Tampilkan postingan dengan label kurikulum sma. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kurikulum sma. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 29 Juni 2013

Kelompok Mata Pelajaran Peminatan Kurikulum2013 SMA/MA

Kelompok mata pelajaran peminatan bertujuan (1) untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan minatnya dalam sekelompok mata pelajaran sesuai dengan minat keilmuannya di perguruan tinggi, dan (2) untuk mengembangkan minatnya terhadap suatu disiplin ilmu atau keterampilan tertentu.

Struktur mata pelajaran peminatan dalam kurikulum SMA/MA adalah sebagai berikut:

image

BACA SELENGKAPNYA »

Sabtu, 22 Juni 2013

Kurikulum 2013 SMA Kelompok Mata Pelajaran Wajib

Struktur kelompok mata pelajaran wajib dalam kurikulum SMA/MA adalah sebagai berikut:

image

Keterangan:

Mata pelajaran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah

BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 04 Juni 2013

Kompetensi Inti SMA MA Kurikulum 2013

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu

kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat. image

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).

Kompetensi Inti SMA/MA adalah sebagai berikut:

 

KOMPETENSI INTI

 

KOMPETENSI INTI

 

KOMPETENSI INTI

 

KELAS X

 

KELAS XI

 

KELAS XII

           

1.

Menghayati dan

1.

Menghayati dan

1.

Menghayati dan

 

mengamalkan ajaran

 

mengamalkan ajaran

 

mengamalkan ajaran

 

agama yang dianutnya

 

agama yang dianutnya

 

agama yang dianutnya

2.

Menghayati dan

2.

Menghayati dan

2.

Menghayati dan

 

mengamalkan perilaku

 

mengamalkan perilaku

 

mengamalkan perilaku

 

jujur, disiplin,

 

jujur, disiplin,

 

jujur, disiplin,

 

tanggungjawab, peduli

 

tanggungjawab, peduli

 

tanggungjawab, peduli

 

(gotong royong, kerjasama,

 

(gotong royong, kerjasama,

 

(gotong royong, kerjasama,

 

toleran, damai), santun,

 

toleran, damai), santun,

 

toleran, damai), santun,

 

responsif dan pro-aktif dan

 

responsif dan pro-aktif dan

 

responsif dan pro-aktif dan

 

menunjukkan sikap sebagai

 

menunjukkan sikap sebagai

 

menunjukkan sikap sebagai

 

bagian dari solusi atas

 

bagian dari solusi atas

 

bagian dari solusi atas

 

berbagai permasalahan

 

berbagai permasalahan

 

berbagai permasalahan

 

dalam berinteraksi secara

 

dalam berinteraksi secara

 

dalam berinteraksi secara

 

efektif dengan lingkungan

 

efektif dengan lingkungan

 

efektif dengan lingkungan

 

sosial dan alam serta dalam

 

sosial dan alam serta dalam

 

sosial dan alam serta dalam

 

menempatkan diri sebagai

 

menempatkan diri sebagai

 

menempatkan diri sebagai

 

cerminan bangsa dalam

 

cerminan bangsa dalam

 

cerminan bangsa dalam

 

pergaulan dunia.

 

pergaulan dunia

 

pergaulan dunia

3.

Memahami , menerapkan,

3.

Memahami, menerapkan,

3.

Memahami, menerapkan,

 

menganalisis pengetahuan

 

dan menganalisis

 

menganalisis dan

 

faktual, konseptual,

 

pengetahuan faktual,

 

mengevaluasi pengetahuan

 

prosedural berdasarkan

 

konseptual, prosedural, dan

 

faktual, konseptual,

 

rasa ingintahunya tentang

 

metakognitif berdasarkan

 

prosedural, dan

 

ilmu pengetahuan,

 

rasa ingin tahunya tentang

 

metakognitif berdasarkan

 

teknologi, seni, budaya,

 

ilmu pengetahuan,

 

rasa ingin tahunya tentang

 

dan humaniora dengan

 

teknologi, seni, budaya,

 

ilmu pengetahuan,

 

wawasan kemanusiaan,

 

dan humaniora dengan

 

teknologi, seni, budaya,

 

kebangsaan, kenegaraan,

 

wawasan kemanusiaan,

 

dan humaniora dengan

 

dan peradaban terkait

 

kebangsaan, kenegaraan,

 

wawasan kemanusiaan,

 

penyebab fenomena dan

 

dan peradaban terkait

 

kebangsaan, kenegaraan,

 

kejadian, serta menerapkan

 

penyebab fenomena dan

 

dan peradaban terkait

 

pengetahuan prosedural

 

kejadian, serta menerapkan

 

penyebab fenomena dan

 

pada bidang kajian yang

 

pengetahuan prosedural

 

kejadian, serta menerapkan

 

spesifik sesuai dengan

 

pada bidang kajian yang

 

pengetahuan prosedural

 

bakat dan minatnya untuk

 

spesifik sesuai dengan

 

pada bidang kajian yang

 

memecahkan masalah

 

bakat dan minatnya untuk

 

spesifik sesuai dengan

     

memecahkan masalah

 

bakat dan minatnya untuk

         

memecahkan masalah

4.

Mengolah, menalar, dan

4.

Mengolah, menalar, dan

4.

Mengolah, menalar,

 

menyaji dalam ranah

 

menyaji dalam ranah

 

menyaji, dan mencipta

 

konkret dan ranah abstrak

 

konkret dan ranah abstrak

 

dalam ranah konkret dan

 

terkait dengan

 

terkait dengan

 

ranah abstrak terkait

 

pengembangan dari yang

 

pengembangan dari yang

 

dengan pengembangan dari

 

dipelajarinya di sekolah

 

dipelajarinya di sekolah

 

yang dipelajarinya di

 

secara mandiri, dan mampu

 

secara mandiri, bertindak

 

sekolah secara mandiri

 

menggunakan metoda

 

secara efektif dan kreatif,

 

serta bertindak secara

 

sesuai kaidah keilmuan

 

serta mampu menggunakan

 

efektif dan kreatif, dan

     

metoda sesuai kaidah

 

mampu menggunakan

     

keilmuan

 

metoda sesuai kaidah

         

keilmuan

BACA SELENGKAPNYA »

Sabtu, 01 Juni 2013

Beban Belajar kurikulum 2013 SMA/MA

Dalam struktur kurikulum SMA/MA ada penambahan jam belajar per minggu sebesar 4-6 jam sehingga untuk kelas X bertambah dari 38 jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk kelas XI dan XII bertambah dari 38 jam menjadi 44 jam belajar. Sedangkan lama belajar untuk setiap jam belajar adalah 45 menit. image

Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif belajar. Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk melakukan mengamati, menanya, mengasosiasi, dan berkomunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu respon peserta didik karena mereka belum terbiasa. Selain itu bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.

BACA SELENGKAPNYA »

Jumat, 31 Mei 2013

Daftar Nama Narasumber dan Instruktur Nasional Kurikulum 2013

Daftar Nama Instruktur Nasional

Jenjang

Bidang

Nama Instruktur Nasional

SD

Tematik

Ana Lisdian, M.Pd

Dr Indrawati

Suharto

Erly Tjahya

Supinah

Sri Wulandari D.

Dyah Sri Wilujeng, M.Pd

Dr. Ari

Supraptiningsih, M.Ed

Dra. Evi Dihanti, M.Pd

Slamet Supriyadi, M.Ed

Drs. Agus Mulyadi, M.Pd

Ni Wayan Suwithi

Dra. Endang Prabandari, M.Pd

Dr. Sri Handayani, M.Pd

Penjasorkes

Dewi Setiyawati

Dwi Cahyo Widodo

Imam Zulkarnaen

SMP

Bahasa Indonesia

Dr. Ai Sofiyanti, M.Pd

Ririk Ratnasari, M.Pd

Endang Kurniawan, M.Pd

Dr. Rahmat, M.Pd

Matematika

Sri Wardhani

Rachmadi W.

Adi Wijaya

IPA

Dr. Poppy Kamalia Devi

Dra. Sri Laksmi

Anny Suahaeni, S.Si, M.Si

Dra. Shrie Laksmi Saraswati, M.Pd

Agus Sukoco, M.Pd

Drs. Manhuri, M.Si

IPS

Slamet Supriyadi, M.Ed

Hari

Detty

Seni Budaya

Suratmi Eka Kapti

Bahasa Inggris

Dr. Widiatmoko

Indriyati, MTrain Dev

Taufik Nugroho, M.Hum

Darwis, S.Pd, M.Pd

Penjasorkes

Adrian

Suhardi

Hamdillah

Prakarya

Taufik Eko Yanto

SMA

Bahasa Indonesia

Dr. Agus Supriatna, M.Pd

Farida Ariani, M.Pd

Elina Syarif, M.Pd

Hari Wibowo, M.Pd

Matematika

Drs. Mudini

Sigit Triguntoro

Sumardyono

Untung Trisna

Fadjar Shadiq

Markaban

Suminarsih

Dr. Tita Lestari, M.Pd

Sejarah

Ni Wayan Suwithi

 
Selengkapnya silahkan lihat di http://kurikulum.kemdikbud.go.id/instruktur
 
image
BACA SELENGKAPNYA »

Sistem Elektronik Pemantauan Implementasi Kurikulum 2013 SEPIK

SEPIK adalah Sistem Elektronik Pemantauan Implementasi Kurikulum. Sistem ini dikelola oleh Unit Implementasi Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Fungsi utama SEPIK adalah :

  1. Menampilkan Informasi untuk Publik secara detil mengenai 6.325 Sekolah Sasaran, 74.289 PTK Sasaran, Jadwal dan Lokasi Pelatihan di 6 Region dan 31 LPMP.
  2. Memantau Status Distribusi Paket Buku ke LPMP dan sekolah sasaran Kurikulum 2013 sebagai e-livereport.
  3. Memantau Status Keterlaksanaan Pelatihan Instruktur Nasional, PTK Inti dan PTK Sasaran di LPMP sebagai e-livereport.

SEPIK dioperasikan oleh 7 Kelompok Operator sebagaimana gambar berikut:

clip_image002

SEPIK berada di server fasilitas awan (Clouds) Jardiknas Pustekkom dengan nama sub-domain kurikulum.kemdikbud.go.id. SEPIK dapat diakses oleh kelompok operator dengan tingkat dan hak akses (Privilage) yang telah diatur oleh Administrator. silahkan diakses di http://kurikulum.kemdikbud.go.id

BACA SELENGKAPNYA »

Kamis, 30 Mei 2013

STRUKTUR KURIKULUM 2013 SMA/MA

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap peserta didik. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester. image

Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Lebih lanjut, struktur kurikulum menggambarkan posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada peserta untuk menentukan berbagai pilihan.

Struktur kurikulum SMA/MA terdiri atas:

- Kelompok mata pelajaran wajib yang diikuti oleh seluruh peserta didik

- Kelompok mata pelajaran peminatan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

- Untuk MA dapat menambah dengan mata pelajaran kelompok peminatan keagamaan.

BACA SELENGKAPNYA »

Kamis, 11 April 2013

Landasan Kurikulum Pendidikan

Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia. image

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi..Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan tersebut.

1. Landasan Filosofis

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran-aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.

a. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

b. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.

c. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?

d. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.

e. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.

Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.

2. Landasan Psikologis

Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.

Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori psikologi yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan “karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi“.

Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu:

a. motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.

b. bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi.

c. konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang;

d. pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan

e. keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.

Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.

Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2002) menyoroti tentang aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik, Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu: (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3) perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan dan perkembangan kognitif.

3. Landasan Sosial-Budaya

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.

Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.

Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki system sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.

Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang. Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.

Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasawarsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.

Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian..

Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.

BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit