Tampilkan postingan dengan label Puskemas Matematika kick andy. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puskemas Matematika kick andy. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 Maret 2012

Siti Fauzanah Guru Hebat Dari Temanggung di Kick Andy Heroes

Siti Fauzanah dan Puskemas Matematika, Biasanya Puskesmas diperuntukkan bagi orang sakit.  Siapa tak bisa matematika, maka ia sakit. Itulah vonis dari Siti Fauzanah, pengelola puskesmas matematika di Dusun Ngempon Lor Kelurahan Parakan Wetan Kecamatan Parakan, Temanggung, Jawa Tengah.
clip_image001
Ini bukan sebuah lelucon, tapi bagi Siti Fauzanah yang guru matematika, gak bisa berhitung adalah sebuah bahaya besar dalam kehidupan, karena hidup memang memerlukan perhitungan. Maka sebagai guru ia mendedikasikan hidupnya untuk membuat banyak anak bangsa pintar matematika.
Namun bagi Fauzanah, Puskesmas juga dapat digunakan untuk anak-anak yang kesulitan matematika. Siapa tak bisa matematika, maka ia sakit, demikian vonisnya. “Mereka kan sakit, jadi harus ke puskesmas agar sehat,” ujarnya. Fauzanah pun kemudian mendirikan puskesmas matematika di Dusun Ngempon Lor Kelurahan Parakan Wetan Kecamatan Parakan, Temanggung, Jawa Tengah. Tidak main-main, mereka yang keluar dari puskesmas matematika ini bahkan menjadi juara olimpiade matematika.
Ibu Yan, panggilan akrab untuk Siti Fauzanah, sebenarnya sudah pensiun sejak lama. Namun pihak SMP tempat ia mengajar dulu, memintanya kembali untuk aktif mengajar. “Kami memang memerlukan Ibu Yan, demi kemajuan sekolah ini,” ujar Soedarman, Kepala SMPN 1 Parakan, Temanggung. Maka hingga sekarang, Bu Yan masih berprofesi sebagai guru di SMPN 1 Parakan.
clip_image003
Ketika mengajar dan menemukan anak kurang pintar bermatematika, maka tak segan Bu Yan meminta anak tersebut untuk datang ke rumah dan belajar tambahan di rumahnya. Tentu saja, tanpa dipungut bayaran. “Mereka kan sakit, jadi harus ke puskesmas agar sehat,” ujarnya diakhiri senyum.
Alhasil rumahnya pun menjadi pusat pelatihan/les matematika. Uniknya tempat pelatihan matematika ini ia sebut sebagai Puskesmas Matematika. Setiap hari puluhan anak akan terlihat bergantian memadati ruangan sekitar 4X5 meter. Sebagian murid les yang mampu membayar biaya les sebesar Rp.50 ribu per bulan. Tapi kebanyakan dari peserta les adalah mereka yang kurang mampu, sehingga Bu Yan memberikan les secara cuma-cuma.

Saksikan videonya.


saksikan video lengkap Kick Andy Heroes 2012

Di masa pensiunnya, wanita yang akrab disapa Bu Yan ini masih terus mengabdikan dirinya untuk membuat banyak anak bangsa pintar matematika. Pihak SMP tempat ia mengajar dulu, memintanya kembali untuk aktif mengajar dan hingga sekarang, Bu Yan berprofesi menjadi guru diusia senjanya. Setiap harinya bahkan ia masih memberikan kursus (les) bagi anak didiknya, yang terdiri dari kalangan SD, SMP dan SMA di rumahnya yang kecil dan berdinding papan.
clip_image005
Seperti layaknya puskesmas dan rumah sakit kebanyakan, Bu Yan memberlakukan rawat jalan atau berobat jalan serta rawat inap. Setiap hari puluhan anak akan terlihat bergantian memadati ruangan sekitar 4x5 meter. Rumah berdinding papan itu sebenarnya adalah rumah kontrakan, tempat Ibu Yan tinggal setiap hari. Les dimulai saat Ibu Yan pulang mengajar di sekolah dan berakhir malam hari sekitar pukul 20.00 WIB. Sementara hari Minggu, ruang les penuh mulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB.

Bu Yan memberikan les ini secara gratis. Sebagian murid yang merasa mampu membayar biaya les , boleh membayar sebesar Rp. 50 ribu per bulan. Meski bukan dari golongan berada, terbukti Bu Yan mampu memperjuangkan anak-anak putus sekolah. Setiap periode, anak-anak yang datang ke Puskesmasnya silih berganti. Mereka datang dari pelosok desa yang tersebar di wilayah Kabupaten Temanggung. Ada dari Tuksari, Nggorukem, Bokol, Ngadirejo, Jumo, Temanggung, dan sekitar Parakan.
clip_image007
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali memberikan Anugerah Peduli Pendidikan (APP), Kategori Individual dan Inovator Pendidikan diperoleh Ibu Karli dari Surabaya; John Ndalu dari Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur; Siti Fauzanah dari Temanggung, Jawa Tengah; dan Dian Inggrawati dari DKI Jakarta. http://dikmen.kemdiknas.go.id/html/index.php?id=berita&kode=32
Sudah tidak terhitung jumlah anak yang telah diselamatkannya melalui Puskesmas Matematika. Saat ini saja Bu Yan menjadi orang tua asuh bagi 17 anak. Mereka adalah anak-anak dari keluarga yang tidak mampu dan nyaris putus sekolah. Dari puskesmas sederhana yang dikelolanya, Bu Yan tidak hanya mengajarkan anak-anak berhitung dan pintar matematika, tetapi ia juga telah mengkalkulasi untuk menyelamatkan kehidupan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa ini.
clip_image010Dalam masa aktif sebagai guru, Bu Yan yang mengajar di Temanggung ini sering menemukan banyak kasus anak yang nyaris putus sekolah, karena kondisi orang tua murid yang sudah terang-terangan mengaku tak sanggup lagi membiayai anaknya sekolah. Melihat kondisi demikian, maka Bu Yan kemudian mengambil alih tanggung jawab orang tua anak tersebut dalam hal mendidik dan membiayai sekolahnya. Dan itu dilakukan sejak tahun 1983. Sudah banyak anak yang ia selamatkan masa depannya. "Kalau dibiarkan saja, anak-anak miskin dan putus sekolah itu pasti hanya akan menjadi kuli atau pembantu. Makanya saya ambil mereka untuk hidup bersama saya. Yang penting mereka bisa sekolah, tegasnya.
Dan saat ini Bu Yan sedang menjadi orang tua asuh bagi 17 anak. Mereka adalah anak-anak dari keluarga yang tidak mampu dan nyaris putus sekolah. Kebanyakan mereka mulai diangkat sebagai anak asuh pada usia sekolah SMP.
imageDisiplin belajar dan upaya keras Bu Yan telah mendapatkan hasil yang baik. Sebagian besar anak asuhnya itu telah meraih penghargaan olimpiade untuk bidang matematika, baik di tingkat lokal, provinsi, nasional, dan internasional. Dan prestasi ini lah yang kemudian menjadikan anak-anak itu jadi penerima beasiswa di berbagai sekolah dan kampus unggulan, seperti UGM, ITB, UNDIP, STAN, dan UNNES. “Andai saya tak bertemu Bu Yan, mungkin saya sekarang jadi kuli batu di kampung,” kata Nanang Susyanto, anak asuh Bu Yan, lulusan S-2 matematika UGM dan kini menjadi dosen di almamaternya.
Sama halnya dengan Nanang, Iwan yang anak seorang buruh Tani pun tak henti bersyukur pada pertemuannya dengan Ibu Yan. “Kalau gak ditolong Ibu, sekarang saya paling sedang nyabit rumput,” ujar mahasiswa Teknik Elektro UGM ini.
Ketulusan Bu Yan dalam menolong anak- anak bangsa ini, tak bisa dipisahkan dari masa lalunya. Bu Yan lahir dari keluarga sederhana. Selagi kecil, anak pertama dari 12 bersaudara ini terpaksa menjadi pembantu dari satu tempat ke tempat lainnya. “Jadi semua yang saya lakukan sekarang ini, karena pengalaman hidup saya. Saya tahu rasanya miskin, tapi saya tahu tak boleh ada yang putus sekolah,” ujarnya.

clip_image009

Untuk membiayai ke-17 anaknya, Bu Yan harus pintar membagi penghasilannya dari gaji pensiunan dan honorariumnya sebagai guru. Sementara dari hasil memberikan les matematika, ia hanya memperoleh uang sekitar Rp 600ribu saja per bulan. Tak heran kalau Bu Yan tak pernah memikirkan untuk memiliki sebuah rumah yang layak bagi masa depan dia dan lembaga kursusnya. Saat ini Bu Yan dan anak-anaknya tinggal di rumah kontrakan sederhana, yang berdinding papan.
Inilah kisah-kisah inspiratif dari para pejuang kehidupan yang mendedikasikan diri demi kemajuan pendidikan dan wawasan anak bangsa.
 
clip_image001

clip_image002

clip_image003

clip_image004

BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit