Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 Juli 2013

MEMBANGUN KOMITMEN ORGANISASI PENDIDIKAN

MEMBANGUN KOMITMEN ORGANISASI PENDIDIKAN

 

Oleh :   H. INAYATULAH

 

Kepala Seksi : Kursus dan Kelembagaan  pada Bidang PNFI dan PAUD 

Dinas Pendidikan Kota Bekasi

 

 

  1. Pendahuluan

M Fakry Gaffar (1987:143) menyatakan bahwa produktivitas adalah output total organisasi yang merupakan kontribusi dua faktor besar : teknologi dan performance kerja. Kedua faktor tersebut merupakan hasil bentukan dari sejumlah faktor lain yang saling berpengaruh dan kompleks. Faktor tekonogi terdiri dari sejumlah faktor seperti bahan baku, metoda kerja, bangunan/ gedung, kualitas dan desain produk, alur kerja proses produksi dan manajemen. Sedangkan faktor manusia merupakan bentukan antara motivasi dan kemampuan pelaku dalam organisasi.

Demikian pula dalam penyelenggaraan pendidikan, produktivitasnya tidak hanya ditentukan oleh tekonogi ( sistem, kurikulum, sarana prasarana, biaya dan manajemen) saja, tetapi juga oleh tenaga kependidikan. Lebih dari itu penyelenggaraan pendidikan dan peserta didik harus mempunyai motivasi dan kemampuan yang prima untuk melaksanakan proses dan memperoleh hasil yang memuaskan. Kepuasan kerja atau kepuasan belajar mengajar merupakan salah satu indikator dari seperangkat kebutuhan manusia ( penyelenggara dan peserta didik) dalam organisasi lembaga pendidikan. Kepuasan harus menjadi tujuan utama organisasi kedua setelah produktivitas.

Kepuasan seseorang baik sebagai pribadi atau sebagai bagian dari organisasi tidak akan terlalu sulit tercapai apabila mempunyai visi, motivasi, misi dan komitmen yang kuat untuk mencapai kepuasan tersebut.

Kualitas pelayanan prima dari setiap organisai merupakan dambaan setiap pelanggan, bahkan semua yang berkepentingan dengan organisasi tersebut. Untuk dapat memuaskan semuanya itu saran Bill Creech (1996 : 521) diantaranya bangun TQM anda dan prinsip-prinsipnya, pada lima buah pilar sistem : Produk-proses-organisasi-kepemimpinan-komitmen. Kelima pilar tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Selanjutnya Bill Creech (1996 : 6) menyatakan bahwa :

Produk adalah titik pusat tujuan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk tidak mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu dalam proses tak mungkin ada tanpa organisasi yang tepat. Komitmen yang kuat, dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua yang lain. Setiap pilar tergantung pada keempat pilar yang lain, dan kalau salah satu lemah dengan sendirinya yang lain juga lemah.

Dengan pendekatan TQM ( pendekatan mutu terpadu), komitmen merupakan unsur yang tidak dapat diabaikan dalam mencapai tujuan organisasi yang berkualitas.

clip_image002

Sementara Jam’an Satori (2000) yang dikutip Tumpal Situmorang (2000 :2) mengatakan bahwa pengertian umum komitmen dapat disebut sebagai : kepemilikan tanggung jawab, loyalitas atau pengorbanan seseorang dalam bidang pekerjaannya.

Dengan demikian komitmen merupakan kepemilikan tanggung jawab dan loyalitas atau kesetiaan dan pengorbanan yang dipengaruhi oleh persepsi, moral, motivasi, konsistensi, kepemimpinan, kepuasan kerja, proses dan budaya organisasi.

 

Sikap berani mengambil resiko merupakan manifestasi dari tanggung jawab seseorang terhadap lingkungannya, organisasi atau pekerjaannya. Bentuk tindakan yang muncul antara lain : partisipasi aktif, berusaha untuk menguasai berbagai kemampuan bidang kerjanya dan lainnya. Sikap terbuka adalah sikap individu untuk menerima masukan dan saran berkaitan dengan hasil pekerjaannya. Tindakannya antara lain siap ditanya, siap dikritik dan lainnya. Sikap kritis adalah sikap individu untuk tidak cepat percaya dan selalu berusaha untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan sekecil apapun. Tindakannya antara lain mencari penyebab permasalahan, bebas untuk mengeluarkan pendapat dan lainnya.

Berdasarkan eksplorasi sikap-sikap yang dapat menimbulkan komitmen baik pada diri pribadi maupun terhadap organisasi dari pengertian komitmen dan sikap seperti pada uraian diatas, dapat diidentifikasi tindakan-tindakan sebagai berikut :

No

Sikap

Tindakan

1

Berani mengambil resiko

1.      Berusaha untuk meningkatkan kemampuan diri

2.      Berusaha untuk meningkatkan kualitas layanan

3.      Bertanggungjawab terhadap yang dikerjakannya

4.      Aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok kerja

5.      Berusaha untuk menguasai dan mempelajari berbagai kemampuan yang menyangkut dengan bidangnya

6.      Menganggap kesalahan yang dilakukan anggota tim sebagai kesempatan untuk belajar

7.      memberitahukan dan membetulkan kesalahan yang  dilakukan orang lain

8.      Tidak malu untuk bertanya

9.      Mengambil tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah

10.  Siap mengikuti perubahan

11.  Secara aktif berusaha untuk meningkatkan kondisi kerja

12.  Menganggap perubahan merupakan hal yang wajar harus diikuti

13.  Melakukan perubahan menuju kondisi yang lebih baik

14.  Berusaha untuk memperbaiki produk/ layanan secara kontinu

2

Terbuka

1.         Selalu siap ditanya mengenai bidang pekerjaannya

2.         Selalu siap untuk dikritik

3.         Selau siap untuk menerima saran

4.         Menghargai pertanyaan orang lain mengenai bidang pekerjaanya

5.         Menganggap pertanyaan yang diajukan sebagai koreksi positif

6.         Berusaha untuk mempelajari penyebab kesalahan dan segera memperbaikinya

3

Kritis

1.       Bebas untuk mengambil keputusan yang menyangkut bidang pekerjaannya

2.       Bebas berpikir dan mengeluarkan pendapat

3.       Mempertanyakan asal usul fakta/ data yang diterima

4.       Mencari penyebab terjadinya permasalahan

5.       mengidentifikasi terjadinya permasalahan

6.       Melakukan tindakan secara cepat dalam mengatasi permasalahan

7.       Sering mengamati, dan mempelajari keunggulan organisasi lain untuk dikembangkan dan diterapkan sesuai kondisi organisasinya

 

 

Komitmen organisasi pendidikan dibangun oleh komitmen pemimpin, bawahan, peserta didik, sertaP orang tua dan masyarakat.

 

clip_image004

 

 

 

A.    Komitmen Pemimpin

Yang dimaksud dengan pemimpin pendidikan adalah pimpinan pendidikan mulai dari tingkat pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota, kecamatan, sampai pada unit pelaksana teknis, Kepala Sekolah baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta.

Memperoleh dan menjaga komitmen merupakan hal yang penting bagi seorang pemimpin, karena komitmen terhadap perilaku seseorang memiliki bebagai implikasi. Untuk meyakinkan orang lain mengenai harapan masa depan, seorang pemimpin harus dapat memberi alternatif pilihan, membuat pilihan tersebut mudah untuk dilaksanakan dan sulit untuk diubah seketika.

Memberikan sebuah pilihan akan membantu menyingkirkan keraguan dan menghilangkan berbagai hal yang tidak konsisten antara perilaku dan sikap. Pemimpin yg bijaksana tidak memaksakan perubahan terhadap orang lain, melainkan akan mengajak untuk bergabung, menawarkan berbagai pilihan untuk diambil kesepakatan bersama. Pemimpin yang demikian akan memelihara dorongan alamiah terhadap otonomi yang dimiliki seseorang, sehingga akan memiliki rasa tanggung jawab secara pribadi terhadap keputusan yang disepakati bersama tersebut. Nampaknya membangun komitmen mudah dilaksanakan oleh seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan James M Kouzes dan Barry Z Posner (1995:254) yang mengatakan bahwa :

Commitment is also more likely if choice are made visible. By announcing oru choices to the public and by making the subsequent actions visible, we over tangible, undentile evidence of our commitment to the cause. We also become subject to other peoples review and observation.

Komitmen juga relatif lebih mudah dibangun bila pilihan yang ada dapat dibuat lebih mudah untuk dipahami dan dilaksanakan. Dengan memberitahukan kepada public tentang pilihan yang akan kita ambil, kita juga memberikan bukti yang tidak terbantahkan dari komitmen kita terhadap hasil yang ingin kita capai. Sebagai tambahan, pilihan yang kita ambil sebaiknya merupakan pilihan yang tidak mudah untuk diubah. Semakin sulit sebuah pilihan untuk diubah, maka semakin besar investasi orang yang ada didalamnya. Ketika kita mengambil tindakan yang tidak mudah untuk diulangi, kita diharuskan untuk menemukan dan menerima argument yang mendukung dan membenarkan tindakan kita, proses itu akan menghasilkan alasan yang kuat bersifat internal yang bergantung pada tanggung jawab personal dan berkaitan dengan kepercayaan kita akan kebenaran tindakan kita.

Sejalan dengan Komitmen Pemimpin, maka  Walikota dan Wakil Walikota Bekasi periode tahun 2008 – 2013  mempunyai visi  menjadikan Kota Bekasi  Cerdas, Sehat dan Ihsan.Bekasi Cerdas bermakna bahwa pembangunan kota Bekasi dalam kurun waktu  2008 – 2013 diarahkan untuk mewujudkan karakter masyarakat yang cerdas melalui penuntasan wajib belajar  pendidikan dasar 9 tahun dan merintis wajib belajar 12 tahun dengan demikian masyarakat kota Bekasi diharuskan memiliki kwalifikasi ijasah SMA/sederajat, untuk mendukung visi tersebut maka anggaran pendidikan tahun 2009 lebih kurang 37 % dari APBD kota Bekasi yang salah satunya di peruntukkan pembebesan iuran dan pungutan  bagi siswa yang bersekolah di SD/MI Negeri dan SMP/MTs  Negeri  serta pemberian bantuan bagi siswa yang bersekolah  di SD/MI dan SMP/MTs Swasta.Dengan Anggaran Pendidikan yang sangat besar,  khususnya di kota Bekasi  maka pelayanan dan kwalitas mutu pendidikan diharapakan meningkat secara signifikan. Sebagaimana yang di katakan bapak Walikota Bekasi Pendidikan di Kota Bekasi untuk Indonesia.

 

B.     Komitmen Bawahan

Yang dimaksud dengan bawahan adalah tenaga kependidikan baik tenaga administrasi, tenaga edukatif, laboran, pustakawan, dan teknisi media yang tidak menjadi pimpinan pada unit pelaksana

Seorang pemimpin pendidikan sebaiknya menyadari bahwa tenaga kependidikan perlu dimotivasi dan diperlakukan secara spesifik. Tenaga kependidikan yang baru masuk ke dalam organisasi kependidikan tidak serta merta memiliki komitmen terhadap organisasi kependidikan. Tenaga kependidikan sebenarnya ingin memiliki komitmen terhadap organisasi tempat mereka bekerja, meskipun nilai tradisional seperti penghasilan dan keamanan kerja sangat mewarnai keinginan berkomitmen tersebut

Untuk membangun komitmen terhadap organisasi di kalangan tenaga kependidikan, kita perlu menemukan terlebih dahulu nilai-nilai yang dianut dalam organisasi. Nilai-nilai yang dianggap penting dan berharga bagi pekerja. Nilai-nilai tersebut dapat berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan tenaga kependidikan, baik yang sifatnya kebutuhan berprestasi, kebutuhan afiliasi, dan kebutuhan akan kekuasaan, juga dapat berkaitan dengan harga diri tenaga kependidikan, serta dukungan sosial yang didapatkan dalam lingkungan organisasi.

Proses membangun dan memelihara komitmen seiring dengan proses penguatan terhadap orang lain. Seseorang akan merasa kuat dan berkomitmen terhadap tugasnya ketika mereka memainkan peranan dalam penentuan tujuan dan ketika pekerjaan mereka menawarkan kejalasan dan determinasi sendiri. Seseorang akan lebih memiliki komitmen ketika merasa memiliki kontrol dalam pengambilan keputusan, dan semakin kuat saat tidak dimonitor atau disupervisi secara ketat. Pilihan yang diambil akan menguatkan orang – orang di dalam kelompok dan menguatkan ikatan dalam kolompok

Stephen R Covey (1997 : 82) mengatakan bahwa bagian paling inti dari lingkaran pengaruh kita adalah kemampuan kita untuk membuat dan memenuhi komitmen dan janji. Komitmen yang kita buat pada diri sendiri dan orang lain, dan integritas kita pada komitmen itu adalah inti dan manifestasi paling jelas dari produktivitas kita.

Hubungan konstruktif antara tenaga kependidikan dan pemimpin pendidikan dan hubungan antara tenaga kependidikan adalah hal yang krusial untuk membangun komitmen. Melalui hubungan interpersonal orang dapat merasakan dukungan sosial yang dimilikinya dan menerima konfirmasi diri yang dapat memperkuat diri. Orang dapat bekerjasama sebagai sebuah tim yang produktif, bekerjasama untuk memuaskan kebutuhan, untuk mempengaruhi dan memiliki dampak terhadasp orang lain. Tim produktif dapat memberikan umpan balik dan dukungan yang dapat memperkuat harga diri dan kepercayaan diri.

 

C.    Komitmen Peserta Didik

Komitmen peserta didik terhadap organisasi pendidikan jangan sampai ditinggalkan karena peserta didik merupakan objek yang sekaligus subjek dari tujuan organisasi pendidikan. Membangun dan memelihara komitmen peserta didik untuk mencari dan memperoleh pengetahuan keterampilan dan sikap harus dimulai sejak peserta didik tersebut masuk sampai keluar dari organisasi /lembaga pendidikan

Ketika memasuki lembaga pendidikan setiap siswa mempunyai visi yang diinginkan sehingga menarik minat peseta didik untuk mewujudkan visi tersebut, dan untuk mewujudkannya tidak ada pilihan lain kecuali mereka memiliki komitmen

Bobby Deporter dan Mike Hernacki (2001:305) menyatakan bahwa

Orang yang berkomitmen secara intrinsik termotivasi dan terdorong oleh mimpi-mimpi mereka, komitmen adalah proses dua langkah (1) temukan keinginan anda, (2) putuskan untuk melaksanakannya, tanpa peduli apapun. Ketika anda mempunyai visi yang kuat tampaknya mungkin seakan-akan anda tidak mempunyai pilihan lain kecuali berpegang pada komitmen. Komitmen juga bisa terkait dengan suatu prinsip, atau kepuasan dalam kebahagiaan orang lain

 

D.    Komitmen Orang Tua dan Masyarakat

Orang tua dan masyarakat adalah orang yang berkepentingan terhadap hasil pendidikan. Oleh karenanya komitmen orang tua dan masyarakat untuk membantu terhadap organisasi pendidikan sangat diperlukan melalui partisipasi aktif dalam pemikiran dan finansial

Organisasi pendidik yang mendapat dukugan partisipasi aktif orang tua, dan masyarakat akan menumbuhkan komitmen mereka terhadap perkembangan dan kemajuan lembaga pendidikan tersebut.

Jam’an Satori dkk (2001:38-39) menyatakan bahwa :

Sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah ( MBS ) memiliki karakteristik partispasi  warga sekolah dan masyarakat yang tinggi. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa makin tinggi tingkat partispasi, makin besar rasa memiliki makin besar rasa tanggung jawab, makin besar pula tingkat dedikasinya.

 

E.     Langkah-langkah Membangun Komitmen

James M Kauzes & Barry Z Posner (1995:259-265) menyarankan 8 langkah untuk membangun komitmen adalah sebagai berikut :

1.      Mulailah proses dengan memperlakukan seseorang secara personal, singgunglah beberapa isu kritis yang bisa saja berkaitan dengan pendidikan, perawatan kesehatan, inovasi, komunitas dan lainnya. Perubahan khusus yang ada dimulai secara personal

2.      Buatlah perencanaan yang matang. Arah perencanaan yang disusun sebaiknya diwarnai oleh visi dan nilai yang diantut. Libatkan sebanyak mungkin pihak yang akan mengimplementasikan rencana. Susun rencana tersebut dalam rentang tahapan yang kecil-kecil atau jangka pendek. Gunakanlah proses penyusunan rencana sebagai sesuatu yang bermakna secara mental bagi orang yang mengikuti perjalanan ini

3.      Ciptakan sebuah model. Gunakan sebuah eksperimen yang dapat digunakan model apa yang sesungguhnya anda ingin lakukan dalam program atau lokasi lain

4.      Jangan ragu untuk berlatih, karena semakin banyak berlatih kita akan menjadi semakin terampil dan semakin ahli. Tetap jaga konsentrasi yang ada untuk fokus terhadap makna dan signifikansi visi yang dianut dan buatlah satu waktu khusus untuk mengingatnya

5.      Pentingnya seseorang yang bersifat sukarela mau menjadi bagian dari rencana yang dijalankan. Komitmen akan mudah timbul bila seseorang secara sukarela mau menjadi bagian dari peristiwa yang sedang berlangsung

6.      Gunakan sebuah papan buletin yang dapat mempermudah seseorang untuk melihat apa yang sedang berlangsung, menjaga semangat dan perhatian pada tugas yang sedang dilakukan

7.      Anda akan lebih mudah mendapatkan penerimaan dan komitmen terhadap inovasi yang anda tawarkan bila anda dapat menunjukkan pada orang lain apa keuntungan yang akan mereka dapatkan dari inovasi tersebut.

8.      Bangkitkan rasa kebesamaan melalui aktivitas bersama dan informal seperti acara makan pagi bersama atau acara makan malam bersama. Melalui acara-acara tersebut, proses sosialisasi dapat berjalan lebih natural dan lancar, dan merupakan semen yang kuat untuk menjaga ikatan sosial yang ada

 

BACA SELENGKAPNYA »

Rabu, 29 Mei 2013

Landasan Pendidikan Nasional Indonesia

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak darisejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa depan. image

Pendidikan nasional adalah suatu system pendidikan yang berdiri diatas landasan dan dijiwai noleh filsafah hidup suatu bangsa dan tujuanya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cica-cita nasional bangsa. Pendidkan nasional adalah suatu usaha untuk membimbing para warga Negara Indonesia menjadi pancasila, yang berpribadi, berdasarkan akan kebutuhan berkesadaran akan kebutuhan berkesadaran masyarakat dan mampu membudayakan alam sekitar.

Landasan-landasan pendidikan tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis, serta ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas yang dikalia adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian dalam belajar.

BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 30 April 2013

Pedoman Hari Pendidikan Nasional Tahun 2013

Yang perlu diperhatikan dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2013 ::

1. Upacara bendera memperingati Hari Pendidikan Nasional secara nasional dilaksanakan dengan ketentuan :

-hari, tanggal : Kamis, 2 Mei 2013

-pukul : 08.00 waktu setempat

-sifat upacara : Tertib, Khidmat, dan Sederhana

-tempat upacara : Lapangan Upacara (terbuka)

2.Adapun tema yang telah ditetapkan pada peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2013 adalah: “MENINGKATKAN KUALITAS DAN AKSES BERKEADILAN

3.Kepada seluruh pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota, kepala perwakilan Indonesia di luar negeri, Kepala Dinas Pendidikan dan atau Dinas Kebudayaan provinsi/kabupaten/kota, Rektor Perguruan Tinggi Negeri/Swasta, Kepala Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar menyelenggarakan upacara bendera peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2013

4.Untuk lebih menyemarakkan peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2013 diharapkan masing-masing instansi memasang spanduk dengan tema tersebut di atas

dan melaksanakan kegiatan yang mendukung peningkatan mutu pendidikan dengan tetap memperhatikan ketentuan perundang-undangan.

5.Untuk memupuk rasa patriotisme, selain mengadakan upacara bendera, panitia

nasional peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2013 diwakili, oleh perwakilan dari Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Kota Yogyakarta dan elemen masyarakat lainnya yang terkait dengan dunia pendidikan di Yogyakarta dikoordinasikan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta akan melakukan ziarah ke makam pahlawan nasional Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta. Berkenaan dengan itu, dihimbau kiranya Gubemur dan Bupati/Walikota juga berkenan melakukan ziarah ke taman makam pahlawan di wilayah masing-masing.

image

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DALAM RANGKA

PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL

TAHUN 2013

A Latar Belakang

Peringatan Hari Pendidikan Nasional yang diselenggarakan setiap tanggal 2 Mei tidak semata-mata dimaksudkan untuk mengenang hari kelahiran Ki Hajar Dewantara selaku Bapak Perintis Pendidikan Nasional, namun lebih merupakan sebuah momentum untuk makin memperkokoh kesadaran dan komitmen bangsa akan pentingnya pendidikan bermutu bagi masa depan bangsa.

Dalam rangka memperkokoh kesadaran dan komitmen bangsa akan pentingnya pendidikan bermutu bagi masa depan bangsa dan mewujudkan misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2010-2014, sekaligus menginformasikan/mengapresiasi hasil kebijakan dan mengapresiasi pelaku pendidikan yang berprestasi maka perlu dilaksanakan peringatan Hari Pendidikan Nasional.

Oleh karena itu, guna merealisasikan hal tersebut, upacara bendera dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional bisa menjadi suatu hal yang sangat mendasar bagi kita untuk dilaksanakan Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2013.

B Tujuan, Sasaran, dan Tema

1. Tujuan

-Memperkuat komitmen seluruh pemangku kepentingan pendidikan

tentang pentingnya/strategisnya pendidikan bagi peradaban dan daya saing bangsa

-Mengkomunikasikan/mensosialisasikan kebijakan dan hasil-hasil pembangunan pendidikan nasional

2. Sasaran

Semua karyawan di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta unit kerja di daerah, institusi pendidikan formal, serta para Pemangku Kepentingan Pendidikan lainnya.

3. Tema

MENINGKATKAN KUALITAS DAN AKSES BERKEADILAN

image

C. Pelaksanaan Upacara Bendera

Kegiatan upacara bendera dilaksanakan oleh seluruh instansi/unit kerja di pusat, luar negeri, daerah, termasuk sekolah/madrasah baik di lingkungan pembinaan Kernenterian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama.

Untuk pelaksanaan upacara bendera di tingkat pusat dilaksanakan di halaman kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jalan Jenderal Sudirman Senayan Jakarta. Selain upacara bendera yang berlangsung seperti tersebut diatas, diadakan juga upacara bendera peringatan Hari Pendidikan Nasional di masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Bagi warga Indonesia yang berada di luar negeri pelaksanaan upacara bendera diadakan di halaman Kedutaan Besar Indonesia ataupun kantor Perwakilan Indonesia.

Sedangkan pelaksanaan upacara bendera di daerah dipusatkan di halaman kantor Gubenur/Bupati/Walikota, dan institusi-institusi pendidikan formal baik negeri maupun swasta di lingkungan pembinaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Berikut ini kami sampaikan pedoman pelaksanaan upacara bendera Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2013;

1. Pusat

a. Kantor pusat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

1)Pembina Upacara : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

2)Waktu dan Tempat

-Hari, Tanggal : Kamis, 2 Mei 2013

-Pukul : 08.00 WIB

-Tempat : Kantor Pusat Kemdikbud

3) Peserta Upacara

-Para Pejabat di lingkungan Kemdikbud dan undangan lainnya -Barisan peserta upacara yang berasal dari pegawai kantor pusat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jalan Jenderal

Sudirman, Senayan, Jakarta

-Barisan Kepala Sekolah dan Guru; -Barisan Kelompok Marjinal; -Barisan Kelompok Paket A, B, dan C; -Barisan Mahasiswa;

-Barisan Patroli Keamanan Sekolah (PKS); -Barisan Palang Merah Remaja (PMR); -Barisan Pramuka;

-Barisan Siswa/i Sekolah Dasar (SD);

-Barisan Siswa/i Sekolah Menengah Pertama (SMP);

-Barisan Siswa/i Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK);

-Paduan Suara Siswa/i SMP dan SMA; -Penerima Satyalencana Karya Satya; -Barisan Satuan Pengamanan Kemdikbud

4) Pakaian

-Pembina Upacara mengenakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL) dan

mengenakan peci hitam;

-Para undangan dan penerima Satyalencana Karya Satya untuk pria mengenakan PSL dan wanita mengenakan pakaian nasional;

-Pegawai Kemendikbud pria dan wanita mengenakan seragam Korpri dan kelengkapannya;

-Kepala Sekoiah dan Guru mengenakan seragam guru;

-Anak-anak Marjinal dan kejar paket ABC mengenakan pakaian Batik; -Siswa SD, SMP, SMA dan SMK memakai pakaian seragam sekoiah

lengkap;

-Patroli Kemanan Sekoiah (PKS), Palang Merah Remaja (PMR), dan Pramuka mengenakan pakaian seragam masing-masing;

-Mahasiswa memakai jaket almamater;

-Satuan Pengamanan mengenakan pakaian seragam dinas; -Paduan Suara siswa mengenakan seragam sekolah.

5) Susunan Acara

-Pembina Upacara memasuki lapangan upacara;

-Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh Pemimpin Upacara;

-Laporan Pemimpin Upacara;

-Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya (diiringi Korsik);

-Mengheningkan Cipta dipimpin oleh Pembina Upacara; -Pembacaan Pancasila diikuti oleh seluruh Peserta Upacara;

-Pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia Tahun 1945;

-Pembacaan Keputusan Presiden R.I. tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya;

-Penyematan Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya; -Amanat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan;

-Menyanyikan lagu perjuangan (Bagimu Negeri/Satu Nusa Satu Bangsa/ Syukur) oleh paduan suara:

-Pembacaan Do'a;

-Laporan Pemimpin Upacara kepada Pimbina Upacara; -Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh

Pemimpin Upacara;

-Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara; -Upacara Bendera selesai, barisan dibubarkan.

6) Unit kerja di luar kompleks kantor pusat Kemdikbud Senayan, menyelenggarakan upacara bendera di unit masing-masing dengan pembina upacara pimpinan unit kerja yang bersangkutan atau pejabat yang ditunjuk.

2. Luar Negeri

1)Pembina Upacara : Duta Besar atau Kepala Perwakilan RI

2)Waktu Upacara : Ditentukan oleh Duta Besar atau Kepala

Perwakilan RI

3)Tempat Upacara : Halaman Kantor Kedutaan atau Perwakilan RI

4)Peserta Upacara

-Duta Besar/Kepala Perwakilan RI selaku Pembina Upacara; -Para pejabat di lingkungan Kedutaan/Kantor Perwakilan; -Masyarakat dan Pelajar Indonesia;

5) Pakaian Upacara

-Pembina Upacara mengenakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL), -Para undangan dan penerima Satyalencana Karya Satya, untuk

pria mengenakan PSL dan wanita mengenakan pakaian nasional;

-Masyarakat dan Pelajar mengenakan PSL/Batik lengan Panjang;

6) Susunan Acara

-Pembina Upacara memasuki lapangan upacara;

-Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh Pemimpin Upacara;

-Laporan Pemimpin Upacara;

-Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan bersama;

-Mengheningkan Cipta dipimpin oleh Pembina Upacara; -Pembacaan Pancasila diikuti oleh seluruh Peserta Upacara; -Pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

-Pembacaan Keputusan Presiden R.I. tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya (Jika ada);

-Penyematan Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya (Jika ada);

-Amanat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Pembina Upacara;

-Menyanyikan lagu perjuangan (Bagimu Negeri /Satu Nusa Satu Bangsa/ Syukur);

-Pembacaan Do'a;

-Laporan Pemimpin Upacara kepada Pimbina Upacara;

-Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh Pemimpin Upacara;

-Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara; -Upacara Bendera selesai, barisan dibubarkan.

3. Daerah

a. Tingkat Provinsi

1)Pembina Upacara : Gubernur Provinsi atau pejabat yang ditunjuk

2)Waktu Upacara : Pukul 08.00 (waktu setempat)

3)Tempat Upacara : Halaman Kantor Kegubernuran atau tempat

lain yang ditetapkan oleh Gubernur

4) Peserta Upacara

-Gubernur selaku Pembina Upacara; -Muspida;

-Para Tokoh Masyarakat;

-Kepala Dinas Pendidikan Provinsi;

-Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Provinsi; -pegawai Dinas Pendidikan dan Kanwil Agama tingkat Provinsi; -Guru dan Siswa dari tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK; -Mahasiswa dan Pemuda;

-Peserta lain yang ditunjuk oleh Gubernur.

5) Pakaian Upacara

-Pembina Upacara mengenakan Pakaian Dinas Upacara (PDU)/Pakaian Sipil Lengkap (PSL)

-Muspida mengenakan PDU/PSL

-Para undangan dan Penerima Satyalencana Karya Satya, untuk pria mengenakan PSL, dan wanita mengenakan pakaian nasional;

-Pegawai dan Guru mengenakan seragam Korpri dan kelengkapannya;

-Siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK memakai pakaian seragam sekolah lengkap;

-Mahasiswa memakai jaket almamater.

6) Susunan Acara

-Pembina Upacara memasuki lapangan upacara;

-Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh Pemimpin Upacara;

-Laporan Pemimpin Upacara;

-Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan bersama;

-Mengheningkan Cipta dipimpin oleh Pembina Upacara; -Pembacaan Pancasila diikuti oleh seluruh Peserta Upacara;

-Pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia Tahun 1945;

-Pembacaan Keputusan Presiden R.I. tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya {jika ada))

-Penyematan Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya (Jika ada);

-Amanat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Pembina Upacara;

-Menyanyikan lagu perjuangan (Bagimu Negeri/Satu Nusa Satu Bangsa/ Syukur);

-Pembacaan Do'a;

-Laporan Pemimpin Upacara kepada Pimbina Upacara; -Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh Pemimpin

Upacara;

-Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara; -Upacara Bendera selesai, barisan dibubarkan.

b. Tingkat Kabupaten/Kota

-Bupati/Walikota Kepala Daerah Tingkat II selaku Pembina Upacara;

-Muspida;

-Para Tokoh Masyarakat;

-Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/kota;

-Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Kabupaten/Kota;

-Pegawai Dinas Pendidikan dan Kanwil Agama tingkat Kabupaten/Kota;

-Guru dan Siswa dari tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK; -Mahasiswa dan Pemuda;

-Peserta lain yang ditunjuk oleh Bupati/Walikota.

5) Pakaian Upacara

-Pembina Upacara mengenakan Pakaian Dinas Upacara (PDU)/Pakaian Sipil Lengkap (PSL);

-Muspida mengenakan PDU/PSL;

-Para undangan dan penerima Satyalencana Karya Satya, pria mengenakan PSL, dan wanita mengenakan pakaian nasional;

-Pegawai dan Guru pria dan wanita Korpri dan kelengkapannya; -Siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK memakai pakaian

seragam sekolah lengkap; -Mahasiswa memakai jaket almamater.

6) Susunan Acara

-Pembina Upacara memasuki lapangan upacara;

-Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh Pemimpin Upacara;

-Laporan Pemimpin Upacara;

-Pengibaran Bendera Merah Putin diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan bersama;

-Mengheningkan Cipta dipimpin oleh Pembina Upacara; -Pembacaan Pancasila diikuti oleh seluruh Peserta Upacara; -Pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negera Republik

Indonesia Tahun 1945;

-Pembacaan Keputusan Presiden R.I. tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya {jika ada))

-Penyematan Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya {Jika ada);

-Amanat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Pembina Upacara;

-Menyanyikan lagu perjuangan (Bagimu Negeri/Satu Nusa Satu Bangsa/ Syukur);

-Pembacaan Do'a;

-Laporan Pemimpin Upacara kepada Pimbina Upacara; -Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh Pemimpin

Upacara;

-Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara; -Upacara Bendera selesai, barisan dibubarkan.

c. Tingkat Kecamatan

1)Pembina Upacara : Camat

2)Tempat Upacara : Halaman Kantor Kecamatan atau tempat lain

yang ditetapkan oleh Camat

3)Waktu Upacara : Pukul 08.00 (waktu setempat)

4)Peserta Upacara

-Camat selaku Pembina Upacara; -Para Tokoh Masyarakat;

-Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan; -Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama tingkat

Kecamatan;

-Pegawai Dinas Pendidikan dan Kanwil Agama tingkat Kecamatan; -Para Guru dan Siswa dari tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK; -Kepala Desa/Lurah;

-Pemuda.

5) Pakaian Upacara

-Pembina Upacara mengenakan Pakaian Dinas Upacara (PDU)/Pakaian Sipil Lengkap (PSL);

-Aparatur mengenakan pakaian dinas pamong; -Para undangan mengenakan Batik Lengan Panjang; -Pegawai dan Guru mengenakan seragam Korpri dan

kelengkapannya;

-Siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK memakai pakaian seragam sekolah lengkap;

6) Susunan Acara

-Pembina Upacara memasuki lapangan upacara;

-Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh Pemimpin Upacara;

-Laporan Pemimpin Upacara;

-Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan bersama;

-Mengheningkan Cipta dipimpin oleh Pembina Upacara; -Pembacaan Pancasila diikuti oleh seluruh Peserta Upacara; -Pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negera Republik

Indonesia Tahun 1945;

-Amanat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Pembina Upacara;

-Menyanyikan lagu perjuangan (Bagimu Negeri/Satu Nusa Satu Bangsa/ Syukur);

-Pembacaan Do'a;

-Laporan Pemimpin Upacara kepada Pimbina Upacara; -Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh Pemimpin

Upacara;

-Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara; -Upacara Bendera selesai, barisan dibubarkan.

-Pimpinan Perguruan Tinggi selaku Pembina Upacara; -Para pegawai Perguruan Tinggi/Kopertis/Kopertis; -Para Dosen dan Mahasiswa.

5) Pakaian Upacara

-Pembina Upacara mengenakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL), -Para undangan dan penerima Satyalencana Karya Satya, pria mengenakan PSL, dan wanita mengenakan pakaian nasional;

-Pegawai dan Dosen mengenakan seragam Korpri dan kelengkapannya;

-Mahasiswa memakai jaket almamater.

6) Susunan Acara

-Pembina Upacara memasuki lapangan upacara;

-Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh Pemimpin

Upacara;

-Laporan Pemimpin Upacara;

-Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan bersama;

-Mengheningkan Cipta dipimpin oleh Pembina Upacara; -Pembacaan Pancasila diikuti oleh seluruh Peserta Upacara; -Pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negera Republik

Indonesia Tahun 1945;

-Pembacaan Surat Keputusan Presiden R.I. tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya (jika ada);

-Penyematan Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya (jika ada);

-Amanat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Pembina Upacara;

-Menyanyikan lagu perjuangan (Bagimu Negeri/Satu Nusa Satu Bangsa/ Syukur);

-Pembacaan Do'a;

-Laporan Pemimpin Upacara kepada Pimbina Upacara; -Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh Pemimpin

Upacara;

-Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara; -Upacara Bendera selesai, barisan dibubarkan.

-Pimpinan UPT selaku Pembina Upacara; -Para pegawai UPT.

5) Pakaian Upacara

-Pembina Upacara mengenakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL), -Pegawai mengenakan seragam Korpri dan kelengkapannya;

6) Susunan Acara

-Pembina Upacara memasuki lapangan upacara;

-Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh Pemimpin Upacara;

-Laporan Pemimpin Upacara;

-Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan bersama;

-Mengheningkan Cipta dipimpin oleh Pembina Upacara; -Pembacaan Pancasila diikuti oleh seluruh Peserta Upacara; -Pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negera Republik

Indonesia Tahun 1945;

-Amanat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Pembina Upacara;

-Menyanyikan lagu perjuangan (Bagimu Negeri/Satu Nusa Satu Bangsa/ Syukur);

-Pembacaan Do'a;

-Laporan Pemimpin Upacara kepada Pimbina Upacara; -Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh

Pemimpin Upacara;

-Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara; -Upacara Bendera selesai, barisan dibubarkan.

f. Sekolah/Madrasah

1)Pembina Upacara : Kepala Sekolah

2)Tempat Upacara : Ditetapkan oleh Kepala Sekolah

3)Waktu Upacara : Pukul 08.00 (waktu setempat)

4)Peserta Upacara

-Kepala Sekolah selaku Pembina Upacara; -Para karyawan/i sekolah;

-Para guru dan Siswa. 5) Pakaian Upacara

-Kepala Sekolah dan guru mengenakan seragam guru; -Pegawai sekolah mengenakan seragam pegawai; -Siswa memakai pakaian seragam sekolah.

6) Susunan Acara

-Pembina Upacara memasuki lapangan upacara; -Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh

Pemimpin Upacara; -Laporan Pemimpin Upacara;

-Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan bersama;

-Mengheningkan Cipta dipimpin oleh Pembina Upacara; -Pembacaan Pancasila diikuti oleh seluruh peserta upacara; -Pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negera

Republik Indonesia Tahun 1945;

-Amanat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Pembina Upacara;

-Menyanyikan lagu perjuangan (Bagimu Negeri/ Satu Nusa Satu Bangsa/ Syukur);

-Pembacaan Do'a;

-Laporan Pemimpin Upacara kepada Pimbina Upacara; -Penghormatan kepada Pembina Upacara, dipimpin oleh

Pemimpin Upacara;

-Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara; -Upacara Bendera selesai, barisan dibubarkan.

D. Pembiayaan

Biaya penyelenggaraan Hardiknas dibebankan pada mata anggaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang relevan, dan anggaran yang tersedia pada APBD baik provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah/madrasah. Sedangkan untuk Perguruan Tinggi menggunakan anggaran yang ada di Perguruan Tinggi masing-masing, demikian juga untuk sekolah Indonesia di luar negeri.

E. Penutup

Demikian pedoman ini kami susun untuk dijadikan acuan dalam penyelenggaraan upacara bendera dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2013.

 

silahkan pedoman ini di download

BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 23 April 2013

BEBAL TAK BERUJUNG dalam proses pendidikan keluarga

Anak merupakan titipan Tuhan yang patut kita syukuri. Mempunyai anak bagi sebuah keluarga adalah salah satu dambaan sebagai pelengkap kebahagiaan di dalamnya. Aspek kebahagiaan bisa terlihat manakala suasana rumah tangga atau keluarga begitu harmonis penuh cinta kasih. Maka seyogyanya sebuah keluarga mesti mendambakan suasana kebahagiaan yang maknawi dimana di dalamnya penuh dengan keindahan dan kenikmatan yang berwujud sikap dan ucap yang baik atau dengan kata lain “ saling sinergis” diantara anggotanya. image

Orang tua dalam posisinya sebagai nahkoda keluarga terutama ayah , harus menjadi yang terdepan mengeluarkan strategi jitu dalam membina keluarga agar harmonis. Karena , ia adalah pemimpin keluarga yang akan menentukan arah dari perkembangan keluarga tersebut kedepannya ,baik secara mental maupun spiritual. Dimana aspek mental adalah pembinaan kepribadian para anggota keluarga secara jiwa yang sudah barang tentu melahirkan tindak dan ucap yang terpuji yang terpancar untuk sekelilingnya terlebih ketika mereka berkecimpung dengan dunia luar katakanlah masyarakat.

Disamping itu , aspek spiritual bagi para anggota keluarga perlunya ayah melakukan pembinaan adalah bagaimana seorang ayah mengarahkan dan membekali akal dan pikiran dengan unsur keagamaan sebagai fondasi untuk aspek mentalnya.Karena baik mental maupun spiritual ini saling berkaitan ,hingga sangat pasti jikalau mental buruk berarti spritualnya belum mantap tergarap atau terbina secara baik.

Dalam upaya mengeluarkan strategi tentunya ayah mesti memiliki ilmu yang mumpuni terkait hal tsb .inilah indikasi bahwa seorang pemimpin keluarga harus haus dengan ilmu ,rajin membaca,diskusi dengan sesama kepala keluarga ,rajin mengunjungi majelis ilmu dan lain hal yang mendukung dalam pengkokohan ilmu yang nantinya bisa diaplikasikan bagi keluarganya.

Setelah amunisi siap ,yakni ilmu maka ayah perlu menerapkan bagi kelurganya dengan cara yang baik dan benar agar bisa terealisasi sesuai harapan.karena Tak jarang terdapat pula ayah yang secara ilmu ia telah siap namun penyampaiannya tidak tepat hingga menghasilkan kesia-siaan bagi anggota keluarganya terutama istri dan anaknya. Maka dari itu ,sangat penting pula proses pembinaan atau pendidikan pada keluarga oleh ayah adalah dengan menerapkan rumus “kapan teman kapan atasan”.Maksudnya perlu dibangun suasana kondusif dan menyamankan ketika komunikasi dengan istri dan anak dengan memberikan penjelasan yang menyentuh bahwa sebuah keluarga memiliki jabatan-jabatan di dalamnya seperti ada ayah sebagai kepala ada ibu sebagai wakil ada anak sebagai prajurit.Dan setiap jabatan tersebut terdapat hak serta kewajiban. Disamping itu , disaat saat tertentu dapat pula semua anggota keluarga berposisi sebagai teman satu sama lain yakni ketika melakukan sharing dalam forum yang baik tentunya. Dengan demikian , maka setiap anggota keluarga tidak akan merasa terpaksa bahkan terintimidasi oleh kebijakan sang ayah dalam memimpin keluarga karena pada dasarnya ayah seperti melakukan penanaman ilmu tapi secara halus dan bijak.

Karena tidak dapat disangkal pula , pada kenyataannya terdapat pula kasus bahwasanya ayah sebagai kepala keluarga merasa gagal dalam memimpin keluarga ,terlihat setiap anggota keluarga terutama anak dan isteri berlaku dan berucap tidak baik tak sesuai harapan.Hal ini pastinya terjadi karena kurangnya ilmu sang ayah plus menanamkan nilai-nilai kebaikannya tidak pas atau cocok bahkan seperti sebuah pemaksaan. Inilah proses pembinaan yang tak berhasil karena bisa dibilang “bebal yang tak berujung” dimana sebagai contoh isteri sering melawan pada suami, boros ,lupa waktu mengurus anak dsb.kemudian anak nakal melebihi batas, menjadi pembohong,suka melawan ketika diberi tahu dsb.

Dengan demikian , menjadi sangat penting kepemimpinan ayah dalam keluarga untuk mengarahkan semua anggotanya dalam jalan yang baik secara mental maupun spiritual sehingga kondisi bebal tak berujung seperti contoh diatas tidak terjadi.

 

 

 imageIDENTITAS PENULIS

Judul Artikel : BEBAL TAK BERUJUNG dalam proses pendidikan keluarga

Nama Pengarang : Reki Manungga

Email : rekimanungga178@gmail.com

Alamat Blog : http://expersuper.blogspot.com/

Facebook : -

BACA SELENGKAPNYA »

Sabtu, 06 April 2013

Pelajar Arisan PSK, Tantangan guru dalam mendidik siswa

Luar biasa aktifitas pelajar-pelajar kita saat ini. Ada yang berprestasi di bidang mata pelajaran dan seni budaya baik di tingkat lokal maupun internasional. Ada juga yang ‘juara’ di bidang kenakalannya baik di tingkat lokal maupun internasional. Kalau berita prestasi pelajar yang sukses meraih emas, perak atau perunggu di berbagai kejuaraan tentu sangat membanggakan dan melegakan. Akan tetapi bila ‘prestasi’ pelajar yang meraih ‘juara’ arisan PSK, hal itu tentu sangat menyesakkan dada dan memalukan. Inilah pukulan telak menampar wajah semua manusia yang masih memiliki iman. Barangkali inilah satu-satunya model ‘kejuaraan’ yang pernah ada baik di level daerah maupun di dunia internasional. Karena saya sendiri, selama bertahun-tahun mengikuti berita, baru kali ini tahu ada ‘kejuaraan’ semacam arisan PSK. Setahu saya, justru ‘arisan’ itu kegiatan seorang PSK bukan kegiatan seorang pelajar. image

Fakta Di Depan Mata

Ini merupakan fakta riil yang harus benar-benar menjadi perhatian serius, bukan dianggap sekedar angin lalu, oleh siapapun. Tak peduli kita ini hanya rakyat biasa atau rakyat yang ‘luar biasa’ yang saat ini duduk sebagai Kepala Dikbud Kabupaten/Kota, anggota Legislatif maupun Eksekutif. Semua harus buka mata buka telinga dan buka hati nuraninya dengan fakta bahwa telah ada ‘kejuaraan’ arisan PSK oleh pelajar tingkat SMA. Beberapa hari yang lalu, koran ini dengan jeli memuat pengakuan PSK di eks Lokalisasi Gunung Sampan, Desa Kotakan, Situbondo kepada Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Situbondo bahwa mereka menjadi objek arisan siswa-siswa SMA disana. Dan kegiatan arisan telah berjalan tiap pekan dan tidak hanya sekali. Artinya setiap pekan para pelajar ini ‘sukses’ menyisihkan uang jajannya untuk ‘jajan’ PSK lewat arisan. Nama yang keluar sebagai ‘pemenang’ arisan, berhak mengencani PSK yang telah di-booking. Astaghfirullah, dimanakah orang tua mereka? Dimanakah guru-guru mereka? Dimanakah aparat pemerintah mereka? Potret ini pelakunya masih baru para pelajar SMA, belum lagi yang sudah mahasiswa.

Tentu sangat mengkhawatirkan sekali model pergaulan antar pelajar dan mahasiswa saat ini. Membaca rubrik Jati Diri di harian Jawa Pos (12/12), maka sudah waktunya semua stake holder pendidikan dan masyarakat luas harus full-concern dengan pergaulan bebas dan tingkah pola anak-anaknya. Di rubrik ini memberitakan bahwa pada tahun 1999, seorang mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Iip Wijayanto melakukan penelitian dan menemukan kesimpulan bahwa 97,05 persen mahasiswi Jogjakarta tidak perawan. Artinya bila ada 100 orang mahasiswi, maka 97 orang diantaranya pernah melakukan hubungan layaknya suami istri, entah hubungan itu dalam ikatan resmi atau tidak. Ini baru penelitian untuk mahasiswi saja belum untuk yang mahasiswa, mungkin persentasenya tidak jauh beda. Dan penelitian ini telah dilakukan 13 tahun yang lalu, bagaimana dengan sekarang?

Kita semua tahu, pergaulan sudah sangat bebas, keluarga dan masyarakat sangat permissive (serba boleh), norma-norma agama dan sosial hanya ‘bersuara keras dan tegas’ ada di atas kertas dan di pengajian-pengajian. Pantas saja di Indonesia setiap tahun terdapat 2,6 juta kasus aborsi. Sebanyak 700.000 pelaku aborsi itu adalah remaja atau perempuan berusia di bawah 20 tahun. Data ini dipaparkan dalam seminar yang diselenggarakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana bekerja sama dengan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan. Kondisi ini semakin parah ketika membaca hasil pemantauan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di sembilan provinsi pada tahun 2012. KPAI mencatat sedikitnya 86,6 persen anak menjadi korban tindak kekerasan di sekolah. Jadi, sekolah-sekolah tidak lagi menjadi tempat yang aman untuk belajar. Bisa baca beritanya di harian Jawa Pos (12/12).

Sinergi Komprehensif Stake Holder

Memang tidak semua pelajar terlibat dalam perilaku negatif dan menyimpang seperti ini. Memang tidak semua keluarga dan masyarakat acuh tak acuh dengan life sytle anak-anaknya. Memang pemerintah telah bekerja semaksimal mungkin menyelenggarakan pendidikan dan mendidik pelajar-pelajarnya dengan sebaik-baiknya. Namun merebaknya kasus-kasus pelajar bak tumbuhnya jamur di musim penghujan, menggambarkan stake holder pendidikan di negeri ini pasti lebih banyak yang tidak peduli daripada yang peduli. Maka sudah saatnya stake holder pendidikan melakukan perubahan kebijakan secara komprehensif (luas dan lengkap), jangan sebagian-sebagian.

Pertama, pihak sekolah wajib memberikan perhatian serius dan kebijakan yang ketat untuk urusan pergaulan antara siswa dengan siswi. Contoh: dilarang berboncengan antara siswa-siswi baik saat pergi dan pulang dari/ke sekolah. Memang hal ini terkesan masalah sepele, akan tetapi bila pihak sekolah tidak memberikan batasan-batasan yang tegas dan jelas, maka akibatnya pergaulan siswa-siswinya bisa seperti pergaulan antara suami-istri.

Kedua, pihak keluarga tentu lebih wajib lagi memantau setiap saat perkembangan putra-putrinya. Dimanapun mereka berada, apapun aktifitasnya, dan dengan siapapun mereka bergaul, jangan lupa selalu up date perkembangannya. Berikan batasan-batasan pergaulan dan aktifitas yang jelas, mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Contoh: boleh bermain di luar rumah asalkan bersama sesama jenis. Boleh ke warung internet (warnet), setelah waktu belajar dan ditemani oleh kakak/adik.

Ketiga, pihak masyarakat harus lebih sensitif dan peduli terhadap aktifitas pelajar yang dilakukan di luar sekolah. Tentu masyarakat bisa membedakan antara kegiatan siswa yang memang terprogram oleh pihak sekolah dan program pribadi pelajar itu sendiri. Contoh: komunitas PSK, yang merupakan bagian dari masyarakat, tentu saja tahu pelanggan mereka adalah pelajar. Harusnya para PSK ini menolak mentah-mentah bahkan mengusir pelajar-pelajar yang berbuat maksiat, bukan malah mempersilahkan bersenang-senang dengannya.

Terakhir, pihak pemerintah tentu harus menggunakan ‘tangannya’ untuk merubah kemaksiatan menjadi kebajikan. Dalam terminologi agama tentu saja ber-amar ma’ruf nahi mungkar sebagai manifestasi kuatnya iman sebagai wakil rakyat. Contoh: membuat regulasi pelajar dilarang berkeliaran di luar sekolah selama jam efektif belajar, kecuali ada tugas khusus dari sekolah.

Ke-4 pihak di atas harus segera mensinergikan diri dan menjalin komunikasi intensif dalam menjaga putra-putrinya. Karena tanggungjawab anak didik bukan milik salah satu pihak. Mana mungkin pihak sekolah harus terus menerus menjaga siswa-siswinya sampai ke tempat-tempat PSK. Tentu tidak mungkin, maka masyarakat, keluarga dan aparat pemerintahlah yang bertanggungjawab. Dan bila semua sudah bersinergi, satu perasaan, satu pemikiran dan satu tindakan, insya Allah kenakalan-kenakalan pelajar bisa di-minimalisir. Semoga!

Referensi :

- Koran Jawa Pos tanggal 12 Desember 2012

 

Identitas Penulis

image Judul Artikel : Pelajar Arisan PSK

Nama Pengarang : Eka Sugeng Ariadi

Nomor Identitas, NIP, NIY : 19800812 200710 1 005

Institusi Kerja : MIN Beji Kabupaten Pasuruan

Email : ekasugengariadi@yahoo.com

Alamat Blog : ekasugengariadi.guru-indonesia.net

Facebook : Eka Sugeng Ariadi

BACA SELENGKAPNYA »

Kamis, 17 Januari 2013

Teknologi informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan

Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan teknologi informasi, maka dunia pendidikan pun tidak lepas dari pengaruh perkembangan tersebut. Secara khusus untuk pendidikan pengaruhnya akan dirasakan dengan adanya kecenderungan :

  1. Bergesernya pendidikan dan pelatihan dari sistem yang berorientasi pada guru/dosen/lembaga ke sistem yang berorientasi pada siswa/mahasiswa/peserta didik.
  2. Tumbuh dan makin memasyarakatnya pendidikan terbuka/jarak jauh.
  3. Semakin banyaknya pilihan sumber belajar yang tersedia.
  4. Diperlukannya standar kualitas global dalam rangka persaingan global.
  5. Semakin diperlukannya pendidikan sepanjang hayat (life long learning). 
Aplikasi teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan terciptanya lingkungan belajar global yang berhubungan dengan jaringan yang menempatkan siswa di tengah-tengah proses pembelajaran, dikelilingi oleh berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik. Untuk itu, sistem pendidikan konvensional seharusnya menunjukkan sikap yang bersahabat dengan alternatif cara belajar yang baru yang sarat dengan teknologi.


BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 15 Januari 2013

Manfaat teori pendidikan

Aktivitas kerja pendidikan hanya dapat dilakukan oleh manusia yang memiliki lapangan dan jangkauan yang sangat luas mencakup semua pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Teori dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan yang memiliki hubungan komplementer, yang saling mengisi satu sama lainnya. Praktik pendidikan seperti pelaksanaan pendidikan dalam lingkungan keluarga, pelaksanaan pendidikan di sekolah, pelaksanaan pendidikan di masyarakat, dapat dijadikan sumber dalam penyusunan suatu teori pendidikan. Suatu teori pendidikan dapat dijadikan sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan praktik pendidikan.

Gunning pernah berkata: “Teori tanpa praktik adalah baik pada kaum cerdik cendekiawan dan praktik tanpa teori hanya terdapat pada orang-orang gila dan para penjahat”. Teori pendidikan mutlak perlu dipelajari secara akademis, apalagi bagi mereka yang dipersiapkan untuk menjadi seorang pendidik.

Teori pendidikan perlu dan harus kita pelajari, karena yang akan dihadapi adalah manusia, menyangkut nasib hidup dan kehidupan manusia, menyangkut harkat martabat manusia, serta hak asasinya.

Manfaat teori pendidikan :
  1. Member arah serta tujuan mana yang akan dicapai.
  2. Untuk memperkecil kesalahan dalam praktik, atas dasar teori pendidikan, diketahui mana yang boleh dana mana yang tidak boleh dilakukan.
  3. Berfungsi sebagai tolok ukur, sejauh mana kita telah berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikan.
BACA SELENGKAPNYA »

Jumat, 04 Januari 2013

Cara pengembangan kurikulum mulok

berikut ini adalah Cara pengembangan kurikulum mulok.


Cara-cara pengembangan kurikulum muatan lokal yaitu :
  1. Tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia dan harus sesuai dengan UUD 1945 dalam menyusun materi muatan lokal. Pengembangan kurikulum seyogyanya selalu berpikir lima sila dan Pancasila.
  2. Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik yang akan mempelajari kurikulum dimaksud. Siswa yang belajar memiliki banyak dimensi kepribadian.
  3. Ada di sekitar dan dekat dengan siswa, artinya ada di lingkungan kehidupan siswa, baik lingkungan keluarga, sekolah ataupun lingkungan bermain.
  4. Bukan hanya dapat disusun dan dituliskan, tetapi harus dapat dilaksanakan.

Pertimbangan dalam penyusunan muatan lokal  adalah :
  1. Minat murid untguk kelas-kelas tertentu berdasarkan atas perkembangannya, yang didukung oleh kesepakatan (mayoritas) orang tua. Kesepakatan tersebut dapat dilakukan lewat tatap muka isian yang diedarkan melalui anak-anak mereka.
  2. Tersedianya tenaga pengajar, dari guru-guru yang ada di sekolah yang bersangkutan maupun dari luar sekolah.
  3. Sarana pendukung yang berwujud bahan, peralatan, biaya dan fasilitas lain yang dapat mempermudah pelaksanaan kurikulum mulok.
  4. Memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan intelektual dan daya nalar yang tinggi.
  5. Mendorong siswa untuk aktif dan kreatif
  6. Membimbing siswa agar mampu mandiri dan menolong diri sendiri serta memiliki etos kerja yang tinggi.
  7. Mendidik siswa untuk mempunyai sikap tanggap dan peduli terhadap lingkungan dan bersedia bertanggung jawab melestarikan dan mengembangkannya.

Dasar-dasar penyusunan muatan lokal adalah :
  1. Kelayakan budaya daerah merupakan akar budaya nasional yang perlu ditumbuhkembangkan serta dilestarikan agar tidak tergilas oleh kemajuan zaman.
  2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai dengan kondisi perekonomian daerah.
  3. Potensi-potensi yang ada di daerah tersebut dapat dijadikan sumber kehidupan dan penghasilan bagi keluarga.
jika anda punya cara yang lain, silahkan berbagi disini.
BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 04 Desember 2012

Pengertian filsafat pendidikan

Pengertian filsafat pendidikan secara sederhana sudah dapat dimengerti dari namanya sendiri, yaitu filsafat yang dijadikan dasar pandangan bagi pelaksanaan pendidikan. Akan tetapi persoalan sesungguhnya tidaklah sesederhana itu. Pengertian filsafat sebagai ilmu yang paling komprehensif, dan pengertian pendidikan sebagai ilmu dan lembaga pembinaan manusia sedemikian luas lingkup dan permasalahannya.

Pandangan hidup yang telah diyakini kebenarannya oleh suatu bangsa biasanya diwariskan kepada generasi berikutnya. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga kelestarian kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sarana yang paling praktis dan efektif untuk mewariskan ide-ide filsafat kepada generasi penerus bangsa adalah melalui pendidikan. Dalam hal ini tiap filsafat negara berarti pula dasar filsafat pendidikan bangsa itu. Karena pendidikan adalah lembaga yang melaksanakan pembinaan manusia baik sebagai warga negaramaupun sebagai pribadi. Pendidikan harus mampu melaksanakan tugas mengamankan dan mewariskan secara konsekuen nilai-nilai filsafat bangsa dan negara demi kelangsungan hidup dan eksistensi bangsa itu . setiap bangsa yang melaksanakan aktivitas pendidikan secara prinsipal adalah untuk membina nilai-nilai filosofis bangsa itu , setelah itu barulah dimaksudkan untuk membina aspek-aspek pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang lain.
Bidang ilmu pendidikan dengan segala cabangnya merupakan landasan ilmiah bagi pelaksanaan pendidikan yang terus berkembang secara dinamis dan terus menerus. Filsafat pendidikan sesuai dengan peranannya merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan. Kedua hal tersebut harus menjadi pengetahuan dasar bagi setiap pelaksana pendidikan.
Aktivitas pendidikan pada hakekatnya adalah membantu manusia untuk mencapai kedewasaan dan kematangan. Potensi manusia yang paling alamiah adalah tumbuh dan berkembang untuk menuju kedua hal itu. Akan tetapi kita melihat kenyataan bahwa tidak semua manusia dapat  berkembang sebagaimana yang diharapkan. Timbulah berbagai pemikiran tentang adanya hal-hal yang mempengaruhi proses kedewasaan dan kematangan tersebut, seperti ada tokoh yang mengatakan bahwa perkembangan manusia mutlak ditentukan oleh faktor (Nativis), sebaliknya ada tokoh yang mengatakan bahwa pengaruh mutlak berasal dari lingkungan atau pendidikan (Empiris), dan ada pendapat yang mengabungkan antara bakat dan pendidikan (Konvergensi).
Dari pembicaraan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam filsafat pendidikan terkandung nilai-nilai, cita-cita, gambaran tentang tingkah laku individu atau masyarakat yang diharapkan. Hal itu mempunyai dampak bagi seorang pendidik sebagai pelaksana pendidikan. Seorang pendidik harus memiliki “Filsafat” yang sistematis-logis, dan menyakini betul nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup bangsa. Cara berpikir, berperasaan, bersikap, dan bertingkah laku harus dapat mencerminkan atau merupakan manifestasi gambaran tentang masyarakat yang diharapkan terwujud. Hal itu disebabkan tugas guru yang harus membantu mengarahkan anak-anak untuk membentuk filsafat hidupnya yang sehat yang mencerminkan isi filsafat pendidikan, yaitu Pancasila.
BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit