Tampilkan postingan dengan label pembelajaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pembelajaran. Tampilkan semua postingan

Jumat, 14 Juni 2013

Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer of Instruction)

Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer of Instruction), Pihak Departemen Pendidikan Nasional telah memprogram bahan pembelajaran yang harus diberikan guru kepada peserta didi pada suatu waktu tertentu. Di sini guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM tersebut dengan memperhatikan berbagai komponen dalam system pembelajaran yang meliputi :

  1. Membuat dan merumuskan TIK
  2. Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif, sistematis, dan fungsional efektif.
  3. Merancang metode yang disesuaikan situasi dan kondisi siswa
  4. Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dalam pengajaran
  5. Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan memperhatikan relevansi (seperti juga materi), efektif dan efisien, kesesuaian dengan metode, serta pertimbangan praktis. image
Jadi, dengan waktu yang sedikit atau terbatas tersebut, guru dapat merancang dan memperesiapkan semua komponen agar berjalan dengan efektif dan efisien. Untuk itu, guru harus memiliki kemampuan yang cukup memadai tentang prinsip-prinsip belajar, sebagai landasan dari perencanaan
BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 04 Juni 2013

Variasi dalam Pembelajaran

Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi di dalam kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa.Variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. image

Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas.Untuk mengatasi kebosanan siswa tersebut perlu adanya variasi, dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar ada tiga aspek, yaitu :

1. variasi dalam gaya mengajar yang meliputi variasi suara, pemusatan perhatian, kesenyapan, pergantian posisi guru, kontak pandang serta gerakan badan dan mimik.

2. Variasi pola interaksi dan kegiatan.

3. Variasi penggunaan alat bantu pengajaran yang meliputi alat/bahan yang dapat didengar, dilihat, dan dimanipulasi.

BACA SELENGKAPNYA »

Sabtu, 25 Mei 2013

Pembelajaran tematik integratif Kurikulum 2013 SD/MI

Kurikulum SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.

Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. image

Dalam pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya.

Dari sudut pandang psikologis, peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI sudah mulai mampu berpikir abstrak. Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut pandang transdisciplinarity maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya.

image
BACA SELENGKAPNYA »

Kamis, 14 Februari 2013

Istilah istilah dalam Pembelajaran

Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik.

clip_image001[4]

Sedangkan istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan perang atau dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan. Menurut Ruseffendi (1980), istilah strategi, metode, pendekatan dan teknik mendefinisikan sebagai berikut :

1. Strategi pembelajaran adalah separangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menetukan warna atau strategi tersebut, yaitu :

a. Pemilihan materi pelajaran (guru atau siswa)

b. Penyaji materi pelajaran (perorangan atau kelompok, atau belajar mandiri)

c. Cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif, analitis atau sintesis, formal atau non formal)

d. Sasaran penerima materi pelajaran ( kelompok, perorangan, heterogen, atau homogen.

2. Pendekatan Pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Misalnya memahami suatu prinsip dengan pendekatan induktif atau deduktif.

3. Metode Pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing dan sebagainya.

4. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang.

Sedangkan Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambakan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa (Didang : 2005)

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 : 203), pengertian strategi (1) ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam dan perang damai, (2) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

Soedjadi (1999 :101) menyebutkan strategi pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang diharapkan. Untuk dapat mengubah keadaan itu dapat ditempuh dengan berbagai pendekatan pembelajaran. Lebih lanjut Soedjadi menyebutkan bahwa dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik. Secara sederhana dapat dirunut sebagai rangkaian :

teknik metode pendekatan strategi model

Istilah “ model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil dan Showers, 1992)

Lebih lanjut Ismail (2003) menyatakan istilah Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :

1. rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,

2. tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

3. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan

4. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Berbedanya pengertian antara model, strategi, pendekatan dan metode serta teknik diharapkan guru mata pelajaran umumnya dan khususnya matematika mampu memilih model dan mempunyai strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan standar kompetensi serta kompetensi dasar dalam standar isi.

Referensi :

• Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

• Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran), Modul Diklat Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat PLP.

• Rahmadi Widdiharto. (2006). Model-model Pembelajaran Matematika. Makalah diklat guru pengembang matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.

• Slavin (1994). Cooperative Learning, Theory, Research, and Practice (Second Edition).

BACA SELENGKAPNYA »

Senin, 21 Januari 2013

Peranan guru dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran

Peranan yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa  adalah sebagai berikut.
 

Pertama, Meningkatan persepsi siswa terhadap kemampuan guru yang meliputi atensi dan ekspektasi. Persepsi siswa terhadap kemampuan guru berbeda-beda ditentukan karakteristik pribadi perilaku persepsi yang meliputi sikap, motif, minat, dan harapan. Faktor internal yang melekat dalam diri perilaku persepsi siswa adalah belajar karena merasa perlu untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. Sebagai pelaku persepsi perlu diajak mampu berpikir logis dan rasional. Hal tersebut diperlukan agar memberikan kesan secara objektif dan tidak terlalu dipengaruhi oleh faktor internal saja yang bersumber pada keyakinan dan karakteristik kepribadian seseorang.

Kedua, guru harus berkualitas tinggi keilmuannya, hal ini diperlukan agar guru mampu menyadarkan siswa terhadap adanya faktor eksternal yang bersumber dari situasi dan lingkungan melalui proses informasi yang dapat mempengaruhi persepsi.

Ketiga, mencairkan suasana dan kontradiksi karena bervariasinya siswa. Siswa cenderung kontradiktif karena : (1) di satu sisi siswa kelompok terlalu aktif berbicara, di lain pihak ada kelompok yang selalu diam, (2) terdapat siswa yang bergerak secara cepat dan sebaliknya ada pula yang justru sangat lamban, (3)siswa merasa sudah tahu semuanya, (4) siswa yang mengalami problema kepribadian.

Keempat, guru tidak hanya sekedar melaksanakan tugas memberikan bimbingan belajar tetapi harus memberikan informasi yang jelas sehingga mudah dicerna oleh siswa.

Kelima, seleksi terhadap guru yang tidak hanya menguasai masalah teknik, melainkan juga dituntut untuk dapat menyalurkan kemampuan dan keterampilannya kepada siswa. Syarat sebagai guru adalah kemampuan untuk melakukan komunikasi. Kualitas guru akan memberikan kontribusi besar terhadap efektivitas belajar. Dalam praktik mungkin gagasan ini tidak mudah diterapkan, karena guru yang memiliki penguasaan teknih baik dan sekaligus memiliki kemampuan komunikasi yang baik itu jumlahnya relatif terbatas.

Keenam, guru memberikan demonstrasi dan uji coba untuk diikuti oleh siswa. Demonstrasi tidak hanya berupa percontohan teknis, tetapi juga menunjukan kinerja yang lebih baik.

Ketujuh, pada hakikatnya persepsi terlihat pada kemampuan guru. Apabila kemampuan guru meningkat, maka persepsinya cenderung baik. Namun penampilan dan cara guru membawakan diri dalam hubungannya dengan siswa akan sangat mempengaruhi persepsi siswa.

Sedangkan kenyataan yang masih banyak ditemui di lapangan adalah guru tidak merasa perlu untuk memperbaiki metodologi pengajaran yang selama ini mereka lakukan, karena mereka menganggap cara mengajar mereka sudah benar. Bahkan mereka tidak berusaha untuk meningkatkan persepsi siswa terhadap pembelajar yang berlangsung di sekolah.
BACA SELENGKAPNYA »

Senin, 31 Desember 2012

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR

Abstrak: Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Karakteristik pembelajaran tematik yaitu: berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung kepada siswa, pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., fleksibel, hasil pembelajaran berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Landasan pembelajaran tematik ada tiga, yaitu: filosofis, psychologis, dan yuridis. Prinsip pembelajaran tematik adalah terintegrasi dengan lingkungan, bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan efisiensi. Kelebihan pembelajaran tematik, yaitu: menyenangkan, memberikan pengalaman, hasil belajar dapat bertahan lama, berkesan, dan bermakna, mengembangkan keterampilan berfikir anak, menumbuhkan keterampilan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap, menyajikan kegiatan yang bersifat nyata. Implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: perencanaan meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis indikator, penetapan jaringan tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP, penerapan/pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah; kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir, evaluasi/penilaian. Sistem penilaian pembelajaran tematik adalah penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang digunakan berupa tes dan non tes, yang meliputi; tertulis, lisan, perbuatan, catatan perkembangan siswa, portofolio. Penilaian ini tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi terpisah sesuai kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata pelajaran, sehingga nilai akhir pada Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS) atau rapor dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran.clip_image001

Kata kunci: Tematik, karaktersitik, landasan, prinsip, kelebihan, implementasi, penilaian

PENDAHULUAN

Peserta didik sekolah dasar kelas awal, yaitu kelas I, II, dan III berada pada rentang usia dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang, karena pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Pada usia dini tersebut, berbagai kecerdasannya seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat pesat, dan tingkat perkembangannya masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), serta memahami hubungan antar konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek kongkret dan pengalaman langsung.

Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman terhadap objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Jika kedua proses tersebut berlangsung terus-menerus, akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang, sehingga secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi diri anak dengan lingkungannya.

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasional kongkret dan perilaku belajarnya, (1) mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek ke aspek lain secara reflektif dan serentak, (2) mulai berpikir secara operasional, (3) berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana dan mempergunakan hubungan sebab akibat, (5) memahami konsep substansi, volume, panjang, lebar, luas, dan berat. Ciri belajar anak usia sekolah dasar adalah, (1) kongkret (dapat dilihat, didengar, dibau, dikecap, diraba, dan diotak-atik), (2) integratif (segala sesuatu dipandang sebagai satu keutuhan), (3) hierarkis (urut, logis, keterkaitan antar materi, cakupan keluasan dan kedalaman materi).

Belajar adalah proses perubahan di dalam kepribadian berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan guru/pendidik.

Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses pengkaitan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Belajar akan lebih bermakna apabila anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera secara utuh, dari pada hanya mendengarkan penjelasan guru saja dan secara terpisah-pisah. Oleh karena itu, pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah pada kelas awal, akan menyebabkan kurang berkembangnya berpikir holistik dan membuat kesulitan dalam memahami konsep, sehingga berdampak pada tingginya angka mengulang kelas dan angka putus sekolah pada kelas awal tersebut.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak pada kelas awal adalah pembelajaran yang dikelola secara terpadu melalui pendekatan tematik.

PEMBAHASAN

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Poerwadarminta (1984: 1.040) Tema adalah pokok pikiran; dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengarang sajak, dsb).

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran IPA dan Matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, Bahasa Indonesia, Penjasorkes, dan SBK. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik, yaitu: (1) pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan utuh, (2) dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan alokasi waktu untuk setiap topik, banyak sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan, (3) pilihlah tema yang terdekat dengan siswa, (4) lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai dari tema tersebut.

Pemilihan tema dalam pembelajaran tematik dapat berasal dari guru dan siswa. Pada umumnya guru memilih tema dasar dan siswa menentukan unit temanya. Tema juga dapat dipilih berdasarkan pertimbangan konsensus antar siswa.

Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Di samping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa.

Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut: (1) berpusat pada siswa, (2) memberikan pengalaman langsung kepada siswa, (3) pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak, (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., (5) bersifat luwes (fleksibel), (6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

Yang dijadikan landasan dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar adalah: (1) aliran progresivisme yang memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa, (2) aliran konstruktivisme yang melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya, (3) aliran humanisme  yang melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya, (4) landasan psikologis, dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya, (5) landasan yuridis, yaitu UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9) dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).

Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu: (1) bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan, (2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan (3) efisiensi.

Menurut Kunandar (2007) pembelajaran tematik memiliki kelebihan yaitu: (1) menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik, (2) memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik, (3) hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna, (4) mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi, (5) menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama, (6) memiliki sikap toleransi komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain, (7) menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.

Dengan tema diharapkan akan memberikan keuntungan, di antaranya: (1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, (2) siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama, (3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, (4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, (5) siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, (6) siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk memgembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, (7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkan sekaligus diberikan dalam dua atau tiga kali pertemuan, sedangkan selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial dan pengayaan.

Selain memiliki kelebihan, pembelajaran tematik juga terdapat beberapa kelemahan yang ditimbulkannya. Adapun kelemahan pembelajaran tematik terjadi jika dilakukan oleh guru tunggal, misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga guru akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran dan tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi dan keterampilan dalam melakukan perencanaan dan pengelolaan pembelajaran tematik.

Pembelajaran tematik di sekolah dasar merupakan suatu hal yang dapat dianggap relatif baru dan pemahamannya oleh guru belum mendalam, sehingga dalam implementasinya belum sesuai dengan yang diharapkan. Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran tematik ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan secara intensif tentang pembelajaran tematik ini. Di samping itu juga guru masih sulit meninggalkan kebiasan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata pelajaran/bidang studi.

Pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar pada saat ini difokuskan pada kelas awal yautu kelas I, II, dan III atau kelas yang anak-anaknya masih tergolong pada anak usia dini, walaupun sebenarnya pendekatan pembelajaran tematik ini bisa dilakukan di semua kelas.

Implementasi pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) perencanaan, (2) penerapan pembelajaran, (3) evaluasi. Dalam tahap perencanaan pembelajaran tematik, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: (a) perencanaan meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis indikator, penetapan jaringan tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP. Sedangkan dalam tahap penerapan/pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui langkah-langkah kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir. Serta dalam tahap evaluasi atau penilaian pembelajaran tematik adalah penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang digunakan berupa tes dan non tes, yang meliputi; (1) tes tertulis, (2) tes lisan, (3) tes perbuatan, (4) catatan perkembangan siswa, (5) portofolio. Penilaian ini tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi terpisah sesuai kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata pelajaran, sehingga nilai akhir pada Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS) atau rapor dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pembahasan tentang pembelajaran tematik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa; (2) Karakteristik pembelajaran tematik yaitu: (a) berpusat pada siswa, (b) memberikan pengalaman langsung kepada siswa, (c) pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak, (d) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., (e) bersifat luwes (fleksibel), (f) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; (3) Landasan pembelajaran tematik ada tiga, yaitu: (a) filosofis, (b) psychologis, dan (c) yuridis; (4) Prinsip pembelajaran tematik adalah (a) terintegrasi dengan lingkungan, (b) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan (c) efisiensi; (5) Kelebihan pembelajaran tematik, yaitu: (a) menyenangkan, (b) memberikan pengalaman, (c) hasil belajar dapat bertahan lama, berkesan, dan bermakna, (d) mengembangkan keterampilan berfikir anak, (e) menumbuhkan keterampilan sosial, (f) menumbuhkan sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap, (g) menyajikan kegiatan yang bersifat nyata; (6) Implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: (a) perencanaan meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis indikator, penetapan jaringan tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP, (b) penerapan/pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah: kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir, (c) evaluasi/penilaian; (7) Sistem penilaian pembelajaran tematik adalah penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang digunakan berupa tes dan non tes, yang meliputi; (1) tes tertulis, (2) tes lisan, (3) tes perbuatan, (4) catatan perkembangan siswa, (5) portofolio. Penilaian ini tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi terpisah sesuai kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata pelajaran, sehingga nilai akhir pada Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS) atau rapor dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran.

Berdasarkan pembahasan dan simpulan tentang pembelajaran tematik, maka dapat disarankan bahwa: (1) Guru harus kreatif dalam merencanakan dan mengelola pembelajaran, sehingga pembelajaran tematik dapat berjalan sesuai yang diharapkan; (2) Siswa agar selalu siap dan aktif dalam mengikuti pembelajaran tematik, sehingga memperoleh hasil belajar yang bermakna; (3) Sekolah agar memfasilitasi dan menyediakan berbagai sarana, prasarana, dan sumber belajar untuk kelangsungan pembelajaran tematik.

Referensi :

Depdiknas. 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta: Puskur Balitbang.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/13/pembelajaran-tematik-di-kelas-awal-sekolah-dasar/

http://media-grafika.com/pembelajaran-tematik

Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004. Malang: Bayumedia Publishing.

Undang-Undang No.23 Tahun 2002. Perlindungan Anak. Jakarta: Pemerintah RI.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pemerintah RI.

www.pppg tertulis.or.id.PembelajaranTematik

www.p3gmatyo.go.id.PembelajaranTematik

IDENTITAS PENULIS

Judul Artikel : IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR

Nama Pengarang : SUTIYONO, S.Pd.SD

Nomor Identitas, NIP, NIY : 19640513 198608 1 001

Institusi Kerja : SD 2 Besito

Email : sutiyono459@yahoo.com

Alamat Blog : sutiyonokudus.wordpress.com

Facebook : Suti Yono

clip_image002

BACA SELENGKAPNYA »

Rabu, 12 Desember 2012

Makna Pembelajaran

Pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja, oleh   karena   itu,   pembelajaran   pasti   mempunyai   tujuan.   Adapun   tujuan pembelajaran  menurut  Darsono  dkk. (2000)  adalah  membantu  siswa  agar memperoleh berbagai pengalaman, sehingga tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas   maupun   kualitas.   Pengalaman   tersebut   meliputi   pengetahuan, ketrampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku. 

Pembelajaran dilakukan dengan pengaturan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar yang mencakup unsur-unsur belajar   efektif   yang   mempengaruhi   kesuksesan   siswa (DePorter, 2003).
Pembelajaran yang baik menurut aliran Gestalt, yaitu usaha untuk memberi materi pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikannya (mengaturnya)menjadi suatu pola bermakna (Gestalt) (Darsono dkk., 2000). Menurut Mursell & Nasution (2002), agar pembelajaran berlangsung dengan baik maka proses pembelajaran harus mengandung makna sebanyak-banyaknya bagi siswa, bukan dengan rutinitas pengumpulan fakta.

Sumber :
  • Darsono, dkk. 2000. ”Belajar dan Pembelajaran”. Semarang : CV. IKIP Semarang Press.
  • DePorter, B; M. Reardon & S. S. Nourie. 2003. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
  • Mursell, J. dan S. Nasution. 2002. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Bumi Aksara.
BACA SELENGKAPNYA »

Minggu, 09 Desember 2012

Belajar mengajar dengan Metode Kerja Lapangan

Metode kerja lapangan merupakan metode mengajar dengan mengajak siswa kedalam suatu tempat diluar sekolah yang bertujuan tidak hanya sekedar observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif ke lapangan kerja agar siswa dapat menghayati sendiri serta bekerja sendiri didalam pekerjaan yang ada dalam masyarakat. 


Kelebihan metode kerja lapangan
  • Siswa mendapat kesemmpatan untuk langsung aktif bekerja dilapangan sehingga memperoleh pengalaman langsung dalam bekerja
  • Siswa menemukan pengertian pemahaman dari pekerjaan itu mengenai kebaikan maupun kekurangannya.
Kelemahaan metode kerja lapangan 

  • Waktu terbatas tidak memungkinkan memperoleh pengalaman yang mendalam dan penguasaan pengetahuan yang terbatas
  • Untuk kerja lapangan perlu biaya yang banyak. Tempat praktek yang jauh dari sekolah shingga guru perlu meninjau dan mepersiapkan terlebih dahulu
  • Tidak tersedianya trainer guru/pelatih yang ahli.
( Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta )

BACA SELENGKAPNYA »

Kamis, 06 Desember 2012

Pembelajaran dengan Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran. Merka bekerja sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas.

 
Kelebihan metode kerja kelompok
  • Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka
  • Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan kemampuan para siswa
  • Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih menggunakan ketrampilan bertanya dalam membahas suatu masalah
  • Mengembangkan bakat kepemimpinan para siswa serta mengerjakan ketrampilan berdiskusi.
Kelemahan metode kerja kelompok
  • Kerja kelompok terkadang hanya melibatkan para siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang
  • Keberhasilan strategi ini tergantung kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri-sendiri
  • Kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan daya guna mengajar yang berbeda pula.
(Drs. Roestiyah NK. 1991.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta )
BACA SELENGKAPNYA »

Senin, 26 November 2012

Bagaimana Memilih dan Memanfaatkan Media Pengajaran?

1. Pendahuluan
Media pengajaran banyak digunakan dalam proses belajar mengajar dewasa ini. Sesuai perkembangan zaman media pengajaran juga mengalami peningkatan-peningkaatan baik teknologi yang digunakan maupun teknis menggunakannya, sehingga guru dituntut professional dalam memilih, maupun teknis menggunakannya. Dalam pemilihannya seorang guru harus lebih selektif dalam menggunakan media pengajaran, dan sesuai dengan situasi dan kondisi, baik untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar tidak mengalami kendala atau hambatan baik di pihak siswa maupun di pihak guru.
2. Memilih Media Pengajaran
Pengajaran akan lebih efektif apabila direncanakan dengan baik terlebih dahulu, begitu pula dengan penggunaan media pengajaran terlebih dahulu harus dipilih sesuai dengan kondisi yang memungkinkan penggunaan media akan efektif.
Dalam pemilihan media Heinich dan kawan-kawan (1982) mengajukan model perencanaan penggunaan media yang efektif yang dikenal dengan istilah "ASSURE" singkatan dari Analyze learner characteristic, State objective, Select, or modify media, Utilize, require learner response, and Evaluate. Dalam perencanaanya model ini terdiri dari enam kegiatan:
  1. Analyze learner characteristic, artinya menganalisis karakteristik umum sasaran.apakah mereka siswa sekolah lanjutan umum ,mahsiswa, pemuda,perusahaan , usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, dan sosial ekonomi, serta menganalisis karakteristik khusus mereka yang meliputi antara lain: pengetahuan, keterampilan dan sikap, awal mereka.
  1. State objective, artinya menyatakan atau merumuskan tujuan pengajaran yaitu perilaku atau kemampuan baru apa (pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang diharapkan siswa miliki dan kuasai setelah proses belajar mengajar selesai.
(S) Select, artinya Memilihmemodifikasi atau merancang dan mengembangkan materi dan media yang tepat. Apabila materi dan media pengajaran yang telah tersedia akan dapat mencapai tujuan, materi dan media itu sebaiknya digunakan untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya. Di samping itu perlu pula diperhatikan apakah materi dan media itu akan mampu membangkitkan minat siswa, memiliki ketetapan infermasi, memiliki kualitas yang baik, memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi telah terbukti efektif jika pernah diuji cobakan, dan menyiapkan petunjuk untuk berdiskusi atau kegiatan follow-up. Apabila materi dan media yang ada tidak cocok dengan tujuan atau tidak sesuai dengan sasaran partisipan, materid dan media itu dapat dimodifikasi. Jika tidak memungkinkan untuk memodifikasi yang telah tersedia, barulah memilih alternative ketiga yaitu mereancang dan mengembangkan materi dan media yang baru. Tentu saja kegiatan ini jauh lebih mahal dari segi biaya, waktu dan tenaga. Namun demikian kegiatan ini memungkinkan untuk menyiapkan materi dan media yang tetap dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
(U) Utilitize, artinya Menggunakan materi dan media. Setelah memilih materi dan media yang tepat, diperlukan persiapan bagai mana dan berapa banyak waktu diperlu8kan untuk mengunakannya. Di samping praktek dan latihan menggunakannya, persiapan ruangan juga diperlukan seperti tata letak tempat duduk siswa, fasilitas yang diperlukan seperti meja perlatan, listrik, layer dan lain-lain harus dipersiapkan sebelum penyajian.
(R) Require Learner Response, artinya meminta tanggapan dari siswa. Guru sebaiknya mendorong sioswa untuk memberikan respons dan umpan balik mengenai keefektifan proses belajar mengajar. Respons siswa dapat bermacam-macam, seperti mengulangi fakta-fakta, mengemukakan ikhtisar atau rangkuman informasi/ pelajara, atau menganalisis alternatif pemecahan kasus. Dengan demikian, siswa akan menampakan partisipasi yang lebih besar.
(E) Evaluate, artinya mengevaluasi proses belajar. Tujuan utama evaluasi di sini adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan pengajaran, keefektivan media, pendekatan dan guru sendiri.
Sedangkan menurut William Burton memberikan petunjuk bahwa dalam memilih alat peraga yang akan digunakan hendaknya kita memperhatikan hal-hal berikut:
  1. Alat yang dipilih sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok.
  2. Alat yang dipilih harus tepat, memadai, dan mudah digunakan.
  3. Harus direncanaka dengan teliti dan diperiksa lebih dahulu.
  4. Penggunaan alat peraga disertai kelanjutannya seperti dengan diskusi, analisis, dan evaluasi.
Apabila guru masih terdapat kesulitan dalam memilih alat bantu yang efektif maka sebagai dasar pertimbangan bagi guru yang mengalami kebingungan memilih alat Bantu pengajaran sekurang-kurangnya terdapat dua criteria yang dapat dijadikan acuan yaitu :1) Sifat dari tujuan belajar yang akan dicapai, 2) Sifat struktur tugas yang harus diselesaikan
  1. Tujuan Belajar
Di bawah ini dikemukakan kecenderungan persesuaian antara tujuan belajar dan alat Bantu belajar :
    • Tujuan belajar kognitif dapat dicapai dengan menggunakan semua media auditif dan visual.
    • Tujuan afektif paling baik dengan menggunakan alat bantu auditif, disamping dengan gambar, film, televisi, serta simulator dan laboratorium bahasa.
    • Tujuan psikomotor paling baik dicapai melalui penggunaan alat Bantu auditif; model-model dari kenyataan , simulator dan laboratorium bahasa.
  1. Struktur tugas dan Bahan pelajaran
Dilihat dari struktur tugasyang harus dilaksanakan dalam belajar dan bahan pelajaran, terdapat tiga kecenderungan kondisi yang dapat menyebabkan berbagai bahan audio visual dapat mencapai hasil yang optimal, yaitu :
    • Signal dan rangkaian dapat diajarkan oleh hamper semua bahan audio Visual :
radio, Film dan televisi, tetapi tidak optimal untuk tugas tugas belajar dengan signal.
    • Diskriminasi ganda paling baik diajarkan dengan alat Bantu auditif, visual sederhana, simulator dan laboratorium bahasa.
    • Konsep dan prinsip palingbaik diajarkan dengan alat Bantu visual sederhana serta film dan televisi.

3. Pemanfaatan Media Pengajaran
Salah satu ciri media pengajaran adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan dan respon siswa sehingga media itu sering disebut sebagai media interaktif. Pesan dan informasi yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang sederhana dan bisa pula pesan yang amat kompleks. Akan tetapi, yang terpenting adalah media itu disampaikan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Ileh karena itu, perlu dirancang dan dikembangkan lingkungan pengajaran yang interaktif yang dapat menjawab dan dapat memenuhi kebutuhan belajar perorangan dengan menyiapkan kegiatan pengajaran dengan medianya yang efektif guna menjamin terjadinya pembelajaran.
Berikut ini akan diuraikan prinsip-prinsip penggunaan dan pengembangan media pengajaran. Media pengajaran yang akan dibahas tersebut akan mengikuti taksonomi Leshin, dan kawan-kawan. (1992) yaitu media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor main peran kegiatan kelompok, dan lain-lain). Media berbasis cetakan (buku, penuntun, buku kerja/latihan, dan lembaran lepas), media berbasis visual (buku, charts, grafik, peta, figure/gambar transparansi film bingkai atau slide), media berbasis audio vusial (video, film, slide bersama tape, televisi) dan media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer dan video interaktif).

a. Media Bebasis Manusia
Media ini adalah media tertua untuk mengirimkan informasi atau pesan media ini bernmanfaat khususnya apabila tujuan kita adalah mengubah sikap atau keinginan secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran siswa.
b. Media Berbasis Cetakan
Materi pengjaran yang berbasis cetakan yang pal ing umum adalah buku teks, buku penuntun,jurnal,majalah dan lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikansaat merancang yaitu :1) Konsistensi 2) Format, 3) organisasi, 4) Daya tarik, 5) Ukuran huruf. 6) Ruang (spasi) Kosong.

c. Media Berbasis Visual
Media ini memegang peranan yang penting dalam proses belajar mengajar MEDIA ini dapat memperlancar pemahaman, dan memperkuat ingatan.media ini bisa berupa gambar, diagram, peta, grafik dan chart atau bagan.
Langkah langkah dalam pemanfaatan media ini antara lain :
  • Usahakan visual itu sederhana mungkin.
  • Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran sehingga pelajaran dapat terlaksana dengan baik.
  • Gunakan grafik untuk menggambarkan ikhtisar.
  • Ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat.
  • Gunakan gambar untuk membedakan konsep-konsep.
  • Hindari visual yang tak berimbang.
  • Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual. Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah dibaca.
  • Unsur-unsur pesan dalam visual harus ditonjolkan dan dengan mudah dapat dibedakan dari unsure unsure latar belakang untuk mempermudah pengolahan informasi.
  • Caption atau keterangan gambar harus disiapkan.
  • Warna harus dipersiapkan secara realistik.
d. Media Berbasis Audio Visual
Dalam penggunaan media ini memerlukan pekerjaan tambahan, salahsatu pekerjaan penting yang diperlukan dalam penggunaan media ini adalah penulisan naskah dan storyboard yang membutuhkan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian. Berikut adalah petunjuk praktis dalam membuat naskah:
  • Tulisan singkat,padat, dan sederhana.
  • Tulisan tidak harus lengkap.
  • Hindari istilah teknis
  • Tulisan dalam kalimat aktif.
  • Setelah menulis narasi bacalah narasi itu dengan suara yang keras sehuingga siswa dalan kelas dapat mendengar pesan itu dengan jelas.
  • Edit dan revisi narasi itu kalau dibutuhkan.
Adapun storyboard dapat dikembangkan dengan memperhatikan beberapa petunjuk dibawah ini :
  • Menetapkan jenis visual apa yang akan digunakan untuk mendukung isi pelajaran.
  • Pikirkan bagian yang akan digunakan untuk mendukung isi pelajaran.
  • Lihat dan yakinkan bahwa seluruh isi pelajaran yang akan disampaikan sudah tercakup dalam storyboard.
  • Kumpul dan paparkan semua storyboard sehingga dapat terlihat sekaligus
  • Revisi untuk persiapan akhir sebelum memulai produksi

e. Media Berbasis Komputer
Penggunaan media komputer dalam pendidikan dan pelatihan secara umum mengikuti proses instruksional sebagai berikut :
    1. Merencanakan, mengatur, dan mengorganisasikan,serta menjadwalkan pelajaran.
    2. Mengevaluasi siswa (test)
    3. Mengumpulkan data mengenai siswa.
    4. Melakukan analisis statistic mengenai data pembelajaran.
    5. membentuk catatan perkembangan pembelajaran kelompok atau perseorangan.
f. Pemanfaatan Media Perpustakaan
Pemanfaatan media perpustakaan sebagai sumber belajar secara efektif memerlukan keterampilan sebagai berikut :
  1. Keteramilan mengumpulkan informasi yang meliputi keterampilan mengenal sumber informasi dan pengetahuan.
  2. Keterampilan mengambil intisari dan mengorganisasikan informasdi.
  3. Keterampilan menganalisis dan menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi seperti memahami bahan yang dibaca membedakan antara fakta dan opini.
  4. Keterampuilan menggunakan informasi seperti memanfaatkan intisari informasi untuk memecahkan masalah, menggunakan intisari informasi dalam berdiskusi, menyajikan informasi dalam bentuk tulisan.

4. Penutup
Dalam menggunakan media pengajaran faktor yang sangat penting adalah keterampilan guru dalam menggunakan media itu sendiri, karena kelemahan guru menggunakan media pengajaran adalah hal vital penghambat proses penyampaian informasi dengan menggunakan media pengajaran.
Referensi :
  1. Azhar Arsyad Media Pengajaran, PT Raja Grafindo Persada Jakarta :1996.
  2. Drs. H.M. Suparta, MA., Drs.Herry Noer Aly, MA Metodologi Pengajaran Agama Islam PT amissco Jakarta :oktober 2003
  3. Drs. Moh.Uzer Usman Menjadi Guru Profesional PT Remaja Rosda Karya Bandung :2001
BACA SELENGKAPNYA »

Sabtu, 17 November 2012

Kualitas Proses Belajar Mengajar

Menurut Umaedi (1999), mutu mengandung makna derajat (tingkat) keuggulan suatu produk hasil kerja/upaya baik berupa barang maupun jasa. Pengertian mutu PBM mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Proses pendidikan yang bermutu melibatkan input seperti siswa, guru, metode, kurikulum, sarana, lingkungan dan pengelolaan pembelajaran yang baik. Mutu dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan. 

Dari segi proses, dalam pelajaran sains dikembangkan berbagai ketrampilan bekerja ilmiah, yang dikenal dengan ketrampilan proses ilmiah. Ketrampilan proses ilmiah merupakan penjabaran dari metode ilmiah. Ketrampilan tersebut meliputi:
  • melakukan pengamatan,
  • menafsirkan pengamatan,
  • mengelompokkan,
  • meramalkan,
  • berkomunikasi,
  • berhipotesis,
  • merencanakan dan melakukan percobaan atau penyelidikan,
  • menerapkan konsep, dan
  • mengajukan pertanyaan (Rustaman dkk., 2003).
Agar dapat bekerja ilmiah, para siswa perlu mengembangkan sikap yaitu; sikap ingin tahu, tidak percaya tahayul, jujur dalam menyajikan data, terbuka pada gagasan baru, kreatif dalam menghasilkan karya ilmiah, peduli terhadap mahluk hidup dan lingkungan, serta tekun dan teliti (Depdiknas, 2003a).

Kegiatan   mengajar   diharapkan   mampu   memperluas   wawasan pengetahuan,  meningkatkan  ketrampilan  dan  menumbuhkan  sejumlah  sikap positif yang direfleksikan siswa melalui cara berfikir dan bertindak sebagai dampak hasil belajarnya. Sehingga dapat dikatakan mutu merupakan suatu gambaran tentang proses dan hasil belajar sesuai dengan hakekat pembelajaran sains yaitu  keaktifan  siswa  dalam  proses  pembelajaran  seperti mengajukan   pertanyaan (merumuskan   masalah),   berhipotesis,   mengamati, menganalisis, menyimpulkan dan mengkomunikasian hasil pengamatan.

Untuk mendapatkan hasil yang baik, proses belajar mengajar harus dikelola secara baik pula. Pembelajaran dimulai dengan menumbuhkan motivasi siswa dengan menghadirkan permasalahan atau fakta dari kehidupan sehari-hari siswa sehingga menumbuhkan keaktifan siswa untuk bertanya, berhipotesis, melakukan pengamatan, menganalisis, menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil kegiatan yang telah dilakukan. Dengan demikian, suasana belajar kelas lebih banyak diwarnai oleh kegiatan siswa, sehingga PBM tersebut lebih bermutu.

Sumber :
  • Umaedi.  1999.   Manajemen   Peningkatan   Mutu   Berbasis   Sekolah.   Jakarta. Http://www.ssep.net/director.html. 28 Oktober 2004. 
  • Rustaman, N.Y.; Dirjosoemarto, S.; Yudianto, S.A.; Achmad, Y.; Subekti, R.; Rochintaniawati, D. dan Nurjhani, K.M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 
  • _______. 2003a. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains SMP dan MTs. Jakarta: Depdiknas.

BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 13 November 2012

Langkah Langkah membuat Media Pembelajaran

7 Langkah membuat Bahan Media Ajar

Apa saja 7 langkah mudah mengembangkan multimedia pembelajaran itu? Penjelasan lengkap ada di bawah.

1. TENTUKAN JENIS MULTIMEDIA PEMBELAJARAN

Perhatikan dengan benar, yang akan kita buat itu apakah alat bantu kita untuk mengajar (presentasi) ke siswa atau kita arahkan untuk bisa dibawa pulang siswa alias untuk belajar mandiri di rumah atau sekolah. Jenis multimedia pembelajaran menurut kegunannya ada dua:

  1. Multimedia Presentasi Pembelajaran: Alat bantu guru dalam proses pembelajaran di kelas dan tidak menggantikan guru secara keseluruhan. Berupa pointer-pointer materi yang disajikan (explicit knowledge) dan bisa saja ditambahi dengan multimedia linear berupa film dan video untuk memperkuat pemahaman siswa. Dapat dikembangkan dengan software presentasi seperti: OpenOffice Impress, Microsoft PowerPoint, dsb.
  2. Multimedia Pembelajaran Mandiri: Software pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri alias tanpa bantuan guru. Multimedia pembelajaran mandiri harus dapat memadukan explicit knowledge (pengetahuan tertulis yang ada di buku, artikel, dsb) dan tacit knowledge (know how, rule of thumb, pengalaman guru). Tentu karena menggantikan guru, harus ada fitur assesment untuk latihan, ujian dan simulasi termasuk tahapan pemecahan masalahnya. Untuk level yang kompleks dapat menggunakan software semacam Macromedia Authorware atau Adobe Flash. Sayangnya saya masih belum bisa nemukan yang selevel dengan itu untuk opensource-nya. Kita juga bisa menggunakan software yang mudah seperti OpenOffice Impress atau Microsoft PowerPoint, asal kita mau jeli dan cerdas memanfaatkan berbagai efek animasi dan fitur yang ada di kedua software terebut.

clip_image002[4]

2. TENTUKAN TEMA MATERI AJAR

Ambil tema bahan ajar yang menurut kita sangat membantu meningkatkan pemahaman ke siswa dan menarik bila kita gunakan multimedia. Ingat bahwa tujuan utama kita membuat multimedia pembelajaran adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa. Jangan terjebak ke memindahkan buku ke media digital, karena ini malah mempersulit siswa. Ketika guru biologi ingin menggambarkan sebuah jenis tumbuhan supaya bisa dipahami siswa, dan itu sulit ternyata dilakukan (karena guru tidak bisa nggambar di komputer, dsb), maka ya jangan dilakukan Alangkah lebih baik apabila pohon tersebut dibawa saja langsung ke depan kelas. Ini salah satu contoh bagaimana media pembelajaran itu sebenarnya tidak harus dengan teknologi informasi. Dalam sertifikasi guru, pemanfaatan media pembelajaran seperti pohon itu, atau kecoak dikeringkan, dsb tetap mendapatkan poin penilaian yang signifikan.

3. SUSUN ALUR CERITA (STORYBOARD)

Susun alur cerita atau storyboard yang memberi gambaran seperti apa materi ajar akan disampaikan. Jangan beranggapan bahwa storyboard itu hal yang susah, bahkan point-point saja asalkan bisa memberi desain besar bagaimana materi diajarkan sudah lebih dari cukup. Cara membuatnya juga cukup dengan software pengolah kata maupun spreadsheet yang kita kuasai, tidak perlu muluk-muluk menggunakan aplikasi pembuat storyboard professional. Untuk storyboard sederhana, saya berikan contoh karya pak ismudji dari SMA Bontang, Kaltim (ismudji-storyboard.pdf). Sedangkan yang agak kompleks, bisa dilihat dari yang dibuat teman-teman di Brainmatics dan IlmuKomputer.Com untuk konten Rekayasa Perangkat Lunak (rpl-storyboard.pdf) clip_image005[9]

4. MULAI BUAT SEKARANG JUGA!

Jangan menunda atau mengulur waktu lagi, buat sekarang juga! Siapkan Openoffice Impress atau Microsoft PowerPoint anda. Mulai buat slide pertama, isikan bahan ajar yang ingin anda multimedia-kan. Terus masukkan bahan ajar anda di slide slide berikutnya, mulai mainkan image, link dengan gambar, suara dan video yang bisa kita peroleh dengan gampang di Internet. Bisa juga memanfaatkan situs howstuffworks.com untuk mencari ide clip_image006[8]Jangan lupa juga bahwa banyak pemenang-pemenang lomba pengembangan multimedia pembelajaran yang hanya bermodal Openoffice Impress atau PowerPoint sudah cukup membuat karya yang berkualitas tinggi.

clip_image008[8]

Gambar disamping

saya ambil dari karya pak Teopilus Malatuni, guru SMAN 1 Kaimana Papua Barat yang dibuat dengan tool sederhana, bisa mendapatkan skor signifikan di lomba dikmenum tahun 2007. Kuncinya adalah tekun, sabar dan pantang menyerah. Tidak ada ilmu pengetahuan yang bisa didapat secara instan, semua melewati proses panjang.

5. GUNAKAN TEKNIK ATM

Terapkan metode ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi). Usahakan sering melihat contoh-contoh yang sudah ada untuk membangkitkan ide. Gunakan logo, icon dan image yang tersedia secara default. Apabila masih kurang puas:

  • Cari dari berbagai sumber
  • Buat sendiri apabila mampu

6. TETAPKAN TARGET

Jaga keseriusan proses belajar dengan membuat target pribadi, misalnya untuk mengikuti lomba, memenangkan award, menyiapkan produk untuk dijual, atau deadline jadwal mengajar di kelas. Target perlu supaya proses belajar membuat multimedia pembelajaran terjaga dan bisa berjalan secara kontinyu alias tidak putus di tengah jalan. Untuk lomba dan award, paling tidak di Indonesia ada berbagai event nasional yang bisa kita jadikan target. Balai pengembangan multimedia dan dinas pendidikan nasional di berbagai daerah saat ini saya lihat mulai marak menyelenggarakan berbagai event lomba di tingkat lokal.

  • Teacher Innovation (Microsoft): Sekitar Mei
  • Lomba Pembuatan Multimedia Pembelajaran (Dikmenum): Sekitar Oktober
  • eLearning Award (Pustekkom): Sekitar September
  • Game Technology Competition (BPKLN): Setahun 3-4 kali di berbagai universitas
  • dsb

7. INGAT TERUS TIGA RESEP DARI SUCCESS STORY

Dari pengalaman menjadi juri lomba di berbagai event, saya lihat kesuksesan bapak ibu guru dalam mengembangkan multimedia pembelajaran bukan dari kelengkapan infrastruktur atau berlimpahnya budget yang dimiliki, tapi justru dari ketiga hal ini:

  1. Berani mencoba dan mencoba lagi
  2. Belajar mandiri (otodidak) dari buku-buku yang ada (perlu investasi membeli buku)
  3. Tekun dan tidak menyerah meskipun peralatan terbatas
BACA SELENGKAPNYA »

Sabtu, 10 November 2012

Model Cooperative Learning pada SMK

Perkembangan internet dalam beberapa tahun terakhir ini  memungkinkan dunia pendidikan saat ini untuk memanfaatkan teknologi internet dalam proses pembelajaran, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)dalam upaya meningkatkan mutu dan layanan pendidikan guna menghasilkan lulusan yang berkualitas dan terserap dalam dunia usaha/dunia industri (DU/DI),  diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas dari sarana dan prasarana serta pengajar, tetapi peningkatan jumlah sarana dan pengajar tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah pelajar ehingga waktu dan tenaga yang dialokasikan oleh pengajar kepada pelajarnya semakin terbatas[22], secara otomatis peningkatan kualitas pendidikan yang diharapkan tidak akan tercapai. 

Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar serta keterbatasan ruang dan waktu menjadi kendala utama. Untuk itu perlu ada metoda lain yang dapat menangani kondisi tadi. Salah satunya sistem pembelajaran atau dengan menggunakan teknologi internet. 

Proses pembelajaran dengan menggunakan teknologi internet tetap mengacu kurikulum SMK yang berlaku saat ini. Salah satu unsur utama yang harus ada dalam pembelajaran menggunakan internet adalah adanya interaksi antara siswa dengan guru. Interaksi dapat berlangsung dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di internet, tetapi sistem dan pembelajaran yang digunakan umumnya masih mengacu pada sistem pembelajaran dengan model pembelajaran yang berpusat pada pengajar/guru (teacher centered learning) yang lebih bersifat searah seperti pada sistem pembelajaran tatap muka dikelas, sehingga siswa kurang dipacu untuk lebih aktif menggali materi pelajaran yang ada, selain itu di SMK saat ini, model pembelajaran yang digunakan oleh para guru umumnya masih banyak menggunakan model pembelajaran kompetisi dan individual untuk memacu para siswanya dalam proses pembelajaran sehingga para siswa akan saling bersaing dan saling mengalahkan teman. Disatu sisi ini hal ini sangat posistif sehingga siswa terpacu menjadi yang terbaik, namun sisi negatifnya adalah siswa tidak mempunyai social skill dan kurang dapat menghargai perbedaan antar siswa serta toleransi, sementara siswa SMK yang setelah lulus dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja, dimana dalam dunia kerja tidak hanya dituntut kemampuan “hard skill” saja tetapi perlu juga “soft skill” seperti kemampuan bekerjasama dalam tim dan berkomunikasi. Sehingga perlu kiranya dirancang sistem pembelajaran berbasis web yang memasukan unsur-unsur model cooperative learning.
BACA SELENGKAPNYA »

Selasa, 26 Juni 2012

MANAJEMEN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN SEKOLAH

Menurut BSNP Depdiknas (2006) dan Mulyasa (2006), penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan sekolah/madrasah. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah: kurikulum pendidikan

  1. Melakukan koordinasi dengan dinas pendidikan setempat
  2. Melakukan analisis konteks
  3. Penyiapan dan penyusunan draf
  4. Reviu dan revisi draf
  5. Finalisasi draf
  6. Pemberlakuan KTSP

Koordinasi perlu dilakukan oleh kepala sekolah dalam

merencanakan dan menyusun KTSP. Kegiatan koordinasi sekurangkurangnya menyangkut dua kegiatan sebagai berikut:

  1. Melakukan koordinasi mengenai rencana penyusunan KTSP dengan dinas pendidikan kabupaten/kota setempat
  2. Menghubungi ahli pendidikan setempat untuk diminta bantuannya sebagai nara sumber dalam kegiatan penyusunan KTSP. Analisis konteks merupakan kegiatan yang mengawali penyusunan KTSP.

Kegiatan ini dapat dilakukan dalam rapat kerja atau lokakarya yang diikuti oleh tim penyusun KTSP. Kegiatan menganalisis konteks mencakup dua hal pokok, yaitu:

  1. Analisis potensi dan kekuatan/kelemahan yang ada di sekolah (peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, dan program-program yang ada di sekolah).
  2. Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar (komite sekolah, dewan pendidikan, dinas  pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya alam dan sosial budaya).
  3. Mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai acuan dalam penyusunan KTSP.
  4. Setelah tim penyusun KTSP memahami potensi dan

kekuatan/kelemahan sekolahnya, serta peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungannya, tibalah saatnya tim mulai bekerja menyiapkan dan menyusun draft KTSP. Kegiatan ini dapat juga dilakukan dalam suatu rapat kerja atau lokakarya yang dihadiri oleh seluruh anggota tim penyusun KTSP.

Tahapan-tahapan dalam manajemen mutu KTSP, dimulai dari
perumusan perangkat KTSP dengan melibatkan stake holders sekolah,
yang terdiri atas: (1) pengembangan silabus, (2) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan (3) penyusunan perangkat evaluasi berbasis kelas. Adapun stake holder sekolah yang dilibatkan dalam

perumusan perangkat KTSP adalah: kepala sekolah (ketua merangkap
anggota), guru (anggota), konselor sekolah (anggota), komite sekolah
(anggota), ahli pendidikan (nara sumber), dinas pendidikan (koordinasi
dan supervisi). Dalam KTSP tersebut juga dirumuskan kriteria
ketuntatasan minimal (KKM) yang harus dicapai oleh peserta didik pada
masing-masing mata pelajaran dan kelas. Pengontrolan atas mutu KTSP
yang dirumuskan oleh sekolah beserta dengan stake holdersnya
dilakukan dengan membandingkan dengan kisi-kisi evaluasi KTSP baik
dari segi rumusannya, pihak-pihak yang terlibat dan dari segi
substansinya.

Manajemen pembelajaran adalah sebagai kelanjutan dari
manajemen mutu kurikulum. Jika manajemen mutu kurikulum terkait
dengan aspek rumusannya, maka manajemen mutu pembelajaran terkait
dengan implementasi kurikulum di tingkat kelas. Dalam perspektif KTSP,
menurut BSNP Depdiknas (2006) dan Mulyasa (2006), manajemen mutu
pembelajaran adalah suatu aktivitas yang mengupayakan agar siswa
terkondisi untuk belajar. Belajar sendiri merupakan kegiatan aktif siswa
dalam membangun makna atau pemahaman. Guru memberikan dorongan
kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun
gagasan. Tanggungjawab belajar ada pada diri siswa, tetapi guru
bertanggungjawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa,
motivasi dan tanggungjawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.

Agar manajemen mutu pembelajaran berjalan dengan efektif, ada sejumlah prinsip yang menurut perspektif KTSP harus dipedomani. Prinsip tersebut diangkat dari bebagai perspektif psikologi (behavioristik, kognitif, humanistik dan gestal), yaitu:

  1. Berpusat pada siswa, ialah bahwa kegiatan pembelajaran
    hendaknya mengkondisikan agar siswa belajar sesuai dengan
    bakat, minat, kemampuan dan potensinya,
  2. Belajar dengan melakukan, ialah memberikan pengalaman nyata
    sehari-hari, terkait penerapan konsep, kaidah dan prinsip disiplin ilmu yang dipelajari,
  3. Mengembangkan kemampuan sosial, ialah memberikan
    kesempatan kepada siswa mengkomunikasikan gagasannya
    kepada siswa lain dan guru,
  4. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah bertuhan,
    sebagai model dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri dan kreatif
    serta bertakwa kepada tuhan,
  5. Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah, karena
    keberhasilan hidup banyak ditentukan oleh kemampuan untuk
    memecahkan masalah,
  6. Mengembangkan kreativitas siswa, dengan cara memberi
    kesempatan dan kebebasan kepada siswa untuk berkarya secara
    bersinambung,
  7. Membangun kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi,
    dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
    informasi dari berbagai media,
  8. Menumbuh-kembangkan kesadaran sebagai warga negara yang
    baik,
  9. Belajar sepanjang hayat, ialah bahwa pembelajaran perlu
    mendorong siswa untuk melihat dirinya secara positif, mengenali
    diri sendiri, percaya diri, memahami diri sendiri dan orang lain serta
    mendorong dirinya sendiri untuk terus belajar sepanjang hayat, dan
  10. Adanya perpaduan antara kompetisi, kerja sama dan solidaritas.
    Sementara itu, manajemen mutu kelas adalah pengaturan terhadap fisik dan psikologis kelas agar teroskestrasi sehingga menjadi sebuah panggung yang menarik siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Mengingat kelas yang kondusif adalah prasyarat bagi pembelajaran yang kondusif, maka manajemen mutu kelas juga menjadi prasyarat mutu pembelajaran. Ruang kelas harus diorkestrasikan sehingga memungkinkan aksesibilitas (siswa mudah menjangkau alat dan sumber belajar), interaksi (hubungan timbal balik siswa-siswa dan siswa-guru), dan variasi kerja siswa (bekerja perorangan, berpasangan dan kelompok). DePorter (2002) melalui Quantum Teaching mengedepankan

perlunya mengorkestrasi kelas dengan label lingkungan yang mendukung.
Kelas yang baik menurutnya didukung dengan poster ikon, poter afirmasi,
warna yang disukai dan menggairahkan, serta alat bantu belajar. Guna
menguji bermutu tidaknya suatu kelas, seorang kepala sekolah dapat
membunyikan bel tanda istirahat sebelum pembelajaran selesai. Ketika
siswa cepat berhamburan keluar dari ruangan kelas dan merespon
dengan teriak ”hore”, maka kelas tersebut dipandang tidak begitu bermutu. Sebaliknya jika siswa merespon dengan ungkapan ”huu...” dan mereka tidak mau keluar dari kelasnya, maka itu adalah indikator kelas yang bermutu. Dengan perkataan lain, kelas yang bermutu adalah menarik secara fisik dan secara psikologis. Baik kemenarikan secara fisik maupun psikologis, sengaja didisain oleh manajer sekolah dan diimplementasikan serta diperbaiki secara berulang.

Sumber : DIREKTORAT JENDERAL PMPTK, 2009, Dimensi Kompetensi Manajerial, Jakarta, DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BACA SELENGKAPNYA »

Jumat, 15 Juni 2012

pembelajaran Dengan multimedia

Dalam pembelajaran, multimedia dirancang secara sistematis untuk meningkatkan minat dan motivasi pebelajar agar mutu dan kualitas belajarnya semakin maju dan semakin aktif berperan dalam aktivitas proses pembelajaran, sehingga nantinya dapat meningkatkan kualitas hasil belajarnya.

Edgar Dale yang terkenal dengan Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) mengemukakan bahwa kemampuan manusia memperoleh ilmu pengetahuan atau pengalaman belajar seseorang diperoleh dari indera lihat sebanyak 75%, 13% melalui indera dengar, dan selebihnya melalui indera lainnya. Gabungan dari berbagai media yang ada pada multimedia memanfaatkan gabungan dari indera pada manusia untuk pencapaian suatu kompetensi dan tingkat pemahaman peserta didik. image

Dalam proses pembelajaran terdapat pesan – pesan yang harus dikomunikasikan kepada siswa. Pesan tersebut merupakan isi dari suatu topik pembelajaran. Banyak cara yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan pesan, salah satunya dengan menggunakan multimedia. Multimedia memiliki peranan menjadi jembatan penghubung dan media guru menyampaikan pesan kepada siswa. Hubungan antara guru, pesan dan siswa dapat diamati melalui gambar di bawah ini.

clip_image002

Dalam sistem pembelajaran modern saat ini siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pesan, namun siswa juga bisa bertindak sebagai komunikator atau penyempai pesan. Dalam kondisi tersebut, maka akan terjadi komunikasi dua arah atau bisa disebut juga two way traffic communication bahkan komunikasi banyak arah ( multiway traffic communication ). Proses pembelajaran akan terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber pesan lewat media tersebut.

clip_image004Kedudukan media dalam pembelajaran adalah sebagai komponen atau bagian integral pembelajaran. Pentingnya multimedia dalam memfasilitasi belajar, penyajiannya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Hadirnya media dalam proses pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami hal yang dipelajari.

Kegiatan pembelajaran merupakan sebuah sistem yang berisi komponen – komponen yang saling berkaitan atau berhubungan satu sama lain. Dalam Sihkabuden (2005) pembelajaran terdiri dari komponen – komponen yaitu : 1) tujuan pembelajaran, 2) materi pembelajaran, 3) kegiatan pembelajaran, 4) metode pembelajaran, 5) alat dan sumber belajar yang di dalamnya termasuk multimedia pembelajaran, 6) penilaian hasil belajar.

clip_image006

Sumber : Cepi Riyana, M.pd, Konsep dan Aplikasi Media Pembelajaran

Pembelajaran dikatakan sebagai sebuah sistem yang berkaitan untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran. Komponen tersebut meliputi tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran. Media sebagai salah satu alat sumber belajar menjadi salah satu komponen dari sistem pembelajaran.

Multimedia merupakan penggabungan banyak unsur media,teks, suara, gambar,animasi, dan video. Sehingga multimedia menjadi sarana yang tepat yang memenuhi semua unsur multimedia untuk mejadi alat penyampai pesan dari guru kepada siswa. Dengan adanya kelengkapan unsur media yang ada dalam multimedia diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Unsur animasi yang didesain dengan tema anak yang digunakan dapat menggambarkan secara jelas bentuk-bentuk dasar notasi balok, sehingga anak tidak merasa bosan. Unsur audio dan teks yang ada dalam multimedia memperjelas penjelelasan materi. Dan dengan adanya penggabungan dari unsur-usur media tersebut akan menyempurnakan penjelasan materi notasi balok.

Pada proses perancangan pembelajaran selalu diawali dengan perumusan tujuan pembelajaran. Dalam kurikulum 2006 perumusan indikator selalu merujuk pada standart kompetensi. Usaha untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dibantu oleh penggunaan alat bantu pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komponen penggunanya. Setelah itu guru dapat menentukan alat dan melaksanakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat menjadi bahan masukan atau umpan balik dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Kedudukan multimedia dalam pembelajaran adalah sebagai komponen atau bagian integral pembelajaran. Pentingnya multimedia dalam memfasilitasi belajar, penyajiannya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Hadirnya multimedia dalam proses pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami hal yang dipelajari.

Berkenaan dengan perkembangan teknologi pembelajaran, multimedia pembelajaran yang berupa mesin (teknologi) dipandang sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang berwujud media elektronik. Multimedia memiliki berbagai peranan dalam aktivitas pembelajaran. Dalam kenyataannya selama ini kegiata pembelajaran sangat bergantung pada keberadaan guru. Pola pembelajaran sangat ditentukan oleh guru, karena guru merupakan satu-satunya sumber belajar.

Dalam memberikan dukungan suplementer secara langsung kepada guru. Atau, apabila digunakan media sebatas sebagai alat bantu dalam pembelajaran ( Sihkabuden, 2005:13).

Pada sistem pembelajaran multimedia mempunyai beberapa peranan , antara lain:

a. Multimedia Sebagai Alat Bantu

Peranan multimedia sebagai alat bantu guru (teaching aids) dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Alat bantu yang biasa digunakan oleh guru adalah Audio Visual Aids (AVA). Dengan menggunakan alat bantu tersebut, guru dapat membuat visualisasi yang jelas dari sebuah materi yang abstrak menjadi kongkret dengan adanya multimedia. Dapat disimpulkan dengan adanya multimedia siswa akan semakin cepat belajar memahami materi yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini guru melakukan peranannya sebagai pembimbing dan pengarah dalam proses pembelajaran, sehingga dapat merangsang siswa melakukan cara belajar siswa aktif.

b. Multimedia Sebagai Media Pembelajaran

1. Media pembelajaran

Penggunaan multimedia diorientasikan untuk membantu kegiatan belajar siswa. Multimedia biasanya digunakan sebagai media presentasi di kelas atau media yang membantu guru menjelaskan materi kepada siswa.Penggunaan multimedia dalam pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi lebih aktif. Multimedia harus dipilih, ditentukan dan dirancang sesuai dengan jenis materi, metode pembelajaran, serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

2. Media pembelajaran individual

Multimedia juga mempunyai peranan dalam pembelajaran individual. Pembelajaran individual adalah sebuah proses pembelajaran tanpa adanya seorang guru, namun siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah dtetapkan. Multimedia harus dirancang dan disesuaikan dengan materi, karakteristik siswa, dan adanya alat evaluasi di dalam multimedia yang menjadi alat ukur kemampuan pribadi siswa, sehingga dapat mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.

Kemampuan guru dalam mengoptimalkan potensi seni musik siswa yang ditandai dengan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran seni musik menjadi tuntutan dalam implementasikan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keduanya sekaligus menjadi prasyarat apabila pembelajaran seni musik diharapkan dapat menumbuhkan dan mengembangkan kreatifitas siswa, yang tentu saja dalam prosesnya ditandai dengan proses pembelajaran siswa aktif.

            Berkaitan dengan kemampuan tersebut berdasarkan data yang diperoleh ternyata menunjukkan bahwa para guru pada umumnya masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran seni musik yang diharapkan mampu menciptakan kondisi tersebut. Hambatan yang mendasar mencakup: (1) penguasaan materi pelajaran; (2) merancang kegiatan pembelajaran;dan (3) memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran seni musik.

            Berkaitan dengan kemampuan tersebut berdasarkan data yang diperoleh ternyata menunjukkan bahwa para guru pada umumnya masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran seni musik yang diharapkan mampu menciptakan kondisi tersebut. Hambatan yang mendasar mencakup: (1) penguasaan materi pelajaran; (2) merancang kegiatan pembelajaran;dan (3) memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran seni musik.

Hal tersebut sesuai dengan multimedia yang di dalamnya terdapat unsur teks, animasi, gambar, grafik, dan suara yang sangat tepat digunakan dalam pembelajaran Seni Musik. Pelajaran Seni Musik juga mengandung usur tulisan, bahasa verbal dan audio dalam isi pembelajarannya. Dalam penyampaian materi pengenalan notasi balok unsur visual diperlukan supaya siswa lebih mudah mengingat bentuk notasi balok, sedangkan unsur audio diperlukan supaya siswa lebih mudah mengingat bunyi nada dari tiap notasi. Teks yang ada dalam multimedia membantu siswa dalam penjelasan materi secara visual dengan tulisan. Sehingga dapat disimpulkan peranan multimedia dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai alat bantu guru dalam menjelaskan materi pengenalan notasi balok kepada siswa.

Referensi

  • Setyosari, Punaji, Sihkabuden. 2005. multimedia Pembelajaran. Malang : Elang Press
BACA SELENGKAPNYA »

Artikel Favorit