Andragogi Pembelajaran Orang Dewasa | Media Pendidikan

Minggu, 18 Agustus 2013

Andragogi Pembelajaran Orang Dewasa

CMS Sekolah Gratis untuk Pendidikan Indonesia Andragogi (Andragogy) berasal dari kata Yunani ”andr” atau ”aner” yang berarti orang dewasa, dan agogi (agogy) yang juga berasal dari kata Yunani ”agogus” berarti ”memimpin/membimbing”. Agogi berarti ”aktivitas memimpin/membimbing” atau ”seni dan ilmu mempengaruhi orang lain”.

Paedagogi (Pedagogy) berasal dari kata Yunani ”paid” (berarti anak) dan ”agogus” (berarti ”memimpin”). Paedagogi berarti ”seni dan ilmu mengajar anak-anak”.

Malcolm S. Knowles semula mendefinisikan andaragogi sebagai ”seni dan ilmu membantu orang dewasa belajar”. Namun dalam perkembangan berikutnya, setelah Knowles melihat banyak guru yang menerapkan konsep andragogi pada pendidikan anak-anak muda dan menemukan bahwa dalam situasi tertentu memberikan hasil lebih baik, kemudia Knowles menyatakan bahwa andragogi sebenarnya merupakan model asumsi lain mengenai pelajar yang dapat digunakan disamping model asumsi paedagogi. Ia juga menyatakan bahwa model-model itu (paedagogi dan andragogi) mungkin paling berguna apabila tidak dilihat sebagai dikotomi, tapi sebagai dua ujung dari suatu spektrum, atau terletak pada suatu garis (kontinum), dimana suatu situasi berbeda di antara dua ujung tersebut.

image 

  1. Asumsi-asumsi Paedagogi dan Andragogi, dan Implikasinya

Menurut Malcolm S. Knowles ada empat konsep dasar (asumsi) yang membedakan paedagogfi dan andragogi yaitu :

Paedagogi

Andragogi

  1. Konsep diri

Anak ialah pribadi yang tergantung.

 

 

Hubungan pelajar dengan pengejara merupakan hubungan yang bersifat pengarahan.

 

  1. Pengalaman

Pengalaman pelajar sangat terbatas, karena itu dinilai kecil dalam proses pendidikan.

 

  1. Kesiapan belajar

Guru menentukan apa yang akan dipelajari, bagaimana dan kapan belajar.

 

  1. Orientasi Terhadap Belajar

Anak-anak cenderung mempunyai perspektif untuk menunda aplikasi apa yang ia pelajari (digunakan di masa yad.)

Pendekatannya ”berpusat kepada mata pelajaran” (Subject Centered) 

 

 

Si pelajar bukan pribadi yang tergantung, tapi pribadi yang telah masak secara psikologis.

Hubungan pelajar dengan pengajar merupakan hubungan saling membantu yang timbal balik.

 

 

Pengalaman pelajar orang dewasa dinilai sebagai sumber belajar yang kaya.

 

 

 

Pelajar menentukan apa yang mereka perlu pelajari berdasarkan pada persepsi mereka sendiri terhadap tuntutan situasi sosial mereka.

 

Pelajar cenderung mempunyai perspektif untuk kecepatannya mengaplikasikan apa yang mereka pelajari.

 

Pendekatannya ”berpusat kepada masalah” (Problem Centered)

 

  1. Implikasi dari masing-masing asumsi di atas terhadap pendidikan orang dewasa

  1. Implikasi dari asumsi tentang konsep diri

  1. Iklim belajar, perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. à ruangan, peralatan, kerja sama yang saling menghargai.

  2. Peserta diikutsertakan dalam mendiagnosis kebutuhan belajarnya.

  3. Peserta dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya.

  4. Evaluasi belajar dalam proses belajar secara andragogik menenkankan kepada cara evaluasi diri sendiri.

 

  1. Implikasi dari asumsi tentang pengalaman

  1. proses belajar ditekankan kepada teknik yang sifatnya menyadap pengalaman, seperti diskusi, metode kasus, simulasi, latihan praktek, metode proyek, demonstrasi, bimbingan dan seminar.

  2. Penekanan dalam proses belajar pada aplikasi praktis.

  3. Penekanan dalam proses belajar adalah belajar dari pengalaman.

 

  1. Implikasi dari asumsi tentang kesiapan belajar

  1. Urutan kurikulum dalam proses belajar orang dewasa disusun berdasarkan tugas perkembangannya dan bukan disusun berdasarkan urutan logik mata pelajaran atau berdasarkan kebutuhan kelembagaan.

  2. Adanya konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang dewasa akan memberikan petunjuk dalam belajar secara kelompok.

 

  1. Implikasi dari asumsi tentang orientasi terhadap belajar

  1. Para pendidik orang dewasa bukanlah berperan sebagai seorang guru yang mengajar mata pelajaran tertentu, tetapi ia berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar.

  2. Kurikulum dalam pendidikan untuk orang bdewasa tidak diorientasikan kepada mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi kepada masalah.

  3. Oleh karena orang dewasa dalam belajar berorientasi pada masalah maka pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan pula kepada masalah atau perhatian yang ada pada benak mereka.

Untuk lebih jelasnya, silahkan baca juga, artikel yang berhubungan dengan Artikel Andragogi Pembelajaran Orang Dewasa, antara lain :
Bila Artikel Andragogi Pembelajaran Orang Dewasa dirasa bermanfaat untuk Anda, sudi kiranya Anda berikan G plus one anda kami juga sangat bahagia bila anda suka dengan tulisan Andragogi Pembelajaran Orang Dewasa ini
Komentar www.m-edukasi.web.idDan kami sangat berterimakasih, kepada anda yang telah meninggalkan komentarnya dibawah ini.



0 komentar:


Posting Komentar

Artikel Favorit