Tampilkan postingan dengan label kompetensi kurikulum 2013. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kompetensi kurikulum 2013. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 September 2014

KOMPETENSI GURU SMK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

TINJAUAN KOMPETENSI GURU SMK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Puji Lestari

STKIP GARUT, Jl. Pahlawan 32 Sukagalih Kab. Garut 44151;neng_nji@yahoo.com

Abstrak. Kurikulum 2013 telah mulai diberlakukan pada beberapa sekolah diwilayah Indonesia. SMK sebagai salah satu jenjang tingkat satuan pendidikan tidak luput sebagai sasaran implementasi kurikulum 2013 ini. Pada awal implementasi kurikulum 2013, beberapa hal penting yang terjadi di lapangan terkait pelaksanaannya mulai banyak bermunculan, baik dari segi positif maupun negatif. Kesiapan para guru sebagai implementator menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan instrument berupa kuesioner serta wawancara terbatas dengan pengambilan sampel secara purposive sampling di Kota Bandung dan Kabupaten Garut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketidaksiapan guru-guru SMK sebagai implementator, kandungan materi matematika, serta program keahlian yang berbeda-beda pada masing-masing rumpun baik Teknik maupun Non Teknik menjadi kendala utama dalam implementasi kurikulum 2013 di SMK.

Kata Kunci. SMK rumpun Teknik, SMK rumpun non Teknik, Kurikulum 2013

clip_image001

1 Pendahuluan

Kurikulum adalah alat atau sarana untuk mencapai tujuan pendidikan melalui proses pengajaran. Menurut UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam pandangan klasik, kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah.

Terkait dengan kurikulum 2013 yaitu kurikulum berbasis kompetensi, pemerintah mengembangkan kurikulum tersebut atas dasar 6 prinsip utama, yaitu standar kompetensi lulusan yang diturunkan dari kebutuhan; standar isi yang diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran; semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik; mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai; semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti; keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian (Nuh, 2013). Aplikasi yang taat akan keenam prinsip tersebut diharapkan menjadi hal yang essensial dalam pengembangan kurikulum 2013. Namun ada hal lain yang harus menjadi pertimbangan dalam reformasi pendidikan yang terjadi saat ini, diantaranya yaitu tantangan internal berupa 8 poin standar nasional pendidikan yaitu standar isi; standar (proses) penilaian; standar proses (pembelajaran); standar kompetensi lulusan; standar pendidik dan tenaga kependidikan; standar sarana dan prasarana; standar pembiayaan; dan standar pengelolaan (Sunendar, 2013). Karena apabila tantangan internal tersebut telah teratasi dengan baik maka implementasi kurikulum 2013 juga akan semakin mengarah pada target tujuan.

Dalam implementasi kurikulum 2013 yang telah berjalan saat ini, beberapa kendala mulai banyak ditemui di lapangan, diantaranya dari segi ketidaksiapan guru sebagai implementator di kelas. Ketidaksiapan tersebut mencakup bagaimana kompetensi guru yang ditunjuk menjadi guru sasaran dalam implementasi kurikulum 2013. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Terdapat 4 macam kompetensi utama yang harus dikuasai oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Semua kompetensi utama tersebut jelas sekali sangat berperan dalam keberhasilan seorang guru menjalankan profesinya.

Sebagai bagian dari kompetensi utama, kompetensi profesionalitas guru menjadi sorotan penting terutama bagi guru sasaran sebagai implementator di lapangan. Namun dengan masih adanya para guru sasaran yang memiliki rasa tidak siap terhadap dokumen kurikulum 2013 jelas akan menjadi kendala tercapainya keberhasilan kurikulum 2013. Untuk mengantisipasi hal ini pemerintah telah berusaha memberikan pelatihan-pelatihan yang bersifat kontinu kepada para guru baik guru inti maupun guru sasaran. Namun sampai sejauh ini pelatihan tersebut dirasa masih belum cukup untuk mampu memberikan bekal serta pengetahuan yang mumpuni kepada para guru. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meninjau kesiapan para guru terutama guru SMK dalam hal ini bagaimana kompetensi profesional mereka terhadap kurikulum 2013. Guru SMK menjadi pilihan utama dalam penelitian ini berdasarkan asumsi bahwa penyamaan materi matematika antara SMA maupun SMK dalam kurikulum 2013 ini akan menjadi sebuah tantangan baru bagi SMK. Bagaimanapun juga peran dari guru sebagai pendidik akan sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi kurikulum 2013 ini. Selain itu apabila seorang guru tidak punya sikap profesional maka murid yang di didik akan sulit untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan demikian kompetensi profesional guru sebagai pelaksana menjadi sorotan utama dalam makalah ini.

2 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan instrumen berupa kuesioner serta wawancara terbatas terhadap 7 orang guru SMKN baik pada rumpun teknik maupun non-teknik. Adapun pengambilan sampel sekolah tidak secara acak, namun berdasarkan pertimbangan tertentu (purposive sampling). Pertimbangan tersebut berdasarkan keterbatasan lokasi sekolah untuk daerah kota Bandung, serta keterbatasan SMKN yang mengimplementasikan kurikulum 2013 di kabupaten Garut. Untuk kota Bandung, dari 14 SMKN yang telah mengimplementasikan kurikulum 2013, hanya 3 SMKN yang dipilih sebagai sampel yaitu 2 SMKN rumpun teknik dan 1 SMKN rumpun non teknik. Sedangkan untuk kabupaten Garut, karena SMKN yang yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Garut untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 hanya 2 sekolah, maka peneliti mengambil 1 sampel SMKN dengan rumpun teknik juga non teknik.

3 Hasil

Untuk mengetahui bagaimana kompetensi profesional guru dalam implementasi kurikulum 2013, maka pernyataan dalam angket memuat tiga aspek, yaitu aspek data guru, aspek kompetensi guru, serta aspek implementasi di kelas. Ketiga aspek ini diharapkan dapat mewakili kompetensi profesionalitas guru. Berikut merupakan paparan secara deskriptif mengenai hasil angket serta wawancara singkat hasil dari penelitian.

3.1. Aspek Data Guru

Aspek data guru terbagi menjadi dua indikator, yaitu pengalaman mengajar di sekolah dan status guru dalam implementasi kurikulum 2013. Dan sebagai permulaan, dalam angket dikemukakan pertanyaan mengenai data guru terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kriteria guru yang dijadikan guru inti ataupun guru sasaran dalam implementasi kurikulum 2013. Untuk indikator yang pertama yaitu pengalaman mengajar di sekolah, berikut paparannya:

1. Guru sasaran ataupun guru inti yaitu guru dengan pengalaman mengajar selama 5-10 tahun yaitu sebanyak 57,14%;

2. Guru dengan pengalaman mengajar >10 tahun sebanyak 28,57%, dan

3. Guru sasaran dengan pengalaman mengajar <5 tahun yaitu 14,29%.

Seluruhnya mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Sedangkan untuk indikator status guru dalam implementasi kurikulum 2013, seluruhnya merupakan guru pada kelas yang mengimplementasikan kurikulum 2013, dan sebanyak 28.57% sekaligus merupakan guru inti. Namun untuk guru inti tidak sekaligus menjadi guru pendamping, karena berdasarkan aturan serta informasi, untuk dapat menjadi guru pendamping harus mengikuti seleksi kembali.

3.2. Aspek Kompetensi Guru

Aspek kompetensi guru, yang menjadi indikator adalah memahami dokumen kurikulum 2013. Indikator ini selanjutnya dapat berkembang kembali menjadi beberapa pernyataan. Secara umum guru yang telah memahami dengan baik dokumen kurikulum 2013 hanya sebesar 57,14%. Nilai ini mengindikasikan bahwa dari keseluruhan guru yang menjadi subjek hanya setengahnya yang baru memahami dokumen secara keseluruhan. Informasi mengenai dokumen kurikulum 2013 umumnya diperoleh melalui pelatihan implementasi kurikulum 2013. Namun ada beberapa temuan dan menjadi catatan dalam pelaksanaan pelatihan ini, diantaranya:

  1. Tidak semua guru mengikuti pelatihan, artinya masih ada guru sasaran yang tidak mengikuti pelatihan sama sekali namun tetap diberi wewenang untuk mengajar di kelas yang mengimplementasikan kurikulum 2013. Guru tersebut hanya memperoleh informasi dari guru inti di sekolahnya.
  2. Adanya perbedaan waktu pelatihan bagi guru sasaran, diantaranya ada yang mengikuti pelatihan selama 5 hari penuh, namun ada juga guru yang hanya diikutkan pelatihan beberapa hari dengan waktu pelatihan yang hanya beberapa jam saja, dan hal ini dirasa sangat tidak efektif.
  3. Berdasarkan hasil wawancara terbatas, diketahui bahwa beberapa fasilitator pelatihan tidak berlatar belakang matematika. Walaupun didampingi oleh fasilitator dengan latar belakang matematika, namun hal ini menjadi indikasi akan timbulnya permasalahan baru bagi para guru sasaran karena tutor dalam pelatihan bukan berlatar belakang matematika jelas tidak akan mampu memfasilitasi ataupun menjadi solutor bagi para guru sasaran yang masih kesulitan atau ingin bertanya terkait masalah teknis di kelas nanti.
  4. Materi dalam pelatihan dirasa masih kurang aplikatif terhadap materi yang harus disampaikan di kelas.

Untuk dapat memahami dokumen kurikulum 2013, juga ditinjau mengenai pertanyaan terkait kepemilikan buku guru, dan hasilnya menunjukkan bahwa umumnya guru sudah memiliki walaupun dalam format softcopy (terkecuali guru inti sudah memiliki buku copy-nya). Selanjutnya pertanyaan dikembangkan menjadi bagaimana para guru memahami isi dari buku guru tersebut, dan sebanyak 85,71% guru menjawab masih belum memahami dengan baik, dikarenakan materi terlalu banyak. Artinya para guru SMK baru memahami sebagian kandungan materi dalam buku, dan para guru merasa permasalahan dalam buku terlalu rumit terutama bagi siswa SMK.

Dari beberapa jawaban yang dikemukakan oleh para guru SMK terkait dokumen kurikulum 2013, ada beberapa hal yang menjadi kesulitan para guru dalam memahami dokumen, diantaranya:

  1. Kandungan materi SMK yang menjadi setara dengan SMA menyebabkan para guru SMK terutama rumpun non Teknik perlu waktu untuk memahami kembali materi yang selama ini tidak ada di SMK.
  2. Ada beberapa istilah yang digunakan dalam buku dirasa sulit dimengerti oleh para guru SMK.
  3. Ada beberapa sub materi, serta latihan soal yang tidak bertingkat sehingga sulit untuk diaplikasikan. Selain itu materi dalam buku dirasa tidak memenuhi empat prinsip yang mendasari penyajian urutan materi dalam kurikulum yaitu dari hal yang sederhana menuju hal yang lebih kompleks, pelajaran prasyarat, secara keseluruhan, kronologis atau kejadian.

Selanjutnya dikembangkan pertanyaan kepada para guru SMK terkait analisis kesesuaian antara buku guru dan buku ajar siswa, sebanyak 71,42% guru telah melakukannya karena merupakan menganalisa kesesuaian buku merupakan bagian dalam pelatihan implementasi kurikulum 2013 bagi para guru sasaran. Para guru menjelaskan bahwa antara buku guru dan buku siswa sudah sesuai namun masih banyak yang harus diperbaiki, di samping itu juga ada guru yang meminta modul penyetaraan lagi agar disesuaikan dengan kondisi siswa.

Untuk meninjau kompetensi guru terhadap pemahaman dokumen kurikulum 2013, diajukan pertanyaan terkait pendekatan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013. Pendekatan pembelajaran yang dimaksud adalah pendekatan scientific dengan 5 tahapan. Umumnya para guru SMK sudah mengetahui terkecuali bagi guru yang belum mengikuti pelatihan kurikulum 2013. Selanjutnya untuk model-model pembelajaran, umumnya seluruh guru sasaran sudah mengetahui model-model tersebut seperti Project Based Learning, Problem Based Learning, Discovery Learning dsb. Begitu pula dengan konsep penilaian, umumnya para guru sudah mengetahui mengenai konsep penilaian yang terdapat pada kurikulum 2013. Selanjutnya mengenai RPP serta pemanfaatan media dalam pembelajaran, umumnya para guru juga sudah mengetahui. Artinya paradigma perubahan pola pikir dari kurikulum terdahulu ke Kurikulum 2013, para guru sasaran secara umum sudah mengetahuinya. Namun bagaimana implementasi kurikulum 2013 di kelas selanjutnya akan dibahas.

3.3. Aspek Implementasi Pembelajaran di Kelas

Untuk aspek implementasi pembelajaran di kelas, indikator yang diukur adalah mengimplementasikan isi dokumen kurikulum 2013 ke dalam proses pembelajaran. Hal ini juga berkembang menjadi beberapa pertanyaan terkait pelaksanaannya secara teknis di kelas. Ketika para guru SMK kedua rumpun ditanya bagaimana pelaksanaan tahap-tahap scientific di kelas, jawaban yang didapat menyebutkan bahwa mereka belum dapat mengaplikasikan keseluruhan tahapan scientific tersebut di kelas. Pelaksanaan tahapan-tahapan scientific masih dirasa sulit bagi para guru SMK. Adapun 5 tahapan scientific yang dimaksud adalah Mengamati fakta (matematika), Menanya (perwujudan dari berfikir divergen), Menalar (menentukan/menemukan solusi selanjutnya), Mencoba serta Menyimpulkan (mengaitkan dengan konsep lain).

Kesulitan yang dihadapi oleh guru SMK rumpun Teknik dan non Teknik ternyata berbeda. Bagi para guru SMK rumpun Teknik, tahapan yang dianggap sulit adalah mulai dari tahapan 2 hingga tahapan 5. Tahapan dua yaitu bagaimana memancing siswa untuk bertanya dianggap sulit dikarenakan kemampuan siswa SMK yang heterogen, sehingga dalam hal pemahaman konsep dasar serta mengubah paradigma berpikir siswa itu memakan waktu banyak.

Sedangkan untuk guru SMK rumpun non-Teknik mereka merasa kesulitan pelaksanaan tahapan scientific mulai dari tahap 1. Untuk tahapan mengamati fakta, guru merasa kesulitan dikarenakan para guru belum sepenuhnya mengetahui fakta-fakta dalam kehidupan sehari-hari yang terkait langsung dengan konsep-konsep matematika, terutama konsep-konsep matematika yang selama ini tidak pelajari oleh siswa SMK non-Teknik, sehingga dalam tahap ini guru merasa kesulitan. Penyebab lainnya adalah guru kesulitan mengaitkan fakta dilapangan terutama yang terkait dengan masing-masing program keahlian siswa SMK rumpun non-Teknik yang dapat memancing siswa untuk bertanya dan bernalar, karena aplikasi materi matematika untuk SMK rumpun non-Teknik sangat terbatas sekali. Intinya tidak semua materi matematika aplikatif dengan program keahlian siswa. Selain itu sangat sulit untuk menggali keingintauan siswa karena siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran metode ceramah, sehingga pada langkah ke-2 untuk mengajarkan konsep menjadi sangat lambat dan jelas berpengaruh pada waktu pembelajaran yang juga terbatas. Akibatnya target sasaran waktu untuk tiap bab menjadi tidak tepat. Begitu pula pada tahap menyimpulkan dan mengkomunikasikan, siswa SMK masih belum mampu menyimpulkan dengan baik dan ketika proses mengkomunikasikan hasil diskusinya, penjelasan siswa masih belum bisa dimengerti oleh temannya yang lainnya.

Untuk aplikasi model-model pembelajaran yang sudah diketahui, umumnya para guru belum menggunakan model tersebut dengan alasan karakteristik siswa, kondisi kelas serta kajian materi yang sedang dibahas. Kesulitan utama yang mereka hadapi adalah bagaimana membuat permasalahan yang sesuai dengan karakteristik siswa pada masing-masing program keahlian. Selain itu juga input siswa SMK sendiri menjadi penghambat para guru, serta daya serap siswa pada masing-masing program keahlian yang berbeda.

Untuk konsep penilaian, para guru mengapresiasi dengan sangat baik bahkan sudah menerapkannya. Para guru sudah melakukan penilaian secara komprehensif. Sedangkan untuk RPP serta pemanfaatan media pembelajaran, pada umumnya mereka sudah membuat RPP namun sulit sekali mengaplikasikan RPP yang ideal dengan pelaksanaannya di kelas, sehingga seringkali pembelajaran yang dilaksanakan di kelas tidak sesuai dengan RPP, karena semuanya bergantung pada kondisi kelas serta materi yang diajarkan. Berbeda dengan pemanfaatan media pembelajaran, karena masing-masing sekolah memiliki sarana teknologi yang berbeda, maka jelas saja pemanfataannya bergantung pada sarana yang tersedia. Untuk beberapa sekolah, pemanfaatan media berupa powerpoint sudah bisa diaplikasikan dengan baik, sedangkan bagi sekolah yang sarana medianya terbatas masih belum dapat memanfaatkan secara maksimal.

Selain yang termasuk ketiga aspek diatas, dalam angket juga dilontarkan pertanyaan terkait materi pelajaran matematika untuk SMK baik rumpun Teknik dan non-Teknik, ada beberapa temuan hasil dari wawancara:

  1. Perubahan kandungan materi matematika dari KTSP yang disesuaikan dengan rumpun di SMK menjadi 12 bab yang sifatnya pembelajaran terputus, menjadi kesulitan utama dalam implementasi di kelas. Untuk SMK rumpun non-Teknik, para guru kesulitan dalam mengejar bab yang menjadi target, sementara siswa pun sulit memahami dengan cepat materi-materi tersebut. Namun hal serupa juga diungkapkan oleh guru SMK rumpun Teknik. Terutama karena kualitas input siswa yang berbeda di setiap program keahlian menjadi kendala utama dalam penyamarataan pemahaman konsep dasar.
  2. Permasalahan yang ada di buku dirasa rumit bagi siswa SMK serta kurang aplikatif dalam mendukung mata pelajaran produktif mereka. Sehingga para guru SMK merasa kesulitan dalam mengaitkan materi dengan program keahlian siswa.
  3. Untuk masalah konten, para guru juga menyatakan bahwa materi dalam tiap bab tidak jelas batasannya terutama untuk materi yang nantinya diulang kembali pada jenjang berikutnya, hal ini juga menjadi masalah karena selama ini siswa SMK terbiasa belajar tuntas.
  4. Adanya penghilangan materi-materi dasar yang esensial dan sangat aplikatif sekali terhadap program keahlian di SMK seperti materi perbandingan serta aproksimasi, menjadi salah satu bukti bahwa matematika sebagai mata pelajaran adaptif di SMK yang seharusnya merupakan penunjang bagi mata pelajaran produktif sudah tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di SMK.

4 Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan pemaparan secara deskriptif hasil angket serta wawancara terbatas terhadap guru sasaran implementasi kurikulum 2013, ada beberapa hal penting yang penulis simpulkan terkait tinjauan kompetensi guru SMK dalam kurikulum 2013.

  1. Pemilihan guru sasaran sudah tepat berdasarkan pengalaman mengajar serta kualifikasi pendidikan.
  2. Pembekalan pemahaman guru SMK mengenai kurikulum 2013 yang diselenggarakan melalui pelatihan masih dirasa belum cukup untuk memberikan pemahaman secara komprehensif, sehingga dirasa perlu ada pelatihan terus menerus yang berkelanjutan dengan materi pelatihan yang memang fokus terhadap materi pelajaran serta gambaran aplikatifnya terhadap program keahlian di SMK.
  3. Kandungan materi merupakan faktor utama kesulitan guru-guru SMK dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di kelas, karena selain para guru harus mampu mengaitkan materi-materi dalam pelajaran matematika dengan program keahlian yang berbeda-beda, mereka juga dituntut untuk dapat mencapai target materi yang harus terpenuhi. Hal ini merupakan suatu tantangan tersendiri mengingat kemampuan siswa untuk masing-masing program keahlian adalah berbeda.

Sedangkan yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah:

  1. Untuk kandungan materi matematika, penyamarataan antara SMA dan SMK merupakan suatu persoalan baru walaupun jika kita menilik dari segi tujuan kurikulum 2013 itu diantaranya kompetensi yang ingin diharapkan adalah kompetensi yang berimbang antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. Namun tujuan ini berlaku umum sedangkan jika menilik dari tujuan serta fungsi dari mata pelajaran matematika di SMK yaitu sebagai mata pelajaran adaptif yang berfungsi untuk mendukung mata pelajaran produktif, hal ini menjadi sesuatu yang tidak relevan. Sebaiknya kandungan materi matematika di SMK dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa agar mereka dapat berkembang secara optimal dan dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Untuk mencapai kompetensi tersebut, materi-materi dalam kurikulum matematika dipilih dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam dunia kerja yang akan dimasuki oleh siswa kelak serta dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Adanya batasan yang jelas mengenai materi matematika terutama untuk materi-materi yang diulang kembali pada jenjang berikutnya, karena pembelajaran yang terputus-putus akan sangat membingungkan terutama siswa SMK yang selama ini terbiasa belajar secara tuntas.
  3. Karena tuntutan kompetensi guru dalam kurikulum 2013 ini adalah guru yang mampu memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran, maka ada baiknya sarana serta prasarana teknologi sebagai media pembelajaran perlu ditingkatkan.

5 Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Prof. Tatang Herman sebagai dosen yang telah banyak memberikan masukan dalam penyusunan makalah ini, serta kepada para guru SMKN di Bandung maupun di kabupaten Garut yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

Daftar Pustaka

[1] Hasan, H.S. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Kerjasama SPs UPI & Rosdakarya. (2009)

[2] Lestari, P. Peningkatan Kemampuan Pemahaman serta Koneksi Matematis Siswa SMK melalui Pembelajaran Kontekstual. Tesis UPI: Tidak dipublikasikan. (2009).

[3] Nuh, M. Materi Pelatihan Guru: Implementasi Kurikulum 2013 SMA Matematika. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013).

[4] Sunendar, T. Kerangka dan Satuan Kurikulum 2013. Tersedia: www.lpmpjabar.go.id [24 september 2013].

BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 04 Juni 2013

Kompetensi Inti SMA MA Kurikulum 2013

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu

kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat. image

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).

Kompetensi Inti SMA/MA adalah sebagai berikut:

 

KOMPETENSI INTI

 

KOMPETENSI INTI

 

KOMPETENSI INTI

 

KELAS X

 

KELAS XI

 

KELAS XII

           

1.

Menghayati dan

1.

Menghayati dan

1.

Menghayati dan

 

mengamalkan ajaran

 

mengamalkan ajaran

 

mengamalkan ajaran

 

agama yang dianutnya

 

agama yang dianutnya

 

agama yang dianutnya

2.

Menghayati dan

2.

Menghayati dan

2.

Menghayati dan

 

mengamalkan perilaku

 

mengamalkan perilaku

 

mengamalkan perilaku

 

jujur, disiplin,

 

jujur, disiplin,

 

jujur, disiplin,

 

tanggungjawab, peduli

 

tanggungjawab, peduli

 

tanggungjawab, peduli

 

(gotong royong, kerjasama,

 

(gotong royong, kerjasama,

 

(gotong royong, kerjasama,

 

toleran, damai), santun,

 

toleran, damai), santun,

 

toleran, damai), santun,

 

responsif dan pro-aktif dan

 

responsif dan pro-aktif dan

 

responsif dan pro-aktif dan

 

menunjukkan sikap sebagai

 

menunjukkan sikap sebagai

 

menunjukkan sikap sebagai

 

bagian dari solusi atas

 

bagian dari solusi atas

 

bagian dari solusi atas

 

berbagai permasalahan

 

berbagai permasalahan

 

berbagai permasalahan

 

dalam berinteraksi secara

 

dalam berinteraksi secara

 

dalam berinteraksi secara

 

efektif dengan lingkungan

 

efektif dengan lingkungan

 

efektif dengan lingkungan

 

sosial dan alam serta dalam

 

sosial dan alam serta dalam

 

sosial dan alam serta dalam

 

menempatkan diri sebagai

 

menempatkan diri sebagai

 

menempatkan diri sebagai

 

cerminan bangsa dalam

 

cerminan bangsa dalam

 

cerminan bangsa dalam

 

pergaulan dunia.

 

pergaulan dunia

 

pergaulan dunia

3.

Memahami , menerapkan,

3.

Memahami, menerapkan,

3.

Memahami, menerapkan,

 

menganalisis pengetahuan

 

dan menganalisis

 

menganalisis dan

 

faktual, konseptual,

 

pengetahuan faktual,

 

mengevaluasi pengetahuan

 

prosedural berdasarkan

 

konseptual, prosedural, dan

 

faktual, konseptual,

 

rasa ingintahunya tentang

 

metakognitif berdasarkan

 

prosedural, dan

 

ilmu pengetahuan,

 

rasa ingin tahunya tentang

 

metakognitif berdasarkan

 

teknologi, seni, budaya,

 

ilmu pengetahuan,

 

rasa ingin tahunya tentang

 

dan humaniora dengan

 

teknologi, seni, budaya,

 

ilmu pengetahuan,

 

wawasan kemanusiaan,

 

dan humaniora dengan

 

teknologi, seni, budaya,

 

kebangsaan, kenegaraan,

 

wawasan kemanusiaan,

 

dan humaniora dengan

 

dan peradaban terkait

 

kebangsaan, kenegaraan,

 

wawasan kemanusiaan,

 

penyebab fenomena dan

 

dan peradaban terkait

 

kebangsaan, kenegaraan,

 

kejadian, serta menerapkan

 

penyebab fenomena dan

 

dan peradaban terkait

 

pengetahuan prosedural

 

kejadian, serta menerapkan

 

penyebab fenomena dan

 

pada bidang kajian yang

 

pengetahuan prosedural

 

kejadian, serta menerapkan

 

spesifik sesuai dengan

 

pada bidang kajian yang

 

pengetahuan prosedural

 

bakat dan minatnya untuk

 

spesifik sesuai dengan

 

pada bidang kajian yang

 

memecahkan masalah

 

bakat dan minatnya untuk

 

spesifik sesuai dengan

     

memecahkan masalah

 

bakat dan minatnya untuk

         

memecahkan masalah

4.

Mengolah, menalar, dan

4.

Mengolah, menalar, dan

4.

Mengolah, menalar,

 

menyaji dalam ranah

 

menyaji dalam ranah

 

menyaji, dan mencipta

 

konkret dan ranah abstrak

 

konkret dan ranah abstrak

 

dalam ranah konkret dan

 

terkait dengan

 

terkait dengan

 

ranah abstrak terkait

 

pengembangan dari yang

 

pengembangan dari yang

 

dengan pengembangan dari

 

dipelajarinya di sekolah

 

dipelajarinya di sekolah

 

yang dipelajarinya di

 

secara mandiri, dan mampu

 

secara mandiri, bertindak

 

sekolah secara mandiri

 

menggunakan metoda

 

secara efektif dan kreatif,

 

serta bertindak secara

 

sesuai kaidah keilmuan

 

serta mampu menggunakan

 

efektif dan kreatif, dan

     

metoda sesuai kaidah

 

mampu menggunakan

     

keilmuan

 

metoda sesuai kaidah

         

keilmuan

BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 14 Mei 2013

Kompetensi Dasar kurikulum 2013 SMA MA

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada Kompetensi Inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme.

image

Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi sosial, progresifisme atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi, maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme.

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang merupakan satu kesatuan ide masing-masing mata pelajaran mencakup: (1) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelompok Mata Pelajaran Wajib, (2) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, (3) Kelompok Inti dan Kompetensi Dasar Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, dan Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa.dan Budaya dimuat dalam tabel-tabel berikut ini:

BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit