Telah terjadi suatu fenomena, bahwa dalam suatu sekolah terdapat anak didik yang berprestasi tinggi dan anak didik yang berprestasi rendah. Namun disisi lain dari kedua fenomena diatas adalah adanya siswa sampai individu yang nakal, malas, serta masih banyak fenomena-fenomena yang terjadi pada.diri anak didik sebagai individu yang tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan dan perkembangan individu telah menghiasi perilaku hidup dan kehidupannya, bahkan sampai terbawa kepada proses belajar mengajar di sekolah. Akibatnya lahir sejumlah anak-anak yang bermasalah, yang bila tidak ditangani dengan baik, maka akan menimbulkan dampak negative bagi diri, lingkungan dan masa depannya sendiri.
Adalah figur seorang guru yang dimana dalam kesehariannya berhadapan dengan para siswa, tentu hal seperti ini biasa terlupakan atau luput dari perhatian mereka. Hal ini dapat dimaklumi karena guru itu sendiri hanya mengejar target kurikulum, adapun daya serap biasanya dibuat diatas meja bagi sebagian personil guru tersebut.
Disisi lain, siswa bermasalah bisa dipacu prestasi belajarnya bila mereka dengan cepat teridentifikasi dan ditindaklanjuti. Bukan sekedar diketahui individu tertentu mengalami prestasi yang tidak maksimal, kemudian tidak dengan segera dicari penyebabnya.
Seperti lazimnya, telah diketahui bahwa siswa yang bermasalah memiliki cakupan definisi yang sangat luas, bahwa batasan siswa bermasalah terbagi atas tiga bagian besar yang saling berkaitan, yaitu :
a. Siswa malas
b. Siswa nakal
c. Siswa bodoh (berprestasi dibawah rata-rata kelas)
Faktor utama adanya siswa bermasalah bermula dari siswa malas, malas dalam arti tidak termotivasi untuk mengikuti rangkaian proses belajar mengajar di kelas maupun mengualangi pelajaran di rumah, yang kemudian berlanjut dengan membuat kegiatan seperti : mengganggu di kelas, menyontek, tidak menyelesaikan latihan / tugas, yang seterusnya dapat menimbulkan kenakalan,
seperti : berontak, berkelahi, berbuat onar, yang pada akhirnya pelajaran bukan lagi menjadi suatu kebutuhan, namun berganti dengan kelakuan kasar dan ujung-ujungnya tidak merniliki prestasi, daya yang tinggi atau digelari dengan anak yang bodoh di kelas dan di sekolah.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka lahirlah siswa dengan predikat hodoh, siswa bodoh bagi sebagian tenaga pengajar hanya membuang waktu saja bila diladeni sehingga dipandang memerlukan seorang seorang tenaga profesional untuk menangani hal ini. Salah satu bidang yang menangani hal seperti diatas lazim disebut dengan tenaga bimbingan dan konseling atau guru BK di sekolah. Peranan guru bimbingan konseling adalah menetralisir gangguan-gangguan yang mungkin akan dan sudah terjadi siswa. Guru bimbingan konseling dengan segala pengetahuannya berusaha mengidentifikasi siswa, masalah siswa, mengadakan program bantuan, dan menindaklanjuti dengan pengayaan, percepatan, pemeliharaan akan hasil-hasil bimbingan sudah barang tentu hal ini adalah suatu tugas yang berat, apalagi di sekolah-sekolah hanya tersedia satu sampai dua orang saja tenaga bimbingan konseling. Bahkan yang lebih parah lagi ada sekolah yang tidak rnemiliki tenaga guru bimbingan koseling sama sekali. Namun, cukup diperankan oleh wali kelas masing-masing yang sudah terbebani dengan kegiatan proses belajar mengajar setiap harinya.
Guru bimbingan konseling dalam peranannya menangani siswa, yang bermasalah, tentu beragam pula cara upaya dan penerapannya terhadap siswa tergantung kepada latar belakang pendidikan, sarana dan prasarana bimbingan,
dukungan pada lingkungan sckitarnya dan siswa itu sendiri. Sebagai satu simpulan kegiatan bahwa anak yang bermasalah dalam arti bodoh atau prestasi dibawah rata-rata kelas dapat ditangani suatu pembelajaran yang dinamakan pengajaran vemedial-remedial adalah teknik bimbingan belajar yang bersifat pengajaran khusus yang ditujukan untuk menumbuhkan atau memperbaiki sebagaian atau keseluruhan kesulitan belajar siswa.
Perbaikan dalam pengajaran remedial diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang optimal sesuatu dengan kemampuan masing-masing siswa dalam perbaikan seluruh proses belajar dan keseluruhan kepribadian siswa.
Jika demikian, diharapkan bahwa guru bimbingan bagi siswa bodoh, maka dipandang perlu untuk menggalinya lebih dalam lagi mengenai hal-hal ini melalui suatu rangkaian penelitian yang sistimatis dan terpadu agar dapat diketahui sejauh mana peranan guru bimbingan konseling dalam pengajaran remedial terhadap siswa bermasalah (bodoh atau berprestasi dibawah rata-rata kelas)