Tampilkan postingan dengan label evaluasi pembelajaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label evaluasi pembelajaran. Tampilkan semua postingan

Rabu, 05 November 2014

Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran

Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran

1. Evaluasi Program Pembelajaran

Evaluasi Program Pembelajaran Adalah evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.

clip_image002

2. Evaluasi Proses Pembelajaran

Evaluasi Proses Pembelajaran Adalah evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

 

3. Evaluasi Hasil Pembelajaran

Evaluasi Hasil Pembelajaran Adalah evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

BACA SELENGKAPNYA »

Rabu, 29 Oktober 2014

Jenis evaluasi Pembelajaran berdasarkan tujuannya

Berikut ini adalah Jenis evaluasi Pembelajaran berdasarkan tujuannya :

1. Evaluasi Pembelajaran Diagnostik

Adalah evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.

image

2. Evaluasi Pembelajaran Selektif

Adalah evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih siwa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.

3. Evaluasi Pembelajaran Penempatan

Adalah evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.

4. Evaluasi Pembelajaran Formatif

Adalah evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.

5. Evaluasi Pembelajaran Sumatif

Adalah evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan belajar siswa.

BACA SELENGKAPNYA »

Rabu, 22 Oktober 2014

Tujuan umum evaluasi pembelajaran

Tujuan umum evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pembelajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.

image

Serta menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan, atau taraf pencapaian kegiatan belajar siswa.

Tujuan khusus evaluasi pembelajaran adalah :

1. untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan

2. untuk mencari dan menemukan faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.

3. .Mengetahui kemajuan belajar siswa

4. Mengetahui potensi yang dimiliki siswa

5. Mengetahui hasil belajar siswa

6. Mengadakan seleksi

7. Mengetahui kelemahan atau kesulitan belajar siswa

8. Memberi bantuan dalam pengelompokan siswa

9. Memberikan bantuan dalam pemilihan jurursan

10. Memberikan bantuan dalam kegiatan belajar siswa

11. Memberikan motivasi belajar

12. .Mengetahui efektifitas mengajar guru

13. Mengetahui efisiensi mengajar guru

14. Memberikan balikan pada guru

15. Memberikan bukti untuk laporan kepada orang tua atau masyarakat

16. Memberikan data untuk penelitian dan pengembangan pembelajaran

5

BACA SELENGKAPNYA »

Rabu, 15 Oktober 2014

Fungsi evaluasi pembelajaran

Fungsi evaluasi pembelajaran image

Fungsi evaluasi pembelajaran sangat diperlukan dalam pendidikan antara lain memberi informasi yang dipakai sebagai dasar untuk :

1. memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya,

2. memberikan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui posisi peserta didik dalam kelompoknya,

3. memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik,

4. memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi  peserta didik yang memang memerlukannya,

5. memberikan petunjuk tentang sejauh manakah program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai (Sudijono, 2006:12).

6. Membuat kebijaksanaan dan keputusan.

7. .Menilai hasil yang dicapai para pelajar.

8. Menilai kurikulum.

9. Memberi kepercayaan kepada sekolah.

10. Memonitor dana yang telah diberikan.

11. Memperbaiki materi dan program pendidikan.

BACA SELENGKAPNYA »

Rabu, 08 Oktober 2014

Pentingnya Evaluasi Pembelajaran

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi.Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan.Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang ia lakukan. image

Pentingnya diketahui hasil ini karena dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajran yang dia lakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.

Evaluasi pendidikan danpengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Namun, dalam makalah ini,hanya akandibicarakan masalah evaluasi pembelajaran.

BACA SELENGKAPNYA »

Kamis, 02 Oktober 2014

Validitas Tes Evaluasi Pembelajaran

Validitas Tes Evaluasi Pembelajaran, Sebuah tes dikatakan valid (sahih) apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. (Scarvia B. Anderson dkk. Ensyclopedia of Educational Evaluation). Validitas sebuah tes bukan ditekankan pada tesnya itu sendiri, tetapi lebih ditekankan pada hasil pengetesan atau skornya.Validitas suatu tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan pengalaman. Hal pertamas diperoleh ialah validitas logis (logical validity) dan yang kedusa ialah validitas empitis (empirical validity). Inilah yang akan dijadikan dasar pengelompokan validitas tes. image

Secara garis besar, validitas ada dua macam, yaitu :

 Validitas logis (logical validity)

 Validitas empiris ( empirical validity)

Validitas logis untuk sebuah instrument tersebut memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrument yang bersangkutan sudah diranvang sevara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada.

Ada dua macam validitas logis yang dicapai oleh sebuah instrument, yaitu :

 Validitas isi : disusun berdasarkan materi oelajaran yang dievaluasi.

 Validitas konstruk : disusun berdasarkan konstrak, aspek-aspek kejiwaan yang mesti dievaluasi.

Validitas empiris untuk sebuah instrument dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Yaitu dengan membandingkan instrument yang bersangkutan dengan kriterioum (sebuah ukuran). Sedangkan kriterium yang digunakan sebagai pembanding kondosi instrument ada duas macam, yaitu :

 Concurrent validity (validitas ada sekarang) : ialah instrument yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang sudah ada.

 Predictive validity ( validitas ramalan ) : ialah instrument yang kondisinya belum ada, tetapi yang akan terjadi dimasa yang akan dating (yang diramalkan)

Dengan kedua validitas tersebut (validitas logis dan validitas empiris) yang masing-masing memilki dua macam juga. Maka secara keseluruhan kita mengenal ada empat validitas, yaitu :

1. validitas isi

2. validitas konstruk

3. validitasd “ada sekarang”

4. validitas predictive.

BACA SELENGKAPNYA »

Kamis, 25 September 2014

Evaluasi Pembelajaran Teknik Tes

Evaluasi Pembelajaran Teknik Tes, Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan yang diinginkan seseorang dengan cara yang tepat dan cepat (Amir daien indrakusuma, “evaluasi pendidikan) tes ini ada 3 macam, yaitu :

a. Tes diagnostic, adalah tes yang digunakan untuk mengertahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Tes diagnostic ini ada 4 tingkat, antara lain :

1.Tes diagnostic ke-1 dilakuka terhadap calon siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah calon tersebut sudah menuasai pengetahuan yang merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah yang dimaksudkan. Tes ini disebut dengan tes penjajakan atau dalam istilah bahasa inggis entering behaviour test.

2. Tes diagnostic ke-2, dilakukan terhadap calon siswa yang sudah akan mulai mengikuti program. Dan tes diagnostic ini berfungsi sebagai tes penempatan (placement test).

3. Tes diaonostik ke-3, dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar, karena tidak semua siswa dapat menerima pelajaa yang disampaikan oleh guru denga lacar. Maka pengajar (guru) disini harus sekali-kali memberikan tes diagnostic untukmengetahui bagia mana dari bahn yang diberikan itu belum dikuasai oleh siswa. Dan mendeteksi mengenai sebab siswa tersebut belum menguasai bahan.

4.  Tes diagnostic ke-4, diadaka pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran. Dengan ini guru dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia berikan. 

b. Tes formatif, tes ini diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses. Digunakan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah terbentuk seelah mengikuti sesuatu program tertentu.evalusi formatif mempunyai manfat, baik bagi siswa, guru, maupun program itu saendiri.

c. Tes subsumtif dan sumatif, pelaksanaan kegiatan tes subsumatif ini dilakukan pada perempat semester atau caturwulan dan pada pertengahan semester(caturwulan) yang lazim kita ssebagai mindsemester. Evaluasi sumatif ialah penentuan kenaikan kelas bagi setiap siswa. Tes sumatif adalah penilaian yang dilakukan tiap akhir semester (caturwulan), setelah para siswa menyelesaikan program belajar dari suatu bidang studi atau mata pelajaran tertentu selama satu perode waktu tertentu pula.adapun fungsi dari penilaian ini adalah untuk menentukan prestasi hasil belajar siswa terhadap bidang studi atau mata pelajaran selama satu semester atau caturwulan.

Manfaat tes sumatif, ada 3 hal yang paling terpenting, yaitu :

1. Untuk menentukan nilai.

2. Untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalm menerima program berikutnya.

d. Tes formatif dan tes sumatif dalam praktek

Dalam pelaksanaannya disekolah tes formatif ini merupakan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ialah ulangan umum yang diadakan pada akhir caturwulan atau akhir semester.

Dalam buku seri III B dari kurukulum 1975 tentang pedoman penilaian dijelaskan bahwa tes formatif harus dilaksanakan oleh guru setiap mengakhiri satu sub pokok bahasan, sedangkan tes sumatif dilasksanakan setiap mengakhiri satu pokok bahasan (dalam program yang lebih beasar). Dan apabila pengertian ini dihubungkan dengan yang telah dibicarakan pada alinea sebelumnya, yaitu bahwa tes sumatif dilaksanakan sebagai ulangan umum, maka tes yang dilaksanakan diakhir pokok bahasan ini dapat dipandang sebagai tes subsumatif atau tes unit, sedangkan ulangan umum itulah yang diusebut tes sumatif.

image

Adapun teknik ealuasi yang lainnya yang telah dikemukakan olehDaryanto dalam bukunya yang berjudul “evaluasi pendidiakan“ada 4, yaitu :

a. Measurement model

Menurut model ini, evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran terhadap berbagai aspek tingkah laku dengan tujuan untuk melihat perbedaan-perbedaan individual atau kelompok yang hasilnya diperlukan untuk seleksi, bimbingan dan perencanaan pendidikan bagi para siswa di sekolah,

Objek evaluasi dari model ini adalah tingkah laku siswa yang mencangkup kemampuan hasil belajar, kemampuan pembawan (intelegensi bakat), minat, sikap dan juga kepribadian siswa.

Pendekatan yang ditempuh model ini adalah membandingkan hasil belajar antara 2 anak atau lebih kelompok yang menggunakan cara pengajaran yang berbeda sebagai variable bebas, lalu diberikan tes yang sama yang hasil dari tes tersebut untuk mengetahui cara pengajara mana yang lebif efektif untuk digunakan.

b. Congruence model

Menurut model ini, evaluasi adalah usaha untuk memeriksa persesuaian (congruence) antara tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil yang diperoleh dari evaluasi dengan ,model ini berguna bagi kepentingan penyempurnaan system bimbingan siswa dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak luar pendidikan mengenai hasol belajar yang telah dicapai.

Objek evaluasinya adalah perubahan tngkah laku siswa yang diperlihatkan pada akhir kegatan pendidikan. Tingkah laku tersebut mencangkup baik pengetahuan maupun aspek pengetahuan maupun keterampilan dan sikap.

4 langkah pokok untuk menyusun congruence model :

 Merumuskan atau mempertegas tujuan pengajaran.

 Menetapkan “tes situation” yang diperlukan

 Menyusun alat evaluasi.

 Menggunakab hasil evaluasi.

c. Educational system eavaluation model

Menurut model ini, evaluasi dimaksudkan untuk membandingkan performance dari berbagai dimensi system yang sedang dikembangkan dengan sejumlah criteria tertentu untuk akhirnya sampai pada suatu deskripsi dan judgment mengenai system yang dinilai tersebut.

Objek evaluasi menurut model ini adalah jenis-jenis data yang dikumpulkan dalam kegiatan evaluasi, baik data objektif (skor hasil tes) maupun data subjektif atau judgment data (pandangan guru-guru, reaksi para siswa dll). Adapun pendekata yang ditempuh model ini dalam pelaksanaan evaluasi adalah :

1. membandingkan performance setiap demensi system dengan criteria intern dalam system itu sendiri.

2. membandingkan performance setiap dimensi dengan criteria ekstern diluar system yang bersangkutan.

empat demensi yang diperlukan dalam proses pengembangan system pendidikan (provus)design, operation program, interim products dan terminal products.

d.  Illuminative Model

Model ini memandang fungsi eavaluasi sebagai bahan atau input untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan sistemyang sedang dikembangkan.

Objek evaluasi yang diajukan model ini mencangkup :

 Latar belakang da perkembangan yang dialami oleh system yang bersangkutan.

 Proses pelaksanaan system itu sendiri.

 Hasil belajar yang diperlihatkan oleh para siswa.

 Kesukaran-kesukaran yang dialami dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya dilapangan . pendekatan yang ditempuh model ini dalam melaksanakan evaluasi tersebut bersifat terbuka atau open-ended dan dalam melaporkan hasil evaluasi lebih banyak digunakan cara deskritif dalam penyajian informasinya.

BACA SELENGKAPNYA »

Kamis, 18 September 2014

Evaluasi Pembelajaran Teknik nontes

Evaluasi dengan teknik nontes antaralain :

a. Skala Bertingkat (rating scale)

Skala mengambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Dengan maksud agar pencatatannya dapat objektif maka penilaian terhadap penampilan atau penggambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk skala.

image

b. Kuesioner (questionair)

Kuesioner (questionair) dikenal dengan sebagai angket. Kuesioner ialah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang aka diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadan atau data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dsb.

Kuesioner dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu :

1. Ditinjau dari segi siapa yang menjawab

a. Kuesioner langsung

Kuesioner ini diisi dan dikirimkan langsung oleh orang yang akan diminta jawaban tentang dirinya.

b. Kuesioner tidak langsung

Kuesioner ini dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Dan digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga, dsb.

2. Ditinjau dari segi menjawab

a. Kuesioner tertutup

Kuesioner ini disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.

b. Kuesioner terbuka

Kuesioner ini disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Dan kuesioner ini digunakan untuk meminta pendapat seseorang.

c. Daftar vocok (check list)

Daftar cocok (check list ialah deretan pertanyaan (yang biasanya singkast-singkat), disini responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok( ) ditempat yang sudah disediaka.

d. Wawancara

Wawancara(interview) ialah suatu metode atau cara yang digunakan untukmendapatkan jawaban dari responden dengan jalan Tanya-jawab sepihakWawancara dapat dilakukan oleh 2 cara, yaitu:

1. Interviu bebas, yaitu dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.

2. Interviu terpimpin, yaitu dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu, sehingga responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya.

e. Pengamatan (observastion)

pengamatan ialah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada dua macam obervasi (pengamatan), yaitu :

1. observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada waktu itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.

2. Observasi sistematik, yaitu dimana factor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Dalam observasi ini pengamat berada diluar kelompok. Dengan demikian pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.

3.Observasi eksperimental, yaitu terjadi jika pengamat tidak berpatisipasi dalam kelompok.

f. Riwayat hidup

riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama masa kehidupannya.

BACA SELENGKAPNYA »

Jumat, 11 Juli 2014

Contoh Kegiatan Pembelajaran (PBM) Yang Baik

Contoh Kegiatan PBM Yang Baik. Sesuai dengan Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses, kegiatan pembelajaran terdiri atas tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Tahapan 1 PBM dapat dikategorikan sebagai bagian dari tahapan pendahuluan. Sementara tahapan 2, 3, 4, dan 5 merupakan tahapan inti. Namun, tahapan 5 dapat pula dikategorikan sebagai tahapan penutup. Dalam kegiatan pembelajaran, beberapa peserta didik mungkin memerlukan penguatan/pengayaan dan beberapa lainnya memerlukan remidi. Kegiatan penguatan/pengayaan dilakukan untuk memperkuat dan memperkaya pemahaman peserta didik yang telah mencapai atau melampaui pencapaian kompetensi minimal. Pengayaan dapat berbentuk tugas proyek yang dilakukan di luar jam pelajaran. Di sisi lain, kegiatan dilakukan untuk memfasilitasi dan membantu peserta didik yang belum mencapai penguasaan kompetensi minimal yang ditentukan. image

Berikut adalah contoh kegiatan PBM, khsususnya pada mata pelajaran IPA, yang terdiri atas tahapan pendahuluan, inti, dan penutup.

a. Pendahuluan

Pada tahap ini, dilakukan Tahap 1 sintaks PBM, yaitu mengorientasi peserta didik pada masalah. Masalah tersebut dapat disajikan dalam bentuk gambar, diagram, film pendek, atau power point. Misalnya, dalam pelajaran IPA, masalah tersebut terkait dengan aktivitas pendiduk yang membuang limbah rumah tangga secara liar ke lingkungan sekitar. Setelah peserta didik mencermati (mengamati) sajian masalah, guru mengajukan pertanyaan pengarah (menanya) untuk mendorong peserta didik memprediksi atau mengajukan dugaan (hipotesis) mengenai dampak dari pembuangan limbah rumah tangga, seperti deterjen, terhadap kehidupan organisme. Selanjutnya, guru menginformasikan tujuan pembelajaran.

b. Inti

Tahapan inti mencakup tahap-tahap 2, 3, 4, dan 5 dalam sintaks PBM.

1) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar (Tahap 2)

a) Melalui kegiatan tanya jawab (menanya), guru mengingatkan kembali langkah-langkah atau metode ilmiah. Metode ilmiah tersebut dapat disajikan dalam bentuk bagan.

b) Guru mengorganisasi peserta didik untuk belajar dalam bentuk diskusi kelompok kecil. Guru dapat menjelaskan lebih rinci alternatif-alternatif strategi untuk menyelesaikan masalah yang ditentukan, yaitu terkait dengan dampak pembuangan limbah terhadap kehidupan organisme.

c) Guru membimbing peserta didik secara individual maupun kelompok dalam merancang eksperimen untuk menguji dugaan (hipotesis) yang diajukan. Masing-masing kelompok mempresentasikan hipotesis dan rancangan eksperimennya untuk mendapat saran dari kelompok lain maupun dari guru. Kelompok-kelompok lain maupun guru dapat memberikan penilaian dan saran terhadap presentasi tersebut. Kelompok yang dinilai paling baik memperoleh penghargaan.

2) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok (Tahap 3)

a) Guru memberi bimbingan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan atau eksperimen. Bimbingan tersebut meliputi pengumpulan informasi yang berkaitan dengan materi yang diangkat dalam permasalahan, misalnya mengenai pengaruh deterjen terhadap kehidupan organisme dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

b) Kelompok peserta didik melakukan eksperimen berdasarkan rancangan yang telah mereka buat dengan bimbingan guru (experimenting). Perangkat eksperimen diletakkan di tempat yang mudah diamati setiap hari. Guru membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

3) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (Tahap 4)

Peserta didik dalam kelompok mengembangkan laporan hasil penelitian sesuai format yang sudah disepakati. Kelompok terpilih mempresentasikan hasil eksperimen (mengomunikasi). Setiap kelompok diberi waktu 10 menit. Kelompok lain menanggapi hasil presentasi dan guru memberikan umpan balik.

4) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Tahap 5)

a) Guru bersama peserta didik menganalisis dan mengevaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dipresentasikan setiap kelompok maupun terhadap seluruh aktivitas pembelajaran yang dilakukan.

b) Guru memberikan penguatan (mengasosiasi) terkait penguasaan pengetahuan atau konsep tertentu, misalnya dampak deterjen terhadap kehidupan organisme.

c. Penutup

Dengan bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan hasil diskusi. Guru dapat melakukan kegiatan pengayaan bagi peserta didik yang telah mencapai ketuntasan. Sebaliknya, guru dapat memberikan remidi bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan.

BACA SELENGKAPNYA »

Rabu, 09 Juli 2014

Langkah-Langkah Proses Belajar Mengajar

Langkah-langkah Proses Belajar Mengajar. Pada dasarnya, PBM diawali dengan aktivitas peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati. Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru. Proses tersebut dilakukan dalam tahapan-tahapan atau sintaks pembelajaran yang disajikan pada Tabel berikut. image

Sintaks atau Langkah-Langkah PBM

Tahap

Aktivitas Guru dan Peserta didik

Tahap 1

Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan

Tahap 2

Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.

Tahap 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.

Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan

(Sumber: Nur, M. 1998. Teori-teori Perkembangan. Surabaya: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.)

Tahapan-tahapan PBM yang dilaksanakan secara sistematis berpotensi dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan sekaligus dapat menguasai pengetahuan yang sesuai dengan kompetensi dasar tertentu. Tahapan-tahapan PBM tersebut dapat diintegrasikan dengan aktivitas-aktivitas pendekatan saintifik sesuai dengan karakteristik pembelajaran dalam Kurikulum 2013 sebagaimana tertera pada Permendikbud No. 81a Tahun 2013. Aktivitas-aktivitas tersebut adalah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperiman, mengasosiasikan/mengolah informasi, dan mengkomunikasikan.

BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 08 Juli 2014

Tujuan dan Prinsip Pembelajaran PBM

Tujuan PBM

Tujuan utama PBM bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri. PBM juga dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial peserta didik. Kemandirian belajar dan keterampilan sosial itu dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah. image

Prinsip-prinsip PBM

Prinsip utama PBM adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan.

Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik yang disesuaikan kompetensi dasar tertentu. Masalah itu bersifat terbuka (open-ended problem), yaitu masalah yang memiliki banyak jawaban atau strategi penyelesaian yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk mengidentifikasi strategi-strategi dan solusi-solusi tersebut. Masalah itu juga bersifat tidak terstruktur dengan baik (ill-structured) yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan cara menerapkan formula atau strategi tertentu, melainkan perlu informasi lebih lanjut untuk memahami serta perlu mengkombinasikan beberapa strategi atau bahkan mengkreasi strategi sendiri untuk menyelesaikannya.

Kurikulum 2013 menurut Permendikbud nomor 81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum, menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Di dalam PBM pusat pembelajaran adalah peserta didik (student-centered), sementara guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya secara berpasangan ataupun berkelompok (kolaborasi antar peserta didik)

BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 02 Juli 2013

Pengembangan Sistem Penilaian/Evaluasi belajar

Implementasi Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan membawa implikasi terhadap sistem penilaian, termasuk model dan teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas. Di dalam keputusan Mendiknas nomor 012/U/2002 tanggal 28 Januari 2002: tentang Jenis dan Bentuk Penilaian terutama BAB III Pasal 3 dinyatakan bahwa: (1) Jenis penilaian di sekolah terdiri atas Penilaian Kelas dan Ujian, (2) Selain jenis penilaian sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan penilaian Tes Kemampuan Dasar dan Penilaian Mutu Pendidikan, (3) Penilaian dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan atau praktik, pemberian tugas, dan kumpulan hasil kerja peserta didik atau yang disebut portofolio, dan (4) Penilaian Kelas dan Ujian meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Masalah penilaian ini dipertegas lagi dengan keputusan Mendiknas nomor 047/U/2002 tanggal 4 April 2002 tentang Ujian Akhir yang dinyatakan bahwa pelaksanaan kurikulum mengharuskan semua guru di sekolah untuk menerapkan sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Dengan sistem ini diharapkan penilaian dapat dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Penilaian tidak hanya menitikberatkan pada kemampuan kognitif saja akan tetapi juga mencakup ranah psikomotorik dan afektif. image

Penilaian kelas adalah penilaian yang dilakukan secara terpadu dengan proses pembelajaran, menggunakan multimetode, menyeluruh, berkesinambungan sehingga mampu mendorong peserta didik untuk lebih berprestasi. Penilaian kelas disebut juga penilaian otentik, penilaian alternatif, atau penilaian kinerja yang dilakukan secara menyeluruh yakni menyangkut seluruh ranah kemampuan dan berkesinambungan sehingga mampu mendorong peserta didik untuk lebih berprestasi. Pengertian penilaian alternatif adalah penilaian non-tradisional dan penilaian yang tidak sekedar mengandalkan paper and pencil test.

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

BACA SELENGKAPNYA »

Senin, 10 Juni 2013

Guru Sebagai evaluator (Evaluator of Student Learning)

Evaluasi sangat dibutuhkan dalam berbagai kegiatan kehidupan manusia sehari-hari, karena disadari atau tidak, sebenarnya evaluasi sudah sering dilakukan, baik untuk diri sendiri maupun kegiatan social lainnya. Hal ini dapat dilihat mulai dari berpakaian, setelah berpakaian ia sendiridihadapan kaca apakah penampilannya sudah wajar atau belum. image

Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik, tidak baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat, dll. Pentingnya diketahui hasil ini karena ia dapat menjadi salah satu patron bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajran yang dia lakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik. Artinya, apabila pembelajaran yang dilakukannya mencapai hasil yang baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran dan demikian pula sebaliknya.Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Dalam makalah ini hanya dibicarakan masalah konsep dasar evaluasi hasil belajar meskipun dalam pembicaraan tentang evaluasi hasil belajar ini juga disinggung masalah konsep dasar evaluasi pembelajaran. Hal ini tentu saja terjadi karena evaluasi belajar dan evaluasi pembelajaran menurut penulis tak dapat dipisahkan.

Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan, efektivitas, dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui kedudukan peserta dalam kelas atau kelompoknya. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya secara terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke waktu. Informasi yang telah diperoleh melalui informasi ini akan menjadi umpan balik terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian, proses pembelajaran akan terus-menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.

BACA SELENGKAPNYA »

Sabtu, 26 Mei 2012

Evaluasi Penilaian hasil belajar

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahp ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyu­sunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Setiap proses pembelajaran berlangsung, penting bagi seorang guru maupun peserta didik untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan tersebut. Hal ini hanya dapat diketahui jika guru melakukan evaluasi, baik evaluasi terhadap proses maupun produk pembelajaran. Evaluasi memiliki arti lebih luas daripada penilaian. Dengan kata lain di dalam evaluasi tercakup di dalamnya penilaian.

Siapapun yang melakukan tugas mengajar, perlu mengetahui akibat dari pekerjaan-nya. Pendidik harus mengetahui sejauhmana peserta didik telah menyerap dan menguasai materi yang telah diajarkan. Sebaliknya, peserta didik juga membutuhkan informasi tentang hasil pekerjaannya. Hal ini hanya dapat diketahui jika seorang pendidik (guru) melakukan evaluasi. Sebelum melakukan evaluasi, maka guru harus melakukan penilaian yang didahului dengan pengukuran.

Pengukuran hasil belajar adalah cara pengumpulan informasi yang hasilnya dapat dinyatakan dalam bentuk angka yang disebut skor. Penilaian hasil belajar adalah cara menginterpretasikan skor yang diperoleh dari pengukuran dengan mengubahnya menjadi nilai dengan prosedur tertentu dan menggunakannya untuk mengambil keputusan. Sebenar-nya penilaian hasil belajar sudah mencakup pengukuran hasil belajar, sehingga instrumen/ alat pengukuran sering disebut sebagai instrumen/alat penilaian.

Ada sebagian ahli pendidikan menyamakan arti evaluasi dengan penilaian, tetapi sesungguhnya evaluasi memiliki arti yang lebih luas, yaitu penggunaan hasil penilaian untuk mengambil keputusan, seperti untuk menentukan kelulusan, penempatan, penjurusan, dan perbaikan program. Evaluasi hasil belajar merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Jadi, evaluasi mencakup penilaian sekaligus pengukuran, namun alat evaluasi sering disebut juga alat penilaian. evaluasi pembelajaran

Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi/ penilaian hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).

PAN adalah cara penilaian yang tidak selalu tergantung pada jumlah so-al yang diberikan atau penilaian dimasudkan untuk mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas. Siswa yang paling besar skor yang didapat di kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan terting­gi di kelasnya.

Sedangkan PAP adalah cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh sis­wa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya berdasar­kan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa. Dalam PAP ada passing grade atau batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan batas lulus yang telah ditetapkan.

Pendekatan PAN dan PAP dapat dijadikan acuan untuk memberikan pe­nilaian dan memperbaiki sistem pembelajaran.

Kempuan lainnya yang perlu dikuasai guru pada kegiatan evaluasi/ pe­nilaian hasil belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi meliputi: tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Seorang guru dapat menentukan alat tes tersebut sesuai dengan materi yang disampaikan.

Bentuk tes tertulis yang banyak dipergunakan guru adalah ragam benar/ salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi, dan jawaban singkat.

Tes lisan adalah soal tes yang diajukan dalam bentuk pertanyaan lisan dan langsung dijawab oleh siswa secara lisan. Tes ini umumya ditujukan un­tuk mengulang atau mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya.

Tes perbuatan adalah tes yang dilakukan guru kepada siswa. Dalam hal ini siswa diminta melakukan atau memperagakan sesuatu perbuatan sesuai de­ngan materi yang telah diajarkan seperti pada mata pelajaran kesenian, kete­rampilan, olahraga, komputer, dan sebagainya.

Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat tes ini dapat di­gambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk alat-alat tes secara variatif, ka­rena alat-alat tes yang telah disusun pada dasarnya digunakan sebagai alat pe­nilaian hasil belajar.

Berikutnya adalah memilih bentuk soal, apakah soal objektif atau uraian, tergantung tujuan penilaian yang akan dilakukan. Soal objektif membuatnya lama, biasanya hanya mengukur aspek kognitif tingkat rendah, dan ada kemungkinan peserta didik menebak jawaban, namun kelebihannya mudah dan cepat mengoreksinya, mencakup banyak materi, dan objektivitas tinggi. Sedangkan soal uraian memiliki kelebihan dan kelemahan sebaliknya. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan jika guru akan membuat soal objektif maupun uraian, diantaranya:

a. Soal bentuk benar-salah

  • Diusahakan jumlah kunci jawaban B dan S seimbang (tidak harus sama).
  • Usahakan jumlahnya lebih dari 50 butir soal agar dapat memenuhi validitas isi.
  • Hindarkan pernyataan yang terlalu umum dan kompleks.
  • Hindarkan kata yang berarti tak tentu, seperti umumnya, biasanya, kebanyakan.

b. Soal bentuk menjodohkan

  • Jumlah butir alternatif jawaban dibuat lebih banyak.
  • Jumlah butir soal maksimal 5 dan jumlah butir alternatif jawaban maksimal 7.
  • Usahakan butir soal dan butir alternatif mengenai hal yang homogen.

c. Soal bentuk pilihan ganda

  • Memenuhi kualitas dari aspek konstruksi, seperti tidak menggunakan kalimat negatif (apalagi negatif ganda), pertanyaan harus tegas/tidak meragukan, tidak boleh menje-bak (misal memberi data yang sebenarnya tidak digunakan dalam perhitungan), dan butir soal tidak bergantung pada butir sebelumnya (merugikan siswa).
  • Memenuhi kualitas dari aspek bahasa, seperti kalimat yang komunikatif, tidak menimbulkan penafsiran ganda, menggunakan bahasa umum yang baku, dan meng-hindari penggunaan kata yang bermakna tidak tentu, misal kebanyakan, seringkali, kadang-kadang, pada umumnya.
  • Petunjuk tidak boleh menggunakan kata “paling benar”, karena soal objektif tidak mengenal gradasi kebenaran.
  • Kalimat soal (stem) lebih panjang daripada kalimat pada option.
  • Panjang option homogen.
  • Pola jawaban kunci tidak saistematis/teratur.

d. Soal uraian

Soal uraian dikatakan soal subjektif karena besar kemungkinan masuknya unsur pribadi dalam proses koreksi atau penilaian oleh berbagai sebab, seperti jawaban yang tidak tentu (terutama pertanyaan yang memerlukan penalaran dalam menjawab), faktor kenal peserta didik, tulisan, dan suasana hati. Oleh karena itu ketika kita memilih soal uraian, maka perlu mengetahui cara-cara untuk meminimalisir subjektivitas tersebut, diantaranya:

  • Dibuat pedoman penskoran. Penskoran dilakukan pada setiap langkah pengerjaan.
  • Bobot skor untuk setiap butir instrumen ditentukan berdasarkan tingkat kesulitan butir instrumen.
  • Soal yang teoretis ditetapkan kata kunci yang harus ada dalam jawaban peserta didik.
  • Mengoreksi nomor yang sama secara berurutan pada semua lembar jawaban.
  • Menyelesaikan koreksi dalam waktu yang sama atau berhenti mengoreksi pada nomor soal yang sama, karena suasana hati mempengaruhi hasil penilaian.
  • Menutup identitas.
  • Menghindari kata tanya “Menurut pendapat Anda”, “Apa yang Anda ketahui”, “Sejauh-mana”, “Bolehkah/Dapatkah”, jika tidak menginginkan pendapat peserta didik sendiri.

 

referensi :

  • Depdiknas. (1999). Pengelolaan Pengujian bagi Guru Mata Pelajaran. Jakarta: Depdiknas.
BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit