Tampilkan postingan dengan label kebutuhan dan tujuan belajar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kebutuhan dan tujuan belajar. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 September 2013

Kompetensi Belajar

Kompetensi menurut McAshan, yang dikutip oleh Mulyasa (2003), dalam bukunya Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan prilaku-prilaku kognitif, afektif dan psikomotor dengan sebaik-baiknya. Martinis Yamin (2003), menyebutnya sebagai kemampuan dasar yang dapat dilakukan oleh siswa pada tahap pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan Finch dan Crunkilton, mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.

Dari beberapa pengertian kompetensi di atas, menunjukkan bahwa kompetensi mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang harus dimiliki siswa agar dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran yang sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Atau dengan perkataan lain ada kesesuaian antara materi yang dipelajari dan tugas-tugas yang dikerjakan siswa di sekolah dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Bila demikian, maka pertanyaannya adalah, bagaimana cara yang efektif untuk mencapai kompetesnsi belajar tersebut? image

Ada dua hal yang harus disikapi yaitu: perubahan terhadap strategi pembelajaran yang digunakan; dan penyediaan sarana belajar serta sumber-sumber belajar yang mendukung pecapaian kompetensi tersebut.

Strategi pembelajaran berbasis kompetensi pada dasarnya adalah strategi pembelajaran yang berupaya mengaitkan setiap materi yang dipelajari dan tugas-tugas yang dikerjakan siswa di sekolah, dengan kehidupan sehari-hari atau bidang-bidang pekerjaan tertentu; sehingga siswa dapat merasakan makna setiap pembelajaran yang diterimanya, karena dapat dimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan.

Strategi pembelajaran berbasis kompetensi (competency base strategy) menurut Gordon Dryden dan Jeannette Vos (2000), dalam bukunya The Learning Revolution mempunyai satu ciri utama yaitu pembelajaran yang bermakna, dimana siswa dapat merasakan manfaat dari materi pelajaran yang dipelajarinya di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang senada juga dikemukakan oleh DePorter (2000), dalam bukunya Quantum Learning yang mengatakan bahwa suatu strategi pembelajaran harus mampu memberikan manfaat bagi siswa yang belajar. Untuk itu lebih lanjut ia mengatakan bahwa menciptakan ketertarikan terhadap suatu topik dengan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari, serta merayakan kebehasilan siswa adalah kunci dalam strategi pembelajaran yang bermakna, Conny Semiawan (1977), mengatakan untuk siswa sekolah dasar jangan pompakan fakta-fakta yang tidak saling berkait ke dalam benak mereka, tetapi seyogianya anak belajar konsep dengan proses yang bermakna.

Sedangkan Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl (2002), dalam bukunya “Accelerated Learning” menyebutnya enam langkah cara belajar yang bermakna, yaitu: (1) memotivasi pikiran, (2) memperoleh informasi, (3) menyelidiki makna, (4) memicu memori, (5) memamerkan apa yang diketahui siswa, dan (6) mereflesikan bagaimana cara siswa belajar. Jadi jelas, bahwa pembelajaran harus bermakna bagi siswa dan upaya pencapaiannya dilakukan dengan mengaktifkan siswa dalam mengakses infomasi serta melakukan penyelidikan terhadap materi yang dipelajarinya. Upaya tersebut dilakukan agar siswa dapat memahami betapa pentingnya materi yang akan dipelajarinya bagi kehidupannya.

Bila kita cermati sejenak pendapat Gordon dan Jeannette, DePorter, Conny Semiawan, Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl, di atas; bahwa inti dari strategi pembelajaran berbasis kompetensi (competency based strategy) adalah, bagaimana menciptakan keterkaitan setiap aspek yang dipelajari siswa di sekolah dengan kenyataan-kenyataan yang ada dalam kehidupan sehari-hari; serta menciptakan kesenangan dalam belajar. Dengan demikian siswa dapat merasakan, bahwa setiap perbuatan belajar yang dilakukannya bukan suatu paksaan dan kesia-siaan; melainkan sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dengan demikian, “betapapun kecilnya materi yang dipelajari, selalu akan memberikan makna bagi siswa”.

Dalam strategi pembelajaran berbasis kompetensi, sebagian besar metode pembelajaran yang digunakan adalah metode-metode pembelajaran yang melibatkan dominasi siswa dalam pelaksanaannya. Metode-metode tersebut antara laia: metode diskusi, latihan terbimbing, simulasi, studi kasus, Cooperative Learning, Active Learning, dan sebagainya. Dengan kata lain pemilihan metode diarahkan kepada metode yang dapat membangun pengetahuan siswa secara aktif. Sedangkan penggunaan media untuk mencapai kompetensi yang diharapkan merupakan keharusan. Untuk jenis media yang dibutuhkan akan meliputi: alat bantu instruksional (instructional aids) dan media instruksional (instructional media). Namun demikian penggunaannya perlu disesuaikan dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai serta usia atau jenjang pendidikan

 

Daftar Bacaan

Association for Educational Communications and Technology, Defenition and Glossary of Term, Vol. 1. New York: AECT, 1977.

Bloom, Benyamis S. , Taxonomy of Education Objectives. Handbook I: Cognitive Domain. New York: Longman, Inc., 1956.

De Porter, Bobbi and Hernacki, Mike, Quantum Learning. Bandung: Penerbit Kaifa, 2000.

Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur-Badan Litbang, 2001.

Dryden, Gordon and Vos, Jeannette, The Learning Revolution. New Zealand: The Learning Web., 1999.

Heinich, Robert, Molenda, Michael and Russell, James D., Instructional Media. New York: Macmillan Publishing Company, 1995.

Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.

Padmo, Dewi (Editor), Teknologi Pembelajaran. Jakarta: PAU-UT, 2003.

Rose, Colin dan Nicholl, Malcolm J., Accelerated Learning. Bandung: Nuansa, 2002.

Semiawan, Conny R, Perspektif Pendidikan Anak Bebakat. Jakarta: Grasindo, 1977.

Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press, 2003.

BACA SELENGKAPNYA »

Kamis, 05 September 2013

Peran Sumber Belajar Dalam Pencapaian Kompetensi Belajar

Pusat Sumber Belajar (PSB) sebagaimana diuraikan di atas adalah bagian integral dalam sistem pembelajaran. Ini berarti keberadaan suatu Pusat Sumber Belajar (PSB) sudah menjadi keharusan dalam setiap lembaga (sekolah/perguruan tinggi), bila ingin mencapai kompetensi yang telah dirumuskan dari setiap mata pelajaran atau mata kuliah. Sebab tanpa pemberdayaan sumber-sumber belajar yang memadai serta pegalaman yang konkrit dari setiap mata pelajaran/mata kuliah yang dipelajari peserta didik, maka wujud kompetensi dari mata pelajaran/mata kuliah tersebut tidak pernah diperoleh secara optimal.image

Bagaimana peranan Pusat Sumber Belajar (PSB) dalam mencapai setiap tujuan atau kompetensi dari setiap mata pelajaran?

Secara teknis Pusat Sumber Belajar (PSB) dapat menjadi laboratorium untuk semua mata pelajaran yang ada. Baik itu untuk digunakan langsung oleh siswa maupun melalui perantara guru.

Digunakan langsung oleh siswa, artinya siswa dapat belajar secara individual atau kelompok di Pusat Sumber Belajar (PSB), melalui program-program media yang dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan atau kompetensi dari mata pelajaran tertentu. Sebab di Pusat Sumber Belajar (PSB)tersedia program-program audio-visual yang dapat menuntun siswa untuk mencapai kompetensi tertentu. Misalnya, untuk percobaan Fisika. Sebelum siswa melakukan percobaan terlebih dahulu ia diminta menonton program video tentang percobaan yang akan dilakukannya. Setelah ia paham tentang apa yang akan dilakukannya, barulah ia melakukan percobaan. Dengan demikian siswa dapat mencapai kompetensi tertentu sesuai dengan kecepatannya dalam belajar.

Melalui perantara guru, artinya guru mempersiapkan segala keperluan pengajarannya di Pusat Sumber Belajar (PSB) sebelum tampil di depan kelas. Baik itu media yang akan digunakan maupun teknik-teknik penyajiannya. Dengan meningkatnya kualitas pembelajaran yang dilakukannya, akan berdampak kepada hasil belajar siswa.

Selain itu, Pusat Sumber Belajar (PSB) dengan fungsi-fungsinya akan bersinergi dalam meningkatkan kualitas SDM secara menyeluruh, khususnya mereka yang terlibat dalam pengembangan sistem instruksional (guru, dosen, fasilitator, dan pengelola pembelajaran). Dengan meningkatnya kualitas SDM, berarti meningkat pula kualitas penyelenggaraan pendidikan di setiap lembaga, baik itu sekolah maupun perguruan tinggi.

BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit