Tampilkan postingan dengan label pengertian belajar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pengertian belajar. Tampilkan semua postingan

Minggu, 25 Agustus 2013

ASUMSI MENGENAI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai asumsi tentang belajar dan pembelajaran, perlu ditegaskan sekali lagi bahwa andragogi didasdarkan pada sedikitnya empat asumsi tentang karakteristik warga belajar yang berbeda dari asumsi yang didasari paedagogik.
Asumsi ini ialah bahwa ketika individu menjadi dewasa :
1.    Konsep diri mereka bergerak dari seseorang dengan pribadi yang tergantung kepada orang lain kearah menjadi seseorang yang mampu mengarahkan diri sendiri.
2.    Mereka telah mengumpulkan segudang pengalaman yang selalu bertambah yang menjadi sumber belajar yang semakin kaya.
3.    Kesiapan belajar mereka menjadi semakin berorientasi kepada t8ugas-tugas perkembangan dari peranan sosial mereka. Menurut Robert J. Havigust peranan sosial pada masa dewasa adalah sebagai pekerja, kawan, orang tua, kepala rumah tangga, anak dari orang tua yang sudah berumur, warga negara, organisasi, kawan sekerja, agam keagamaan dan pemakai waktu luang.
4.    Perspektif waktu mereka berubah dari penerapan yang tidak seketika dari pengalaman yang mereka peroleh kepada penerapan yang segera, dan sesuai dengan itu orientasi belajar merkea bergeser dari yang berpusat pada mata pelajaran kepada yang berpusat pada masalah. image

Menurut Knowles, pendekatan yang bersifat andragogi dalam proses belajar mengajar, didasarkan kepada tiga tambahan asumsi sebagai berikut :

  1. Adults can learn (Orang dewasa dapat belajar)

Semula ada anggapan yang didasarkan pada laporan Thorndike yang menyatakan bahwa kemampuan untuk belajar seseorang menurun secara perlahan sesudah umur 20 tahun. Tetapi hasil studi yang dikemukakan oleh Irving Lorge menyatakan bahwa menurunnya itu hanya dalam kecepatan belajarnya dan bukan dalam kekuatan inteleknya.

Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa dasar kemampuan untuk belajar masih tetap ada sepanjang hidup orang tersebut, dan oleh karena itu apabila sesorang tidak menamplikan kemampuan belajar yang sebenarnya, hal ini disebabkan karena berbagai faktor seperti orang tersebut sudah lama meninggalkan cara belajar yang sistematik atau karena adanya perubahan-perubahan faktor fisiologik seperti menurunnya pendengaran, penglihatan dan tenaganya.

  1. Learning is an internal process (Belajar adalan suatu proses dari dalam)

Ada pandangan yang menyatakan bahwa pendidikan sebagai informasi yang dirtransmisikan dan melihat belajar sebagai suatu proses intelektual dalam menyimpan fakta-fakta. Asumsi yang tersembunyi dari pandangan ini adalah bahwa belajar dipandang sebagai proses yang bersifat ekstrenal, dalam arti peserta didik terutama ditentukan oleh kekuatan-kakuatan dari luar. Seperti guru yang terampil dan bahan bacaan yang bagus.

Pandangan di atas tidak seluruhnya benar. Pandangan baru menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses dari dalam yang dikontrol langsung oleh peserta sendiri serta melibatkan dirinya, termasuk fungsi intelek , emosi dan fisiknya. Belajar secara psikologis dipandang sebagai suatu proses pemenuhan kebutuhan dan tujuan. Ini berarti peserta merasakan adanya kebutuhan untuk melihat tujuan pribadi akan dapat tercapai dengan bantuan belajar.

Implikasi dari belajar mengajar orang dewasa dengan melihat belajar jadi proses dari dalam adalah metode atau teknik belajar yang melibatkan peserta secara mendalam akan menghasilkan belajar yang paling kuat. Prinsip pelibatan peserta secara aktif (partisipatif) dalam proses belajar merupakan inti dalam proses andragogik.

  1. Conditions of learning and principles of teaching (Kondisi-kondisi belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran)

Ada beberapa kondisi belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang perlu dianut dalam proses pembelajaran yang bersifat andragogik. Kondisi belajar dan prinsip pembelajaran tersebut oleh Knowles dalam tabel berikut :

 

Kondisi-kondisi Belajar

Prinsip-prinsip Pembelajaran

Peserta merasakan kebutuhan untuk belajar.

 

1.      Fasilitator memperlihatkan kepada peserta kemungkinan-kemungkinan baru untuk pemenuhan kebutuhan diri.

2.      Fasilitator membantu setiap peserta untuk meperjelas aspirasinya untuk peningkatan diri.

3.      Fasilitator membantu peserta mendiagnosa jarak antara aspirasinya dengan tingkat penampilan sekarang.

4.      Fasilitator membantu peserta mengidentifikasi masalah-masalah kehidupan yang mjereka alami karena kekurangan-kekurangan dalam kelengkapan-kelengkapan pribadi mereka.

Lingkungan belajar ditandai oleh keadaan fisik yang menyenangkan, saling percaya dan menghormati, saling membantu, kebebasan mengemukakan pendapat dan penerimaan adanya perbedaan.

5.      fasilitator menyiapkan kondisi fisik yang nyaman (seperti tempat duduk,tempat merokok, suhu, ventilasi, pencahayaan, dekorasi), dan kondusif untuk interaksi (sebaiknya tidak seorangpun duudk di belakang orang lain).

6.      Fasilitator memandang bahwa setiap peserta sebagai pribadi yang dihargai dan menghormati perasaan dan gagasan-gagasannya.

7.      Fasilitator berusaha membangun hubungan saling percaya dan membantu diantara peserta dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan kerja sama.

8.      Fasilitator menyatakan perasaan-perasaannya dan menyumbangkan sumber pengetahuannya selaku sejawat peserta dalam semangat saling belajar.

Peserta memandang tujuan-tujuan suatu pengalaman belajar sebagai tujuan mereka sendiri.

9.      Fasilitator melibatkan peserta dalam suatu proses merumuskan tujuan belajar dimana kebutuhan pesert6a, lembaga, pengajar dan masyarakat dipertimbangkan.

Peserta dapat menyetujui untuk saling urun tanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan suatu pengalaman belajar dan karenanya dan memiliki keterkaitan terhadapanya.

10.  Fasilitator ikut urun pemikirannya dalam merancang pengalaman-pengalaman belajar dan pemilihan bahan-bahan dan metode, serta melibatkan peserta dalam menentukan dalam setiap keputusan bersama-sama.

Peserta berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar.

11.  Fasilitator membantu peserta mengorganisir diri (misal kelompok proyek, tim belajar mengajar dan lain-lain) untuk urun tanggung jawab dalam proses belajar bersama.

Proses belajar dikaitkandan memanfaatkan pengalaman peserta.

12.  Fasilitator membantu peserta menggunakan pengalaman mereka sendiri sebagai sumber belajar melalui pengunaan teknik-teknik seperti diskusi, bermain peran, kasus dan sejenisnya.

13.  Fasilitator mengaitkan penyajian dari bahan pengetahuan dari dirinya terhadap tingkat pengalaman peserta.

14.  Fasilitator membantu peserta untuk mengaplikasikan kegiatan belajar barunya pada pengalaman mereka, dengan demikian membuat belajar lebih bermakna dan terpadu.

Peserta merasakan adanya kemajuan kearah tujuan-tujuan mereka

15.  Fasilitator melibatkan peserta dalam mengembangkan kriteria dan metode untuk mengukur kemajuan-kemajuan terhadap tujuan belajar.

16.  Fasilitator membantu peserta mengembangkan dan mengaplikasikan prosedur untuk mengevaluasi diri sendiri berdasarkan kriteria itu.

 

BACA SELENGKAPNYA »

Sabtu, 03 Agustus 2013

Kriteria Penilaian Hasil Belajar

Kriteria Penilaian Hasil Belajar Siswa

1.     Validitas

Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. Misal, dalam pelajaran bahasa Indonesia, pendidik/guru ingin menilai kompetensi berbicara. Bentuk penilaian valid jika menggunakan tes lisan. Jika menggunakan tes tertulis penilaian tidak valid.

2.     Reliabilitas

Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang reliable (ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi. Misal, guru menilai dengan proyek, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila proyek itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk pelaksanaan proyek dan penskorannya harus jelas.

3.     Berfokus pada kompetensi

Dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan hanya pada penguasaan materi (pengetahuan).

4.     Menyeluruh/Komprehensif

Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik, sehingga tergambar profil kemampuan peserta didik.

5.     Objektivitas

Penilaian harus dilaksanakan secara objektif. Untuk itu, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam  pemberian  skor.

6.     Mendidik

Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi pendidik/guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik.

image

Penilaian Hasil Belajar Kelompok Mata Pelajaran adalah sebagai berikut:

1.     Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui:

a.     Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik.

b.    Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.


2.     Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai,

3.     Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.

4.     Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan dilakukan melalui:

a.     Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai  perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik, dan

b.    Ulangan dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.

 
BACA SELENGKAPNYA »

Minggu, 09 Juni 2013

Prinsip prinsip Belajar

Berikut ini disajikan sepuluh prinsip belajar yang semestinya diketahui oleh seorang trainer dan juga mesti disadari oleh seseorang yang ingin belajar lebih efektif. Item-item berikut disarikan dari buku “The Trainer’s Handbook, Mitchell, 1987“:

1. Mempelajari apa yang siap untuk dipelajari

2. Kita pelajari yang terbaik dari apa yang pernah kita lakukan

3. Kita belajar dari Kesalahan

4. Kita belajar lebih mudah terhadap sesuatu yang kita kenal

5. Kita menyukai adanya perbedaan sense dalam belajar

6. Kita belajar secara metodik dan sistematik

7. Kita tidak dapat mempelajari sesuatu yang tidak dimengerti

8. Kita belajar melalui latihan

9. Kita belajar lebih baik ketika kita mengetahui kemajuan kita

10. Kita menanggapi dengan lebih baik ketika apa yang kita pelajari disajikan secara unik terhadap setiap orang

image

Rogers : Dalam bukunya Freedom to Learn , ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistik yang penting, diantaranya ialah :

1. Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.

2. Belajar yang signifikan terjadi apabila Subject mater dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri.

3. Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.

5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.

8. Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.

9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas lebih mudah dicapai terutama siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinya sendiri dan penilaian diri orang lain merupakan cara kedua yang penting.

10. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam dirinya sendiri mengenai proses perubahan itu.

BACA SELENGKAPNYA »

Minggu, 02 Juni 2013

Belajar dan Mengajar

1. Belajar

Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan bahwa:

Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi. image

Drs. Slameto ( Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Mengajar

Mengajar sebagai usaha untuk menciptakan lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Tujuan mengajar adalah "membelajarkan siswa". Berarti meningkatkan kemampuan siswa untuk memproses, menemukan, dan menggunakan infrmasi bagi pengembangan dirinya dalam konteks lingkungannya.

BACA SELENGKAPNYA »

Kamis, 30 Mei 2013

Hakikat Belajar

Pada dasarnya, belajar adalah masalah setiap orang. Dengan belajar maka pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, nilai, sikap, tingkah laku, dan semua perbuatan manusia terbentuk, disesuaikan dan dikembangkan. Oleh karena itu, banyak ahli yang mencoba memberikan definisi tentang belajar. Proses belajar sebagai suatu proses berubahnya bentuk tingkah laku tertentu yang secara relatif permanen, perubahan tingkah laku tersebut hendaknya bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan fisik dan juga bukan karena perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya. image

Atas dasar definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar selalu melibatkan tiga hal pokok, yaitu; adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahannya relatif permanen, serta perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya.

Oleh karena itu, pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar, baik sumber yang didesain maupun yang dimanfaatkan. Proses belajar tidak hanya terjadi karena adanya interaksi antara siswa dan guru. Hasil belajar yang maksimal dapat pula diperoleh lewat interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar lainnya.

BACA SELENGKAPNYA »

Senin, 12 November 2012

Pengertian Belajar

Dalam dunia pendidikan dikenal berbagai macam pengertian belajar di antaranya menurut Piaget dalam Eggen (1979) dalam Irawati (2003). Menurutnya, bahwa perkembangan kognitif merupakan hasil interaksi antara dua elemen, yaitu lingkungan  dan  struktur  kognitif  anak.  Struktur  intelektual  terbentuk  pada individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya. Seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Dengan kata lain belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkah laku, ketrampilan dan sikap (Hasan, 1994).

Menurut Gagne dalam Purwanto (1997), belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum mengalami situasi itu ke waktu sesudah mengalami situasi tersebut. Pada dasarnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman (Sudjana, 1989). Menurut Mursell  &  Nasution (2002),  pengalaman  yang  dilakukan  tersebut  haruslah membentuk makna atau pengertian. Hal ini didukung oleh Depdiknas (2002a), bahwa belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pengertian.
Hal di atas sesuai dengan teori konstruktivisme. Prinsip teori ini adalah belajar merupakan suatu proses pencapaian makna. Menurut Eggen dan Kauchak
(1996), agar siswa bisa belajar dengan bermakna maka guru perlu menghadirkan fenomena atau permasalahan yang ada di lingkungan ke dalam pembelajaran. Oleh karena itu, belajar harus dimulai dengan hal-hal yang berada di sekitar siswa, sehingga siswa dapat secara aktif mencoba memberi makna pada hal-hal yang ada di sekitarnya.

Roger, sebagai penganut paham humanisme mengemukakan beberapa prinsip belajar.
a.  Belajar bermakna
Keberhasilan belajar antara lain ditentukan oleh bermakna tidaknya bahan
yang dipelajari. Kebermaknaan ini dikaitkan dengan relevansi materi dengan
kenyataan. Darsono dkk., 2000
b.  Belajar atas inisiatif sendiri
Belajar dengan inisiatif sendiri menyebabkan belajar lebih bermakna. Untuk mencapainya motivasi siswa harus ditumbuhkan sebelum mempelajari materi yang akan diajarkan.
c.  Belajar dan perubahan
Dinamika masyarakat mengisyaratkan terjadinya perubahan. Perubahan ini  harus  diantisipasi  dengan  persiapan  yang  diperoleh  dari  belajar.  Yang dibutuhkan sekarang adalah kemampuan belajar dalam lingkungan yang terus berubah ().

Sumber :
  • Darsono, Max, dkk. 2000. ”Belajar dan Pembelajaran”. Semarang : CV. IKIP Semarang Press.
  • Eggen, P.D. dan Kauchak, D.P. 1996. Strategies for Teacher: Teaching Content and Thinking Skill. United States of America: Allyn & Bacon. Gulő, W. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.
  • Hasan, Ch. 1994. Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al- Ikhlas.
  • Irawati, DE.     2003. Menerapkan Pendekatan SETS sebagai Upaya Meningkatkan Mutu  Kegiatan  Belajar  Mengajar  Biologi  Kajian  Kelangsungan  Hidup Organisme. Skripsi. Semarang: FMIPA Unnes.
  • Mursell, J. dan S. Nasution. 2002. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Purwanto, N. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  • Sudjana, N.    1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
  • Depdiknas. 2002a. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas.
BACA SELENGKAPNYA »

Rabu, 06 Juni 2012

Apakah Pendidikan Itu ?

Mengenai pertanyaan apa pendidikan itu dapat kita jawab. Bahwasannya dalam buku ini dikemukakan dua pengertian secara umum, berikut pengertian tersebut:

Definisi I : Pendidikan ialah suatu usaha yang sadar yang teratur dan sitematis, yang dilakukan oleh orang – orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan cita – cita pendidikan.

Definisi II : bantuan yang diberikan secara sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohani. pengertian Pendidikan

Secara teoritis pengertian mendidik dan mengajar tidaklah sama. Mengajar berarti menyerahkan atau manyampaikan ilmu pengaetahuan atau keterampilandan lain sebagainya kepada orang lain, dengan menggunakan cara – cara tertentu sehingga ilmu – ilmu tersebut bisa menjadi milik orang lain.

Lain halnya mendidik, bahwa mendidik tidak hanya cukup dengan hany memberikan ilmu pengetahuan ataupun keterampilan, melainkan juga harus ditanamkan pada anak didik nilai – nilai dan norma – norma susila yang tinggi dan luhur.

Dari pengertian diatas dapat kita ketahui bahwa mendidik lebih luas dari pada mengajar. Mengajar hanyalah alat atau sarana dalam mendidik .dan mendidik harus mempunyai tujuan dan nilai – nilai yang tinggi.

BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit