Tampilkan postingan dengan label prinsip pembelajaran berbasis masalah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label prinsip pembelajaran berbasis masalah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 12 Juli 2014

Teknik penilaian dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Teknik penilaian dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Sebetulnya tidak ada teknik penilaian khusus yang diperuntukkan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Hal yang penting bagi guru adalah dapat mengumpulkan informasi penilaian yang valid dan reliabel. Mengingat tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah bukan untuk pemerolehan sejumlah besar pengetahuan deklaratif, maka penilaian tidak cukup hanya melalui tes tertulis. Sesuai tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah, secara spesifik penilaian dalam Pembelajaran Berbasis Masalah dapat ditujukan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah atau kemampuan berpikir kritis.  image

Penilaian kinerja dipandang cocok dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Penilaian kinerja memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan bila dihadapkan pada situasi-situasi masalah nyata, sehingga dapat digunakan untuk mengukur potensi pemecahan masalah peserta didik di samping kemampuan kerja kelompok. Penilaian kinerja tersebut dilakukan dalam bentuk checklists dan rating scale.

PBM memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan sosial atau keterampilan kolaboratif melalui aktivitas diskusi. Keterampilan tersebut dapat meliputi keterampilan bekerja sama, keterampilan interpersonal, dan peran aktif dalam kesuksesan kelompok. Keterampilan tersebut dapat dinilai melalui observasi.

BACA SELENGKAPNYA »

Pembelajaran Berbasis Masalah di SMA

Contoh langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah di SMA image

Sekolah

: SMA Mutiara Bangsa

Mata pelajaran

: Bahasa Inggris

Kelas/semester

: X/1

Materi pokok

: Teks deskriptif lisan dan tulis, sederhana, tentang orang, tempat wisata, dan bangunan bersejarah terkenal

clip_image001Alokasi waktu

: 2 JP

   

Kompetensi Dasar (KD)

1.1

Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar

2.3

Menunjukkankan perilaku tanggung jawab, peduli, kerjasama, dan cinta damai, dalam melaksanakan komunikasi fungsional

3.7

Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada teks deskriptif sederhana tentang orang, tempat wisata, dan bangunan bersejarah terkenal, sesuai dengan konteks penggunaannya.

 

Indikator:

 

§ Mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks deskriptif

 

§ Membandingkan teks deskripsi dalam bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia

4.8

Menangkap makna dalam teks deskriptif lisan dan tulis sederhana.

 

Indikator:

 

§ Menceritakan kembali teks deskriptif secara lisan dan tulisan

4.9

Menyunting teks deskriptif lisan dan tulis, sederhana, tentang orang, tempat wisata, dan bangunan bersejarah terkenal, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.

 

Indikator:

 

§ Menyunting teks dari segi struktur dan kebahasaan

 

§ Melengkapi teks yang belum sempurna

4.10

Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis sederhana tentang orang, tempat wisata, dan bangunan bersejarah terkenal, dengan memperhatikan tujuan, struktur teks, dan unsur kebahasaan, secara benar dan sesuai dengan konteks

 

Indikator:

 

§ Mengelompokkan teks sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan

 

§ Membuat kliping deskripsi tentang orang, tempat wisata atau bangunan bersejarah yang mereka sukai

Pertemuan Ke...

Pendahuluan (... menit)

1. Peserta didik berdoa dan mempersiapkan diri untuk mengikuti proses pembelajaran

2. Guru mengecek kehadiran peserta didik

3. Guru memberikan motivasi belajar

4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai (Tahap 1: mengorientasi peserta didik pada masalah)

Kegiatan Inti (... menit)

1. Peserta didik mengamati gambar sebuah pantai yang tidak terurus dengan menggunakan worksheet 1. (Tahap 1: mengorientasi peserta didik pada masalah)

2. Peserta didik bertanya tentang gambar yang diperlihatkan. Contohnya: “Where is the beach located?, “Why is the beach dirty?”, “Is there anybody responsible for the rubbish?

3. Peserta didik mengemukakan pendapatnya (mengkomunikasikan) tentang gambar di atas.

4. Guru membentuk peserta didik dalam kelompok, kemudian memberikan teks deskriptif.

5. Peserta didik membaca (mengamati) teks deskripsi yang diberikan oleh guru (Tahap 2: mengorganisasi peserta didik untuk belajar).

6. Dengan bimbingan guru, peserta didik menggaris bawahi (mengumpulkan informasi) fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks yang dibaca. Kemudian menuliskannya di worksheet 2. (Tahap 3: membimbing penyelidikan individual maupun kelompok)

7. Peserta didik mendiskusikan hasil kerjanya (mengkomunikasikan) dengan kelompok yang lain dan dikonfirmasi oleh guru. (Tahap 4: mengembangkan dan menyajikan hasil karya)

8. Dengan bimbingan guru, peserta didik merefleksi aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan. (Tahap 5: menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)

9. Guru memberikan penguatan (mengasosiasi) terkait materi yang telah dibahas.

Kegiatan Penutup (... menit)

1. Guru memberikan umpan balik.

2. Guru bersama-sama peserta didik membuat rangkuman materi yang telah mereka pelajari.

3. Guru memberikan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas (secara berkelompok).

4. Guru menjelaskan informasi rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

BACA SELENGKAPNYA »

Sabtu, 05 Juli 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Problem-Based Learning

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), selanjutnya disingkat PBM, mula-mula dikembangkan pada sekolah kedokteran di Ontario Kanada pada 1960-an (Barrows, 1996). Strategi ini dikembangkan sebagai respon atas fakta bahwa para dokter muda yang baru lulus dari sekolah kedokteran itu memiliki pengetahuan yang sangat kaya, tetapi kurang memiliki keterampilan memadai untuk memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam praktik sehari-hari. Perkembangan selanjutnya, PBM secara lebih luas diterapkan di berbagai mata pelajaran di sekolah maupun perguruan tinggi.image

PBM adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang menjadikan masalah nyata sebagai penerapan konsep, PBM menjadikan masalah nyata sebagai pemicu bagi proses belajar peserta didik sebelum mereka mengetahui konsep formal. Peserta didik secara kritis mengidentifikasi informasi dan strategi yang relevan serta melakukan penyelidikan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan menyelesaikan masalah tersebut peserta didik memperoleh atau membangun pengetahuan tertentu dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan menyelesaikan masalah. Mungkin, pengetahuan yang diperoleh peserta didik tersebut masih bersifat informal. Namun, melalui proses diskusi, pengetahuan tersebut dapat dikonsolidasikan sehingga menjadi pengetahuan formal yang terjalin dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.

Berbagai penelitian mengenai penerapan PBM menunjukkan hasil positif. Misalnya, hasil penelitian Gijselaers (1996) menunjukkan bahwa penerapan PBM menjadikan peserta didik mampu mengidentifikasi informasi yang diketahui dan diperlukan serta strategi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Jadi, penerapan PBM dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah.

Daftar Pustaka
Barrows, H.S.  1996.  “Problem-based learning in medicine and beyond: A brief overview” Dalam Bringing problem-based learning to higher education: Theory and Practice (hal 3-12).  San Francisco: Jossey-Bass.
Gijselaers, W.H.  1996. “Connecting problem-based practices with educational theory.” Dalam Bringing problem-based learning to higher education: Theory and Practice (hal 13-21).  San Francisco: Jossey-Bass.

BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit