuan pelajaran, penyajian informasi, mengajukan pertanyaan, evaluasi, dan masih banyak lagi. Sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya, memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru dan anak didik, membuat aturan kelompok yang produktif. Kadang – kadang sukar untuk dapat membedakan mana masalah pengajaran dan mana masalah manajemen. Masalah pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran, dan masalah pengelolaan harus diatasi dengan cara pengelolaan.

A. Paparan

Kelas merupakan taman belajar bagi siswa dan menjadi tempat mereka tumbuh dan berkembang baik secara fisik, intelektual maupun emosional. Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga dapat merupakan taman belajar yang menyenangkan. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar. Kelas harus dirancang dan dikelola dengan saksama agar memberi hasil yang maksimal. Pendekatan atas pengelolaan kelas sangat tergantung pada kemampuan, pengetahuan, sikap guru terhadap proses pembelajaran, dan hubungan siswa yang mereka ciptakan.

Ada beberapa macam jenis kelas yang dapat kita amati. Ketika kita menemui kelas yang selalu gaduh. Guru harus bergelut sepanjang hari untuk menguasai kelas, tetapi tidak berhasil sepenuhnya. Petunjuk dan ancaman yang sering diabaikan, dan hukuman tampaknya lebih efektif. Sedangkan kelas yang termasuk gaduh, tetapi suasananya lebih positif. Guru mencoba untuk membuat sekolah tempat yang menyenangkan bagi siswanya dengan memperkenalkan permainan dan kegiatan kesenian, pameran kerajinan siswa. Akan tetapi, jenis kelas ini juga masih menimbulkan masalah. Banyak siswa kurang memberi perhatian di kelas dan tugas sekolah tidak diselesaikan dengan baik atau tugas tersebut dikerjakan sembarangan. Hal ini dapat terjadi walaupun guru memberi kegiatan akademik yang minimal dan mencoba semaksimal mungkin agar kegiatan akademik tersebut menyenangkan.

Pada kelas yang tenang dan disiplin, baik karena guru telah menciptakan banyak aturan maupun meminta agar aturan tersebut dipatuhi. Pelanggaran langsung dicatat dan diikuti dengan peringatan tegas, dan bila perlu disertai dengan hukuman. Guru sering menghabiskan banyak waktu dengan melakukan hal ini karena ia dengan cepat dapat memerhatikan bentuk pelanggaran. Ia tampak berhasil menanamkan disiplin karena siswa biasanya patuh. Akan tetapi, suasana kelas menjadi tidak nyaman. Ketenangan yang demikian hanya tampak di permukaan saja karena ketika guru meninggalkan kelas, kelas akan menjadi gaduh dan kacau.

Kelas yang menggelinding dengan sendirinya. Guru menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan tidak untuk menegakkan disiplin. Siswa mengikuti pelajaran dan menyelesaikan tugas dengan kemauannya sendiri tanpa harus dipelototi oleh guru. Siswa yang tampak terlibat dalam tugas pekerjaan saling berinteraksi sehingga suara muncul dari beberapa tempat secara bersamaan. Akan tetapi, suara tersebut dapat dikendalikan dan para siswa menjadi giat serta tidak saling mengganggu. Apabila suara timbul dan terasa sedikit mengganggu, guru memberi sedikit peringatan dan kelas menjadi tenang dan kondusif. Siapa pun akan melihat kelas semacam ini begitu hangat dan menghasilkan prestasi yang membanggakan.

Sebagai seorang guru kita perlu memahami kiat dan siasat dalam mengelola kelas. Hampir setiap tahun siswa yang mereka hadapi silih berganti. Kiranya berikut ini dapat dipakai guru dalam menyiasati keadaan kelas sehingga kelas yang diampunya selalu lebih dinamis, hidup, serta merangsang kreativitas dan prestasi siswa.

Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan. Guru sadar tanpa mengelola kelas dengan baik, maka akan menghambat kegiatan belajar mengajarnya. Itu sama saja membiarkan jalannya pengajaran tanpa membawa hasil, yaitu mengantarkan anak didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak berilmu menjadi berilmu. Tentu tidakperlu diragukan bahwa setiap kali masuk kelas guru selalu melaksanakan untuk menciptakan kondisi kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian, dengan pengelolaan kelas produknya harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas untuk berbagai macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa.

Masalah pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang ringan. Berbagai faktorlah yang menyebabkan kerumitan itu. Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa. Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa dengan ciri khasnya menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya secara individual. Perbedaan secara individual ini dilihat dari segi aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis. Sedangkan faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa di kelas, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas maka akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa dikelas maka akan cenderung lebih kecil terjadi konflik.

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Seorang guru harus mengetahui dan menguasai beberapa prinsip pengelolaan kelas diantaranya : Hangat dan Antusias, dalam proses belajar mengajar guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas. Tantangan, penggunaan kata – kata, tindakan, cara kerja atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Bervariasi, penggunaan alat bantu atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya ganggauan terlebih kevariasian tersebut merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan. Keluwesan, tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif sehingga dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas, dan sebagainya. Penekanan pada hal yang positif, penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar. Penanaman disiplin diri, tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri dan guru pun harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.

Jika kita bekerja di lingkungan yang ditata dengan baik, maka lebih mudahlah untuk mengembangkan dan mempertahankan sikap juara. Dan sikap juara akan menghasilkan pelajar yang lebih berhasil. Dengan mengatur lingkungan, kita mengambil langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar secara keseluruhan. Kenyataannya, satu alasan mengapa program pembelajaran begitu sukses dalam membantu seseorang menjadi pelajar yang lebih baik, ini karena kita berjuang untuk menciptakan lingkungan yang optimal, baik secara fisik maupun mental.

Gagalnya seorang guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan ketidakmampuan guru dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai oleh guru dalam kerangka keberhasilan proses belajar mengajar. Keanekamacaman masalah perilaku siswa dapat menimbulkan beberapa masalah dalam pengelolaan kelas diantaranya: Pertama kurang kesatuan, dengan adanya kelompok dan pertentangan jenis kelamin. Kedua tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok. Ketiga reaksi negatif terhadap anggota kelompok. Keempat kelas mentoleransi kekeliruan temannya ialah menerima dan mendorong perilaku siswa yang keliru. Kelima mudah mereaksi negatif/terganggu. Keenam moral rendah, permusuhan, agresif. Ketujuh tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah.

Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan/penataan ruang kelas. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal berikut perlu diperhatikan: ukuran dan bentuk kelas, bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa, jumlah siswa dalam kelas, jumlah siswa dalam setiap kelompok, jumlah kelompok dalam kelas, komposisi siswa dalam kelompok.

Dalam belajar siswa memerlukan tempat duduk. Tempat duduk mempengaruhi siswa dalam belajar. Bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa, maka siswa akan dapat belajar dengan tenang. Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan sekarang banyak macamnya, ada yang satu tempat duduk dapat diduduki oleh beberapa orang, ada pula yang hanya dapat diduduki oleh seorang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu ukurannya jangan terlalu besar agar mudah diubah formasinya. Ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Apabila pengajaran itu akan ditempuh dengan cara berdiskusi, maka formasi tempat duduknya sebaiknya berbentuk melingkar. Jika pengajaran ditempuh dengan metode ceramah, maka tempat duduknya sebaiknya berderet memanjang ke belakang.

Ruang di dinding dan papan buletin menyediakan wilayah untuk menampilkan pekerjaan siswa, material yang relevan dengan pembelajaran, benda penghias, tugas, peraturan, jadwal, jam dinding, dan hal menarik lainnya. Ruang di langit juga bisa digunakan untuk menggantung benda yang bisa dipindahkan, dekorasi, dan pekerjaan siswa. Aturlah perabotan dan perlengkapan sehingga bisa dengan mudah mengawasi siswa dari berbagai sudut ruangan di mana akan bekerja. Para siswa sebaiknya bisa melihat tempat duduk guru, layar OHP, papan tulis, dan wilayah lainnya yang akan digunakan untuk presentasi seisi kelas.

Perabotan lainnya, seperti lemari arsip dan lemari penyimpanan, harus ditempatkan di samping meja guru agar mudah dijangkau karena benda tersebut bersifat fungsional. Perlengkapan yang jarang digunakan bisa dengan aman dijauhkan dari sudut ruangan. Perabotan yang berisi benda yang sering digunakan harus cukup dekat. Lemari buku sebaiknya diletakkan di belakang agar tidak menghalangi pandangan siswa untuk melihat papan tulis. Lemari buku berisi benda yang sering digunakan, seperti kamus, buku bacaan, pekerjaan siswa, arsip guru.

Penataan keindahan dan kebersihan kelas, seperti halnya hiasan dinding (pajangan kelas) hendaknya di manfaatkan untuk kepentingan pengajaran, misalnya: burung garuda, teks proklamasi, slogan pendidikan, para pahlawan, peta. Lain halnya dengan pemeliharaan kebersihan, siswa bergiliran untuk membersihkan kelas. Guru memeriksa kebersihan dan ketertiban kelas. Di dalam sebuah ruang kelas haruslah ada ventilasi yang telah disesuaikan dengan ruang kelas tersebut. Pengaturan cahaya juga harus diperhatikan, cahaya yang masuk harus cukup. Masuknya dari arah kiri, jangan berlawanan dengan bagian depan.

Kita dapat memasang berbagai macam poster ikon yang berupa hal yang berkaitan dengan bahan pelajaran. Pasang poster ikon tersebut hingga pelajaran yang bersangkutan selesai. Lalu, pindahkan ke bagian yang lain, agar tempatnya bisa digunakan untuk poster unit berikutnya. Poster ikon sebelumnya tetap dipajang yang nantinya akan menjadi pengingat sadar dan tidak sadar untuk informasi dari awal pelajaran hingga saat itu. Setelah siswa menjadi terbiasa dengan konsep pokok dalam bentuk gambar, mintalah mereka membuat poster untuk unit mendatang. Kita dapat mengambil selangkah lebih jauh dan menggunakan poster ikon untuk mengintip “acara yang akan datang”. Tempatkan poster ikon unit selanjutnya pada dinding sebelah kanan, tempat untuk bahan pelajaran yang akan datang. Jika materi ditampakkan dengan cara demikian, minat siswa akan terpicu: “tentang apa yang ada poster itu?”.

Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa di atas, berguna dalam membantu usaha pengaturan siswa di kelas. Terutama berhubungan dengan masalah bagaimana pola pengelompokan siswa guna menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan kreatif, sehingga kegiatan belajar yang penuh kesenangan dan bergairah dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama. Gunakan warna untuk memperkuat pengajaran dan belajar siswa. Gunakan warna hijau, biru, ungu, dan merah untuk kata yang penting, jingga dan kuning untuk menggarisbawahi, serta hitam dan putih untuk kata penghubung seperti “dan”, “sebuah”, “dari”, dll.

Faktor yang mendukung terciptanya kondisi fisik yang kondusif terhadap pelaksanaan pembelajaran perlu mendapat perhatian serius. Penelitian tentang pengaruh fisik kelas terhadap hasil belajar akan difokuskan pada empat hal, yaitu pertama pengaturan ruangan, kursi, meja. Kedua pemasangan poster ikon. Ketiga pemasangan poster afirmasi. Keempat pemberian dan penataan bunga di dalam kelas. Pengaturan ruangan, kursi, dan meja dimaksud untuk mendapatkan suasana baru. Diatur sedemikian rupa sehingga muncul suatu kebersamaan dan saling kenal secara sosial antara satu siswa lainnya. Paling tidak dapat dihilangkan kondisi kurang mengenakkan antara siswa yang duduk di depan dan di belakang kelas.

Poster ikon dipasang untuk memberikan stimulus terhadap mereka tentang pokok bahasan yang sedang mereka pelajari atau yang telah lalu. Poster ikon ini digunakan sebagai pemicu memori untuk mengingat kembali beberapa hal yang telah mereka pelajari sebelumnya. Pemasangan poster afirmasi dimaksudkan untuk memberikan motivasi, sikap mental positif dalam belajar. Mereka senantiasa termotivasi saat melihat poster afirmasi yang mendorong untuk maju terus. Pengaturan tanaman dan kembang untuk memberikan keindahan, suasana nyaman, dan kesejukan. Suasana nyaman, indah dan menyenangkan, di suatu ruang kelas, akan meningkatkan gairah dan motivasi belajar siswa. Dengn demikian suasana seperti ini akan dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap peningkatan hasil belajar.

Hampir semua sekolah menggunakan papan tulis, tetapi ada yang sudah menggunakan white board. Namun, bagaimana menggunakan papan tulis secara berdaya guna dan menarik?. Titik pusat proses pembelajaran yang sehat dan berhasil guna terletak pada murid. Peran utama guru untuk memaksimalkan proses pembelajaran siswa tergantung apada rancangan pembelajaran, termasuk pilihan piranti penunjang yang akan diperlukan. Piranti di sini termasuk segala macam alat dan benda yang diharapkan menunjang keberhasilan siswa.

Dahulu papan tulis digunakan sebagai tempat menulis bahan ajar yang dicatat oleh guru untuk di salin oleh murid. Salah satu penyebabnya adalah kelangkaan buku ajar. Perubahan teknologi cetak yang cenderung semakin massal dan murah telah memberi kemungkinan dan peluang bagi orang tua dan siswa untuk memiliki buku ajar. Dengan demikian, kebiasaan menggunakan papan tulis sebagai tempat menulis bahan ajar dan disalin oleh siswa tidak perlu diwariskan atau dipertahankan. Siswa hadir di kelas bukan untuk mencatat, tetapi belajar.

Secara tradisional, guru kelas lebih sering memanfatkan papan tulis di kelasnya hanya bagi satu orang siswa pada satu kesempatan untuk satu jenis soal atau kegiatan. Papan tulis, memiliki banyak peluang pemakaian baik ditinjau dari aspek waktu maupun ruang. Pada aspek waktu, papan tulis dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Sedangkan dari aspek ruang papan tulis dapat di bagi menjadi beberapa kolom besar dan memiliki mobilitas yang memadai. Jumlah kolom disesuaikan dengan lebar papan tulis dan jenis kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan seperti menjawab soal hitungan tentu memerlukan kolom yang lebih sempit daripada kegiatan uraian kebahasaan. Dengan demikian, jumlah kolom untuk soal hitungan angka akan lebih banyak daripada soal uraian.

Pembelajaran yang didukung oleh suasana kondusif akan memberikan dampak terhadap peningkatan hasil belajar. Suasana itu kebanyakan dipengaruhi berbagai faktor seperti sirkulasi udara dalam ruangan, pencahayaan dan pengaruh musik dalam suasana belajar. Khusus mengenal peran musik dalam mendukung terlaksananya suatu pembelajaran yang efektif telah banyak dibuktikan dalam beberapa penelitian ini.

Musik berpengaruh pada guru dan pelajar. Sebagai seorang guru , kita dapat menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak sadar. Musik dapat membantu kita masuk ke dalam situasi belajar optimal. Musik juga memungkinkan kita membangun hubungan dengan siswa. Melalui musik, kita dapat “berbicara dalam bahasa mereka”.

Para siswa yang masuk setelah melewatkan jam pelajaran sebelumnya yang kurang menarik dan membosankan akan mengalami masalah dalam pelajaran berikutnya. Cara terbaik untuk membantu mengubah keadaan adalah dengan memainkan musik kontemporer positif yang riang saat mereka tiba. Kita akan mendapatkan perhatian mereka sekaligus memberitahukan bahwa mereka akan melewatkan waktu di kelas kita dengan ringan, positif, dan aktif. Dengan mendengarkan musik kontemporer yang riang antara sesi belajar, tubuh akan terangsang bergerak dan berubah, bukan hanya dalam keadaan mental pelajar, melainkan keadaan psikologis kita juga.

Untuk melatih siswa dalam berorganisasi dan dalam rangka menciptakan ketertiban kelas, kiranya perlu dibentuk organisasi siswa di kelas. Pembentukan organisasi kelas merupakan langkah awal untuk melatih dam membina siswa dalam hal berorganisasi. Mereka dilatih untuk belajar bertanggungjawab atas tugas yang dipercayakan. Organisasi siswa dapat membantu guru dalam menyediakan sarana pengajaran, misalnya menyediakan batu kapur, alat peraga, buku paket, mengisi absen siswa atau guru, dan sebagainya. Siswa yang cerdas akan dengan mudah melakukan visualisasi (pemetaan) atas masalah, apa yang dibaca, hasil, pertanyaan, pembicaraan,dan sebagainya. Pemetaan adalah kemampuan seseorang untuk mencari yang inti, bagian (sub), sebab, akibat, dan sebagainya. Ada beberapa model pemetaan untuk melatih cara berpikir siswa diantaranya: siklis, radial, konvergen, perbandingan, hierarkis, linier.

Rancangan pembelajaran yang disusun dengan mempertimbangkan model pemetaan bahan ini akan sangat bermanfaat ketika guru merancang proses pembelajaran dengan pendekatan kelompok. Pemetaan bahan akan menjadi sarana yang terarah dan terpadu karena setiap kelompok siswa akan mendapat tugas pembelajaran yang telah dirancang secara menyeluruh sehingga ketika hasil kelompok disatukan akan muncul sebuah pemahaman atas bahan yang satu dan padu. Di samping berguna dalam proses kelompok, pemetaan bahan juga memudahkan siswa menangkap inti bahan pembelajaran secara lebih sederhana. Selain karena bentuknya visual, misalnya kotak dan diagram, pemetaan bahan juga dapat membentuk kemampuan siswa untuk mengatur alur pemikirannya.

Kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek individual siswa. Penempatan siswa memerlukan pertimbangan pada aspek postur tubuh siswa, di mana menempatkan siswa yang mempunyai tubuh tinggi atau rendah, di mana menempatkan siswa yang memiliki kelainan penglihatan atau pendengaran, jenis kelamin siswa juga perlu dijadikan pertimbangan dalam pengelompokkan siswa. Siswa yang cerdas, yang bodoh, yang pendiam, yang lincah, dan suka berbicara, suka membuat keributan, yang suka mengganggu temannya, dan sebagaimana. Sebaiknya dipisah agar kelompok tidak didominasi oleh satu kelompok tertentu, agar persaingan dalam belajar berjalan seimbang.

Belajar bersama dalam kelompok adalah suatu cara yang dipakai untuk menyelenggarakan pembelajaran dalam bentuk kelompok belajar yang lebih kecil. Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dan diusahakan agar terdiri atas siswa yang heterogen (campuran) dalam hal kemampuan intelektual, jenis kelamin, dan latar belakang budayanya. Melalui metodenya, belajar bersama secara kooperatif akan menanampakn nilai dan membentuk hati nurani siswa. Keuntungan belajar bersama secara kelompok mempunyai tingkat partisipasi aktif siswa yang lebih tinggi. Makin kecil kelompok belajar makin besar partisipasi aktif siswa.

Manfaat belajar bersama dalam kelompok adalah: Memiliki nilai kerjasama dan menanamkan pemahaman dalam diri siswa bahwa saling membantu adalah baik. Membentuk keakraban dan kekompokan di kelas. Hal ini dapat membantu siswa untuk mengenal siswa lain, memerhatikan dan membantu teman sekelas, serta menjadi kerasan baik sebagai anggota kelompok kecil maupun anggota seluruh kelas. Mampu menumbuhkan keterampilan dasar yang diperlukan dalam hidup. Keterampilan itu antara lain sikap mendengarkan, menerima pandangan orang lain, berkomunikasi secara efektif, menyelesaikan konflik, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Meningkatkan kemapuan akademis, rasa percaya diri, dan sikap positif terhadap sekolah. Dapat mengurangi atau bahkan menghapus aspek negatif kompetisi. Saat ini yang mewarnai masyarakat adalah persaingan dan bukan kerja sama. Akibat buruk dari persaingan adalah munculnya rasa tega untuk saling menghancurkan, bahkan membunuh. Ada berbagai macam bentuk belajar bersama dalam kelompok diantaranya belajar secara berpasangan, kelompok belajar mandiri, belajar bersama secara berkelompok, kelompok belajar sistem pakar, kelompok kerja sama dalam tes, regu proyek, proyek satu kelas, catatan untuk kompetisi beregu.

Bertanya atau mengajukan pertanyaan merupakan salah satu fungsi pokok bahasa selain fungsi lain seperti menyatakan pendapat, perasaan, mengajukan alasan,mempertegas pendapat, dan sebagainya. Banyak siswa mengalami kesulitan untuk bertanya. Banyak siswa lebih senang menunggu untuk menjawab pertanyaan daripada mempertanyakan sesuatu. Ketika seseorang mampu mempertanyakan dan menemukan jawaban untuk dirinya sendiri, maka pada dasarnya ia telah memahami masalahnya secara mendalam. Jika kita mempertanyakan sesuatu, maka pertanyaan itu selalu berkaitan dengan apa yang telah diketahui dipikiran kita. Makin baik kita membuat pertanyaan makin baik pula pemikiran kita, khususnya kemampuan berpikir kritis kita. Latihan bertanya dapat dimulai dengan bertanya tentang apa, siapa, yang mana, di mana, mengapa, dan bagaimana.

Bobot pertanyaan yang diajukan, baik guru maupun oleh siswa, berfungsi untuk mengembangkan daya nalar dan daya pikir kreatif siswa. Bobot pertanyaan guru tidak ditentukan oleh jumlah atau variasi pertanyaan yang diajukan kepada siswa. Makin sering siswa menjawab pertanyaan makin pandai siswa tersebut atau makin aktiflah dinamika kelas. Dalam menyusun pertanyaan, guru harus mengantisipasi berbagai kemungkinan termasuk jawaban yang keliru.

Jawaban siswa memang dapat dijadikan tolak ukur atas penguasaan bahan ajar yang telah diterimanya. Tetapi hal yang justru penting yaitu bahwa kebanyakan guru kurang mendorong siswa untuk menilai jawabannya sendiri. Hal yang serupa ialah bahwa kelas kurang diberi kesempatan untuk menilai jawaban siswa tertentu, terlepas apakah isi jawaban itu benar atau salah. Reaksi guru terhadap jawaban seorang siswa dalam bentuk pertanyaan yang memancing pendapat siswa lain sangatlah bermanfaat.

Pertanyaan faktual jangan dianggap tidak perlu. Pertanyaan faktual sangat perlu bila guru ingin membantu siswa mempelajari keterampilan dasar. Akan tetapi, setelah guru mengajukan pertanyaan faktual dengan menggunakan tanya seperti apa, siapa, mengapa, bagaimana,di mana, dan kapan, ia perlu mengaitkannya dengan jenis pertanyaan lainnya sehingga siswa dapat mempertimbangkan implikasi dari fakta yang terungkap. Dengan kata lain, kedalaman dan keluasaan makna jawaban akan memberi perolehan pengetahuan secara lebih lengkap dan utuh. Gabungan antara pertanyaan yang menggali dan dikaitkan dengan pertanyaan faktual akan mendorong kelas siap untuk melakukan eksplorasi atas bahan ajar.

Bila jawaban siswa belum lengkap, sebaiknya guru memancing siswa yang bersangkutan untuk melengkapi dengan pancingan yang menggelitik. Bagi siswa yang tidak mampu menjawab dengan benar, guru sebaiknya mengubah pertanyaannya. Namun meski pertanyaan telah diubah, tetapi siswa tersebut juga belum mampu menjawab dengan benar, barulah ia mengalihkan pertanyaan tersebut kepada siswa lain dengan tanpa mempermalukan siswa tadi.

Interaksi antara guru dan siswa merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Jika seorang guru ingin komunitas belajarnya menjadi tempat yang meningkatkan kesadaran, daya dengar, partisipasi, umpan balik, dan pertumbuhan serta emosi dihargai, maka suasana kelas termasuk bahasa yang dipilih, cara menjalin rasa simpati, dan sikap terhadap sekolah serta belajar harusnyalah suasana yang penuh kegembiraan, yang dapat membawa kegembiraan pula pada para siswa.

Keyakinan guru akan potensi manusia dan kemampuan semua anak untuk belajar dan berprestasi merupakan satu hal yang penting diperhatikan. Aspek teladan mental guru berdampak besar terhadap iklim belajar dan pemikiran pelajar yang diciptakan guru. Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan terlibat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya. Oleh karena itu, kemampuan dan keterampilan guru memilih strategi yang tepat untuk menciptakan interaksi menyenangkan sangat menentukan.

Ketidakdisiplinan siswa di dalam kelas disebabkan karena mereka para siswa bosan dengan suasana kaku dan terlalu serius tanpa ada ruang untuk tertawa bersama. Mereka mencari kesempatan dengan cara yang mungkin saja tidak tepat untuk sekedar keluar dari rutinitas yang membosankan. Bahkan ketika kebosanan memuncak, mereka akan melakukan kegiatan yang keluar jalur, bahkan tidak jarang mengganggu teman sekelasnya. Inilah dampak dari suasana kelas yang kering tanpa tawa. Jika guru secara sadar menciptakan kesempatan untuk membawa kegembiraan ke dalam pekerjaannya, kegiatan belajar mengajar akan lebih menyenangkan.

Humor dalam pembelajaran adalah komunikasi yang dilakukan guru dengan menggunakan sisipan kata, bahasa dan gambar yang mampu menggelitik siswa untuk tertawa. Sisipan humor yang diberikan dapat berbentuk anekdot, cerita singkat, kartun, karikatur, peristiwa sosial, pengalaman hidup, lelucon atau plesetan yang dapat merangsang terciptanya suasana riang, rileks, dan menyenangkan dalam pembelajaran. Bukan berbentuk lawakan yang kadang menjurus pada lelucon yang menyangkut pribadi seseorang, politik, sara, pornografi yang kurang bermanfaat.

Selera humor yang tinggi merupakan salah satu bagian terpenting dari beberapa hal yang diperlukan untuk merakit sebuah kepribadian yang menarik dalam berinteraksi dengan orang lain. Humor bisa memainkan peranan penting yang istimewa dalam perkembangan sosial seseorang. Selain itu kalian bisa membedakan mana teman kalian yang humoris dan mana yang bukan. Setelah bergaul dengan mereka lebih dalam, dapat merasakan perbedaan yang mendasar antara keduanya. Maka kalian akan lebih merasa nikmat berinteraksi dengan seorang teman yang memiliki sense of humor yang tinggi. Ciri terpenting dari seorang humoris adalah ia mampu memasuki dunia orang lain dengan segala situasi. Ia mampu mengemas kemarahannya dengan bahasa humor, sehingga orang lain tidak merasa dimarahi. Sulit bagi anda untuk menebak teman humoris “apakah ia dalam bersedih atau tidak”, karena umumnya mereka mampu melahirkan kesedihan itu dengan bahasa humor yang cerdas.

B. Simpulan

Bila kelas diberikan, maka di dalamnya terdapat batasan sebagai sekelompok orang yang belajar bersama, yang mendapatkan pengajaran dari guru, maka di dalamnya terdapat orang yang melakukan kegiatan belajar dengan karakteristik mereka yang berbeda dari yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini perlu guru pahami agar mudah dalam melakukan pengelolaan kelas secara efektif perlu diperhatikan hal sebagai berikut: Kelas adalah sekelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi oleh tugas dan diarahkan oleh guru. Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi bagi semua anak atau kelompok. Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku masing – masing individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu dalam hal bagaimana mereka memandang dirinya dan bagaimana belajar. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggotanya. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka di kelas di kala belajar. Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok, makin puas anggotanya di dalam kelas. Struktur kelompok, pola komunikasi, dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan.

Bila begitu pengelolaan kelas yang efektif, maka itu berarti tugas yang berat bagi guru adalah berusaha menghilangkan atau memperkecil permasalahan yang terkait dengan semua problem pengelolaan kelas, seperti kurangnya kesatuan, tidak ada standart perilaku dalam bekerja kelompok, reaksi negatif terhadap anggota kelompok, moral rendah, kelas mentoleransi kekeliruan temannya, dan sebagainya. Ada beberapa manfaat humor dalam pembelajaran yaitu membangun hubungan dan meningkatkan komunikasi antara guru dan peserta didik, mengurangi stres, membuat pembelajaran menjadi menarik, dan meningkatkan daya ingat suatu materi pelajaran.

Referensi :

  • Darmansyah. 2010. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: Bumi
  • Aksara.
  • Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
  • Cipta.
  • Evertyson, Carolyn dan Edmund. 2009. Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar.
  • Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
  • Harsanto, Radno. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius.
  • Komsini dan Dwi Sri Hartini.1997. Manajemen Kelas. Semarang: Departemen Pendidikan
  • dan Kebudayaan.
  • Partin, Ronald. 2009. Kiat Nyaman Mengajar di dalam Kelas. Jakarta: Indeks.
  • Soegeng, A.Y. 2012. Penelitian Tindakan Kelas dan Menulis Karya Ilmiah. Semarang: IKIP
  • PGRI SEMARANG PRESS.

 

IDENTITAS PENULIS

clip_image002Judul Artikel : Pengelolaan kelas yang dinamis dengan humor

Nama Pengarang : Dian Rahmawati Fibriana

Nomor Identitas, NIM: 3319034402910002

Institusi Kerja : Mahasiswa IKIP PGRI Semarang dan Guru Pramuka SMP 9

Semarang

Email : Dyra91Fibriana@gmail.com

Alamat Blog : dyrafibriana.blogspot.com

Facebook : Dyra Fibriana

BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit